Pembuatan larutan uji dengan berbagai konsentrasi Hasil Ekstraksi Hasil Skrining Fitokimia

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37 o C selama 18-24 jam Ditjen POM, 1995.

3.11.2 Pembuatan stok kultur jamur

Satu koloni jamur diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media SDA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 20-25 o C selama 48 jam Ditjen POM, 1995. 3.12 Penyiapan Inokulum 3.12.1 Penyiapan inokulum bakteri Koloni bakteri diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan nutrient broth. Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen POM, 1995.

3.12.2 Penyiapan inokulum jamur

Koloni jamur diambil dari stok kultur padat dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan nutrient broth. Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen POM, 1995.

3.13 Pembuatan larutan uji dengan berbagai konsentrasi

Ekstrak etanol ditimbang 2,5 gram dilarutkan dalam labu tentukur 5 ml dengan menggunakan pelarut DMSO hingga garis tanda, konsentrasi ekstrak adalah: 500 mgml kemudian dibuat pengenceran selanjutnya sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mgml; 300 mgml; 200 mgml; 100 mgml, 75 Universitas Sumatera Utara mgml, 50 mgml, dan 25 mgml. Dilakukan prosedur yang sama terhadap ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol.

3.14 Uji Efek Antimikroba Ekstrak Etanol, Ekstrak n-Heksana, Fraksi

Kloroform, Fraksi Etilasetat, dan Fraksi Metanol dari Buah Kurma Cina Ziziphus jujuba Mill. dengan Metode Difusi Agar 3.14.1 Uji efek antibakteri ekstrak etanol Dipipet 0,1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus konsentrasi 10 6 CFUml, dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya dituangkan 15 ml media NA cair 45-50 o C, lalu dihomogenkan dan didiamkan hingga media memadat. Setelah media padat kemudian dibuat lubang, selanjutnya ke dalam lubang dimasukkan ekstrak etanol dengan konsentrasi 500 mgml, 400 mgml, 300 mgml, 200 mgml, 100 mgml, 75 mgml, 50 mgml, dan 25 mgml serta pelarut DMSO sebagai kontrol blanko. Cawan petri ditutup, dimasukkan dalam inkubator, diinkubasi pada suhu 36 ± 1 o C selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur daerah hambatan disekitar larutan penguji dengan menggunakan jangka sorong. Dilakukan tiga kali percobaan Ditjen POM, 1995. Hal yang sama dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Propionibacterium acnes, dan Pseudomonas aeruginosa. 3.14.2 Uji Efek Antibakteri dari Ekstrak n-Heksana, Fraksi Kloroform, Fraksi Etilasetat, dan Fraksi Metanol Dilakukan prosedur yang sama untuk setiap ekstrak dengan bakteri uji yang sama dengan prosedur percobaan uji efek antibakteri dari ekstrak etanol.

3.14.3 Uji efek antifungi ekstrak etanol

Cawan petri dimasukkan 0,1 ml inokulum jamur, kemudian ditambahkan 20 ml media sabouraud dextrose agar steril yang telah dicairkan dan ditunggu hingga Universitas Sumatera Utara suhu mencapai 45 o C, dihomogenkan dan dibiarkan sampai media memadat. Setelah media padat kemudian dibuat lubang, selanjutnya ke dalam lubang dimasukkan ekstrak etanol sebanyak 0,1 ml dengan konsentrasi 500 mgml, 400 mgml, 300 mgml, 200 mgml, 100 mgml, 75 mgml, 50 mgml, dan 25 mgml serta pelarut DMSO sebagai kontrol blanko. Kemudian diinkubasi pada suhu 20- 25 o C selama 48 jam, lalu diamati adanya diameter daerah hambat di sekitar larutan penguji dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Ditjen POM, 1995.

3.14.4 Uji efek antifungi dari ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etil

asetat, dan fraksi metanol Dilakukan prosedur yang sama seperti diatas terhadap ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol. BAB IV Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Sampel Hasil identifikasi buah yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor menunjukkan bahwa sampel termasuk suku Rhamnaceae, spesies Ziziphus jujuba Mill. 4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik dari buah Kurma Cina yaitu buah kurma Cina yang sudah matang berwarna merah tua sampai merah kecoklatan. Buahnya berbentuk oval dan bulat, panjang 15-22 mm, diameter 7-9 mm. Permukaan merah terang atau merah gelap, dengan kerutan tidak teratur, sedikit mengkilap. Lembut, daging tebal, dan lengket dan rasanya manis.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia buah kurma Cina memperlihatkan adanya rambut biasa, sel rambut yang kolaps, dan parenkim berisi kristal kalsium oksalat bentuk jarum.

4.2.3 Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia

Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia diperoleh kadar air sebesar 9,28, kadar sari yang larut dalam air sebesar 47,06, kadar sari yang larut dalam etanol sebesar 49,79, kadar abu total sebesar 4,72 dan kadar abu yang tidak larut dalam asam sebesar 0,26. Universitas Sumatera Utara Hasil penetapan kadar air simplisia dari buah kurma Cina memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika Indonesia yaitu tidak melebihi 10. Kadar air yang melebihi persyaratan memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur. Penetapan kadar sari yang larut dalam air dilakukan untuk mengetahui kadar sari yang larut dalam air. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam air adalah glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam organik. Karakteristik dari serbuk simplisia buah kurma Cina tidak tercantum di buku Materia Medika Indonesia. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol untuk digunakan mengetahui kadar sari yang larut dalam pelarut polar. Senyawa-senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, antrakinon, steroida, flavonoida, klorofil, dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak dan saponin Depkes RI, 1986. Tujuan penetapan kadar abu adalah untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya Depkes, 2000.

4.3 Hasil Ekstraksi

Ekstraksi buah kurma Cina menggunakan metode perkolasi dipilih untuk mendapatkan ekstrak etanol dan metode perkolasi yang ditarik dengan beberapa pelarut untuk mendapatkan ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol untuk memperoleh hasil yang maksimal dan tidak menggunakan ekstraksi cair-cair karena hasilnya tidak maksimal. Hasil penyarian dari 400 g serbuk buah kurma Cina Ziziphus jujuba Mill. menggunakan etanol diperoleh ekstrak 87,65 gram. Universitas Sumatera Utara Hasil penyarian dari 360 g serbuk buah kurma Cina Ziziphus jujuba Mill. dengan metode perkolasi bertingkat, menggunakan n-heksana diperoleh ekstrak n- heksana 3,05 gram. Ampas dari perkolat n-heksana dikeringkan dan diperkolasi kembali dengan kloroform diperoleh fraksi kloroform 5,81 gram. Ampas dari perkolat kloroform dikeringkan dan diperkolasi kembali dengan etilasetat diperoleh fraksi etilasetat 5,14 gram. Ampas dari perkolat etilasetat dikeringkan kembali lalu diperkolasi kembali dengan pelarut metanol sehingga diperoleh fraksi metanol 51,43 gram.

4.4 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia buah kurma Cina dan ekstrak etanol, ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat serta fraksi metanol menunjukkan bahwa buah kurma Cina mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti yang terlihat pada Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia simplisia buah kurma Cina Ziziphus jujuba Mill. No Skrining Pereaksi Hasil warnaendapan 1 Alkaloida Dragendorff Bouchardat Mayer + jingga kecoklatan + kuning kecoklatan + kekeruhan dan endapan putih 2 Flavonoida Mg + asam klorida pekat Amyl alkohol Lapisan amyl alkohol berwarna merah kekuningan 3 Glikosida Molish + terbentuk cincin ungu 4 Saponin air panasdikocok + busa 5 Antrakuinon glikosida NaOH - tidak terbentuk warna merah intensif pada lapisan NaOH 6 Tanin FeCl 3 1 + terbentuk warna hijau biru kehitaman 7 TriterpenoidSteroida Liebermann-Burchard + Biru Universitas Sumatera Utara Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negatif : tidak mengandung golongan senyawa Pada serbuk simplisia buah kurma Cina yang ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat dimana terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan menunjukkan adanya glikosida. Penambahan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik dengan adanya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1-10 cm dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin. Penambahan serbuk Mg dan asam klorida pekat dan amil alkohol, dan dibiarkan memisah memberikan warna merah kekuningan, menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna biru menunjukkan adanya steroid. Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol buah kurma Cina Ziziphus jujuba Mill. No Pemeriksaan Hasil Serbuk simplisia Ekstrak etanol 1 Alkaloida + + 2 Glikosida + + 3 Steroida Triterpenoida + + 4 Flavonoida + + 5 Tanin + + 6 Saponin + + 7 Glikosida Antrakuinon - - Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negatif : tidak mengandung golongan senyawa Golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia buah kurma Cina dan ekstrak etanol buah kurma Cina ditunjukkan pada Tabel 4.1 dan 4.2. Simplisia buah kurma Cina dan ekstrak etanol sama-sama mengandung senyawa Universitas Sumatera Utara alkaloida, glikosida, steroidatriterpenoida, flavonoida, tanin, saponin, dan glikosida antrakuinon. Tabel 4.3 Hasil skrining fitokimia ekstrak n-heksana, fraksi kloroform, fraksi etilasetat, dan fraksi metanol buah kurma Cina No Pemeriksaan Hasil ekstrak n- heksana fraksi kloroform fraksi etilasetat fraksi metanol 1 Alkaloida - + - - 2 Glikosida - - + + 3 Steroida Triterpenoida + - - - 4 Flavonoida - - + + 5 Tanin - - + + 6 Saponin - - + + 7 Antrakuinon - - - - Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negati : tidak mengandung golongan senyawa Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa adanya kandungan senyawa flavonoida dan tanin pada buah kurma Cina yang mempunyai aktivitas antimikroba dimana flavonoida dan tanin merupakan golongan senyawa fenol Robinson, 1991. Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri mati, juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak lipid pada membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel Pelczar dan Chan, 1988. Flavonoida bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma. Membran sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk Universitas Sumatera Utara menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga terjadi ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada akhirnya terjadi kematian. Golongan senyawa kimia yang ada pada ekstrak n-heksana yaitu steroidatriterpenoida merupakan senyawa kimia yang larut dalam pelarut nonpolar. Fraksi kloroform mengandung senyawa alkaloida. Fraksi etilasetat mengandung golongan senyawa glikosida, flavonoida, tanin, saponin.

4.5 Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol, Ekstrak n-Heksana, Fraksi