Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI PASIEN DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PASCA SEKSIO SESAREA

DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

AULIA NOVITASARI 105102064

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Aulia Novitasari

Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

ix + 50 hal + 8 tabel + 1 skema + 10 lampiran Abstrak

WHO (Badan Kesehatan Dunia), memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri, persentase operasi sesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Hasil survey awal ibu yang bersalin dengan operasi seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan mengatakan bahwa sangat takut melakukan mobilisasi pasca seksio sesarea. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2010 – April 2011 dengan sasaran penelitian ibu-ibu pasca seksio sesarea. Sampel penelitian berjumlah 86 orang yang diambil secara accidental sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi langsung oleh responden dan dianalisis

univariat dan bivariat (Chi-Square). Hasil univariat menunjukkan bahwa 59 orang

(68,6%) mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, 64 orang (74,4%) mempunyai motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masih dibutuhkannya banyak usaha untuk meningkatkan cakupan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Untuk itu diperlukan kerjasama antara petugas kesehatan dan keluarga untuk memotivasi ibu melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan adanya usaha petugas kesehatan untuk mau memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini, bimbingan dan dukungan secara langsung kepada ibu pasca seksio sesarea sehingga pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Daftar Bacaan : 25 (1998-2009)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Isti I. Fujiati, M.Sc (CMFM), selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Seluruh Dosen dan Staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kedua orang tuaku Sukisman dan Darna Yetti Amd. Keb, yang telah banyak membantu baik moril maupun materil, memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

6. Abangku Primayudha Putera, ST, MM dan adikku Devi Khusnul Riska, SE, yang telah memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Rudi Suhaemi, yang telah memberikan dorongan dan semangat serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II Tinjauan Pustaka A. Motivasi ... 6

1. Definisi ... 6

2. Jenis-jenis Motivasi ... 7

3. Tujuan Motivasi ... 9

4. Fungsi Motivasi ... 10

B. Mobilisasi Dini ... 10

1. Pengertian Mobilisasi Dini ... 10


(7)

3. Tujuan Mobilisasi Pasca Seksio Sesarea ... 11

4. Rentang Gerak dalam Mobilisasi ... 12

5. Manfaat Mobilisasi ... 12

6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 13

7. Prosedur Mobilisasi ... 13

8. Indikator Pemulihan Pasca Seksio Sesarea dengan Mobilisasi ... 18

C. Seksio Sesarea ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Istilah Seksio Sesarea ... 19

3. Indikasi ... 19

4. Jenis – Jenis Operasi Seksio Sesarea ... 21

5. Komplikasi ... 22

6. Anestesia pada Seksio Sesarea ... 23

BAB III Kerangka Penelitian A. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

B. Hipotesis ... 26

C. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV Metode Penelitian A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Tempat Penelitian ... 30

D. Waktu Penelitian ... 30

E. Etika Penelitian ... 31


(8)

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

I. Analisis Data ... 33

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 36

1. Analisis Univariat ... 38

2. Analisis Bivariat ... 41

B. Pembahasan ... 43

1. Interpretasi dan diskusi hasil ... 43

2. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan Bidan ... 48

BAB VI Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Karakteristik Responden

di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ... 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelaksanaan Mobilisasi

Dini di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ... 38 Tabel 5.3 Kategori menurut Motivasi Pasien Dengan Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ... 39 Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Motivasi Intrinsik Pasien

Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.3.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Motivasi Ekstrinsik

Pasien Dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan Tahun 2011 ... 41 Tabel 5.4 Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini


(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Skema yang Menggambarkan Hubungan Secara Konseptual antara Motivasi dan pelaksanaan mobilisasi dini Pasca Seksio Sesarea ………...……… 25


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Content Validity

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 6 : Master Data Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 8 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 9 : Balasan surat izin penelitian


(12)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Aulia Novitasari

Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

ix + 50 hal + 8 tabel + 1 skema + 10 lampiran Abstrak

WHO (Badan Kesehatan Dunia), memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri, persentase operasi sesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. Hasil survey awal ibu yang bersalin dengan operasi seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan mengatakan bahwa sangat takut melakukan mobilisasi pasca seksio sesarea. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2010 – April 2011 dengan sasaran penelitian ibu-ibu pasca seksio sesarea. Sampel penelitian berjumlah 86 orang yang diambil secara accidental sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi langsung oleh responden dan dianalisis

univariat dan bivariat (Chi-Square). Hasil univariat menunjukkan bahwa 59 orang

(68,6%) mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, 64 orang (74,4%) mempunyai motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masih dibutuhkannya banyak usaha untuk meningkatkan cakupan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Untuk itu diperlukan kerjasama antara petugas kesehatan dan keluarga untuk memotivasi ibu melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan adanya usaha petugas kesehatan untuk mau memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini, bimbingan dan dukungan secara langsung kepada ibu pasca seksio sesarea sehingga pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Daftar Bacaan : 25 (1998-2009)


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1998).

Motivasi berasal dari bahasa latin “mevore” berarti “menggerakkan” yaitu kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan dan sebagai suatu kesediaan untuk menerima pembelajaran dengan kesiapan sebagai bukti dari motivasi, dengan hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil manipulasi eksternal saja (Haggard, Redman, Kort, dalam Bastable, 2001).

2. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Djamarah (2002), motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.


(14)

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan mobilisasi dini maka akan membantu mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi.

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :

1) Kebutuhan (need)

Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis, misalnya ibu melakukan mobilisasi dini karena ibu ingin cepat sehat pasca operasi.

2) Harapan (expentancy)

Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan. 3) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh (tanpa adanya pengaruh dari orang lain).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya


(15)

perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Hamzah, 2009).

Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah :

1) Dorongan keluarga

Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya ibu melakukan mobilisasi dini karena adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua ataupun anggota keluarga lainnya. Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan yang terbaik bagi kesehatan ibu.

2) Lingkungan

Lingkungan adalah tempat di mana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam mengubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Dalam konteks pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi dini.

3) Media

Media adalah faktor yang sangat berpengaruh bagi responden dalam memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea,


(16)

mungkin karena pada era globalisasi ini hampir dari waktu yang dihabiskan adalah berhadapan dengan media informasi, baik itu media cetak maupun elektronika (TV, radio, komputer/internet) sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah yang positif terhadap kesehatan.

3. Tujuan Motivasi

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007).

Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007).

4. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.


(17)

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian

B. Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000).

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.


(18)

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

2. Konsep Mobilisasi

Mula–mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Ancheta, 2005)

3. Tujuan Mobilisasi Pasca Bedah Seksio Sesarea

Tujuan mobilisasi dini yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, maupun berkemih (Carpenito, 2000).

4. Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.


(19)

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000).

5. Manfaat Mobilisasi

Manfaat mobilisasi bagi ibu pasca seksio sesarea adalah :

a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

b. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.

c. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.


(20)

6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

b. Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

c. Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan

menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007)

7. Prosedur Mobilisasi a. Hari 1 – 4

1) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing – masing telapak kaki dengan cara menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.


(21)

2) Bernafas dalam – dalam

Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.

3) Duduk tegak

Tekuk lutut dan miring ke samping. Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat. Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam-dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

4) Bangkit dari tempat tidur

Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan


(22)

turunkan telapak – telapak kaki ibu ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki – kaki ibu. 5) Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

6) Berdiri dan meraih

Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri. Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar dada mengembang dang meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

7) Menarik perut

Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

8) Saat menyusui

Tarik perut semabari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama beberapa detik lalu lemaskan, lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.


(23)

b. Hari 4 – 7

1) Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukan selama 2 detik.

2) Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

3) Sentakan pinggul

Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atas dan remtangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.

4) Menggulingkan lutut

Berbaring di tempat tidur, kemudian letakkan tangan di samping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan-lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke masing – masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.

5) Posisi jembatan

Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki ke bawah


(24)

dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

6) Posisi merangkak

Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki di atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa seolah-olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari. Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh ke bawa, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan punggung, berkonsentrasilah menarik abdomen (Gallagher, C.M, 2004).

8. Indikator Pemulihan Pasca Seksio Sesarea dengan Mobilisasi

Pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang ke rumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca seksio sesarea dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya di kamar mandi dengan dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya ibu baru akan buang air besar, dimana saat awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari, perubahan ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal.


(25)

Pada hari kelima fundus uteri berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan mengering (Kasdu, 2003).

B.Seksio Sesarea 1. Pengertian

Seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sarwono, 2002).

Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui

vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi media, kendati cara ini semakin

umum sebagai pengganti kelahiran umum (Dewi, 2007).

2. Istilah Seksio Sesarea a. Seksio sesarea primer

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. b. Seksio sesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus gagal, baru dilakukan seksio sesarea. c. Seksio sesarea ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu menggalami seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.


(26)

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.

e. Operasi poro

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 2000)

3. Indikasi

a. Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan, yaitu passage (jalan lahir), passenger (janin), power (kekuatan ibu), psikologi ibu dan penolong. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika keadaan tersebut berlanjut (Manuaba, 1999).

b. Seksio sesarea dilakukan bila diyakini bahwa penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya yang serius bagi janin, ibu, atau bahkan keduanya, atau bila persalinan pervaginam tidak mungkin dapat dilakukan dengan aman. Berdasarkan laporan mengenai indikasi terbanyak di negara-negara maju seperti yang diperlihatkan pada tabel 2.1 di Norwegia diperoleh hasil bahwa indikasi terbanyak untuk seksio sesarea adalah distosia 3,6% diikuti oleh presentasi bokong 2,1%, gawat janin 2,0%, riwayat seksio sesarea sebelumnya 1,4% dan lain-lain 3,7% dari 12,8% kasus seksio sesarea yang terjadi (Cunningham dkk, 2005).

c. Di Skotlandia diperoleh bahwa distosia sebagai indikasi seksio sesarea terbanyak yaitu 4,0% sedangkan riwayat seksio sesarea sebelumnya 3,1%, gawat


(27)

janin 2,4%, presentasi bokong 2,0% dan lain-lain 2,7% dalam 14,2% kasus seksio sesarea. Riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 10,7% kasus seksio sesarea yang terjadi di Swedia yaitu 3,1% diikuti oleh distosia dan presentasi bokong yang masing-masing berkisar 1,8% sedangkan gawat janin hanya 1,6% dan lain-lain 2,4%. Di USA, riwayat seksio sesarea sebelumnya merupakan indikasi terbanyak dari 23,6% kasus seksio sesarea yang terjadi yaitu 8,5%, dan distosia berperan dalam 7,1%, presentasi bokong 2,6%, gawat janin 2,2% dan lain-lain 3,2% (Cunningham dkk, 2005). d. Macam-macam indikasi dilakukannya seksio sesarea

1) Placenta previa sentralis dan lateralis

2) Panggul sempit

3) Disproporsi sefalo pelvic

4) Rupture uteri mengancam

5) Partus lama 6) Partus tak maju 7) Distosia serviks

8) Preeklampsi dan Hipertensi

9) Malpresentasi janin

10) Gamelli

4. Jenis-jenis Operasi Seksio sesarea Ada beberapa jenis seksio sesarea, yaitu:

a. Seksio sesarea transperitoneal profunda merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus (Prawiroharjo, 2002). Hampir 99%


(28)

dari seluruh kasus seksio sesarea dalam praktek kedokteran dilakukan dengan menggunakan teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan dalam mengeluarkan janin sehingga memungkinkan terjadinya perluasan luka insisi dan dapat menimbulkan perdarahan (Manuaba, 1999).

b. Seksio sesarea klasik, yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman (misalnya karena perlekatan yang erat pada vesika urinaria akibat pembedahan sebelumnya atau terdapat mioma pada segmen bawah uterus atau

karsinoma serviks invasif, bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput

ketuban sudah pecah (Charles, 2005). Teknik ini juga memiliki beberapa kerugian yaitu, kesembuhan luka insisi relatif sulit, kemungkinan terjadinya

ruptur uteri pada kehamilan berikutnya dan kemungkinan terjadinya perlekatan

dengan dinding abdomen lebih besar.

c. Seksio sasarea yang disertai histerektomi, yaitu pengangkatan uterus setelah

seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada uterus miomatousus yang besar dan atau banyak, atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan.

d. Seksio sesarea vaginal, yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus. Jenis seksio ini tidak lagi digunakan dalam praktek

obstetri.

e. Seksio sesarea ekstraperitoneal, yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi


(29)

ke bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.

5. Komplikasi

a. Infeksi puerperal (nifas)

1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

2) Sedang : dengan kenaikan suhu tubuh yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perlu sedikit kembung

3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, di mana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama

b. Perdarahan, disebabkan karena:

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada placental bed

c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi

d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan sekarang.

6. Anestesia pada Seksio Sesarea

Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja secara


(30)

jauh lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagher, C.M, 2004).

a. Anestesi general

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.

b. Anestesi spinal

Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan juga bisa mendampingi untuk memberikan dorongan dan semangat.

c. Anastesi epidural

Mengurangi rasa sakit selama stadium I dan II dari proses persalinan atau selama seksio sesarea. Kontra indikasi : Ditolak oleh pasien, adanya infeksi pada tempat penyuntikan, perdarahan uterus, pengobatan anticoagulant, kegemukan, hypovolemi, shock atau anemi berat, adanya penyakit spinal cord atau sakit di belakang.


(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008).

Secara skematis, kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1. Skema yang Menggambarkan Hubungan Secara Konseptual antara Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara, patokan duga atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2002).

1. Ho : Tidak ada hubungan antara motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Motivasi :

1. Motivasi Intrinsik 2. Motivasi Ekstrinsik

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio


(32)

2. Ha : Ada hubungan antara motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

C. Defenisi Operasional No

.

Variabel Definisi Operasinal

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Mobilisasi

dini

Pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan Lembar observasi

Observasi 1. Dilakukan = Ya 2. Tidak

Dilakukan = Tidak

Nominal

2. Motivasi 1. Motivasi

Intrinsik

2. Motivasi Ekstrinsik Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya pengaruh dari orang lain.

Kuesioner

Kuesioner

Wawancara

Wawancara

1. Ada dorongan dalam diri ibu untuk mobilisasi dini = Ya 2. Tidak ada dorongan

dalam diri ibu untuk mobilisasi dini = Tidak

1. Adanya pengaruh dari orang lain = Ya 2. Tidak ada pengaruh

dari orang lain= Tidak

Nominal


(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan motivasi pasien dengan

pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Penelitian ini diukur satu kali saja dalam kurun waktu yang bersamaan (Hidayat, 2003).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata perbulan ibu yang melakukan operasi seksio sesarea di di RSU Mitra Sejati Medan berjumlah 110 orang.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah ibu pasca seksio sesarea sebanyak 86 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara

accidental sampling yaitu sampel yang dipilih hanya berdasarkan ketersediannya

yaitu sampel yang berada di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat sesuai dengan tujuan peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pasien pasca seksio sesarea yang menggunakan anastesi


(34)

setelah 6 jam dan bersedia menjadi objek dalam penelitian. Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus :

Jika besar populasi < 1000, maka sampel bisa diambil :

n= 86 keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat Signifikansi (Nursalam, 2008)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Mitra Sejati Medan. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan belum dilakukan penelitian sebelumnya tentang motivasi pasien untuk mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

D. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada September 2010 – Juni 2011.

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan

2 ) ( 1 N d

N n + = 2 ) 05 , 0 ( 110 1 110 + = n


(35)

penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika responden bersedia Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent). Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan atau berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis. Anonymity (tanpa nama) pada lembar persetujuan maupun lembar observasi tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi kode saja. Confidentiality (kerahasiaan). Pembenaran informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan menjadi koleksi pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden.

F. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini berupa kuesioner, dengan menggunakan pertanyaan closed-ended berupa dichotomy question yaitu “ya” atau “tidak” dan multiple choice, terdiri dari bagian pertama yaitu petunjuk pengisian, kedua yaitu data demografi, ketiga yaitu data utama atau inti permasalahan tentang motivasi. Untuk motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dengan pilihan jawaban ya = 1, tidak = 0.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan instrumen, yang mampu mengukur apa yang diinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas telah dilakukan dengan cara conten


(36)

instrument yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variable yang akan diukur. Dimana pada tahap pertama ada perbaikan pertanyaan tentang motivasi dan pada tahap kedua kuesioner dinyatakan valid dengan CVI (Content

Validity Indeks ) sebesar 0,80.

Sedangkan untuk uji reliabilitas, data dianalisa dengan uji cronbach’s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien reliabilitas alpha cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel (Hidayat, 2007). Untuk pertanyaan motivasi intrinsik didapat nilai cronbach 0,83. Sedangkan pernyataan untuk motivasi ekstrinsik didapat nilai alpha cronbach’c 0,829.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan sekunder. Data primer di peroleh langsung dari responden melalui kuesioner yang disebarkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi puskesmas.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:

1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk dijadikan sebagai responden dengan menanda tangani surat persetujuan penelitian.

2. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.

3. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.


(37)

4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan,selanjutnya peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksakan jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kesalahan.

I. Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, setelah semua data terkumpul, diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi, maka peneliti melakukan analisa data dan melalui beberapa tahap :

a. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan data responden.

b. Coding (Pengkodean Data)

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel.

c. Processing

Dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi (SPSS). d. Cleansing (Pembersihan data)

Data yang telah di tabulasi, diperiksa kembali kelengkapan dan kebenarannya (Hidayat, 2007).

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data dan melalui beberapa tahap :


(38)

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji keeratan hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Analisis data dilakukan setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan dan dibuat dalam suatu tabel. Setelah itu, data diolah secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS, dimasukkan ke dalam program secara sistematis. Dikatakan motivasi rendah bila total bobot 1-10 dengan kode 1 dan dikatakan motivasi tinggi bila total bobot 11-20 dengan kode 2.

Hipotesa akan menggunakan uji Chi-Square, dengan taraf signifikan 95%. Taraf signifikan (α =0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05, maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel agar dapat dengan mudah melihat hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai September 2010 - Juni 2011 di RSU Mitra Sejati Medan dengan jumlah responden 86 orang.

Selanjutnya, untuk mengetahui motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan motivasi intrinsik, 10 pertanyaan motivasi ekstrinsik dan 1 pertanyaan mobilisasi dini. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pelaksanaan mobilisasi dini, motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea dan hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea di RSU Mitra Sejati Medan.

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini berdasarkan karakteristik responden mencakup umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan paritas.

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 86 responden mayoritas responden berumur 20-30 tahun yaitu 64 orang (74,4%), mayoritas pendidikan SMA yaitu 55 orang (64,0%), mayoritas pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak 59 orang (68,6%) dan mayoritas paritas multigravida yaitu 49 orang (57%).


(40)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Responden di RSU Mitra Sejati Medan (n = 86)

Karakteristik Responden f %

Umur ibu < 20 tahun 20-30 tahun >30 tahun Pendidikan Terakhir SD SMP SMA PT Pekerjaan IRT PNS Swasta Wiraswasta Paritas Primigravida Multigravida 3 64 19 - 6 55 25 59 17 10 - 37 49 3,5 74,4 22,1 - 7,0 64,0 29,1 68,6 19,8 11,6 - 43 57

2. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (68,6%) mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden menurut Pelaksanaan Mobilisasi Dini di RSU Mitra Sejati Medan

Pelaksanaan Mobilisasi Dini f %

Tidak 27 31,4

Ya 59 68,6


(41)

3. Motivasi

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (74,4%) mempunyai motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Tabel 5.3

Kategori menurut Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

Kategori f %

Rendah 22 25,6

Tinggi 64 74,4

Jumlah 86 100

a. Motivasi Intrinsik

Berdasarkan tabel 5.3.1, distribusi jawaban responden tentang motivasi intrinsik pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini mayoritas menjawab ’benar’ adalah pertanyaan nomor 2 ibu melakukan mobilisasi dini karena ingin cepat pulih, yaitu 84 orang (97,7%), sedangkan mayoritas menjawab ‘salah’ adalah pernyataan nomor 10 ibu teratur melakukan mobilisasi dini yaitu 53 orang (61,6%).


(42)

Tabel 5.3.1

Distribusi Frekuensi Responden menurut Motivasi Intrinsik Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea

di RSU Mitra Sejati Medan

No. Pertanyaan

Pilihan Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Ibu rasa mobilisasi dini bermanfaat untuk ibu 75 87,2 11 12,8 2 Ibu melakukan mobilisasi dini karena ingin cepat pulih 84 97,7 2 2,3 3 Ibu berharap otot- otot perut dan panggul akan kembali

normal jika mobilisasi dini

60 69,8 26 30,2 4 Ibu berharap terhindar dari resiko susah buang air besar jika

mobilisasi dini

73 84,9 13 15,1 5 Ibu berharap bekas luka sayatan operasi dapat segera sembuh 82 95,3 4 4,7 6 Ibu melakukan mobilisasi dini atas kemauan sendiri 36 41,9 50 58,1 7 Ibu sadar tentang pentingnya mobilisasi dini 56 65,1 30 34,9 8 Seandainya mengalami nyeri karena mobilisasi dini ibu tetap

mau mobilisasi dini

36 41.9 50 58,1 9 Ibu mengalami kesulitan dalam prosedur mobilisasi dini 34 39,5 52 60,5 10 Ibu teratur melakukan mobilisasi dini 33 38,4 53 61,6

b. Motivasi Ekstrinsik

Berdasarkan tabel 5.3.2 halaman 40, distribusi jawaban responden tentang motivasi ekstrinsik pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini mayoritas menjawab ’benar’ adalah pertanyaan nomor 1 suami memotivasi ibu untuk mobilisasi dini, yaitu 73 orang (84,9%), sedangkan mayoritas menjawab ‘salah’ adalah pernyataan nomor 4 anggota keluarga lain (saudara ibu) mau mendampingi ibu selama mobilisasi dini yaitu 63 orang (73,3%).


(43)

Tabel 5.3.2

Distribusi Frekuensi Responden menurut Motivasi Ekstrinsik Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea

di RSU Mitra Sejati Medan

No. Pertanyaan

Pilihan Jawaban Benar Salah

f % f %

1 Suami memotivasi ibu untuk mobilisasi dini 73 84,9 13 15,1 2 Suami mendampingi dan menemani ibu selama mobilisasi

dini

65 75,6 21 24,4 3 Keluarga memberikan dorongan agar ibu mobilisasi dini 36 41,9 50 60,5 4 Anggota keluarga lain (saudara ibu) mau mendampingi ibu

selama mobilisasi dini

23 26,7 63 73,3 5 Bila melihat teman mobilisasi dini, ibu terdorong untuk

mobilisasi dini

66 76,7 20 23,3 6 Petugas kesehatan memotivasi ibu untuk mobilisasi dini 56 65,1 30 34,9 7 Petugas kesehatan menjelaskan manfaat mobilisasi dini 60 69,8 26 30,2 8 Petugas kesehatan mengarahkan dan mengawasi selama

mobilisasi dini

50 58,1 36 41,9 9 Dari media apa ibu memperoleh informasi mobilisasi dini 24 27,9 62 72,1 10 Media tersebut mendorong ibu untuk melakukan mobilisasi

dini

13 15,1 73 84,9

4. Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea

Berdasarkan tabel 5.4 halaman 41, dapat diketahui bahwa persentase responden yang tidak melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea lebih tinggi pada responden yang mempunyai motivasi rendah (90,9%) daripada responden yang mempunyai motivasi tinggi (9,4%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi intrinsik dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.


(44)

Tabel 5.4

Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea Pelaksanaan Mobilisasi

Dini

Motivasi Tidak Ya Total % P-value OR

f % f % f %

Rendah 20 90,9 2 9,1 22 100

0,000

Tinggi 6 9,4 58 90,6 64 100 9,184

Jumlah 26 30,2 60 69,8 86 100

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil a. Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik ibu pasca seksio sesarea, sebagian besar responden berada pada rentang umur yang produktif, berpendidikan menengah dan mayoritas ibu adalah multigravida.

b. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 86 responden, 68,6% yang mau melaksanakan mobilisasi dini dan hanya 31,4% yang tidak mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Menurut Carpenito (2000), mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari


(45)

Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mau melaksanakan mobilisasi dini, walaupun masih ditemukan responden yang tidak mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

Responden yang tidak mau melaksanakan mobilisasi dini tersebut mengatakan bahwa sangat takut untuk melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, hal ini disebabkan kareana ibu merasa nyeri didaerah operasi saat efek dari anestesi telah hilang sehingga tidak mampu melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi meregang.

c. Motivasi

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 86 orang responden, 74,4% memiliki motivasi tinggi dan 25,6% memiliki motivasi rendah.

Motivasi Hamzah (2009), motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi ibu sebagian besar dalam kategori tinggi yang masih perlu ditingkatkan hingga motivasi ibu menjadi baik dalam pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea, dan masih ditemukan 25,6% responden dengan motivasi rendah.


(46)

Dari 10 pertanyaan tentang motivasi intrinsik, terlihat motivasi ibu melakukan mobilisasi dini karena ibu ingin cepat pulih (97,7%), ibu berharap bekas luka sayatan operasi dapat segera sembuh (95,3%) dan ibu sadar tentang pentingnya mobilisasi dini (65,1%).

Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran, misalnya ibu mau melakukan mobilisasi dini karena ibu tersebut sadar bahwa dengan melakukan mobilisasi dini maka akan membantu mempercepat proses penyembuhan ibu pasca operasi. Karena dengan bergerak, otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula (Fauzi, C.M, 2007).

Dari 10 pertanyaan tentang motivasi ekstrinsik, terlihat suami memotivasi ibu untuk mobilisasi dini (84,9%), bila melihat teman melakukan mobilisasi dini ibu terdorong untuk mobilisasi dini (76,7%) dan ibu memperoleh informasi mobilisasi dini dari media (27,9%).

Ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Dukungan atau dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan motivasi ibu untuk memberikan yang terbaik bagi kesehatan ibu. Dalam konteks pelaksanaan mobilisasi dini di rumah sakit, maka orang-orang di sekitar lingkungan ibu akan mengajak, mengingatkan ataupun memberikan informasi pada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi dini (Taufik, 2007).


(47)

d. Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 86% responden ternyata persentase responden yang tidak melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea lebih tinggi pada responden yang mempunyai motivasi rendah (90,9%) daripada responden yang mempunyai motivasi tinggi (9,4%).

Menurut peneliti, ibu yang mempunyai motivasi yang tinggi cenderung untuk melakukan mobilisasi pasca seksio sesarea karena ibu merasa butuh melakukan mobilisasi dini, dengan harapan ibu dapat kuat kembali dan cepat pulih dengan melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Selain itu, ibu melakukan mobilisasi dini bukan kehendak sendiri tetapi karena dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Media juga berperan dalam meningkatkan motivasi ekstrinsik ibu untuk mobilisasi dini. Karena informasi-informasi tentang mobilisasi dini yang ibu dapat dari media tersebut, dapat mendorong keinginan ibu untuk mobilisasi dini.

Namun ada juga ibu yang memiliki motivasi yang rendah tapi melakukan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Hal ini dikarenakan ibu beranggapan mobilisasi dini mengajarkan segera untuk merawat anaknya. Misalnya dengan menarik perut sembari menyusui.

Faktor tersebut sesuai dengan pendapat Taufik (2007) bahwa motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan, harapan, minat, dorongan keluarga, lingkungan dan media.


(48)

2. Implikasi untuk Pelayanan Kebidanan/Pendidikan Bidan : a. Untuk Asuhan Kebidanan

Penelitian ini memberikan informasi kepada pelayanan kebidanan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu pasca seksio sesarea tentang pentingnya mobilisasi dini untuk membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan.

b. Untuk Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan bagi pengembangan ilmu kebidanan khususnya tentang mobilisasi dini pasca seksio sesarea.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar responden berumur 20-30 tahun (74,4%), pendidikan SMA (64,0%), pekerjaan responden yaitu IRT (68,6%), paritas multigravida (57%).

2. Sebagian besar ibu-ibu pasca seksio sesarea (68,6%) mau melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

3. Sebagian besar ibu-ibu pasca seksio sesarea (74,4%) mempunyai motivasi yang tinggi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

4. Ada hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea.

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan kepada RSU Mitra Sejati untuk terus memberikan motivasi kepada ibu-ibu pasca seksio sesarea untuk melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea melalui pemberian bimbingan dan dukungan secara langsung kepada ibu-ibu pasca seksio sesarea. 2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan bagi instansi pendidikan untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif tentang mobilisasi dini pasca seksio sesarea kepada mahasiswa/i agar mahasiswa/i dapat menerapkan dan memberi bimbingan serta motivasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya mobilisasi dini pasca seksio sesarea.


(50)

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat meneruskan penelitian ini dari faktor-faktor yang lain.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ancheta, R, Simpkin, P. (2005). Persalinan. Jakarta : EGC

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Bastable, S.B. (2001). Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC

Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4 (ed-4), Jakarta : EGC

Carpernito. (2000). Perawatan Pascaseksio Caesaria dibuka pada situs

Dewi, Yusmiati. (2007). Operasi Caesar Pengantar dari A Sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota

Djamarah. (2002). Teori Motivasi, edisi 2 (ed-2), Jakarta : PT. Bumi Aksara Fauzi, D.A. (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta : Puspaswara Gallagher, C.M. (2004). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga

Hamzah, U. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya, edisi 1 (ed-1), Jakarta : PT. Bumi Aksara

Herijulianti, E: Indriani, T.S; Artini, S. (2001). Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Azizi Alimul. (2009). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta : Salemba Medika.

Juditha, I; Cynthia, I. (2009). Tips Praktis Bagi Wanita Hamil. Jakarta : Forum Kita Kasdu, D.A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara.


(52)

Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, edisi 6 (ed-6) Jakarta : Hipokrates

Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

, (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC Mochtar, Rustam. (2000). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Perry, (2006). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, edisi 4 (ed-4), volume 2, Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sastroasmoro, P, Sarwono. (2002). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Penelitian

Klinis, edisi 2 (ed-2). Jakarta : CV. Sagung Seto

Siagian. (1998). Teori Motivasi dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta

Suririnah. (2009). Buku Pintar Kesehatan Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Taufik, M. (2007). Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan


(53)

Lampiran I

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Hubungan Motivasi Pasien dengan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasca Seksio Sesarea di RSU Mitra Sejati Medan

Nama peneliti : Aulia Novitasari Nim : 105102064

Saya adalah mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi pasien dengan pelaksanaan mobilisasi dini pasca seksio sesarea. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban ibu, informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika ibu bersedia menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian ibu untuk penelitian ini.

Peneliti Medan, 2011 Responden


(54)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN MOTIVASI PASIEN DENGAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PASCA SEKSIO SESAREA

DI RSU MITRA SEJATI MEDAN

I. Petunjuk Pengisian

1. Pertanyaan ini diisi oleh ibu-ibu pasca seksio sesarea

2. Dalam pengisian ibu boleh tidak mencantumkan nama atau dengan inisial saja. 3. Berilah tanda (√) pada jawaban yang ibu anggap paling tepat.

4. Untuk menjamin vaidasi dan akurasi data, mohon pertanyaan ini diisi dengan jujur sesuai dengan kenyataan.

5. Informasi atau data dipakai hanya untuk penelitian, bukan untuk evaluasi. 6. Informasi yang diberikan ibu akan dijaga kerahasiaannya.

II. Data Demografi 1. Nama : 2. Umur :

3. Prendidikan Terakhir : SD SMA S 1

SMP D III Lain-lain, Sebutkan :... 4. Pekerjaan : IRT Swasta Polri

PNS Wiraswasta Lain-lain, Sebutkan :... 5. Paritas : ( ) Primigravida


(55)

III. Motivasi

a. Motivasi Intrinsik

1. Menurut ibu apakah melaksanakan mobilisasi dini pasca seksio sesarea ibu merasa itu bermanfaat untuk ibu ?

Ya Tidak

2. Apakah ibu melakukan mobilisasi dini karena ingin cepat pulih ? Ya

Tidak

3. Apakah ibu berharap otot-otot perut dan panggul ibu akan kembali normal jika ibu melakukan mobilisasi dini ?

Ya Tidak

4. Apakah ibu berharap dapat terhindar dari resiko susah buang air besar jika ibu melakukan mobilisasi dini ?

Ya Tidak

5. Apakah ibu mengharapkan bekas luka sayatan operasi dapat segera sembuh sesuai dengan yang diharapkan ibu ?

Ya Tidak

6. Apakah ibu melakukan mobilisasi dini atas kemauan sendiri ? Ya


(56)

Tidak

7. Apakah ibu melakukan mobilisasi dini karena ibu sadar tentang pentingnya mobilisasi dini pasca seksio sesarea ?

Ya Tidak

8. Seandainya ibu mengalami keluhan (nyeri) karena mobilisasi dini, apakah ibu tetap mau melakukan mobilisasi dini ?

Ya Tidak

9. Apakah ibu mengalami kesulitan dalam prosedur (tahap-tahap) mobilisasi dini ? Ya

Tidak

10. Apakah selama perawatan di rumah sakit, ibu teratur melakukan mobilisasi dini? Ya

Tidak

b. Motivasi Ekstrinsik

1. Apakah suami pernah memotivasi ibu untuk mobilisasi dini? Ya

Tidak

2. Apakah suami selalu mendampingi dan menemani ibu selama melakukan mobilisasi dini ?


(57)

Tidak

3. Apakah keluarga memberikan dorongan pada ibu agar melakukan mobilisasi dini? Ya

Tidak

4. Apakah anggota keluarga yang lain (saudara ibu) mau mendampingi dan menemani ibu selama melakukan mobilisasi dini ?

Ya Tidak

5. Bila ibu melihat teman melakukan mobilisasi dini, apakah ada dorongan untuk mobilisasi dini juga?

Ya Tidak

6. Apakah petugas kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat) memotivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini ?

Ya Tidak

7. Apakah petugas kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat) menjelaskan apa manfaat dari mobilisasi dini?

Ya Tidak

8. Apakah petugas kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat) mengarahkan dan mengawasi ibu selama melakukan mobilisasi dini ?


(58)

Tidak

9. Dari media apa saja informasi tentang mobilisasi dini yang paling sering ibu peroleh?

Televisi Radio Tidak Ada Internet Buku/Koran/Majalah

10. Apakah media yang paling sering tersebut yang mendorong ibu untuk melakukan mobilisasi dini?

Ya Tidak

V. Mobilisasi Dini

1. Apakah ibu melakukan pergerakan sedini mungkin (mobilisasi dini) pasca seksio sesarea ?

Ya Tidak


(59)

(60)

(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Aulia Novitasari

Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjungpinang, 11 Nopember 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Adi Sucipto Km. 11 Gg. Jatayu No. 44 Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Nama Orang Tua

1. Ayah : Sukisman

2. Ibu : Darna Yetti, Amd. Keb Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Nama Saudara Kandung

1. Kakak : Primayudha Putera, ST, MM 2. Adik : Devi Khusnul Riska, SE Riwayat Pendidikan

1. TK Ekadyasa Tanjungpinang (1992-1993) 2. SD N 006 Tanjungpinang (1993-1999) 3. SLTP N 7 Tanjungpinang (1999-2002) 4. SMA N 2 Tanjungpinang (2002-2005)


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Aulia Novitasari

Tempat/ Tanggal Lahir : Tanjungpinang, 11 Nopember 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Adi Sucipto Km. 11 Gg. Jatayu No. 44 Tanjungpinang, Kepulauan Riau

Nama Orang Tua

1. Ayah : Sukisman

2. Ibu : Darna Yetti, Amd. Keb Anak ke : 2 dari 3 bersaudara Nama Saudara Kandung

1. Kakak : Primayudha Putera, ST, MM 2. Adik : Devi Khusnul Riska, SE Riwayat Pendidikan

1. TK Ekadyasa Tanjungpinang (1992-1993) 2. SD N 006 Tanjungpinang (1993-1999) 3. SLTP N 7 Tanjungpinang (1999-2002) 4. SMA N 2 Tanjungpinang (2002-2005)

5. PRODI D III Kebidanan Universitas Baiturrahmah Padang (2005-2008)