Kajian Teori dan Pembahasan

2) Model Pembelajaran

Secara harfiah, istilah pendekatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) berarti proses, perbuatan, cara mendekati. Menurut Joni (1993), dalam konteks pembelajaran, pendekatan diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau obyek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang menggunakan kacamata dengan warna tertentu didalam memandang alam. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijaua-hijauan, kacamata berwarna coklat akan membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan, dan seterusnya. Jadi, pendekatan digunakan apabila bersangkut paut dengan cara-cara umum dan atau asumsi dalam menyikapi sesuatu masalah ke arah pemecahannya. Misalnya, pendekatan sistem menyebabkan dipersepsinya hubungan kait-mengait antara sejumlah unsur yang dianggap memiliki hubungan yang sistemik. Strategi menunjuk kepada pengaturan (memilih, menyusun dan memobilisasi) cara, sarana/prasarana dan tenaga untuk mencapai tujuan. Hal tersebut apabila dirancang kerangka konsptual dan operasionalnya maka akan disebut model pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran, seperti dikemukakan oleh Joyce,Weil & Calhoun (2009) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorgani-sasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Selanjutnya pada taraf yang lebih sempit dan operasional akan digunakan istilah-istilah metode dan teknik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993) metode mengandung arti „cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan“. Sejalan dengan pengertian tersebut, Joni (1993) mengartikan metode sebagai „cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu“. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Istilah teknik menurut Joni (1993) menunjuk pada ragam khas penerapan sesuatu metode dengan latar penerapan tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan peralatan, kesiapan siswa dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran misalnya, diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran. Pelakasanaan metode diskusi dapat dilakukan dengan berbagai teknik, seperti teknik sumbang saran (brain storming ), teknik buzz group. Akhirnya perlu dikemukakan bahwa terkait dengan proses pembelajaran dikenal pula istilah program, proses, prosedur dan kegiatan. Istilah program menunjuk pada suatu rencana, proses menunjuk pada kejadian-kejadian dalam pelakasanaannya (yang apabila langkah-langkahnya sistematis disebut prosedur) dan kegiatan menunjuk pada perilaku orang (guru-siswa) didalam proses mengaja belajar.

Istilah model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu pendekatan, strategi, metode, prosedur, atau teknik. Menurut Arends (1997; 1998), istilah model Istilah model mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu pendekatan, strategi, metode, prosedur, atau teknik. Menurut Arends (1997; 1998), istilah model

Menurut Joyce, Weil, with Shower (1992), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pengajaran tatap muka di kelas atau tutorial dan untuk membentuk perangkat pembelajaran, misalnya buku, film, program komputer, dan kurikulum. Setiap model memandu kita untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut, Joyce, Weil, with Shower (1992) menyatakan, suatu model pembelajaran dapat dianalisis sesuai dengan empat konsep inti operasional model yang mencirikan: (1) sintaksis (urutan aktivitas mengajar dan belajar), (2) sistem sosial (peran dan hubungan siswa dan guru), (3) prinsip reaksi (cara guru memandang dan merespon siswa terhadap apa yang dilakukan), dan (4) sistem pendukung (persyaratan dan dukungan apa yang diperlukan diluar fasilitas teknis lazimnya). Selain konsep inti operasional model ada komponen lain, yaitu: (5) tujuan dan asumsi, dan (6) dampak pembelajaran dan dampak pengiring pembelajaran (Joyce, Weil, with Shower, 1992; Joyce,Weil & Calhoun, 2009). Menurut Dewey dalam Joyce, Weil, with Shower (1992), inti proses pembelajaran adalah mengatur lingkungan sedemikian hingga siswa dapat berinteraksi. Hal ini dipakai dasar untuk mengembangkan dan mengatur lingkungan belajar dalam model pembelajaran yang dikembangkan.

Empat ciri menurut Arend dan Joyce, Weil, with Shower tersebut akan membedakan suatu model pembelajaran dengan model pembelajaran yang lain. Contoh model pembelajaran diantaranya pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, diskusi kelas (Arends, 1997); ekspositori, pengatur lanjut, belajar penemuan, individual, spiral (Bell, 1978); partner dalam belajar, investigasi kelompok, bermain peran, pembelajaran langsung, pembelajaran berprograma dan belajar tuntas (Joyce,Weil & Calhoun, 2009).

Model-model pembelajaran tersebut satu dengan yang lain memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda-beda. Misalnya, model pembelajaran langsung dan ekspositori lebih menekankan pada belajar isi akademik. Model pembelajaran partner dalam belajar, belajar secara kooperatif dan bermain peran lebih menekankan pada pencapaian tujuan yang berdimensikan sosial dan hubungan antar manusia. Model pembelajaran individual dan model pembelajaran berprograma, memiliki ciri khusus lebih memberikan perhatian kepada layanan secara individual dalam ketuntasan belajar (Joyce, Weil, with Shower, 1992; Joyce,Weil & Calhoun, 2009).

Berdasarkan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 dan ciri model pembelajaran di atas, maka model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 tersebut harus bercirikan: (1) berpusat pada siswa, (2) belajar dengan melakukan, (3) mengembangkan kemampuan sosial, (4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah berTuhan, (5) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, (6) mengembangkan kreativitas siswa, (7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, (8) menumbuhkan Berdasarkan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 dan ciri model pembelajaran di atas, maka model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 tersebut harus bercirikan: (1) berpusat pada siswa, (2) belajar dengan melakukan, (3) mengembangkan kemampuan sosial, (4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah berTuhan, (5) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, (6) mengembangkan kreativitas siswa, (7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, (8) menumbuhkan

Berikut disajikan model pembelajaran Problem-Based Instruction (PBI) yang sesuai dengan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 (Arends, 1997).

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction)

a) Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Karakteristik model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) adalah (a) pengajuan pertanyaan atau masalah, (b) berfokus pada keterkaitan antar disiplin, (c) penyelidikan autentik, (d) menghasilkan produk/karya dan memamerkannya, dan (e) kerjasama. Peran guru dalam model PBI adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi adalah guru melakukan scaffolding suatu kerangka dukungan yang memperkaya inkuiri dan pertumbuhan intelektual. Bentuk pembelajaran model PBI penting untuk menjem-batani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah.

PBI tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak- banyaknya kepada siswa. Pembelajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk tujuan semacam ini. Model PBI menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model PBI utamanya dikembangkan untuk (a) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan (c) menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. PBI bertumpu pada psikologi kognitif dan paradigma kontruktivistik tentang belajar.

b) Sintaksis PBI

Sintaksis PBI terdiri dari lima fase utama yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sintaksis Pembelajaran Berbasis Masalah Fase

Aktivitas Guru

1. Orientasi siswa kepada Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan masalah

logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

2. Mengorganisasi siswa Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan untuk belajar

mengorga-nisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Membimbing penyelidikan Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan individual

maupun informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, kelompok

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase Aktivitas Guru

4. Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menya-jikan hasil karya

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi

proses evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- pemecahan masalah

proses yang mereka gunakan

c)Pelaksanaan Pembelajaran PBI Konsep tentang PBI sangat jelas, namun bagaimana pelaksanaan model ini secara efektif lebih sulit. Hal ini membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat keputusan-keputusan khusus pada saat fase-fase perencanaan, interaksi, dan setelah pembelajaran. Ada dua kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu tugas-tugas perencanaan dan tugas interaktif. Tugas-tugas perencanaan meliputi penetapan tujuan dan merancang situasi masalah yang sesuai. Tugas interaktif meliputi orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk penyelidikan/penelitian, membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, dan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Penetapan tujuan PBI didasarkan pada tujuan PBI itu sendiri, yaitu keterampilan intelektual dan keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu pebelajar yang mandiri. Namun demikian guru dapat menetapkan satu, dua atau semuanya. Misal guru mengangkat masalah isu lingkungan, namun guru tidak bertujuan menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi dapat meminta siswa untuk melakukan pencarian topik pada komputer on-line, dalam rangka mengembangkan jenis keterampilan penyelidikan ini.

Merancang situasi masalah yang sesuai atau merencanakan cara-cara untuk memberi kemudahan proses perencanaan adalah tugas perencanaan penting bagi guru. Situasi masalah yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, masalah itu harus autentik. Ini berarti bahwa masalah harus lebih berakar pada pengalaman dunia nyata siswa daripada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu. Kedua, permasalahan seharusnya tidak terdefinisi secara ketat dan menghadapkan suatu makna misteri atau teka-teki. Ketiga, masalah seharusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual mereka. Keempat, masalah seharusnya cukup luas untuk memungkinkan guru merumuskan tujuan instruksional mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat suatu pelajaran layak dalam waktu, tempat, dan sumberdaya yang terbatas. Terakhir, masalah harus memperoleh keuntungan dari usaha kelompok dan tidak terhambat oleh masalah itu.

Tugas interaktif pertama pada PBI adalah orientasi siswa pada masalah. Seperti model pembelajaran yang lain, pada fase pertama PBI adalah mengkomuni-kasikan tujuan pembelajaran secara jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran, dan memerikan apa yang diharapkan untuk dilakukan oleh siswa. Tujuan utama dari pelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi pebelajar yang mandiri. Pertanyaan atau masalah yang diselidiki tidak memiliki jawaban yang mutlak “benar”, memiliki banyak penyelesaian, dan mungkin saling bertentangan.

Selama tahap penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan untuk mencarai informasi. Guru bertindak sebagai pembimbing dan menyediakan bantuan, namun siswa berusaha untuk bekerja mandiri atau bersama temannya. Selama tahap analisis, siswa didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan bebas. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau oleh teman sekelas.

Tugas interaktif kedua pada PBI adalah mengorganisasi siswa untuk studi. PBI membutuhkan keterampilan kolaborasi diantara siswa dan membantu mereka untuk menyelidiki masalah secara bersama. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar kooperatif juga cocok untuk PBI. Di samping juga mempertim-bangkan anggota kelompok berdasarkan keakraban persahatan. Setelah siswa memiliki situasi masalah dan memiliki kelompok, selanjutnya menetapkan sub-topik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal waktu.

Tugas interaktif ketiga pada PBI adalah membantu penyelidikan mandiri dan kelompok. Penyelidikan yang dilakukan secara mandiri, berpasangan, atau dalam tim penyelidikan kecil adalah inti teknik penyelidikan yang berbeda. Kebanyakan melibatkan pengumpulan data dan bereksperimen, mengajukan hipotesis dan menjelaskan, dan memberikan pemecahan. Pada kegiatan pengumpulan data dan eksperimen, guru mendorong siswa sehingga mereka betul-betul memahami dimensi- dimensi situasi masalah tersebut. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Siswa membutuhkan untuk diajarkan bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode yang sesuai dengan masalahnya, misal mewawan-carai, mengamati, mengukur, membuat catatan. Mereka juga membutuhkan untuk diajarkan etika penyelidikan yang benar. Selanjutnya guru m2,01embimbing siswa untuk dapat merumuskan hipotesis, menjelaskan, dan memberikan pemecahan. Bimbingan diusahakan sesedikit mungkin. Tahap berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan artifak dan pameran. Artifak, lebih dari sekedar laporan tertulis. Artifak meliputi berbagai karya seperti videotape yang menunjukkan situasi masalah dan pemecahan masalah yang diusulkan, model yang terdiri dari suatu perwujudan secara fisik dari situasi masalah atau pemecahannya dan program komputer dan sajian multimedia. Kecanggihan artifak tertentu tergantung pada kemampuan siswa. Setelah artifak dikembangkan, guru mengorganisasikan pameran untuk memamerkan dan mempublikasikan hasil karya siswa tersebut. Pameran ini seharusnya melibatkan siswa, guru, orangtua/wali, dan lainnya.

Aktivitas akhir PBI adalah guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan di samping itu juga keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa untuk melakukan rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah dilewatinya.

d) Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Lingkungan belajar dan sistem manajemen pada PBI dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peran siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses membantu siswa yang otonom dan percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri. Memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman d) Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Lingkungan belajar dan sistem manajemen pada PBI dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peran siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses membantu siswa yang otonom dan percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri. Memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman

Dalam PBI evaluasi tidak cukup dengan paper and pencils test, tetapi dilengkapi dengan evaluasi proses dan hasil pekerjaan siswa sebagai hasil penyeledikan mereka. Untuk evaluasi dapat melalui asesmen kinerja, asesmen autentik, pengevaluasian portofolio, asesmen potensi belajar, asesmen usaha kelompok, dan daftar cek dan skala penilaian.

Berikut disajikan contoh aplikasi pelaksanaan model PBI pada matapelajaran matematika SMP kelas IX. Kompetensi Inti (KI): Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan dalam ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. Kompetensi Dasar (KD): mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi, dan menampilkan data hasil pengamatan dalam bentuk tabel dan berbagai grafik serta mengidentifikasi hubungan antar variabel serta mengambil kesimpulan (Kemdikbud, 2013). Berdasarkan KI dan KD tersebut dapat ditetapkan indikator materi statistika, yaitu mengumpulkan data, mengolah data, mengurutkan data, menyajikan data, menetukan mean, median, modus, dan menarik kesimpulan hubungan dua variabel.

Tugas Perencanaan Berdasarkan KI dan KD di atas guru dapat menetapkan situasi masalah yang s esuai misalnya “Fenomena di kelas ada hubungan antara dua variabel, yaitu tinggi badan dengan lingkar pinggang, tinggi badan dengan panjang telapak kaki, tinggi badan dengan panjang tangan, tinggi badan dengan berat badan”. Situasi masalah ini dimungkinkan dapat menemukan rumus hubungan antara dua variabel, sehingga untuk menentukan tinggi badan dapat dilihat dari lingkar pinggang, panjang telapak kaki, panjang tangan, atau berat badan.

Situasi masalah tersebut memiliki kriteria sebagai berikut: (a) autentik dan berakar pada pengalaman dunia nyata; (b) tidak terdefinisi secara ketat dan mengundang makna misteri, teka-teki solusinya atau missy problem (Ronis, 2008); (c) sesuai dengan tingkat kognitif siswa; (d) cukup luas tetapi terjangkau serta layak dalam waktu, tempat, dan sumberdaya; dan (e) memperoleh keuntungan dari usaha kelompok dan tidak terhambat oleh masalah itu sendiri.

Tugas Interaktif Tugas interaktif pertama guru adalah memberi orientasi masalah kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada KI dan KD di atas sebagai berikut. (a) Domain pengetahuan, siswa dapat mengumpulkan data, mengolah data, mengurutkan data, menentukan data terendah, data tertinggi, rata-rata, median, modus sekelompok data, menyajikan data dalam bentuk diagram garis, diagram batang, diagram lingkaran, menarik kesimpulan hubungan dua variabel (tinggi badan dengan lingkar pinggang, tinggi badan dengan panjang telapak kaki, tinggi badan dengan panjang tangan, tinggi badan dengan berat badan), menemukan pendekatan rumus hubungan antara dua variabel tersebut; (b) Domain psikomotor, siswa terampil Tugas Interaktif Tugas interaktif pertama guru adalah memberi orientasi masalah kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada KI dan KD di atas sebagai berikut. (a) Domain pengetahuan, siswa dapat mengumpulkan data, mengolah data, mengurutkan data, menentukan data terendah, data tertinggi, rata-rata, median, modus sekelompok data, menyajikan data dalam bentuk diagram garis, diagram batang, diagram lingkaran, menarik kesimpulan hubungan dua variabel (tinggi badan dengan lingkar pinggang, tinggi badan dengan panjang telapak kaki, tinggi badan dengan panjang tangan, tinggi badan dengan berat badan), menemukan pendekatan rumus hubungan antara dua variabel tersebut; (b) Domain psikomotor, siswa terampil

Tugas interaktif kedua adalah guru mengorganisasi siswa dalam melakukan penyelidikan, yaitu membentuk kelompok atau tim peneliti dan membagi tugas kelompok dalam melakukan penyelidikan. Dalam membentuk kelompok, guru dapat mempertimbangkan berdasarkan keakraban persahabatan siswa, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan secara proporsional. Menyediakan logistik yang diperlukan dalam penelitian/penyelidikan, misalnya menyiapkan macam-macam alat ukur panjang tidak standar (tali rafia, benang, karet panjang) dan standar (meteran kain, meteran rol, meteran kayu, penggaris siku-siku), timbangan badan, form pengumpul dan pengolah data, alat pemroses data (kalkulator, komputer), dan koneksi internet (modem). Guru meminta siswa untuk menetapkan sub-sub kegiatan dan jadwal waktu penyelidikan.

Tugas interaktif ketiga adalah guru membantu siswa melakukan penyelidikan secara kelompok sesedikit mungkin. Guru mendorong siswa untuk dapat memahami apa yang akan dilakukan dan apa target yang akan dicapai. Guru mendorong siswa memahami langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyelidikan, memotivasi sebagai penyelidik yang aktif. Guru membimbing siswa merumuskan dugaan/ hipotesis, menggunakan komputer untuk menemukan hubungan antara dua variabel. Guru mendorong siswa untuk membuat diagram dari data yang telah dikumpulkan, membuat laporan, presentasi dan membuat karya yang dapat dipamerkan, yaitu data lengkap dari variabel beserta diagramnya.

Tugas interaktif terakhir adalah guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil yang telah dilakukan. Siswa diminta melakukan refleksi dari proses dan hasil penyelidikan yang telah dilakukan dan diharapkan dapat merekonstruksi pemikiran dan aktivitas. Refleksi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan. Misalnya, ketika mengukur tinggi badan, cara manakah yang paling baik? Ketika mengukur lingkar pinggang, meteran apakah yang paling sesuai? Ketika mengukur panjang telapak kaki, dengan cara bagaimanakah yang paling baik? Ketika mengukur berat badan, bagaimana cara membaca skala timbangan yang benar? Ketika kerja kelompok melakukan pengukuran, bagaimana kerja kelompok bisa efektif? Ketika kerja kelompok mengumpulkan data, karakter apa yang bisa ditumbuhkan? Ketika menentukan median, rata-rata, dan modus sekelompok data, dengan cara bagaimana yang paling efektif? Ketika kerja kelompok menentukan median, rata-rata, dan modus, karakter apa yang bisa ditumbuhkan? Ketika menentukan rumus hubungan dua variabel, dengan aplikasi program apakah yang paling efektif dan paling akurat? Ketika kerja kelompok menentukan rumus hubungan dua variabel, karakter apa yang bisa dibangun?

Asesmen yang bisa dilakukan guru dalam kegiatan di atas meliputi asesmen proses dan hasil. Asesmen proses bisa mencakup domain afektif dan psikomotor. Domain sikap, misalnya sikap dalam kerjasama dalam kerja kelompok, sikap presentasi hasil penyelidikan, karakter dalam mengurutkan data, karakter dalam menggambar diagram. Domain psikomotor, misalnya keterampilan menggunakan alat ukur, keterampilan menggambar diagram. Asesmen proses tersebut dapat menggunakan form Asesmen yang bisa dilakukan guru dalam kegiatan di atas meliputi asesmen proses dan hasil. Asesmen proses bisa mencakup domain afektif dan psikomotor. Domain sikap, misalnya sikap dalam kerjasama dalam kerja kelompok, sikap presentasi hasil penyelidikan, karakter dalam mengurutkan data, karakter dalam menggambar diagram. Domain psikomotor, misalnya keterampilan menggunakan alat ukur, keterampilan menggambar diagram. Asesmen proses tersebut dapat menggunakan form

Berdasarkan contoh aplikasi model pembelajaran tersebut di atas, PBI sangat cocok untuk memenuhi tuntutan kurikulum 2013, baik dilihat dari standar proses pembelajaran maupun standar penilaian. Pada contoh di atas, ciri proses pembelajarannya demokrasi, manajemen kelas terbuka, berpusat pada siswa, siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional, masalahnya kontekstual, sumber belajarnya tidak hanya guru. Penilaian pada contoh di atas melibatkan ketiga ranah afektif, psikomotor, kognitif secara terpadu dan terintegrasi dalam proses dan hasil dan memberi kesempatan siswa melakukan evaluasi diri atau refleksi diri pada proses dan hasil penyelidikan.

C. Penutup Pada kurikulum 2013 standar proses mengajar belajar menjadi fokus perhatian, tanpa mengesampingkan standar kompetensi lulusan, standar isi, dan standar penilaian. Model pembelajaran merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kegiatan mengajar belajar (KMB). Pada kurikulum tersebut ditekankan KMB domain sikap, psikomotor, dan pengetahuan harus dilaksanakan secara terpadu, dengan mendasarkan pada prinsip- prinsip KMB yaitu pembelajaran mengedepankan pengalaman personal melalui: observasi, bertanya, elaborasi, pelibatan siswa, menggali, menalar, menjelaskan, mengkomunikasikan, menyajikan, menerapkan, menyimpulkan, mencipta, dan mengevaluasi. Oleh karena itu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah model pembelajaran yang memenuhi prisip-prinsip KMB di atas dengan bercirikan: (1) berpusat pada siswa, (2) belajar dengan melakukan, (3) mengembangkan kemampuan sosial, (4) mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan, (5) mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, (6) mengembangkan kreativitas siswa, (7) mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi, (8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik, (9) belajar sepanjang hayat, (10) kontekstual, (11) guru bukan satu-satunya sumber belajar, dan (12) perpaduan kompetisi, kerjasama, dan solidaritas. Model pembelajaran yang berbasis prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 antara lain Problem-Based Instruction, Problem-Based Learning, Cooperative Learning, Problem-Based Learning Project, Discovery Learning , Self-Directed Learning and Collaboration.

Pencapaian standar proses sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan mengajar belajar. Model pembelajaran merupakan unsur penting dalam pelaksanaan kegiatan mengajar, oleh karena itu pemilihan model pembelajaran dan pelaksanaannya yang sesuai dengan prinsip-prinsip KMB dalam kurikulum 2013 adalah sangat urgen untuk terlaksanya kurikulum 2013. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013 ditentukan oleh berbagai pihak (siswa, guru, kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan, pemerintah, masyarakat, dan lain-lain), oleh karena itu marilah kita sikapi secara positif.

Daftar Rujukan

Arend, Richard, I. 1998. Learning To Teach, (4 th ed.). New York: Mc. Graw-Hill. Arend, Richard, I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: Mc.

Graw-Hill. Bell, F.H. 1978. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools).

Dubuque: WmC. Brown Company. Depdikbud. 1980. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press. Joni, T.R. 1993. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. Jakarta: Konsorsium Ilmu

Pendidikan, Ditjen Dikti Depdikbud Joyce., B., Weil, M., & Calhoun, E. 2009. Models of Teaching, (8 th ed.). Englewood

Cliff, N.J: Prentice-Hall. Joyce., B., Weil, M., & Shower, B. 1992. Models of Teaching (4 th ed). Englewood Cliff,

N.J: Prentice-Hall. Kemdiknas. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. http://kurikulum2013.

kemdikbud.go.id Kemdikbud. 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah

Tsanawiyah (MTs) . Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi – Seri Pengelolaan Kurikulum Berbasis

Sekolah . Edisi Juni 2002. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Ronis, D.L. 2008. Problem-2,01Based Learning for Math & Science (2 nd ed.).

California: Corwin Press. Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology, Theory and Practice (4 th ed.). Boston:

Allyn and Bacon