E. Pengaturan Sinyal Lalu Lintas
Menurut Julianto 2007, pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal
digunakan untuk beberapa tujuan, yang antara lain adalah : 1.
Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya konflik arus lalu lintas yang dapat dilakukan dengan menjaga
kapasitas yang tertentu selama kondisi lalu lintas puncak.
2. Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari
jalan simpang yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
3. Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan
yang berlawanan arah.
Pengaturan sinyal antar simpang ini diperlukan untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan jalan karena dengan adanya pengaturan sinyal ini
diharapkan tundaan delay yang dialami kendaraan dapat berkurang dan menghindarkan antrian kendaraan yang panjang.
F. Pola Pengaturan Sinyal Lalu Lintas
Pola pengaturan sinyal lintas terdiri dari:
1. Pola pengaturan waktu tetap Fixed Time Control.
Pola pengaturan waktu yang diterapkan hanya satu, tidak berubah-ubah. Pola pengaturan tersebut merupakan pola pengaturan yang paling cocok
untuk kondisi jalan atau jaringan jalan yang terkordinasikan. Pola-pola pengaturan tersebut ditetapkan berdasarkan data-data dan kondisi dari
jalan atau jaringan yang bersangkutan.
2. Pola pengaturan waktu berubah berdasarkan kondisi puncak peak lalu
lintas. Pola pengaturan waktu yang diterapkan tidak hanya satu tetapi diubah-
ubah sesuai dengan kondisi pada waktu puncak peak lalu lintas. Biasanya ada tiga pola yang diterapkan yang sudah secara umum
ditetapkan berdasarkan kondisi lalu lintas sibuk pagi morning peak condition, kondisi lalu lintas sibuk sore evening peak condition, dan
kondisi lalu lintas di antara kedua periode waktu tersebut off peak condition.
3. Pola pengaturan waktu berubah sesuai kondisi lalu lintas traffic
responsive system. Pola pengaturan waktu yang diterapkan dapat berubah-ubah setiap waktu
sesuai dengan perkiraan kondisi lalu lintas yang ada pada waktu yang bersangkutan. Pola-pola tersebut ditetapkan berdasarkan perkiraan
kedatangan kendaraan yang dilakukan beberapa saat sebelum penerapannya.
G. Pengertian Putar Balik U Turn
Guna tetap mempertahankan tingkat pelayanan jalan secara keseluruhan pada
daerah perputaran balik arah, secara proporsional kapasitas jalan yang terganggu akibat sejumlah arus lalu-lintas yang melakukan gerakan putar arah
U Turn perlu diperhitungkan. Fasilitas median yang merupakan area pemisahan antara kendaraan arus lurus dan kendaraan arus balik arah perlu
disesuaikan dengan kondisi arus lalu-lintas, kondisi geometrik jalan dan komposisi arus lalu-lintas Heddy R. Agah, 2007.
Gerakan U Turn melibatkan beberapa kejadian yang berpengaruh terhadap kondisi arus lalu-lintas terlihat pada gambar.
Gambar 8 Gerakan Kendaraan Berputar Balik Arah Sumber : http:transportasijupri.wordpress.com
Dari gambar terlihat bahwa kendaraan belakang terhadang oleh kendaraan di mukanya, kemudian kendaraan yang berbelok harus menunggu gap antara
pada arus arah yang berlawanan. Tahapan pegerakan U Turn seperti pada Gambar 1 lebih jelasnya adalah
sebagi berikut May, A.D., 1965; Drew, D., 1968, Wardrop, 1962, Roess, Meshane Crowley, Lee, 1975 :
a. Tahap Pertama, kendaraan yang melakukan gerakan balik arah akan
mengurangi kecepatan dan akan berada pada jalur paling kanan. Perlambatan arus lalu-lintas yang terjadi sesuai pada teori,
mengakibatkan terjadinya antrian yang ditandai dengan panjang antrian, waktu tundaan dan gelombang kejut.
b. Tahap Kedua, saat kendaraan melakukan gerakan berputar menuju ke
jalur berlawanan, dipengaruhi oleh jenis kendaraan kemampuan manuver, dan radius putar. Manuver kendaraan berpengaruh terhadap
lebar median dan gangguannya kepada kedua arah searah dan berlawanan arah. Lebar lajur berpengaruh terhadap pengurangan
kapasitas jalan untuk kedua arah. Apabila jumlah kendaraan berputar cukup besar, lajur penampung perlu disediakan untuk mengurangi
dampak terhadap aktivitas kendaraan di belakangnya. c.
Tahap Ketiga, adalah gerakan balik arah kendaraan, sehingga perlu diperhatikan kondisi arus lalu-lintas arah berlawanan. Terjadi interaksi
antara kendaraan balik arah dan kendaraan gerakan lurus pada arah yang berlawanan, dan penyatuan dengan arus lawan arah untuk memasuki
jalur yang sama. Pada kondisi ini yang terpenting adalah penetapan pengendara sehingga gerakan menyatu dengan arus utama tersedia.
Artinya, pengendara harus dapat mempertimbangkan adanya senjang jarak antara dua kendaraan pada arah arus utama sehingga kendaraan
dapat dengan aman menyatu dengan arus utama gap acceptance, dan fenomena merging dan weaving.
H. Kinerja Putar Balik U Turn
1.
Tipe Jalan
Dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, tipe jalan dibedakan
menjadi : 1.
Jalan dua lajur dua arah tanpa median 22 UD 2.
Jalan empat lajur dua arah a.
Tak terbagi tanpa median 42 UD b.
Terbagi dengan median 42 D