Olah Tanah Minimum OTM

3.5 Pengamatan Penelitian

Variabel utama yang diamati adalah 1. Jumlah cacing tanah ekor m -2 metode hand sorting 2. Biomassa cacing tanah g m -2 metode penimbangan basah Variabel pendukung yang diamati adalah 1. pH H 2 O tanah metode elektrometrik Data pH tanah diambil pada satu hari setelah pengolahan tanah, saat fase vegetatif maksimum setelah tanaman kedelai berusia 48 hari dan setelah tanaman kedelai dipanen setelah tanaman kedelai berusia 95 hari. 2. Suhu tanah o C termometer tanah Data suhu tanah diambil rutin tiap seminggu sekali, sehingga dapat dilihat rata-rata suhu pada masing-masing plot perlakuan. 3. Kelembaban tanah soil moisture tester Data kelembaban tanah diambil rutin tiap seminggu sekali, sehingga dapat dilihat rata-rata kelembaban pada masing-masing plot perlakuan. 4. C-organik tanah metode Walkley and Black Data C-organik tanah diambil setelah tanaman kedelai dipanen setelah tanaman kedelai berusia 95 hari. 5. N-total tanah metode Kjeldahl Data N-total tanah diambil setelah tanaman kedelai dipanen setelah tanaman kedelai berusia 95 hari.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Populasi dan biomassa cacing tanah pada perlakuan TOT dan OTM lebih tinggi daripada OTI pada periode pengamatan satu hari setelah pengolahan tanah 1 HST, setelah tanaman kedelai berusia 48 hari 48 HST serta 95 hari 95 HST. 2. Penyebaran populasi dan biomassa cacing tanah pada kedalaman 0-10 cm lebih banyak daripada kedalaman 10-20 cm maupun 20-30 cm pada setiap perlakuan sistem olah tanah. 3. Terdapat 2 genus cacing tanah yang didapat dari hasil identifikasi, yaitu Pontoscolex sp. dan Pheretima sp. 4. Populasi dan biomassa cacing tanah tidak berkorelasi dengan pH, C-organik, N-total, suhu dan kelembaban tanah tetapi berkorelasi nyata dengan ruang pori total tanah.

5.2 Saran Dari hasil penelitian disarankan para petani menerapkan sistem tanpa olah tanah

TOT dan olah tanah minimum OTM untuk mendukung perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah pada lahan bekas alang-alang dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi dan biomassa cacing tanah dengan kondisi sifat fisik, kimia dan lingkungan tanah lahan bekas alang-alang dalam periode waktu pengamatan yang berbeda. PUSTAKA ACUAN Adimiharja, A. dan Mappaona. 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman dan Agroklimat. Bogor. 56 hlm. Agus, F. dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertania Lahan Kering. Bogor: World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia. Hal 59- 60. Agustinus, M.D. 2009. Jurnal Tingkah Laku Cacing Tanah. Diakses tanggal 15 Juli 2012. http:edukasi.kompasiana.com. Anas, I. 1990. Metodologi Penelitian Cacing Tanah. Intitut Pertanian Bogor. Bogor. Anny. 2005. Teknologi untuk Menyulap Lahan Alang-Alang Menjadi Lahan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman dan Agroklimat. Bogor. Ansyori. 2004. Potensi Cacing Tanah sebagai Alternatif Bio-Indikator Pertanian Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Makalah Pribadi Falsafah Sains PPS 702. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press.Bogor. 277 hlm. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press.Bogor. 290 hlm. Buchari, H. 2002. Kajian Lumbung Karbon dan Nitrogen Labil Pada Lahan Alang-Alang Imperata cylindria di Tanah Ultisol. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hlm. Buck, C., M. Langmaack and S. Schrader. 1999. Nutrient Content of Earthworm Cast Influenced by Different Mulch Types. Eur. Soil. Bio. J. 55: 23-30. Budiarti, A. dan R. Palungkun. 1992. Cacing Tanah: Aneka Cara Budidaya, Penanganan Lepas Panen, Peluang Campuran Ransum Ternak dan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dokumen yang terkait

Tanggap Tanaman Kedelai (Glycine mca L. Merill.) Terhadap Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Rhizobium Pada Tanah Ultisol

1 22 102

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Di Luar Musim Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi Syd.) Di Lapangan

3 63 80

Laju Penutupan Tanah dengan Tanaman Kacang- kacangan (Leguminous) pada Lahan Alang-Alang

3 31 74

Seleksi Massa Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Meril) Terhadap Radiasi Sinar Gamma Pada Turunan Kedua

7 121 76

Tanggap Tanaman Kedelai Di Tanah Gambut Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Bahan Perbaikan Tanah

1 35 168

Respon Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merril) Pada Tanah Masam

0 24 21

PENGARUH SISTEM PENGOLAHAN TANAH TERHADAP KANDUNGAN BIOMASSA NITROGEN MIKROORGANISME (N-mik) LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L.) UMUR LEBIH DARI 10 TAHUN YANG DITANAMI JAGUNG (Zea mays L.)

3 21 43

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP TOTAL BAKTERI TANAH PADA PERTANAMAN KEDELAI MUSIM TANAM KEDUA SETELAH PERTANAMAN JAGUNG DI LAHAN BEKAS ALANG-ALANG(Imperata cylindrica. L)

3 22 56

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP KANDUNGAN C-ORGANIK TANAH DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L) PADA LAHAN BEKAS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) MUSIM TANAM KEDUA

0 8 38

PEMAKAIAN KOMPOS ALANG-ALANG (Imperata cylindrica L. BEAUV) PADA TANAH ULTISOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN PRODUKSI KEDELAI(Composed Alang-alang (Imperata cylindrica L. BEAUV) used to P-aviable and Soybean yield on Ultisol soil).

2 3 4