Pemerintahan Adil

D. Pemerintahan Adil

Keadilan adalah kata yang tak asing bagi kita dan semua orang menyukainya. Keadilan merupakan sebuah kebaikan dan keindahan, walaupun datang dari siapapun. Tetapi kelak

1 Irsyad, hal. 344; Raudhatul Waidzin, hal. 265; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 332.

B AGIAN K EDUA : B AB 7 231

keadilan hanya tinggal namanya saja. Tak seorang pun yang pernah merasakan keadilan, kecuali orang-orang yang hidup di bawah pemerintahan orang-orang yang bertakwa.

Banyak para penguasa yang menyalahgunakan kata ini. Mereka menjadikannya sebagai alat untuk berkuasa. Tetapi pada kenyataannya, masyarakat tidak melihat adanya keadilan sedikit pun dalam pemerintahan mereka. Mereka hanya menggunakan cara yang buruk dan keji dalam memerintah.

Pendapat Almarhum Thabarsi Almarhum Thabarsi memiliki beberapa pendapat khusus

mengenai dihidupkannya sunah oleh pemerintahan Imam Mahdi af. yang kali akan kita simak bersama:

Kita semua meyakini bahwa pasca Nabi Muhammad Saw., tidak akan ada lagi nabi yang diutus. Tetapi kalangan pemeluk Syiah meyakini bahwa setelah kenabian Rasulullah Saw. akan datang seorang pemimpin adil yang bernama Imam Mahdi af. Ia akan bangkit di akhir zaman, tidak menerima jizyah dari orang-orang Ahlul Kitab, menghukum orang-orang yang telah berumur dua puluh tahun, tetapi tidak mengetahui hukum- hukum agama. Beliau akan menghancurkan masjid-masjid dan makam-makam tempat berziarah, mengadili dengan cara nabi Dawud as., yang tidak membutuhkan saksi dalam mengadili. Ia akan melakukan berbagai tindakan lainnya yang telah disebutkan dalam riwayat-riwayat. Jika kita ditanya bahwa akidah seperti ini menyebabkan terhapusnya agama, batilnya hukum-hukum syariat, dan pada hakikatnya kita meyakini adanya kenabian baru setelah kenabian Rasulullah Saw., meski kita tidak menyebutnya (pemerintahan Imam Mahdi af.) sebagai kenabian, lalu apa yang akan kita jawab?

232 P EMERINTAHAN A KHIR Z AMAN Kita akan menjawab seperti ini: Sebenarnya kita tidak

meyakini kebenaran apa yang telah tercatat dalam kitab-kitab riwayat kita begitu saja. Karena, mungkin saja dihancurkannya masjid-masjid dan makam-makam tempat berziarah dikare- nakan tempat-tempat tersebut telah disalah gunakan dan digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ketakwaan. Dengan demikian, hal yang akan dilakukan oleh Imam Mahdi af. adalah tindakan yang baik dan nabi juga melakukan hal yang sama.

Adapun Imam Mahdi af. akan mengadili dengan cara anak- anak nabi Dawud as, yakni tidak membutuhkan saksi dalam peradilan, kita tidak meyakininya secara mutlak. Ya, kita bisa menakwilnya seperti ini, bahwa ketika Imam Mahdi af. atau seorang hakim telah mencapai derajat keyakinan akan sesuatu, ia harus berlaku sesuai dengan keyakinan yang ia miliki dan ia tidak lagi memerlukan saksi untuk memutuskan hukum dan hal ini tidak menyebabkan terhapusnya agama.

Mengenai Imam Mahdi af. tidak menerima jizyah dan tidak mendengarkan ucapan saksi (dalam peradilan). Jika hal ini memang benar, maka tidak akan menyebabkan terhapusnya aturan-aturan agama. Karena naskh (dirubahnya suatu hukum) merupakan dalil yang merubah hukum pertama datang, setelah dalil mengenai hukum pertama tersebut dan kedua dalil yang bertentangan tersebut tidak datang bersamaan. Karena jika datangnya bersamaan, maka kita tidak menye- butnya sebagai naskh . Misalnya ketika ada perintah “Tinggal- lah di rumah pada hari sabtu sampai pada suatu masa kalian bebas (boleh keluar rumah).” Kita tidak menyebut “pada masa itu kalian b ebas” sebagai nasikh (yang menghapus hukum

B AGIAN K EDUA : B AB 7 233

pertama), karena datangnya bersamaan (dalil naskh bersamaan dengan dalil hukum yang pertama).

Kita semua meyakini bahwa Nabi Saw. pernah memerintah- kan untuk selalu menaati segala apa yang diperintahkan oleh Imam Mahdi af., menerima semua hukum-hukumnya. Oleh karenanya, kita wajib untuk berbuat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Imam Mahdi af. Dengan demikian, perbe- daan antara hukum-hukum yang akan dibawa oleh Imam Mahdi af. dengan hukum-hukum Rasulullah Saw, tidak menyebabkan terhapusnya hukum-hukum agama (yang diistilahkan juga dengan naskh), karena dalil berlakunya hukum pertama dan dalil lain yang menghapus keberlakuan hukum bertanya, datang secara bersamaan (Rasulullah Saw. sendiri yang mewajibkan kita untuk mengikutinya. Lalu ketika Imam Mahdi af. datang, beliau memerintahkan kita untuk menaatinya). 1 []

1 Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 383; Banyak juga riwayat-riwayat Ahli Sunnah yang memiliki kandungan yang sama.