Hukum-hukum Baru

A. Hukum-hukum Baru

1. Hukuman Mati Bagi Pezina dan Orang yang Tidak Membayar Zakat

Aban bin Taghlib menuturkan bahwa Imam Shadiq as. bersabda, “Dalam Islam yang berdasarkan hukum Allah, terdapat dua darah yang halal. Tetapi, tidak ada seorangpun yang menerapkannya, sampai Allah mengutus Al-Qaim Ahlul Bait. Ia akan menghukumi dengan hukum Allah dan tidak memerlukan bukti dan saksi. Ia akan melempari para pezina yang muhshin (lelaki yang memiliki istri dan wanita yang memiliki suami) dengan batu dan juga memenggal kepala

orang- 1 orang yang tidak membayar zakat.” Imam Shadiq as. dan Imam Kadzim as. bersabda, “Ketika

Imam Mahdi muncul, ia akan menghakimi dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Ia akan menjatuhkan hukuman mati kepada wanita tua pezina dan orang yang enggan membayar zakat. Beliau juga akan memberikan harta warisan seorang saudara kepada saudara maqami 2 -nya (ketika di alam dzar mereka adalah saudara).”

Mengenai penjelasan riwayat di atas, Majlisi Pertama menjelaskan, “Mungkin maksudnya adalah, Imam Mahdi af. memiliki ilmu khusus dan tidak memerlukan saksi untuk menjalankan hukum Allah dalam dua permasalahan ini. Sebenarnya dalam permasalahan-permasalahan yang lain

1 Al-Kafi, jil. 3, hal. 503; Al Faqih, jil. 2, hal. 671; Wasailus Syi’ah, jil. 6, hal. 19; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 320.

2 Shaduq, Al-Khisal, bab 3, hal. 133; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 495.

220 P EMERINTAHAN A KHIR Z AMAN beliau juga akan menghakimi dengan cara seperti itu, hanya

saja dua permasalahan tersebut dipandang lebih 1 penting.”

2. Hukum Warisan Imam Kadzim as. bersabda, “Allah menciptakan ruh dua ribu

tahun sebelum jasad. Setiap ruh yang saling mengenal di langit, di bumi akan saling mengenal pula. Siapa saja yang tidak ia kenali di langit, di dunia juga tidak akan ia kenali. Ketika Imam Mahdi muncul, ia akan memberikan hak waris kepada saudara-saudara seagamanya dan memutus perwarisan antara saudara-saudara sepertalian darah. Ini adalah makna ayat yang berbunyi, “Ketika sangkakala ditiup, tidak ada lagi tali kekeluargaan di antara mereka dan mereka tidak mempertanya-

kannya 2 ” (QS: Al-Mu’minun: 101). Imam Shadiq as. bersabda, “Dua ribu tahun sebelum Allah

menciptakan badan, Dia telah menciptakan tali persaudaraan di antara ruih-ruh. Ketika Imam Mahdi muncul, saudara- saudara seagama yang tali persaudaraan di antara mereka telah terikat akan menerima harta warisan dari satu sama lainnya, sedangkan saudara-saudara senasab tidak lagi saling

menerima harta warisan.” 3

3. Hukuman Mati untuk Para Pembohong Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi muncul,

pertama kali yang dilakukannya, pergi mendatangi para

1 Raudhatul Muttaqin, jil. 3, hal. 18. 2 Dalail al-Imamah, hal. 260; Tafsir Burhan, jil. 3, hal. 120; As Syi’ah

wa Ar- Raj’ah, jil. 1, hal. 402. 3 Al-Faqih, jil. 4, hal. 254; Shaduq, Aqaid, hal. 76; Hushaini, Hidayah,

hal. 64, 87; Mukhtasharul Bashair, hal. 159; Raudhatul Muttaqin, jil. 11, hal. 415; Bihar al-Anwar, jil. 6, hal. 249 dan jil. 101, hal. 367.

B AGIAN K EDUA : B AB 7 221

pembohong di antara pemeluk Syiah, lalu membunuh mereka.” 1

Kemungkinan, mereka adalah orang-orang munafik atau pencipta bid’ah dalam agama yang menyebabkan banyak orang tersesat.

4. Hukum Jizyah Berakhir Imam Ali as. bersabda, “Umur dunia ini tidak akan berakhir

sampai pada suatu saat Allah mengirim Imam Mahdi ke tengah-tengah umat manusia, membasmi musuh-musuh kami, tidak menerim jizyah lagi. Beliau akan menghancurkan salib-salib dan berhala, sampai pada suatu hari peperangan usai. Ia memanggil umat manusia untuk mengambil harta benda dan hak-hak mereka, lalu membagikannya secara merata kepada semua orang, kemudian ia memperlakukan mereka dengan adil.” 2

Rasulullah Saw. menjelaskan mengenai patahnya salib-salib sebagai simbol berakhirnya agama Nasrani serta hukum jizyah. Beliau bersabda, “Imam Mahdi akan muncul sebagai pemimpin yang adil. Ia akan mematahkan salib-salib dan membunuh babi-babi. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan harta benda dari berbagai kota, sehingga ketika ada yang membutuhkan, dapat mengambil dan mempergunakannya. Tetapi di zaman itu, tidak ada orang

yang merasa membutuhkannya 3 .”

1 Kasyi, Al-Rijal, hal. 299; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 561. 2 Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 496. 3 Aqdud Durar, hal. 166; Al-Qaulul Mukhtashar, hal. 14.

222 P EMERINTAHAN A KHIR Z AMAN Mungkin hadis ini menggambarkan berakhirnya periode

agama Nasrani dan Ahli Kitab.

5. Membalas Pembunuh Imam Husain as Harawi menuturkan bahwa ia tengah bertanya kepada Imam

Ridha as., “Wahai putra Rasulullah! Apa pendapat Anda mengenai ucapan Imam Shadiq as. ketika beliau mengatakan bahwa jika Imam Mahdi muncul, ia akan menumpas ketu- runan para pembunuh Imam Husain as. sebagai balas dendam?’ Beliau menjawab, ‘Ucapan ini benar.’

Kemudian Harawi kembali bertanya, ‘Lalu apa arti ayat yang berbunyi, 1 “dan seseorang tidak mengemban beban orang lain” ?’

Beliau menjawab, ‘Firman Allah tersebut benar. Tetapi, keturunan para pembunuh Imam Husain adalah orang-orang yang membanggakan mereka (para pembunuh Imam Husain). Perilaku mereka sama dengan kakek-kakeknya. Orang-orang yang seperti ini, sama seperti para pendahulunya. Jika ada orang yang terbunuh di Timur, kemudian orang lain di Barat gembira dengan terbunuhnya dia, maka di mata Allah, ia adalah orang yang sama-sama berbuat dosa seperti pembunuh orang yang berada di Timur tersebut.

‘Dengan demikian, Imam Mahdi akan membasmi keturunan para pembunuh Imam Husain, karena mereka gembira atas apa yang dilakukan oleh kakek-kakeknya .’

Harawi berkata, ‘Al-Qaim akan memulai dengan membunuh kelompok yang mana?’ Imam menjawab, ‘Ia akan memulai dengan membunuh Bani Syaibah, lalu memotong tangan-

1 Al- An’am: 164; Al-Isra’: 15; Al-Fatir: 18; Az-Zumar: 7.

B AGIAN K EDUA : B AB 7 223

tangan mereka, karena mereka adalah para pencuri di rumah Allah di Mekah 1 .’”

6. Hukum Rahn dan Watsiqah Ali berkata, “Ayahku, Salim, bertanya mengenai hadis Imam

Shadiq as. yang berbunyi, “Barang siapa lebih percaya dan lebih yakin dengan Rahn dan menitipkan Watsiqah dari pada dengan saudara seimannya sendiri, maka aku sangat membencinya.”

Kemudian Imam menjawab, ‘Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Imam Mahdi.’” 2

7. Laba Perniagaan Salim berkata, “Aku bertanya kepada Imam Shadiq as., ‘Aku

mendengar bahwa mengambil untung dari saudara seiman dalam perdagangan adalah riba dan haram. Ben arkah itu?’ Imam menjawab, ‘Hal ini ada pada zaman kemunculan Imam Mahdi. Tetapi hari ini, tidak masalah jika seseorang menjual sesuatu kepada saudara seimannya, lalu mengambil untung

darinya.’” 3 Majlisi Pertama menganggap riwayat tersebut kuat sanadnya,

kemudian ia berkata, “Dari riwayat tersebut, dapat dipahami bahwa riwayat-riwayat lain yang menganggap mengambil untung dari saudara seiman dalam perdagangan adalah

1 Ilalus Syarai’ , jil. 1, hal. 219; Uyunu Akhbarir Ridha, jil. 1, hal. 273; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 313; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 455.

2 Man la yahdhuruhul faqih, jil. 3, hal. 200; At Tahdzib, jil. 7, hal. 179; Wasailus Syi’ah, jil. 13, hal. 123; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 455;

Maladzul Akhbar, jil. 11, hal. 315. 3 Ibid.

224 P EMERINTAHAN A KHIR Z AMAN makruh, riba, dan lain sebagainya, bukanlah riwayat-riwayat

yang terlalu berlebihan dalam menjelaskan masalah itu. Tetapi dapat dikatakan bahwa hari ini perbuatan tersebut makruh. Tetapi di zaman pemerintahan Imam Mahdi,

perbuatan itu diharamkan.” 1

8. Membantu Saudara Seiman Ishaq menuturkan, “Pada suatu hari, aku berada di dekat

Imam Shadiq as., yang sedang membicarakan kebaikan menolong antara saudara seiman. Beliau bersabda, ‘Pada zaman pemerintahan Imam Mahdi af., membantu saudara seiman adalah perbuatan yang wajib dilakukan. Oleh karena

itu, 2 saudara seiman harus dibantu dan ditolong.’”

9. Hukum Qatai’ Imam Shadiq as. berkata, “Ketika Imam Mahdi muncul, qatai’

(dan pemilikan harta-harta yang tidak manqul) tidak akan ada lagi dan tak lagi dibicarakan.” 3

Qatai’ adalah kepemilikan yang besar, seperti kepemilikan desa-desa, tanah-tanah yang luas, benteng-benteng, dan lain

sebagainya yang diklaim milik para raja dan penguasa setempat. Ini semua, akan ditiadakan di zaman Imam Mahdi

af. nanti.

1 Raudhatul Muttaqin, jil. 7, hal. 375.

2 Shaduq, Mushadaqah li ikhwan, hal. 20; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 495.

3 Qurbul Isnad, hal. 54; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 309 dan jil. 97 hal. 58; Itsbatul Hudat, jil. 3, hal. 523, 584; Bisyaratul Islam, hal. 234.

B AGIAN K EDUA : B AB 7 225

10. Hukum Kekayaan Mu’adz bin Katsir menuturkan bahwa Imam Shadiq as.

bersabda, ‘Hari ini, para pengikut kami berada dalam kelelua- saan. Ketika memperoleh pemasukan, mereka bebas meng- infakkannya di jalan Allah atau tidak. Tetapi di zaman Imam Mahdi, setiap orang yang memiliki harta yang melim-pah, diharamkan untuk menyimpannya. Mereka diperintah-kan untuk menyerahkannya kepada Imam Mahdi, untuk beliau pergunakan di jalan Allah. Inilah arti firman Allah Swt. yang berbunyi, “Dan berilah berita mengenai adzab yang pedih kepada orang-orang yang menimbun emas dan perak kemudian tidak

1 menginfakkannya di jalan Allah 2 ” .’”