Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

(1)

GAMBARAN FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MOBILISASI DINI PADA IBU PASCA SEKSIO SESAREA DI RSU.

DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

H E N N I A R I 095102044

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Nama Mahasiswa : Henniari

NIM : 095102063

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji I

(dr. Juliandi Harahap, MA) (Farida L. S. Siregar S. Kep, Ns, MKep) Penguji II

(dr. Cristofel, spOG)

Penguji III

(dr. Juliandi Harahap, MA)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik

(Nur Asnah Sitohang, Skep, Ns, MKep) (dr. Murniati Manik, MSc, SpKK)

NIP. NIP.19530719 198003 2 001

Koordinator Karya Tulis Ilmiah Ketua Pelaksana Program D-IV


(3)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Henniari

Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

vi + 47 hal + 7 tabel + 1 skema + 6 lampiran ABSTRAK

Saat ini, persalinan dengan bedah sesar bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi cesar atau c-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh dan perdarahan, seluruh responden dalam keadaan normal dan dilihat dari intensitas nyeri 36 responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan, dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan. dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun 25 responden (43,1%), distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas multigravida 31 responden (53,4%). Dapat disimpulkan seluruh responden melakukan mobilisasi dini. Bagi RS, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan

Kata Kunci : Seksio sesarea, Mobilisasi dini Daftar pustaka : 15 (2001-2009)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RS. dr. pirngadi medan tahun 2010” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr Juliandi Harahap, MA selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Seluruh dosen , staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Kedua orang tuaku dan adik-adikku yang telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka A. Mobilisasi Dini ... 6

1. Pengertian Mobilisasi Dini ... 6

2. Konsep Mobilisasi ... 6

3. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi ... 7

4. Manfaat Mobilisasi ... 7

5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 8

6. Tahap–Tahap Mobilisasi Dini ... 9

7. Faktor–Faktor yang mempengaruhi mobilisasi ... 9

B. Seksio Sesarea ... 18


(7)

2. Istilah Seksio Sesarea ... 19

3. Indikasi ... 20

4. Jenis–Jenis Operasi Seksio Sesarea ... 22

5. Komplikasi ... 23

6. Anestesia Pada Seksio Sesarea ... 24

BAB III Kerangka Penelitian A. ... Keran gka Konsep ... 26

B. Definisi Operasional ... 27

BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Tempat Penelitian ... 30

D. Waktu Penelitian ... 31

E. Etika Penelitian ... 31

F. Alat Pengumpulan Data ... 31

G. Prosedur Pengumpulan data ... 32

H. Analisa data ... 32

BAB V Hasil dan Pembahasan A. Hasil penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 40

BAB VI Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 45


(8)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAF TABEL

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 34 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh pada ibu pasca seksio

sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 35 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan pada ibu pasca seksio

sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 36 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada ibu pasca

seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 37 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada ibu pasca seksio

sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 38 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada ibu pasca seksio

sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 39 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada ibu pasca seksio


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Content Validity Lampiran 4 : Suran Izin pengambilan Data Lampiran 5 : Lembar Konsultasi


(11)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Henniari

Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

vi + 47 hal + 7 tabel + 1 skema + 6 lampiran ABSTRAK

Saat ini, persalinan dengan bedah sesar bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi cesar atau c-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Pada penelitian ini digunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 58 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner yang berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden, Hasil penelitian distribusi frekuensi responden berdasarkan mobilisasi dini didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh dan perdarahan, seluruh responden dalam keadaan normal dan dilihat dari intensitas nyeri 36 responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan, dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan. dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun 25 responden (43,1%), distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas mayoritas multigravida 31 responden (53,4%). Dapat disimpulkan seluruh responden melakukan mobilisasi dini. Bagi RS, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan

Kata Kunci : Seksio sesarea, Mobilisasi dini Daftar pustaka : 15 (2001-2009)


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya, dibanyak negara Afrika 1:14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1:6.336. lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya yang relatif rendah (Sarwono, 2002).

Tahun 1990-1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, United Nation International Child Education (UNICEF) dan United Nations Development Programme (UNDP) melaksanakan assessment safe motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah rekomendasi Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk srategi operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI). Sasarannya adalah pengukuran AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986, menjadi 225 pada tahun 2000.


(13)

Kematian ibu dan perinatal merupakan tolak ukur kemampuan memberikan pelayan kesehatan terhadap masyarakat. Pemerintah telah mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan dengan ujung tombak pada puskesmas-puskesmas pembantu, bidan didesa dengan polindesnya, posyandu, dukun terlatih dan rumah sakit rujukan tipe C yang dilengkapi dengan empat spesialis.

Perawatan masa nifas yang berkualitas mempunyai kedudukan yang tak kalah pentingnya dalam usaha menurunkan angka kematian atau angka kesakitan. Dahulu perawatan pasca persalinan sangat konservatif dimana pasien diharuskan tidur terlentang selama masa nifas sehingga terjadi adhesi antara labium mayor dan labium minor kanan dan kiri (Manuaba, 1999).

Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas / kegiatan, Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea.

Mobilisasi dini dilakukan oleh semua ibu post partum, baik ibu yang mengalami persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi tertagantung pada keadaan umum ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan

Saat ini, persalinan dengan bedah sesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal, tindakan operasi Caesar atau

C-section merupakan pilihan yang harus dijalani karena kadaan gawat darurat untuk

menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya (Dewi, 1997).

Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak


(14)

keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi, klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas klien, tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui apa saja gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu, bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010?

C. Tujuan Penetilian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 2. Tujuan Khusus


(15)

a. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 berdasarkan faktor fisiologis.

b. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010berdasarkan faktor emosional.

c. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 berdasarkan faktor perkembangan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Merupakan prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan D IV kebidanan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan pengumpulan, mengelola, menganalisa dan mengimformasikan data temuan.

2. Bagi RS

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan.

3. Bagi Institusi Akademik

Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang oleh institusi pendidikan.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000).

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.


(17)

Mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Ancheta, 2005)

3. Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).

4. Manfaat mobilisasi

Manfaat mobilisasi bagi ibu pasca seksio sesarea adalah :

a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.


(18)

Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula. b. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat

anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.

c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

5. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.


(19)

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :

a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

b. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli.

c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

a. Faktor fisiologis

1) Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5oC pasca bedah. Demam pasca bedah hanya merupakan sebuah gejala bukan sebuah diagnosis, yang menandakan adanya suatu komplikasi serius (Cunningham dkk, 2005).

2) Perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Dalam hal ini perdarahan terjadi akibat kegagalan mencapai hemoestasis di tempat insisi uterus maupun pada placental bed akibat atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebagian besar penyebab terjadinya perdarahan pasca bedah. Ada beberapa keadaan yang menjadi predisposisi terjadinya atoni uteri, yaitu distensi


(20)

dinding rahim yang berlebihan (kehamilan ganda, polihidramnion atau makrosomia janin), pemanjangan masa persalinan dan grandemultiparitas. 3) Keberadaan nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya.

a) Pengukuran intensitas nyeri

Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri tersebut berbeda pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat mengevaluasi perubahan kondisi klien.

Ada tiga cara mengkaji intensitas nyeri yang biasa digunakan antara lain :


(21)

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Intensitas nyeri mengacu kepada kehebatan nyeri itu sendiri, untuk menentukan derajat nyeri, dapat menanyakan klien tentang nyeri

yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang serupa lainnya yang membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10


(22)

angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan skala numerik yaitu :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat terkontrol: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

b. Faktor Emosional

Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas)

Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008)

1) Tingkat Kecemasan

Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2001) yaitu :


(23)

kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. b) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada

hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif namun dapat brfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

c) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

d) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup diorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, pesepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


(24)

Kecemasan Emosional Minimal (mendekati 0) Kecemasan Ringan (+1) Kecemasan Sedang (+2)

Tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas normal.

Pupil kontraksi, otot relaksasi sedikit atau tidak ada tahanan pada gerakan pasif.

Rangsangan sistem simpatik pada tingkat rendah, ketengan otot skeletal mulai ringan sampai moderat, tubuh relaksasi, pergerakan lambat dan

mempunyai arti. Kontak mata

dipertahankan, suara tenang dan intonasi baik.

Sistem saraf simpatis aktif : Tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, pernafasan meningkat, Sistem saraf simpatis aktif : tekanan darah meningkat, pernafasan meningkat, pupil dilatasi. Peningkatan tegangan otot bersamaan dengan penekanan penginderaan, dan gerakan tidak menentu. Suara menunjukkan kesan perhatian dan ketertarikan masalah yang terjadi. Kecepatan bicara meningkat, nada suara meningkat, kewaspadaan Aktifitas kognitif minimal, sikap mengabaikan stimulus dari lingkungan, tidak berusaha aktif terhadap proses informasi, kesadaran tidak berubah. Lapangan perseptual terbuka, mampu merubah fokus perhatian, sadar akan lingkungan luar, berfikir positif pada dirinya, perhatian rendah terhadap sesuatu yang tak terduga atau hal yang negatif.

Persepsi sempit, fokus perhatian khusus pada stimulus eksternal atau

internal. Berusaha menyadari proses informasi.

Pikiran terpusat pada diri sendiri, pikiran tentang kemampuan diri sendiri, berusaha mendapatkan sumber-sumber penting untuk pemecahan masalah. Hasil positif pemecahan masalah belum tentu dicapai.

Tidak ada interaksi sosial, tidak ada usaha menghadapi stimulus dari

lingkungan, aktifitas emosional minimal, mengabaikan situasi, merasa kuat dan merasa puas Tingkah laku spontan.

Perasaan positif dan nyaman, percaya diri dan puas. Aktifitas menyendiri. Meningkatkan kemampuan dalam belajar menganalisa masalah, pengaturan kognitif dan gerakan, Meningkatkan kemampuan dalam belajar menganalisa masalah, pengaturan kognitif dan

gerakan, merasa ada tantangan dalam menyelesaikan dilema/masalah. Rasa percaya diselingi rasa takut. Harga diri rendah dan kemungkinan tidak mampu. Perilaku lari (fligh) dari masalah dimanifestasikan dengan menarik diri,


(25)

Berat (+3)

meningkat.

Respon berjuang atau lari dari masalah. Sistem saraf simpatis dihambat secara umum. Rangsangan pada medulla adrenal ditandai dengan peningkatan

katekolamin, denyut jantung cepat, palpitasi, gluko sa darah meningkat, aliran darah ke sistem pencernaan menurun, aliran darah ke otot rangka meningkat, penegangan otot berlebihan, kaku, hiperventilasi, reaksi fisik meningkat, agitasi, gerakan tidak menentu, meremas tangan, resah, gemetar, terpaku (tidak bergerak). Nafsu makan hilang, mual.

Efek verbal : gagap, cepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu.

Ekspresi wajah : Kontak mata sedikit, gerakan mata rata/manatap, menggeretakkan gigi, rahang kaku. Kapasitas persepsi sangat sempit, perhatian yang berlebihan pada satu stimulus, penyelesaian masalah tidak efektif/sulit, tidak perduli pada ancaman, mengingkari masalah, disorientasi waktu dan tempat. Kemungkinan berfikir secara negatif, aktualisasi diri rendah. mengingkari dan depresi.

Ancaman pada diri meningkat,

mengalami disosiasi.

c. Faktor perkembangan


(26)

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.

B. Seksio Sesarea

1. Pengertian

Seksio sesarea adalah Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002 : 536).

Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran umum (Dewi, 2007).

2. Istilah Seksio sesarea

a. Seksio sesarea primer

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.

b. Seksio sesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus gagal, baru dilakukan seksio sesaria.


(27)

c. Seksio sesarea ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu menggalami seksio sesaria dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesaria ulang.

d. Seksio sesrea histerektomi

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

e. Operasi poro

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri(janin sudah mati) dan lngsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar 2000)

3. Indikasi

a. Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu), psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).

b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya, atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman. Berdasarkan laporan mengenai indikasi terbanyak di negara-negara maju seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1 di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi terbanyak untuk seksio sesarea adalah distosia 3,6% diikuti oleh presentasi bokong


(28)

2,1%, gawat janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8% kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005). c. Di Skotlandia diperoleh bahwa distosia sebagai indikasi seksio sesarea terbanyak

yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 10,7% kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1% diikuti oleh distosia dan presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8% sedangkan gawat janin hanya 1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu 8,5%, dan distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin 2,2% dan lain-lain 3,2% (Cunningham dkk, 2005).

d. Macam-macam indikasi dilakukannya seksio sesarea 1) Placenta previa sentralis dan lateralis

2) Panggu l sempit

3) Disproporsi sefalo pelvic 4) Rupture uteri mengancam 5) Partus lama

6) Partus tak maju 7) Distosia serviks

8) Pre eklampsi dan Hipertensi 9) Malprsentasi janin


(29)

4. Jenis-jenis operasi seksio sesaria

Ada beberapa jenis seksio sesarea, yaitu:

a. Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2002). Hampir 99% dari seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan menggunakan teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat menimbulkan perdarahan (Manuaba, 1999).

b. Seksio sesarea klasik, yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau karsinoma serviks invasif), bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah (Charles, 2005). Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu, kesembuhan luka insisi relatif sulit, kemungkinan terjadinya ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar.

c. Seksio sasarea yang disertai histerektomi, yaitu pengangkatan uterus setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan.

d. Seksio sesarea vaginal, yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek obstetri.


(30)

e. Seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.

5. Komplikasi

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perlu sedikit kembung

3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama

b. Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka 2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada placental bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi

d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan sekarang.


(31)

Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagher, C.M, 2004, hlm 20 ).

a. Anestesi general

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.

b.Anestesi spinal

Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan


(32)

sakit, dan pasangan juga bisa mendampingi untuk memberikan dorongan dan semangat.

c. Anastesi Epidural

Mengurangi rasa sakit selama stadium I dan II dari proses persalinan atau selama section Caesar. Kontra Indikasi : Ditolak oleh pasien, adanya infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan uterus, pengobatan anticoagulant, kegemukan, hypovolemi, shock atau anemi berat, adanya penyakit spinal cord atau sakit di belakang.

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).

Adapun variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Faktor fisiologis

Mobilisasi dini

Faktor perkembangan Faktor emosional


(33)

Kerangka konsep ini dilihat untuk melihat adanya gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi medan tahun 2010.

A. DEFINISI OPERASIONAL

N o

Variabel Definisi

Operasinal

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur 1 Mobilisasi dini Pergerakan

yang dilakukan sedini

mungkin di tempat tidur dengan

melatih

bagian–bagian tubuh untuk melakukan

peregangan

atau belajar berjalan

Lembar observasi

Observasi 1. Dilakukan 2. Tidak dilakukan


(34)

2 faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini 1. Faktor fisiologis a. Demam b. Perdarahan masa nifas pasca seksio c. Keberadaan nyeri 2. Faktor emosional a. Cemas (ansietas) Peningkatan suhu mencapai 38,5oC pasca bedah

kehilangan

darah lebih dari 1000 ml.

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bias disamakan satu dengan yang lainnya. gejolak emosi seseorang yang berhubungan Thermometer Kuesioner Kuesioner Kuesioner Observasi Wawancara Wawancara Wawancara

1 : Normal (Suhu 360C–37,50C) 0 : Tidak Normal (Suhu > 37,50C) 1 : Normal (1-2 Kali ganti Pembalut dalam waktu 30 menit) 0 : Tidak Normal (> 2 kali ganti pembalut dalam waktu 30 menit 0 : Tidak nyeri 1–3 : Nyeri ringan 4–6 : Nyeri sedang 7–9 : Nyeri berat 10 : Nyeri sangat berat tidak terkontrol

0–21 : kecemasan ringan 22–35 : kecemasan

Interval

Interval

Interval


(35)

3. Faktor perkembangan a. Umur b. Paritas dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan

Usia ibu pasca seksio sesarea dihitung sejak lahir hingga penelitian dilakukan Jumlah persalinan ibu secara seksio sesarea Kuesioner Lembar observasi Wawancara Wawancara sedang > 36 : kecemasan berat 1= 20–25 2= 26–30 3= 31–35 1= Primigravida 2= Scundigravida 3= Multigravida Interval Nominal

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi


(36)

Medan. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan (Hidayat, 2003)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu pasca seksio sesarea yang berada di di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2010 Data dari kunjungan oktober 2009 sebanyak 78 orang.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 73 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara

accidental sampling yaitu sampel yang dipilih hanya berdasarkan ketersediannya

yaitu sampel yang berada ditempat yang tepat dan diwaktu yang tepat sesuai dengan tujuan peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien pasca seksio sesarea yang menggunakan anastesi spinal, persalinan dengan seksio sesarea dengan indikasi, melakukan mobilisasi setelah 24 jam dan bersedia menjadi objek dalam penelitian. Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus :

Jika besar populasi < 1000, maka sampel bisa diambil :

2

) (

1 N d

N n + = 2 ) 05 , 0 ( 78 1 78 + = n


(37)

n= 73 keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat Signifikansi (Nursalam, 2008)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan belum dilakukan penelitian sebelunnya tentang mobilisasi dini

D. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari–April 2010 di RSU. Dr. Pirngadi Medan 2010.

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden bersedia Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent). Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan atau berlangsung. Penelitian ini


(38)

tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis. Anonymity (tanpa nama) Pada lembar persetujuan maupun lembar observasi tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi kode saja. Confidentiality (kerahasiaan). Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner berisi data tentang faktor fisiologis, faktor emosianol dan faktor perkembangan. Kusioner diisi sendiri oleh peneliti dengan cara diisi langsung oleh responden.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada Program Studi D IV Bidan Pendidikan Fakultas Keperawatn Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Direktur di RSU. Dr. Pirngadi Medan. Setelah mendpat persetujuan dari direktur besar, peneliti melaksanakan penelitian di ruang Kebidanan RS. di RSU. Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informent Consent). Kemudian melakukan observasi dengan


(39)

memberikan pertanyan dan menjelaskan pertanyaan yang diberikan kepada responden.

H. Rencana Analisa Data

Dalam melakukan analisis data, setelah semua data terkumpul, diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi, maka peneliti melakukan analisa data dan melalui beberapa tahap :

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan data responden.

b. Coding (Pengkodean Data)

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. c. Processing

Dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi (SPSS).

d. Cleansing (Pembersihan data)

Data yang telah di tabulasi, diperiksa kembali kelengkapan dan kebenarannya (Hidayat, 2007).

e. Analisa data

dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data dan melalui beberapa tahap :


(40)

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dengan


(41)

jumlah responden 58 orang sesuai dengan kriteria dan sampel yang telah di tentukan. Setelah data dikumpulkan kemudian diolah secara komputerisasi didapatkan sebagai berikut :

1. Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan, berikut ini hasil data mobilisasi dini dari responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea

di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea walaupun pada awalnya tidak seluruh responen mau melakukan mobilisasi dini tapi dengan bantuan petugas yang mampu mengarahkan responden dengan baik sehingga pada akhirnya responden mau untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

2. Faktor–faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor fisiologis

a. Suhu tubuh

No Mobilisasi Dini F persentase

1 Dilakukan 58 100

2 Tidak dilakukan 0 0


(42)

Suhu meningkat menyebabkan demam pasca seksio sesarea dan akan menghambat responden untuk melakukan mobilisasi dini, berikut ini adalah hasil penelitian dari pengukuran suhu tubuh responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. :

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Suhu tubuh F persentase

1 Normal 58 100

2 Tidak normal 0 0

Total 58 100

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh suhu tubuh responden dalam keadaan normal pasca seksio sesarea.

b. Perdarahan

Perdarahan dapat juga terjadi pada pasca seksio sesarea, dan akan menghambat responden untuk melakukan mobilisasi dini, berikut ini adalah hasil penelitian dari perdarahan pada responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :


(43)

Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Perdarahan F Persentase

1 Normal 58 100

2 Tidak normal 0 0

Total 58 0

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden tidak mengalami perdarahan atau dalam keadaan normal pasca seksio sesarea.

c. Intensitas nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan

bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Berikut ini hasil dari pengukuran nyeri dari responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Intensitas Nyeri F Persentase

1 Tidak nyeri 0 0

2 Nyeri ringan 34 58,6

3 Nyeri sedang 23 39,7

4 Nyeri berat terkontrol 1 1,7

5 Nyeri sangat berat tidak terkontrol 0 0


(44)

Dari tabel di atas dapat dilihat lebih dari separuh responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan dan tidak ada responden yang mengalami nyeri sangat berat tidak terkontrol pasca seksio sesarea.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor emosional

a. Kecemasan

Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan, berikut ini adalah hasil dari pengukuran kecemasan pada responden pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Kecemasan F Persentase

1 kecemasan ringan 58 100


(45)

3 kecemasan berat 0 0

Total 58 100

Dari tabel di atas dapat dilihat seluruh responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini dilihat dari faktor perkembangan

a. Umur

Kondisi fisik seseorang dapat dipengaruhi oleh umur seseorang, berikut ini hasil dari pengukuran rentang umur yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Umur F Persentase

1 20 – 25 tahun 15 25,9


(46)

3 31 – 35 tahun 25 43,1

Total 58 100

Dari tabel di atas dapat dilihat dari rentang umur responden 31 – 35 tahun hampir separuh atau 25 orang (43,1%) responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan hanya (25,9%) 15 orang responden dari rentang umur 20 – 25 tahun yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

b. Paritas

Banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita, berikut ini hasil dari pengukuran paritas yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 :

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada ibu pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Paritas F Persentase

1 Primigravida 10 17,2

2 Scundigravida 17 29,3


(47)

Total 58 100

Dari tabel di atas dapat dilihat dari paritas yang multigravida lebih dari separuh (53,4%) 31 orang responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan primigravida hanya (17,2%) 10 orang yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menngenai “ Gambaran faktor–faktor yang mempengaruhi mobilsasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RS. dr. pirngadi medan tahun 2010” dengan sampel yang diperoleh sebanyak 58 orang dan telah didapatkan kriteria responden berdasarkan faktor fisiologis, faktor emosional, dan faktor perkembangan, adalah sebagai berikut :

1. Faktor fisiologis

a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh

Setelah penelitian dilakukan diperoleh suhu tubuh seluruh responden berada dalam keadaan normal (36℃ - 37,5℃) dan menurut Cunningham dkk (2005) Demam puerperalis didefinisikan sebagai peningkatan suhu mencapai 38,5oC pasca seksio sesarea.

Berarti dari hasil penelitian ini dapat dilihat suhu responden dalam keadaan normal, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga tidak ada pasien yang demam dan mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.


(48)

b)Distribusi frekuensi responden berdasarkan perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat seluruh responden 58 orang tidak mengalami perdarahan atau dalam keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 sehingga responden dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik, karena jika terjadi perdarahan dapat menyebabkan terhambatnya responden untuk melakukan mobilisasi dini, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Taber (2004), perdarahan masa nifas pasca seksio sesarea didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 1000 ml

c)Distribusi frekuensi responden berdasarkan intensitas nyeri pada masa nifas pasca seksio sesarea

Dari hasil pengukuran intensitas nyeri diketahui bahwa lebih dari separuh responden 34 orang (58,6%) mengalami nyeri pada skala 1-3 dengan intensitas nyeri ringan dan kurang dari separuh responden 23 orang (39,7%) berada pada skala 4-6 dengan intensitas nyeri sedang dan hanya 1 orang responden berada pada skala 7-9 dengan intensitas nyeri berat terkontrol. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perry dan Potter (1993), Cara mengkaji nyeri yang digunakan adalah 0-10 angka skala intensitas nyeri. Intensitas nyeri dibedakan menjadi empat dengan menggunakan skala numerik yaitu : 0,Tidak nyeri. 1-3, nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4-6 nyeri sedang yang secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti


(49)

perintah dengan baik. 7-9 nyeri berat terkontrol yang secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10 nyeri sangat berat tidak terkontrol dimana Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan responden berada pada nyeri ringan yang secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik sehingga responden masih mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik, ini juga karena petugas benar-benar menjalankan tugasnya dengan benar atau sesuai prosedur sehingga nyeri pasien hanya pada batas yang wajar dikarenakan bekas seksionya.

2. Faktor emosional

a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan pada masa nifas pasca seksio sesarea

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat tidak ada responden yang mengalami kecemasan sedang dan berat, seluruh responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Menurut Stuart (2001) kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Hal ini dapat mempengaruhi responden


(50)

mampu melakukan mobilisasi dini karena pada kecemasan ringan ini individu hanya sekedar berwaspada terhadap luka seksionya.

3. Faktor Perkembangan

a)Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada masa nifas pasca seksio sesarea

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat kebanyakan responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RS. dr.Pirngadi medan tahun 2010 dari rentang umur responden 31 – 35 tahun hampir separuh (43,1%) 25 orang dan dari rentang umur responden 26-30 tahun kurang dari separuh (31%) 18 orang dan dari rentang umur 20-25 hanya 15 orang (25,9%).

Menurut Chi, dkk (2007), kelompok ibu yang berumur 20-30 tahun angka kematian ibu rendah dibandingkan ibu berumur kurang dari 20 tahun dan dibanding ibu berumur 35 tahun atau lebih.

Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ibu-ibu yang berada pada rentan umur 20-35 tahun dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik kecuali ada hal yang lain dari keadaan tubuh rsponden yang menghambat.

b)Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada masa nifas pasca seksio sesarea

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dari paritas yang multigravida lebih dari separuh (53,4%) 31 responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RS. Dr.Pirngadi


(51)

medan tahun 2010 dan 17 responden (29,3%) scundigravida dan 10 responden (17,2%) pada primigravida. Menurut penelitian Chi, dkk (2007) paritas 1 angka kematian ibu lebih tinggi dari pada kelompok paritas > 1

Jadi dari hasil penelitian ini seluruh paritas mampu melakukan mobilisasi dini dengan baik.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN


(52)

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea di RS. DR pirngadi medan tahun 2010 dari 58 responden maka dari pengolahan data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan dilakukan atau tidak mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea didapatkan hasil seluruh responden melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

2. Dilihat dari faktor fisiologis distribusi frekuensi responden berdasarkan suhu tubuh pada ibu pasca seksio sesarea, seluruh suhu tubuh responden dalam keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dan juga seluruh responden tidak mengalami perdarahan atau dalam keadaan normal pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dan dilihat dari intensitas nyeri lebih dari separuh responden (58,6%) berada dalam keadaan nyeri ringan dan tidak ada responden yang mengalami nyeri sangat berat tidak terkontrol pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

3. Dilihat dari faktor emosional distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan seluruh responden berada pada kecemasan ringan pasca seksio sesarea di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

4. Dilihat dari faktor perkembangan Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, dari rentang umur responden 31 – 35 tahun hampir separuh atau 25 orang (43,1%) responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr.Pirngadi medan tahun 2010 dan hanya (25,9%) 15 orang responden


(53)

dari dengan rentang umur 20 – 25 tahun yang di seksio di RS. dr.Pirngadi medan tahun 2010 dan Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas pada ibu diperoleh hasil paritas yang multigravida lebih dari separuh (53,4%) 31 orang responden yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr.Pirngadi medan tahun 2010 dan primigravida hanya (17,2%) 10 orang yang melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU. Dr.Pirngadi medan tahun 2010

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang pasien yang diseksio sesarea dan tentang mobilisasi pada pasien pasca seksio sesarea.

2. Bagi RS

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSU khususnya di Ruang Rawat Inap Kebidanan.

3. Bagi Institusi Akademik

Bahan masukan yang dapat dibuat untuk acuan dimasa yang akan datang oleh institusi pendidikan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta : EGC.


(55)

Carpernito. (2000).Perawatan Pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs

Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi CaesarPengantar dari A Sampai Z, Jakarta : Edsa Mahkota.

Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga.

Hidayat, A. Azizi Alimul (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data Jakarta : Salemba Medika.

Kasdu, D.A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara. Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6 Jakarta :

Hipokrates.

Mochtar, Rustam (2000). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Oxorn, H. ( 2003 ), Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of Labor

and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica

Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Pritcard. (1999). Obstetri Wiliams, Edisi ketujuh belas, Surabaya : Airlangga University Press.

Sastroasmoro, P, Sarwono (2002). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Kedua. Jakarta : CV Sagung Seto.


(56)

Lampiran I

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Gambaran Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini

Pada Ibu Pasca seksio sesarea Nama peneliti : Henniari


(57)

Saya adalah mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan faktor – faktor yang mempenharuhin mobilisasi dini pada ibu postseksio. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban ibu, informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk penelitian ini.

Peneliti Medan, 2010

Responden

Henniari ____________________

Lampiran 2

KOESIONER PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI PADA IBU PASCA SEKSIO SESAREA

KUESIONER DEMOGRAFI

Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan ibu dan dituliskan pada tempat yang disediakan.


(58)

Kode :

Tanggal :

Umur :

Paritas :

Suhu tubuh :

1.Apakah ibu melakukan mobilisasi dini seperti menggerakkan tangan, kaki dan memiringkan badan kekiri dan kekanan :

Dilakukan

Tidak dilakukan

2.Berapa kali ibu mengganti pembalut dalam 30 menit setelah 6 jam post seksio 1 – 2 kali

2 kali

≥ 2 kali

INTENSITAS NYERI

Petunjuk :

1. Pada skala ini diisi oleh ibu atas bimbingan oleh peneliti dengan menggunakan skala nyeri numerik (0-10), yaitu :


(59)

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memuku l.

FAKTOR EMOSIONAL

Beck Anxiety Inventory

Dibawah ini terdapat daftar gejala-gejala yang umum dari kecemasan. Silahkan baca secara hati-hati setiap soal dalam daftar ini. Tentukan sejauh mana anda terganggu dengan gejala tersebut, dengan melingkari nomor di dalam kolom di sebelah pernyataan tentang gejalanya :


(60)

sekali tidak begitu menggangu saya tidak menyenangkan kadang kadang menggangu saya Perasaan kebas atau perasaan geli

0 1 2 3

Merasakan

panas 0 1 2 3

Perasaan goyang pada

tungkai

0 1 2 3

Tidak mampu

merasa tenang 0 1 2 3

Takut akan terjadi sesuatu

yang buruk

0 1 2 3

Pusing atau kepala terasa

ringan

0 1 2 3

Jantung

berdebar 0 1 2 3

Mudah

terombang-ambing

0 1 2 3

Merasa ngeri

atau takut 0 1 2 3

Gelisah 0 1 2

3 Perasaan

tercekik 0 1 2 3

Tangan

gemetaran 0 1 2 3

Merasakan

goyang 0 1 2 3

Takut kehilangan

kontrol

0 1 2 3

Sulit bernafas

0 1 2 3

Takut akan

kematian 0 1 2 3

Hati menjadi

ciut 0 1 2 3


(61)

pencernaan 0 1 2 3 Pingsan

0 1 2 3

Muka terlihat berwarna

merah

0 1 2 3

Berkeringat panas atau

dingin

0 1 2 3

Jumlah

Nilai Total

kode reponden

umur paritas suhu tubuh

mobilisasi ganti pembalut intensitas nyeri kecemasan

1 2 3 1 1 1 3 8

2 2 2 1 1 1 5 12

3 1 2 1 1 1 4 14

4 3 3 1 1 1 1 5

5 3 2 1 1 1 3 7

6 2 3 1 1 1 6 10

7 3 3 1 1 1 4 15

8 3 3 1 1 1 3 12


(62)

10 2 1 1 1 1 5 11

11 3 3 1 1 1 1 8

12 2 2 1 1 1 5 10

13 3 3 1 1 1 1 6

14 2 1 1 1 1 6 18 15 2 3 1 1 1 3 12 16 2 3 1 1 1 1 10

17 3 3 1 1 1 1 8

18 3 3 1 1 1 3 7

19 2 3 1 1 1 2 11

20 3 1 1 1 1 5 7

21 1 2 1 1 1 4 20 22 1 2 1 1 1 6 15 23 1 1 1 1 1 6 10 24 2 3 1 1 1 1 18

25 3 3 1 1 1 4 8

26 3 3 1 1 1 3 6

27 2 3 1 1 1 2 6

28 1 2 1 1 1 5 11

29 1 2 1 1 1 2 7

30 3 3 1 1 1 1 11

31 3 3 1 1 1 1 8

32 1 2 1 1 1 1 7

33 1 1 1 1 1 5 18 34 1 1 1 1 1 4 15 35 2 3 1 1 1 1 11 36 1 2 1 1 1 3 13 37 2 1 1 1 1 6 17

38 2 3 1 1 1 2 7

39 2 3 1 1 1 3 8

40 1 1 1 1 1 5 15

41 3 3 1 1 1 1 6

42 3 3 1 1 1 1 8

43 3 1 1 1 1 6 20 44 1 2 1 1 1 1 11 45 2 3 1 1 1 3 11

46 3 3 1 1 1 1 9

47 3 3 1 1 1 1 6

48 1 2 1 1 1 3 11

49 3 3 1 1 1 1 6


(63)

51 3 2 1 1 1 4 7

52 3 3 1 1 1 1 7

53 2 3 1 1 1 1 9

54 3 3 1 1 1 2 9

55 3 3 1 1 1 4 6

56 1 2 1 1 1 4 11

57 2 2 1 1 1 1 5

58 1 2 1 1 1 4 7

Frequency Table

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 15 25.9 25.9 25.9

26-30 18 31.0 31.0 56.9


(64)

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 15 25.9 25.9 25.9

26-30 18 31.0 31.0 56.9

31-35 25 43.1 43.1 100.0

Total 58 100.0 100.0

paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid primigravida 10 17.2 17.2 17.2

scundigravida 17 29.3 29.3 46.6

multigravida 31 53.4 53.4 100.0

Total 58 100.0 100.0

suhu tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal (36C-37,5C) 58 100.0 100.0 100.0

mobilisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid dilakukan 58 100.0 100.0 100.0

ganti pembalut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(65)

ganti pembalut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 kali ganti 58 100.0 100.0 100.0

intensitas nyeri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3=nyeri ringan 34 58.6 58.6 58.6

4-6=nyeri sedang 23 39.7 39.7 98.3

7-9=nyeri berat 1 1.7 1.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

kecemasam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5 2 3.4 3.4 3.4

6 7 12.1 12.1 15.5

7 9 15.5 15.5 31.0

8 7 12.1 12.1 43.1

9 3 5.2 5.2 48.3

10 5 8.6 8.6 56.9

11 9 15.5 15.5 72.4

12 3 5.2 5.2 77.6

13 1 1.7 1.7 79.3

14 1 1.7 1.7 81.0

15 5 8.6 8.6 89.7

17 1 1.7 1.7 91.4

18 3 5.2 5.2 96.6


(66)

kecemasam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5 2 3.4 3.4 3.4

6 7 12.1 12.1 15.5

7 9 15.5 15.5 31.0

8 7 12.1 12.1 43.1

9 3 5.2 5.2 48.3

10 5 8.6 8.6 56.9

11 9 15.5 15.5 72.4

12 3 5.2 5.2 77.6

13 1 1.7 1.7 79.3

14 1 1.7 1.7 81.0

15 5 8.6 8.6 89.7

17 1 1.7 1.7 91.4

18 3 5.2 5.2 96.6

20 2 3.4 3.4 100.0


(1)

pencernaan

0

1

2

3

Pingsan

0

1

2

3

Muka terlihat

berwarna

merah

0

1

2

3

Berkeringat

panas atau

dingin

0

1

2

3

Jumlah

Nilai Total

kode

reponden

umur

paritas suhu

tubuh

mobilisasi ganti pembalut intensitas nyeri

kecemasan

1

2

3

1

1

1

3

8

2

2

2

1

1

1

5

12

3

1

2

1

1

1

4

14

4

3

3

1

1

1

1

5

5

3

2

1

1

1

3

7

6

2

3

1

1

1

6

10

7

3

3

1

1

1

4

15

8

3

3

1

1

1

3

12


(2)

10

2

1

1

1

1

5

11

11

3

3

1

1

1

1

8

12

2

2

1

1

1

5

10

13

3

3

1

1

1

1

6

14

2

1

1

1

1

6

18

15

2

3

1

1

1

3

12

16

2

3

1

1

1

1

10

17

3

3

1

1

1

1

8

18

3

3

1

1

1

3

7

19

2

3

1

1

1

2

11

20

3

1

1

1

1

5

7

21

1

2

1

1

1

4

20

22

1

2

1

1

1

6

15

23

1

1

1

1

1

6

10

24

2

3

1

1

1

1

18

25

3

3

1

1

1

4

8

26

3

3

1

1

1

3

6

27

2

3

1

1

1

2

6

28

1

2

1

1

1

5

11

29

1

2

1

1

1

2

7

30

3

3

1

1

1

1

11

31

3

3

1

1

1

1

8

32

1

2

1

1

1

1

7

33

1

1

1

1

1

5

18

34

1

1

1

1

1

4

15

35

2

3

1

1

1

1

11

36

1

2

1

1

1

3

13

37

2

1

1

1

1

6

17

38

2

3

1

1

1

2

7

39

2

3

1

1

1

3

8

40

1

1

1

1

1

5

15

41

3

3

1

1

1

1

6

42

3

3

1

1

1

1

8

43

3

1

1

1

1

6

20

44

1

2

1

1

1

1

11

45

2

3

1

1

1

3

11

46

3

3

1

1

1

1

9

47

3

3

1

1

1

1

6

48

1

2

1

1

1

3

11

49

3

3

1

1

1

1

6


(3)

51

3

2

1

1

1

4

7

52

3

3

1

1

1

1

7

53

2

3

1

1

1

1

9

54

3

3

1

1

1

2

9

55

3

3

1

1

1

4

6

56

1

2

1

1

1

4

11

57

2

2

1

1

1

1

5

58

1

2

1

1

1

4

7

Frequency Table

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 15 25.9 25.9 25.9

26-30 18 31.0 31.0 56.9


(4)

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-25 15 25.9 25.9 25.9

26-30 18 31.0 31.0 56.9

31-35 25 43.1 43.1 100.0

Total 58 100.0 100.0

paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid primigravida 10 17.2 17.2 17.2

scundigravida 17 29.3 29.3 46.6

multigravida 31 53.4 53.4 100.0

Total 58 100.0 100.0

suhu tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal (36C-37,5C) 58 100.0 100.0 100.0

mobilisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid dilakukan 58 100.0 100.0 100.0

ganti pembalut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

ganti pembalut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-2 kali ganti 58 100.0 100.0 100.0

intensitas nyeri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3=nyeri ringan 34 58.6 58.6 58.6

4-6=nyeri sedang 23 39.7 39.7 98.3

7-9=nyeri berat 1 1.7 1.7 100.0

Total 58 100.0 100.0

kecemasam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5 2 3.4 3.4 3.4

6 7 12.1 12.1 15.5

7 9 15.5 15.5 31.0

8 7 12.1 12.1 43.1

9 3 5.2 5.2 48.3

10 5 8.6 8.6 56.9

11 9 15.5 15.5 72.4

12 3 5.2 5.2 77.6

13 1 1.7 1.7 79.3

14 1 1.7 1.7 81.0

15 5 8.6 8.6 89.7

17 1 1.7 1.7 91.4

18 3 5.2 5.2 96.6


(6)

kecemasam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5 2 3.4 3.4 3.4

6 7 12.1 12.1 15.5

7 9 15.5 15.5 31.0

8 7 12.1 12.1 43.1

9 3 5.2 5.2 48.3

10 5 8.6 8.6 56.9

11 9 15.5 15.5 72.4

12 3 5.2 5.2 77.6

13 1 1.7 1.7 79.3

14 1 1.7 1.7 81.0

15 5 8.6 8.6 89.7

17 1 1.7 1.7 91.4

18 3 5.2 5.2 96.6

20 2 3.4 3.4 100.0


Dokumen yang terkait

Penilaian Usia Kehamilan Bayi yang Dilahirkan Secara Seksio Sesarea Menggunakan Skor Ballard di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan Periode Tahun 2013 sampai April 2014

0 49 65

Penilaian Usia Kehamilan Bayi yang Dilahirkan Secara Seksio Sesarea Menggunakan Skor Ballard di Rumah Sakit Muhammadiyah Medan Periode Tahun 2013 sampai April 2014

0 32 65

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan Simatupang Kisaran’’

6 87 90

Tingkat Mobilisasi Dini Pasien Pasca Laparotomi dan Seksio Sesarea dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di RSUD dr. Pirngadi Medan

1 43 108

Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

30 192 66

Bladder Training Pada Ibu-ibu Pasca Seksio Sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

10 139 52

Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

8 92 76

Pengetahuan Ibu tentang Mobilisasi Dini Pasca Persalinan Normal Pervaginam di Dusun IX Desa Bandar Klippa Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang Tahun 2010

1 32 56

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mobilisasi 2.1.1. Defenisi Mobilisasi - Tingkat Mobilisasi Dini Pasien Pasca Laparotomi dan Seksio Sesarea dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di RSUD dr. Pirngadi Medan

1 3 35

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum normal dan seksio sesarea di RSU.H. Abdul Manan Simatupang Kisaran’’

0 0 27