Laporan teknologi dan produksi benih
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)
ACARA I PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH
Oleh :
Nama
: Ahmad Syarif H
NIM
: A1L012055
Rombongan : B1 PJ Asisten
:Ibnu Kosim
Sutri utami KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sangat besar, sehingga produksi bahan-bahan pangan harus memenuhi. Tetapi lahan-lahan subur diwilayah kita sudah berkurang akibat perubahan fungsi lahan. Sehingga untuk memenuhi hasil- hasil produksi bahan pangan ada kaitannya dengan benih bermutu.
Lahan kritis di Indonesia saat ini semakin meluas. Berbagai upaya penghijauan / penanaman tumbuhan terus dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan dan mengurangi bencana alam yang diakibatkan oleh lahan kritis. Upaya – upaya tersebut tentu saja memerlukan dukungan ketersediaan benih bermutu.
Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian kemurnian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.
Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapatkan keterangan tentang multi suatu benih yang digunakan untuk keperluan penanaman. Dalam rangka sertifikasi benih, pengujian tersebut diperlakukan guna pengisian label.
Tujuan dari pengujian kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh tersebut diambil dengan janis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan.
Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan kemurnian secara fisik/berdasar jalan memisahkan contoh identitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.
Pengujian kemurnian benih merupakan analisis dari beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologi sekumpulan benih. Kegiatan ini biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah sampel. Pengujian benih dapat dilakukan secara sederhana maupun dengan standar ISTA (International Seed Testing Association).
Tujuan dari kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara –cara yang sudah ditetapkan, dan juga menganalisa macam –macam jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
Praktikum Teknologi dan Produksi Benih acara Pengujian Kemurnian Benih bertujuan untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan penyakit tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih (Kamil, 1979).
Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002)
Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Namun banyaknya spesies / varietas tanaman yang beraneka ragam ada kecenderungan benih akan tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar – benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih (Anonim, 2008).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
A. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
1. Benih masak utuh
2. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
3. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
5. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
B. Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
C. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
1. Benih dan bagian benih Benih tanpa kulit benih; Benih yang terlihat bukan benih sejati; Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal; Cangkang benih; Kulit benih
2. Bahan lain
Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll. Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu
A. Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
B. Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali. Sertifikasi benih merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul agar dapat menyediakan secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi : 1. Pengujian Lapang; 2. Pengujian di Laboratorium; 3. Pemeriksaan alat – alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih (Justice, 1990). Gambar 1. Skema pengujian analisis kemurnian benih
Dari skema diatas dapat diketahui bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Setelah dilakukan pengambilan contoh kerja maka dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat awal benih sebelum dilakukan pengujian kemurnian. Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual bedasarkan penampakan morfologi. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih dipisahkan. Setelah dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan pada setiap komponen tersebut. Hasil dari penimbangan dilakukan perhitungan faktor kehilangan.
Faktor kehilangan = Ket. ck = contoh kerja k1 = benih murni k2 = benih tanaman lain k3 = kotoran benih
Faktor kehilangan yang diperbolehka n ≤ 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan ≤ 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.
% benih murni =
% benih lain =
% kotoran = Ket. k1 = benih murni k2 = benih tanaman lain k3 = kotoran benih
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
1. Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.
2. Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
3. Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya terbesar.
4. Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan (Kuswanto, 1997) Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain :
1. Metode Kue ( Pie Methode ) Dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian.
2. Metode Mangkuk ( Cup methode ) Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing – masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian (Anonim, 2008). Pembersihan benih dari varietas lain dan kotoran harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya mengingat antara benih yang kita maksud dengan hal – hal yang telah disebutkan itu pada dasarnya ada perbedaan fisik. Jadi tinggal ketekunan kita dalam melaksanakan cleaning tersebut. Dalam pelaksanaan pembersihan itu sebaik-baiknya mengingat antara benih yang kita maksud dengan hal – hal yang telah disebutkan itu pada dasarnya ada perbedaan fisik. Jadi tinggal ketekunan kita dalam melaksanakan cleaning tersebut. Dalam pelaksanaan pembersihan itu
Cara tradisional ini seperti yang dilakukan oleh praktikan dalam praktikum kemurnian benih ini yaitu dengan memilah – milah benih murni, varietas lain dan kotoran dengan menggunakan tangan, jadi hanya mengandalkan indera perasa dan penglihatan saja. Cara ini banyak kelemahannya karena seperti kita ketahui kemampuan indera tiap orang berbeda – beda. Sedangkan pembersihan dengan mesin kegiatan utamanya meliputi scalping (tertuju pada material – material kasar), hulling (tertuju pada bagian – bagian yang lengket), shelling (tertuju pada pengelupasan kotoran yang ada di permukaan benih). Jadi pada dasarnya pembersihan fisik benih dari fisik kotoran dan material yang tidak diperlukan akan mengaburkan, mempengaruhi dan merusak kemurnian benih (Kamil, 1979).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Benih padi
2. Meja pemurnian, pinset, petridish, kertas, timbangan analitik dan alat tulis
B. Prosedur Kerja
1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada dengan jalan pengurangan dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat bnih yang diinginkan dan timbngan
2. Diperiksa contoh kerja sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan teliti (ingat waktu identifikasi biji) dan pisahkan ke dalam komponen- komponen : benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran benih.
3. Dilakukan penimbangan untuk masing-masing komponen dan dicatat hasilnya.
4. Dihitung presentasi berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih .
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1 Hasil pengamatan kemurnian benih padi. No.
Presentase Contoh
Bobot
Bobot Komponen
SL KB Kerja Padi
20 gram 11,2 gr 3,9 gr 5,1 gr
1. Presentase Benih Murni (BM) = Bobot BM/ Bobot awal x 100% = 11,2 gr/20 gr x 100% = 56 %
2. Presentase Spesies Lain (SL) kedelai = 3,9 gr/30 gr x 100% = 19,5 %
3. Presentase Kotoran Benih (KB )= 5,1 gr/30 gr x 100% = 24,5 %
B. Pembahasan
Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan
Sedangan pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih. (Sutopo, 2002)
Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Namun banyaknya spesies / varietas tanaman yang beraneka ragam ada kecenderungan benih akan tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar – benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih (Anonim, 2008).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :
a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :
1. Benih masak utuh
2. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak
3. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud
5. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
A. Benih dan bagian benih
1. Benih tanpa kulit benih
2. Benih yang terlihat bukan benih sejati
3. Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal
4. Cangkang benih
5. Kulit benih
B. Bahan lain
1. Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll. Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali.
b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali. Sertifikasi benih merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul agar dapat menyediakan secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi :
1. Pengujian Lapang
2. Pengujian di Laboratorium
3. Pemeriksaan alat – alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih (Justice, 1990). Salah satu pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih dilakukan tidak hanya di laboratorium tetapi juga diuji lapang untuk memastikan kemurnian genetik suatu benih. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengujian kemurnian benih memiliki hubungan yang sangat erat dengan sertifikasi benih. Pengujian kemurnian benih masuk dalam salah satu komponen kegiatan pengujian dalam proses sertifikasi benih.
Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain :
1. Metode Kue ( Pie Methode ) Dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian.
2. Metode Mangkuk ( Cup methode ) Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing – masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian (Anonim, 2008).
Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman (Kamil, 1979). Berikut ialah skema analisis pengujian kemurnian benih :
Gambar 2 Skema analisis pengujian kemurnian benih
Dari skema diatas dapat diketuhi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.
Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:
1. Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.
2. Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.
3. Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya terbesar.
4. Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan.
Pada praktikum kali ini penghitungan kemurnian benih dilakukan dengan menggunakan rumus :
%KB = 100% - %BM - %SL Rumus tersebut sesuai dengan rumus perhitungan kemurnian benih yang
ditulis oleh Kuswanto (1997) yaitu :
% benih murni =
% benih lain =
% kotoran = Ket. k1 = benih murni k2 = benih tanaman lain k3 = kotoran benih
Hasil perhitungan kemurnian benih padi yang diuji dalam praktikum adalah jumlah benih murni 56%; kotoran benih 24,5%; varietas lain 19,5%. Dan berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa benih padi yang diuji kemurnianya masih dibawah standar mutu benih indonesia yang mensyaratkan minimal 88%. Sehingga benih yang diuji tidak layak untuk dilepas ke pasar atau petani.
V. KESIMPULAN
1. Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil pertanian.
2. Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.
3. Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih.
4. Persentase benih murni yang diuji adalah 56% sehingga benih yang diuji tidak memenuhi standar kemurnian benih nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pengadaan Benih. http://rians113.blogspot.com/pengadaan- benih.html (Diakses pada tanggal 20 Juni 2014) Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih . Rajawali. Jakarta. Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa Raya. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN FOTO ACARA I
BIODATA
Nama
: Ahmad Syarif Hidayatullah
Alamat lengkap
Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal
Kec. Puwokerto utara
Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
Fakultas
: Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Jurusan
: S1 Agroteknologi
: @hidasya
Nomer HP
: 081542033352
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)
ACARA II PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
Oleh :
Nama
: Ahmad Syarif H
NIM
: A1L012055
Rombongan : B1 PJ Asisten
: Ibnu Kosim
Sutri utami KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih.
Benih merupakan bagian generatif tanaman yang digunakan untuk perkembangbiakan / pembudidayaan. Dalam usaha budidaya tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah Benih merupakan bagian generatif tanaman yang digunakan untuk perkembangbiakan / pembudidayaan. Dalam usaha budidaya tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah
Kadar air produk tanaman yang diperoleh sekiranya akan disimpan untuk beberapa waktu bagi keperluan yang akan datang haruslah diturunkan sampai batas-batas tertentu. Yang dimaksud dengan batas-batas tertentu yaitu batas-batas agar jangan sampai terjadi penyimpangan-penyimpangan selama benih itu berada dalam penyimpanan karena benih sebagai organisme hidup yang mengadakan respirasi secara terus-menerus, dapat mudah terkena beberapa pengaruh yang terutama berakibat pada viabilitas dan vigor untuk dikembangkan pada saat yang diperlukan.
Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini yaitu untuk menguji kadar air benih dengan mamanfaatkan berbagai cara dan alat pengukur.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (ISTA, 2010).
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).
Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 - 133°C. Pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 - 133°C. Pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).
Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya (Poulsen, 1994).
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara I yaitu benih tanaman padi, oven, timbangan elektrik, moister tester, amplop, petridish dan alat tulis
B. Prosedur Kerja
Prosedur kerja terdiri dari dua cara yaitu dengan moisture tester dan cara manual.
1. Moisture tester
a. Masukan 4-8 benih padi yang akan diuji kadar airnya ke dalam moisture tester.
b. Sekrup diputar sampai benih padi hancur, kemudian tekan tobol paddies.
c. Dilihat pada layar digital hasil pengukuran dan dicatat kadar air benih padi yang diuji.
2. Manual
a. Sediakan benih padi
b. Ditimbang benih kacang padi hingga 20 gram (Bobot awal)
c. Kemudian benih dimasukan kedalam amplop
d. Diasukan amplop yang berisi kacang hijau kedalam oven dengan suhu 70% d. Diasukan amplop yang berisi kacang hijau kedalam oven dengan suhu 70%
f. Ditimbaang benih padi yang sudah dioven (Berat akhir)
g. Dihitung kadar air = Berat awal – Berat akhir
h. Dihitung % kadar air degan membandingkan kadar air dengan bobot awal benih.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Manual / dasar Kadar Air = Berat awal – Berat akhir
= 20 – 16,4 = 3,6 gram % Kadar air = 3,6 / 20 x = 1,8 %
2. Moisture tester / praktek Ulangan 1 = 13,3 % Ulangan 2 = 13,3 % Ulangan 3 = 13,6 % % KA = 13,4 %
B. Pembahasan
Gambar 3 (sebelum dimasukkan di moisture tester)
Gambar 4 (saat benih dimasukkan ke dalam moisture tester)
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Nelson, 2001). Menurut Gradness (1991) “kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada suhu tertentu”.
Kadar air biji penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing- masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi-padian (cerealia) dan biji- bijian (grain legumes) dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Umumnya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk panen. Pemanenan dengan kadar air biji diatas 30% tidak baik karena sukar untuk pengirikan (threshing). Di samping itu biji akan menjadi rapuh apabila dikeringkan sampai di bawah kadar air 20%. Tetapi tergantung pada jenis biji ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12% (Kamil, 1979). Menurut Sutopo (2002 ), “Penentuan kadar air benih dan suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya”.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar air benih adalah tingkat kemasakan benih. Dewi Rahmitasari (2011) benih siap dipanen apabila telah masak fisiologis. Ada beberapa fase untuk mencapai suatu tingkat kemasakan benih, yaitu fase pembuahan, fase penimbunan zat makanan dan fase pemasakan. Fase pertumbuhan dimulai sesudah terjadi proses penyerbukan, yang ditandai dengan pembentukan-pembentukan jaringan dan kadar air yang tinggi. Fase
penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan. Selain itu faktor lain adalah faktor lingkungan yang menurut Sutopo (2002) kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih tersebut, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil.
Pada praktikum yang kami lakukan, terdapat 2 metode perhitungan kadar air, antara lain metode moisture tester dan metode air oven. Praktikum Pengujian Kadar Air Benih dilakukan dengan menguji kadar air pada benih padi. Metode yang digunakan adalah metode dasar dan metode praktik. Metode dasar diawali dengan menimbang benih padi yang sebelumnya direndam dalam
air terlebih dahulu yang menunjukan bobot awal 20 gr (b 0 ). Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 2x24 jam kemudian ditimbang kembali air terlebih dahulu yang menunjukan bobot awal 20 gr (b 0 ). Benih yang sudah ditimbang kemudian dioven selama 2x24 jam kemudian ditimbang kembali
Ka(%) = b 0 –b 1 x 100%
Sedangkan dengan metode air oven didapat kadar air sebesar 1,8 %. Metode oven, pada dasarnya contoh benih dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Pada praktikum ini praktikan menggunakan oven 700 C selama
48 jam sampai mencapai berat tetap. Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Elektrik moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Penentuan kadar air benih dengan menggunakan alat ini dapat berlangsung dengan cepat.
Metode praktek dilakukan dengan memasukkan benih padi kedalam lubang pengujian pada moisture test kemudian sekrup penghancur benih pada alat tersebut diputar sampai benih benar – benar hancur. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol pilihan uji yaiti paddies. Hasil yang didapat adalah U1= 13,3%, U2= 13,3%, U3= 13,6 dengan rata-rata yaitu 13,4 % (%KA).
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dengan metode praktik hasil pengukuran kadar air benih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan metode dasar. Apabila untuk pengukuran hanya untuk mengetahui daya Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa dengan metode praktik hasil pengukuran kadar air benih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan metode dasar. Apabila untuk pengukuran hanya untuk mengetahui daya
Menurut kuswanto(1997) kadar air benih adalah menyangkut air yang terikat secara fisik dan di nyatakan pada material basah atau kering. Cara penentuan kadar air benih digolongkan atas metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar, benih itu dikeringkan pada temperatur tertentu sehingga mencapai berat yang tetap, kehilangan berat sebagai akibat pemanasan atau pengeringan itu selanjutnya ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Pada metode dasar antara lain termasuk metode tungku (oven method). Pada metode praktek antara lain elektrik moisture tester (Kuswanto, 1997).
Metode pengeringan memiliki kelebihan lebih murah dan kelemahanya adalah kurang teliti dan membutuhkan waktu. Menurut Poulsen (1994) metode ini hanya mempertimbangkan bahwa air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya. Sedangkan metode praktik dengan menggunakan moisture tester memiliki kelebihan hasil ukurnya Lebih cepat diperoleh dan praktis namun memiliki Metode pengeringan memiliki kelebihan lebih murah dan kelemahanya adalah kurang teliti dan membutuhkan waktu. Menurut Poulsen (1994) metode ini hanya mempertimbangkan bahwa air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya. Sedangkan metode praktik dengan menggunakan moisture tester memiliki kelebihan hasil ukurnya Lebih cepat diperoleh dan praktis namun memiliki
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar air benih merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh
2. Pengujian kadar air benih dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode dasar / konvensional (pengovenan) dan metode praktik (mouisture tester).
3. Metode dasar mendapatkan hasil % kadar air sebesar 1,8%, sedangkan metode praktek adalah U1= 13,3%, U2= 13,3%, U3= 13,6%, dengan rata-rata yaitu 13,4 % (%KA).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009 http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kemurnian-benih.html
(diakses pada 30 Juni 2014)
Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta ISTA. 2010. International Rules for Seed Testing Edition 2010. ISTA Co. Kuswanto, H. 1997. Analisis Banih. Penerbit Andi, Yogyakarta. Mugnisjah, Wahyu Qamara dan Asep Setiawan. 1990. Pengantar produksi benih.
Rajawali Pers, Jakarta Nelson, Stu. 2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan: England Rahmitasari, Dewi. 2011. Pengujian Kadar Air. PBT Ahli Pertama BBPPTP :
Surabaya.
LAMPIRAN
ACC
FOTO ACARA II
BIODATA
Nama
: Ahmad Syarif Hidayatullah
Alamat lengkap
Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal
Kec. Puwokerto utara Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa
Kab. Pekalongan Fakultas
: Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan
: S1 Agroteknologi
: @hidasya
Nomer HP
: 081542033352
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)
ACARA III SCARIFIKASI DAN STRATIFIKASI BENIH
Oleh :
Nama
: Ahmad Syarif H
NIM
: A1L012055
Rombongan : B1 PJ Asisten
: Ibnu Kosim
Sutri utami KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih merupakan bagian generatif tanaman yang digunakan untuk perkembangbiakan / pembudidayaan. Dalam usaha budidaya tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah munculnya unsur – unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dan benih yang membentuk bibit atau tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu.
Banyak macam benih tidak dapt berkecambanh meskipun diberikan fasilitas yang secukupnya. Benih demikian ini berasa dalam keadaan dormansi. Banyak faktor yang menyebabkan dormansi ini, antar kekerasan kulit sehingga air, udara sulit masuknya. Keuntungan tambahan dengan perlakuan air panas tersebut ialah mematikan hama dan penyakit yang seed home.
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi
B. Tujuan
1. Menunjukan kekerasan biji-biji legumes yang ada pada daerah tropika dan bagaimana cara skarifikasi dijalankan.
2. Mempercepat perkecambahan biji dengan metode skarifikasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: (1).Embryo, (2).Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo (Kamil, 1979).
Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai bahan tanaman. Secara fungsional dalam memenuhi kepentingan budidaya. Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1974)
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secara efektif menunda proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah dormansi Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secara efektif menunda proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah dormansi
Ahli fisiologi benih biasanya menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula ( akar, lembaga pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil ) memanjang atau muncul melewati kulit biji. Kemudian dapat disimpulkan lagi bahwa dormansi bisa terjadi karena kondisi dari dalam biji itu sendiri kurang sesuai walaupun kondisi luar sudah sesuai dengan persyaratan tumbuh biji tersebut ( suhu, kelembaban dan atmosfer ). Oleh karena itu kondisi dalam benih ( kulit biji yang terlalu keras atau faktor-faktor lain bisa dihilangkan atau diatasi dengan tindakan skarifikasi dan stratifikasi (Kuswanto, 1997).
Menurut Mugnisjah (1990) Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
a. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
b. Proses respirasi tertekan / terhambat.
c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Mugnisjah, 1990).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Bahan yang dipakai pada praktikum ini antara lain : benih melinjo, benih albasia, tanah pasir, air steril, amplas. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain : polibag , label dan pembatas polybag dan alat tulis
B. Prosedur kerja
1. Scarifikasi
a. Bahan dan alat yang akan digunakan dipersiapkan.
b. Satu buah benih melinjo dibersihkan kemudian dikikir atau digosok bagian kulit bijinya menggunakan ampelas pada bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir).
c. Melinjo yang telah dikikir ditanam dalam polibag dan diamati pertumbuhannya setiap hari selama 8 hari.
d. Dibandingkan antara perlakuan scarifikasi dan kontrol.
2. Stratifikasi
a. Bahan dan alat yang akan digunakan dipersiapkan.
b. Sepuluh benih albasia direndam dalam air hangat selama 20 menit (dilakukan oleh asisten) dan kontrol tidak direndam dalam air hangat.
c. Kemudian air didinginkan dan benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Polybag dibagi menjadi dua bagian dan satu sisi ditanami
10 benih albasia stratifikasi dan sisi kedua ditanami 10 benih kontrol
d. Pertumbuhan benih diamati setiap hari selama 8 minggu.
e. Dihitung % perkecambahanya. Lalu bandingkan antara kontrol dan perlakuan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Scarifikasi Melinjo Tidak ada yang tumbuh = 0%
2. Skarifikasi Benih Albasia
a. Albasia Kontrol = 1/10 x 100%
b. Albasia Perlakuan = 8/10 x 100% = 80%
B. Pembahasan
Gambar 5 (Skarifikasi biji melinjo menggunakan amplas)
Gambar 6 (Stratifikasi biji Albasia)
Dormansi merupakan masa istirahat atau keadaan benih pada fase istirahat akan tetapi tetap masih melangsungkan proses metabolisme seperti respirasi. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002).
Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan
Benih –benih yang menunjukkan tipe dormasi yang impermabel terhadap air dan gas disebut sebagai benih keras. Pada benih ini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel –sel berupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula. Pada beberapa benih tanaman, masuknya biji diatur oleh suatu pintu kecil pada kulit biji yang ditutupi dengan sumbat serupa gabus yang terdiri dari suberin. Bila sumbat gabus diambil atau dikendorkan barulah air dapat masuk ke dalam biji (Sutopo, 2002).
Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
1. Dormansi Fisik Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas –gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih –benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai Benih Keras karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula (Kuswanto, 1997).
b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera (Kuswanto, 1997).
c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas–gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Kuswanto, 1997).
2. Dormansi Fisiologis Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi
fisiologis adalah :
a. Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih – benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah (Kuswanto, 1997).
b. After Ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka b. After Ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka
Menurut Kartasapoetra (1992) faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam: