15
F. Hipotesis
Diduga terjadi perbedaan pertumbuhan dan kontribusi masing-masing jenis pajak
daerah yang diukur dengan analisis pertumbuhan dan analisis kontribusi di Kota Metro pada tahun 2004
– 2013. Diduga terjadi perbedaan pada masing-masing jenis pajak daerah yang berpotensi
untuk dikembangkan di Kota Metro yang memberikan sumbangan dominan atau besar berdasarkan Analisis Overlay pada tahun 2004
– 2013. Diduga proyeksi pajak daerah dimasa yang terjadi peningkatan dengan
menggunakan proyeksi atau penaksiran dengan Teknik Anuitas untuk menghasilkan proyeksi penerimaan pajak daerah Kota Metro untuk Tahun 2014
s.d 2018.
G. Sistematika Penulisan
Tesis ini terdiri dari empat bab, yaitu pengantar, tinjauan pustaka dan alat analisis,
hasil penelitian dan kesimpulan serta saran. Rincian lebih lanjut dari masing-
masing bab adalah sebagai berikut ini. BAB I PENDAHULUAN: Bab ini
berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
landasan teori, hipotesis, kerangka pemikiran, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
: Berisikan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori
serta penelitian terdahulu. BAB III ANALISIS DATA: Bab ini berisikan tentang cara penelitian, pengumpulan data, alat analisis penelitian. BAB IV
PEMBAHASAN : Bab ini berisikan tentang analisis hasil penelitian dan
16
pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Berisikan uraian singkat
tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta implikasi terhadap kebijakan yang dapat diambil sebagai saran bagi Pemerintah Kota Metro dalam rangka
peningkatan pendapatan asli daerah dengan menggali sesuai potensi riil.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Desentralisasi
Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah sebagian diatur dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa melalui otonomi daerah, pembangunan ekonomi daerah diharapkan terwujud
melalui pengelolaan sumber-sumber daerah. Otonomi Daerah merupakan kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai aturan perundang-undangan.
Menurut Devas 1997:352 –353 ada dua konsep dasar desentralisasi yaitu
desentralisasi politis dan desentralisasi manajemen, desentralisasi politis yaitu transfer wewenang dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah. Hal ini
dilakukan karena memandang bahwa pemerintah daerah lebih dekat kepada warga negara, sehingga mampu membuat keputusan yang mencerminkan kebutuhan dan
prioritas, sedangkan yang dimaksud desentralisasi manajemen yaitu praktek pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari pusat-pusat biaya kepada
manajer unit.
Hal serupa dikemukakan oleh Living Stone dan Charlton 1998 : 499, yaitu bahwa desentralisasi pemerintah dan desentralisasi keuangan pemerintah
18
merupakan suatu tujuan yang penting di banyak negara sedang berkembang dan bahwa kabupaten atau kota lebih memungkinkan untuk lebih dekat dengan
masyarakat, sehingga dapat mengetahui kebutuhan masyarakat dan pelayanan yang perlu disediakan untuk masyarakat. Akibatnya masyarakat juga memiliki
kesadaran untuk membayar pajak sebagai kontribusinya, karena jumlah yang mereka kontribusikan kepada pemerintah langsung terlihat hasilnya.
Saragih 1996:37 –38 mengatakan bahwa pembangunan daerah merupakan bagian
integral dan merupakan penjabaran pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional dengan potensi, aspirasi dan
permasalahan pembangunan di berbagai daerah sesuai program pembangunan daerah yang dicanangkan. Keseluruhan program pembangunan daerah tersebut
dijabarkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN sesuai dengan kemampuan keuangan negara. Di samping itu kunci sukses dalam
pencapaian sasaran pembangunan daerah secara efektif dan efisien. Konsentrasi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan daerah adalah sejalan dengan
semangat otonomi daerah dan pelaksanaan desentralisasi. Penyelenggaraan otonomi daerah disamping merupakan amanat konstitusi juga
merupakan kebutuhan obyektif dalam penyelenggaraan Pemerintah saat ini. Pola penyelenggaraan Pemerintah yang sentralistik dimasa lalu sudah tidak sesuai lagi
karena disamping tidak efisien biayanya mahal juga tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang telah berubah baik karena faktor
internal, maupun eksternal. Agar mampu menjalankan perannya tersebut, daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian hak dan
19
kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem Penyelenggaraan Pemerintah.
Kemandirian suatu daerah merupakan kemandirian dalam perencanaan maupun
dalam pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah, pada dasarnya menyangkut tiga bidang analisis yang saling
terkait satu sama lain. Ketiga bidang analisis tersebut meliputi Mardiasmo, 2000;
1 Analisis Penerimaan, yaitu analisis mengenai seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mengggali sumber-sumber pendapatan yang
potensial dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut;
2 Analisis Pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-
biaya tersebut meningkat; dan 3 Analisis Anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan
dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.
Keterbatasan dana pusat bagi pembangunan daerah dan dalam rangka penggalian
potensi daerah memerlukan strategi pengelolaan dan pengembangan sumber- sumber keuangan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD setiap
daerah. Strategi pengelolaan dan pengembangan sumber-sumber keuangan daerah bagi peningkatan pendapatan asli daerah adalah; pertama, Strategi yang berkaitan