PENGUJIAN FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

ACARA VII PENGUJIAN FAKTOR CAHAYA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH

Oleh :

Nama

: Ahmad Syarif H

NIM

: A1L012055

Rombongan : B1 PJ Asisten

: Ibnu Kosim

Sutri utami KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2014

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih sudah menjadi kebutuhan dalam dunia pertanian, tanpa adanya benih pertanian tidak akan berjalan dengan baik. Benih dibutuhkan untuk menghasilkan tanaman yang baik dengan produksi yang tinggi. Untuk itu diperlukan benih yang bermutu tinggi. Benih yang bermutu dapat dilihat dari benih yang utuh, bersih, vigornya tinggi dan tidak terserang hama dan penyakit. Benih yang bermutu dapat dihasilkan dengan cara melakukan pengujian.

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.

Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi, Sudut datang matahari (dari suatu titik tertentu di bumi), Keadaan atmosfer (kandungan debu dan uap air), dan Panjang hari sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan di daerah sub-tropik

Misalnya kecambah yang berada di tempat terang akan tumbuh lambat. Daunnya yang muncul di antara kotiledon dengan cepat tumbuh menghijau dan relative tebal, batangnya kuat dan akarnya tumbuh banyak. Sedangkan kecambah yang berada di tempat gelap akan tumbuh cepat, tetapi daunnya kecil, tipis kekuningan, batangnya lemah dan akarnya tidak banyak.

Sinar matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan namun efek lain dari sinar matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan lebih pendek dari pada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini disebut dengan etiolasi.

Dampak tanaman akibat etiolasi adalah tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis. Padahal proses fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil. Karena karbohidrat tidak terbentuk, daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak berwarna hijau, melainkan kuning pucat.

B. Tujuan

Mempelajari atau mengetahui bagaimana pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kebanyakan biji-biji tanaman menjadi sensitif terhadap cahaya bila biji-biji tersebut dalam keadaan basah. Pencahayaan biji-biji kering tidak efektif dalam menstimulasi perkecambahan, tetapi pencahayaan biji-biji yang telah direndam air kesinar matahari langsung dalam waktu 0,01 detik saja telah mampu memberikan pengaruh stimulasi perkecambahan biji. Jadi di samping peranan cahaya, peranan airpun sangat penting dalam perkecambahan biji. Ini disebabkan karena air mempunyai peranan yang sangat penting dalam reaksi-reaksi biokhemis dalam biji selama proses perkecambahan. ( Campbell, 2001).

Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah (Hardjadi, 1979).

Barton (1947) dalam Justice and Louis (1990) menjumpai adanya pengaruh buruk dari cahaya terhadap benih cinchona ledgeriana berkadar air 9,4% yang disimpan di laboratorium. Tetapi penulis tersebut menunjukkan, bahwa kadar air contoh pembandingnya yang disimpan di tempat gelap, mungkin telah turun selama penyimpanan, sehingga memberikan lingkungan penyimpanan yang cocok. Di samping itu, hasil pengujian pada benih yang disimpan dalam tabung Barton (1947) dalam Justice and Louis (1990) menjumpai adanya pengaruh buruk dari cahaya terhadap benih cinchona ledgeriana berkadar air 9,4% yang disimpan di laboratorium. Tetapi penulis tersebut menunjukkan, bahwa kadar air contoh pembandingnya yang disimpan di tempat gelap, mungkin telah turun selama penyimpanan, sehingga memberikan lingkungan penyimpanan yang cocok. Di samping itu, hasil pengujian pada benih yang disimpan dalam tabung

Penelitian yang dilakukan Litynski dan Urbaniak (1958), nampaknya merupakan penelitian sejenis yang paling mendalam membahasnya. Selama empat tahun mereka meneliti pengaruh cahaya terhadap masa simpan delapan spesies benih sayuran dan tujuh spesies tanaman pangan yang dikenakan cahaya putih, cahaya oranye-kuning, cahaya biru-violet, cahaya tersebar dengan intensitas rendah, dan tanpa cahaya. Dalam mempelajari kemungkinan keuntungan sifat spektrum filter yang digunakan dan intensitas cahaya tersebut, mereka tidak menjumpai keuntungan yang konstan. Kalaupun terdapat keuntungan perlakuan pencahayaan, alasannya mungkin karena efek pengeringan oleh sinar oranye- kuning. Sedangkan sinar biru violet pengeringannya kurang. Cahaya yang tersebar tidak menguntungkan bagi upaya mempertahankan viabilitas benih. (Justice dan Louis, 1979).

Selama proses perkecambahan ada benih yang membutuhkan cahaya, terutama benih yang memiliki pigmen pada kulit benihnya, karena pigmen ini akan berfungsi sebagai fotosel yang akan mengubah cahaya matahari menjadi energi (bukan dalam bentuk ATP) yang dapat membantu meningkatkan laju respirasi dan sebagai energi untuk reaksi kimiawi yang bersifat endodermis (Kuswanto, 1997).

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3, dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Setyowati, 1991).

Selain itu, setiap jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.

Pada proses fotosintesis sinar matahari adalah salah satu faktor yang mempengaruhinya, berkaitan dengan sinar matahari, dimana intensitas cahaya dapat berpengaruh kepada proses pertumbuhan tanaman seperti yang dikemukakan oleh Sastrawinata, H.A (1984), bahwa Intensitas cahaya terlalu rendah atau terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menghasilkan produk fotosintesa yang tidak maksimal, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap aktivitas sel-sel stomata daun dalam mengurangi transpirasi sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu benih kedelai dan kedelai serta media pasir steril dan non-steril. Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi polybag hitam untuk sungkup, polibag tempat media tanam, dan kertas label.

B. Prosedur Kerja

1. Pengaruh faktor cahaya terhadap perkecambahan.

a. Dua buah polybag diisi dengan media pasir non steril

b. Ditanam benih jagung sebanyak 10 biji untuk masing-masing polybag dan diberi sungkup untuk perlakuan sungkup dan kontrol tidak disungkup dan beri tada dengan kertas label lalu media disiram sampai kapasitas lapang.

c. Diamati perkecambahan setiap 2 hari sekali selama 8 hari.

d. Setelah 8 hari, dicabut tanaman dan diamati panjang akar dan panjang perkecambahannya. Dibandingkan antar perlakuan.

2. Pengaruh sterilitas media terhadap perkecambahan.

a. Diisi seed box (nampan) dengan media pasir steril dan kontrol dengan media pasir non-steril.

b. Dilakukan penanaman 40 biji kedelai untuk masing-masing perlakuan dan disiram dengan air sampai kapasitas lapang.

c. Diamati perkecambahanya 2 hari sekali selama 8 hari.

d. Dihitung % perkecambahan pada masing-masing perlakuan dan bandingkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Perlakuan sungkup Tabel 3 Panjang Akar dan Panjang Perkecambahan dengan Sungkup

Tanaman

Panjang

Warna batang

Tinggi tanaman hari ke-

Hijau pucat

Hijau pucat

Hijau pucat

0 4,5 15,6 25,9 Tanaman 5

Hijau pucat

0 5,9 17,5 30,5 Tanaman 6

Hijau keputihan

18 30,6 Tanaman 7

18 Hijau keputihan

Hijau keputihan

Hijau pucat

Hijau pucat

Hijau pucat

Tabel 4 Panjang Akar dan Panjang Perkecambahan Non- sungkup Tanaman

Panjang

Warna batang

Tinggi tanaman hari ke-

Hijau kemerahan

Hijau kemerahan

Hijau kemerahan

Hijau kemerahan

0 2,4 9,2 16,5 Tanaman 6

Hijau kemerahan

0 4,4 14,3 27,9 Tanaman 7

Hijau kemerahan

0 3,3 11,2 27,4 Tanaman 8

Hijau kemerahan

0 3,1 11,5 26,1 Tanaman 9

Hijau kemerahan

0 1,7 11,2 24,9 Tanaman 10

Hijau kemerahan

21.8 Hijau kemerahan

2. Perlakuan media steril Tabel 5 kondisi kecamba perlakuan steril dan perlakuan non steril No Hari Ke

Kondisi Kecambah

Perlakuan steril

Perlakuan non seril

1 2 Kedelai belum ada yang Kedelai belum ada yang berkecambah

berkecambah

2 4 Kedelai berkecambah 1 dan Kedelai masih belum benih lain belum berkecambah berkecambah

3 6 Kedelai berkecambah 1 dan Masih tidak ada yang beberapa mulai terkontaminasi berkecambah dan beberapa jamur dengan presentase 45% terkontaminasi jamur dengan

presentase 12,5%

4 8 Tinggi kedelai yang Benih tidak ada yang tumbuh berkecambah 4,5 cm dan

dan kontaminasi jamur benih lain terkontaminasi

mencapai70% jamur hingga 72,5%

a. Perlakuan steril

% Perkecambahan

% Perkecambahan

Pada perkecambahan menggunakan sungkup, perkecambahannya lebih panjang, tetapi warnanya kuning dan tumbuhnya tidak tegak serta batangnya lemas. Apabila dibandingkan dengan perkecambahan pada yang tidak menggunakan sungkup perkecambahannya tumbuh dengan baik, warnanya hijau, akarnya panjang dan perkecambahannya kurang panjang. Perbedaan tersebut disebabkan karena yang menggunakan sungkup tidak mendapatkan cahaya matahari sehingga perkacambahannya lebih panjang. Media steril dan non steril hampir sama pengaruhnya dalam meningkatkan kemampuan berkecambah karena hanya satu biji saja yang berkecambah pada media steril sedangkan media non seril tidak ada yang berkecambah. Hasil yng hampir sama juga ditunjikan pada tingkat kontaminasi benih oleh jamur dimana media steril terkontaminasi 72,5% dan media non-steril terkontaminasi 70%.

B. Pembahasan

Gambar 13 (Kenampakan tanaman jagung sungkup dan on sungkup 16 juni 2014).

Gambar 14 (perlakuan steril 18 juni 2014)

Proses pembuatan media steril menurut Kurniaty (2006) :

a. Lakukan pengayakan pasir dengan mengunakan ayakan pasir dengan ukuran 5 mes, sebanyak yang di kehendaki untuk melakukan pengujian.

b. Lakukan pencucian pasir yang telah di ayak tadi di dalam Baskom/bak pencuci pasir sedikit demi sedikit, dengan terus di aduk-aduk agar kotoran/tanah yang ada di dalam pasir dapat terpisah, dan terus diganti dengan air yang bersih, hingga pasir terasa sudah bersih di cuci, dengan tampak air yang di gunakan untuk mencuci kelihatan jernih.

c. Setelah pasir bersih di cuci, air yang ada di dalam Baskom/bak pencuci pasir sisa pencucian pasir di buang, kemudian masukan pasir tersebut kedalam drum perebus pasir.

d. Drum perebus pasir di isi air bersih ½ dari tinggi drum tersebut, setelah pasir dan air di masukan lakukan perebusan hingga air mendidih, sesekali lakukan pengadukan dengan mengunakan adukan dari kayu yang sudah dibentuk seperti sekop.

e. Kemudian pasir direbus sampai mendidih dan diaduk-aduk hingga dirasa sudah cukup, pasir kemudian di turunkan dari dalam drum perebus dengan mengunakan sekop dan ditiriskan diatas karung.

f. Selanjutnya pasir ditiriskan dan air dari sisa perebusan dalam pasir terpisah, maka kemudian pasir tadi dimasukan kedalam drum untuk dilakukan sangrai, mengunakan bara api dan diaduk-aduk serta di bolak- balik dengan mengunakan kayu pengaduk, pasir yang diatas di balik jadi dibawah, hingga pasir kering karena panasnya api yang kita masak sangrai f. Selanjutnya pasir ditiriskan dan air dari sisa perebusan dalam pasir terpisah, maka kemudian pasir tadi dimasukan kedalam drum untuk dilakukan sangrai, mengunakan bara api dan diaduk-aduk serta di bolak- balik dengan mengunakan kayu pengaduk, pasir yang diatas di balik jadi dibawah, hingga pasir kering karena panasnya api yang kita masak sangrai

g. Pasir yang sudah kering karena disangrai tadi, kemudian pasir di angkat dan di masukan kedalam drum penampungan, hingga pasir tidak panas lagi, dan taruh di tempat yang ternaungi tidak terkena hujan dan tidak tercampur dengan kotoran debu atau benda asing lainya, supaya lebih aman drum ditutup.

h. Setelah satu hari di biarkan pasir seteril bias di gunakan untuk melakukan pengujian daya berkecambah benih-benih perkebunan yang di lakukan di rumah kaca, dengan cara di taruh di bak-bak pengujian atau mengunakan baskom.

Pengaruh penggunaan media steril terhadap daya kecambah dan daya tumbuh benih adalah bahwa media steril ikut menentukan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang ada pada media tersebut. Media steril merupakan media dengan tingkat kontaminasi bakteri maupun patogen yang rendah karena telah melewati berbagai proses sterilisasi yang bertujuan mematikan hama dan penyakit dalam media. Sterilisasi media dilakukan agar mengurangi kerugian pada proses budidaya tanaman karena media sudah mendapatkan perlakuan khusus agar siap ditanamani dan terbebas dari hama penyakit tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa perlakuan menggunakan media steril persentase perkecambahan pada hari ke

8 adalah 12,5% dengan tingkat kontaminasi 32,5%. Sedangkan pada perlakuan media non steril didapatkan persentase perkecambahan sebesar 0% dengan tingkat kontaminasi 35%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan sterilisasi media menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan media non sterilisasi.

1. Pengaruh Pelakuan Media Terhadap Perkecambahan Benih Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Irwanto, 2006).

Cahaya matahari mempunyai pengaruh terhadap perkecambahan tumbuhan. Tetapi banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap tumbuhan itu berbeda-beda. Beberapa peneliti telah memperlihatkan bahwa biji yang peka terhadap cahaya tidak akan berkecambah dibawah kanopi daun. Cahaya sendiri memiliki suatu intensitas, kerapatan pengaliran atau intensitas menunjukkan pengaruh primernya terhadap fotosintesis dan pengaruh sekundernya pada morfogenetika pada intensitas rendah, tetapi sebagian memerlukan energi yang lebih besar. Adanya penyinaran sinar matahari akan menimbulkan cahaya yang dibutuhkan untuk pembentukan zat warna hijau (klorofil), pertumbuhan tanaman dan kwalitas produksi. Tanaman yang kurang cahaya matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang (Irwanto, 2006).

Ketersediaan cahaya bagi pertumbuhan tanaman sangat bermanfaat dalam proses :

a. Perkecambahan

b. Perpanjangan batang

c. Membukanya hipokotil

d. Perluasan daun

e. Dormansi tunas

f. Sistesis klorofil

g. Gerakan batang

h. Gerakan daun

i. Pembukaan bunga (Lakitan, 1996). Apabila ditanam di tempat gelap, maka tanaman kecambah akan tumbuh lebih

panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang gelap, tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat, batang terlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga daun berwarna kuning. Peristiwa ini disebut etiolasi (Lakitan, 1996).

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat (tidak hijau). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel –sel tumbuhan sebaliknya, tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan – tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih segar dan batang kecambah lebih kokoh.

Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terhadap dua perlakuan yaitu sungkup dan non sungkup, didapatkan data bahwa pada perlakuan sungkup rata- rata panjang akar 16,21 cm dengan warna batang hijau pucat kemerahan. Tinggi tanaman rata-rata 25,58 cm dengan persentase perkecambahan 90%. Sedangkan pada perlakuan non sungkup rata-rata panjang akar 32,72 cm dengan warna batang hijau kemerahan. Tinggi tanaman rata-rata 24,4 cm dengan persentase perkecambahan 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlauan sungkup memacu pertumbuhan pemanjangan akar dan batang. Sedngkan persentase perkecambahan yang baik adalah pada perlakuan non sungkup.

Hasil dari praktikum menunjukan prosentase perkecambahan yang hampir sama pada kedua media yaitu 2,5% untuk media seril dan 0% untuk media non steril.Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pengaruh sterilitas media tanam terhadap perkecambahan. Menurut Sulistyowati (2012) pengaruh media tanam terhadap perkecambahan sebagian besar disumbang oleh faktor patogen dan nutrisi yang dikandung oleh media tersebut. Namun hasil yg berbeda ditunjukan diimana kontaminasi jamur pada media steril (72,5%) lebih Hasil dari praktikum menunjukan prosentase perkecambahan yang hampir sama pada kedua media yaitu 2,5% untuk media seril dan 0% untuk media non steril.Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pengaruh sterilitas media tanam terhadap perkecambahan. Menurut Sulistyowati (2012) pengaruh media tanam terhadap perkecambahan sebagian besar disumbang oleh faktor patogen dan nutrisi yang dikandung oleh media tersebut. Namun hasil yg berbeda ditunjukan diimana kontaminasi jamur pada media steril (72,5%) lebih

Hubungan antara cahaya matahari dengan tanaman, selalu terdapat keterkaitan antara sinar matahari dan proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan sinar matahari dan enzim-enzim. Fotosintesis adalah fungsi utama dari daun tumbuhan. Proses fotoseintesis ialah proses dimana tumbuhan menyerap karbondioksida dan air

yang diperlukan sebagai makanannya. Tumbuhan menyerap cahaya karena mempunyai pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplast. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Di dalamdaun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplassetiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Reaksinya:

untuk menghasilkan

6H 2 O + 6CO 2 + cahaya →C 6 H 12 O 6 (glukosa) + 6O 2

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respiras iseluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respiras iseluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara

Pada kondisi ternaungi pertumbuhan akar akan lebih cepat dan tajuk akan lebih cepat meningkat tingginya namun organ yang terbentuk menjadi lemah karena memiliki diameter yang lebih kecil. Hal ini karena auksin dapat bekerja optimum tanpa dihambat oleh cahaya matahari. Sebagian besar tanaman dalam stadia berkecambahnya membutuhkan lingkungan dengan naungan karena pada perkecambahan yang sangat dibutuhkan adalah air, yang pada kondisi terik akan menguap dan dapat hilang dari media perkecambahan. Sedangkan pada perkecambahan yang tidak memiliki naungan perkembanganya kurang optimum karena cahaya dapat melakukan penghambatan kerja hormon auksin yang sangat berperan dalam keberhasilan suatu biji untuk berkecambah dan membentuk organ.

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya. Cahaya yang bersifat sebagai inhibitor tersebut

Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu, intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin, 2010).

menggunakan sungkup, perkecambahannya lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak menggunakan sungkup, tetapi warnanya kuning, tumbuhnya tidak tegak ke atas, batangnya lemas,dan kecambahnya termasuk kecambah abnormal. Apabila dibandingkan, morfologi perkecambahan yang tidak menggunakan sungkup tumbuh lebih baik, warnanya hijau, akarnya panjang, perkecambahannya juga panjang, dan kecambahnya tumbuh dengan normal. Hal ini disebabkan karena perkecambahan yang menggunakan sungkup tidak mendapatkan cahaya sehingga kecambah yang dihasilkan tidak normal. Berdasarkan hasil tersbut, berarti benih kedelai termasuk benih yang perkecambahannya membutuhkan banyak cahaya. Menurut Kuswanto (1997) Ada benih yang membutuhkan cahaya matahari selama proses

Morfologi untuk

kecambah

yang

perkecambahannya (terutama yang berpigment) sehingga benih harus disebarkan di atas permukaan lahan untuk mengecambahkannya.

V. KESIMPULAN

1. Perlakuan yang digunakan ada dua yaitu perlakuan cahaya dan media terhadap perkecambahan benih.

2. Persentase perkecambahan pada media steril adalah 2,5% dengan tingkat kontaminasi 72,5%. Sedangkan pada media non steril persentase perkecambahan 0% dengan tingkat kontaminasi 70%.

3. Pada perlakuan sungkup didapatkan persentase perkecambahan 90%, rata-rata panjang akar 16,21 cm, warna batang hijau pucat kemerahan dan tinggi rata- rata 25,58 cm. Sedangkan pada perlakuan non sungkup didapatkan persentase perkecambahan 100%, rata-rata panjang akar 32,72 cm, warna batang hijau kemerahan dan tinggi rata-rata 24,4 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil. A. 2001. Biologi edisi ke-5 jilid ke-2. Erlangga : Jakarta Dwijoseputro. 1996. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. Harjadi, Sri Setyati. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta Jumin, Hasan Basri. 2010. Dasar-Dasar Agronomi. Raja Grafindo Persada.

Jakarta Justice, Oren dan Louis. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta Kurniaty, R., Budi Budiman dan Made Suartana. 2006. Pengaruh Media dan

Mutu Bibit. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan. Jakarta.

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Andi. Yogyakarta. Mustika, Sri dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang Pada Berbangai

Penanganan Benih Dan Cahaya . J. Agroland 17 (2) : 108 - 114, Agustus 2010

Sastrawinata, H.A.1984. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea laevis RIDL . di Komplek Wanariset,Kaltim. Laporan Puslitbang Hutan no 461. Hal. 27-54.

Setyowati, N., dan Indarto. 1991. Pengaruh naungan, media tanam dan

pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi jahe merah (Zingiber officinale Roxb. var. Rubra). Hal. 125-132. Witjaksono et al. (ed.). Pros. Sem. Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati 1 990/1991. Bogor.

LAMPIRAN

ACC

FOTO ACARA VII

BIODATA

Nama

: Ahmad Syarif Hidayatullah

Alamat lengkap

 Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal

Kec. Puwokerto utara  Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa

Kab. Pekalongan

Fakultas : Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan

: S1 Agroteknologi

Email

: [email protected]

Twitter

: @hidasya

Nomer HP

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)