Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan

2) Persentase pejabat pimpinan tinggi, administrator dan pengawas lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan.

Indikator kedua dengan target sebesar 80% dengan cara perhitungan dari jumlah pejabat pimpinan tinggi, administrator dan pengawas yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan dibagi seluruh pejabat yang ada dikali 100%.

Capaian indikator kinerja Persentase Pejabat Struktural yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan tahun sebesar 82,14%, melebihi target yang telah ditetapkan. pada tahun 2016, Jumlah pejabat struktural yang telah memenuhi Kompetensi Jabatan sejumlah 1.856 pejabat struktural atau sebesar 81,40% dari jumlah pejabat struktural di lingkungan Kemenkes (2.280 pejabat struktural). Berdasarkan data Tahun 2017 Kementerian Kesehatan, terdapat 2.206 orang pejabat struktural, dan 1.812 pejabat telah memenuhi kompetensi sesuai persyaratan.

Gambar 4 Persentase pejabat struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan yang kompetensinya sesuai persyaratan jabatan

Re Re 2015

Pada grafik di atas dapat dilihat pula bahwa dengan hasil capaian pada tahun 2017 yang masih on track serta menunjukkan kecenderungan meningkat. Diperkirakan target pada tahun 2019 sebesar 90% (target akhir periode Renstra Kemenkes 2015-2019) dapat dicapai. Analisis Pencapaian Target:

Dalam mendukung pencapaian atas realisasi pada indikator ini, telah dilakukan serangkaian kegiatan penunjang yaitu : Dibalik pencapaian kinerja pada tahun 2017 yang menunjukkan hasil cukup baik, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:

a. Melaksanakan proses pelaksanaan penilaian Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan atau BAPERJAKAT.

b. Melaksanakan pengisian jabatan eselon I dan II yang dilaksanakan oleh Panitia Seleksi Terbuka (PANSEL) yang dalam penentuan mutasi dan promosi jabatan eselon I dan II juga memperhatikan kompetensi pejabat yang akan menduduki jabatan.

c. Melakukan pemanggilan pejabat yang belum mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM).

3) Persentase pegawai Kementerian Kesehatan dengan nilai kinerja minimal baik

Di awal tahun 2014, sistem penilaian kinerja pegawai mengalami perubahan dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) menjadi penilaian dengan menggunakan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan Perilaku Kerja. Sedangkan pada tahun 2017 telah ditetapkan target sebesar 88% untuk Pegawai dengan kinerja minimal baik. Cara perhitungan yaitu jumlah CPNS dan PNS yang mempunyai hasil penilaian SKP dengan kriteria minimal baik dibagi seluruh CPNS dan PNS. Capaian pada tahun 2017 sebesar 98,66% (49.525 pegawai).

Analisis Pencapaian Target :

Dari hasil capaian Tahun 2017 yang menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :

a. Melakukan updating database pegawai melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA).

b. Melakukan evaluasi pelaksanaan evaluasi prestasi kinerja.

c. Menyusun draft Permenkes tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

d. Menyusun draft Kepmenkes tentang Standar Teknis Kegiatan Sasaran Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

e. Mengembangkan aplikasi SIPEKA (Sistem Pengukuran Kinerja Pegawai) yaitu aplikasi untuk seluruh pegawai yang bertujuan untuk melakukan pencatatan pekerjaan harian yang dapat secara langsung dilakukan penilaian oleh pejabat penilai baik itu capaian sasaran kerja pegawai maupun perilaku pegawai.

Gambar 5

Persentase Pegawai Kementerian Kesehatan dengan Nilai Kinerja

Minimal Baik Tahun 2015-2019

Seperti terlihat pada grafik di atas hasil capaian pada tahun 2017 yang masih on track serta menunjukkan kecenderungan meningkat. Bila tren ini terus bertahan dapat diperkirakan target pada tahun 2019 sebesar 94% (target akhir periode Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019) optimis dapat tercapai. Meski hasilnya cukup baik, sejumlah hal masih perlu ditindaklanjuti untuk memudahkan proses penilaian SKP, yaitu:

1) Sosialisasi penggunaan aplikasi SIPEKA.

2) Sosialisasi Permenkes tentang Pedoman Penilaian Prestasi Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

3) Sosialisasi Kepmenkes tentang Standar Teknis Kegiatan Sasaran Kerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

4) Pengembangan aplikasi PPKPNS terkait penilaian perilaku dengan metode 360°.

5) Membuat draft Petunjuk Teknis integrasi SKP dengan DUPAK.

Solusi dan Tindak Lanjut : Untuk mendukung pencapaian sasaran indikator yang telah ditetapkan terkait Program Pembinaan Administrasi Kepegawaian, maka ditetapkan beberapa kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan Formasi Pegawai;

b. Pelaksanaan Pengadaan CPNS;

c. Percepatan proses administrasi pengangkatan CPNS dan Alih Status/Peningkatan Status CPNS menjadi PNS;

d. Penyelesaian Kartu Pegawai (Karpeg) dan Kartu Istri/Suami (Karis/Karsu);

e. Pengangkatan

Administrasi Tenaga PTT/PPPK/Penugasan Khusus;

dan

Pengelolaan

f. Penyerahan Dokumen Penetapan Kebutuhan dan Hasil Seleksi ASN Di Lingkungan Pemerintah Daerah Dari PTT Kementerian Kesehatan;

g. Pengelolaan Administrasi Kenaikan Pangkat;

h. Pengelolaan Administrasi Pemindahan dan Pemberhentian;

i. Pengelolaan Administrasi Penilaian Kinerja Pegawai; j. Pengelolaan Administrasi Jabatan Fungsional; i. Pengelolaan Administrasi Penilaian Kinerja Pegawai; j. Pengelolaan Administrasi Jabatan Fungsional;

Kementerian Kesehatan; n. Pemberian penghargaan dan General Check Up Pegawai; o. Penegakan Hukuman Disiplin Pegawai; p. Pemberian Ijin Perceraian dan Surat Keterangan Perceraian;

Analisis sumber Daya

A. Sumber Daya

Dalam rangka mencapai kinerjanya, Biro Kepegawaian didukung oleh beberapa sumber daya, antara lain sumber daya manusia, sumber daya anggaran dan sumber daya sarana dan prasarana.

1. Sumber Daya Manusia

Keadaan pegawai di lingkungan Biro Kepegawaian pertanggal

30 Desember 2017 berjumlah 148 orang PNS. Apabila dilihat dari trend keadaan pegawai tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 terjadi penurunan dari segi jumlah, hal ini dikarenakan adanya Pegawai PNS yang telah memasuki batas usia pensiun, mutasi dan promosi, serta tidak adanya penambahan pegawai baru dari jalur seleksi CPNS

Capaian realisasi anggaran Biro Kepegawaian pada tahun 2017 adalah sebesar 97,39% atau Rp. 41.033.108.156,- (empat puluh satu milyar tiga puluh tiga juta seratus delapan ribu lima Rupiah) dari pagu efisiensi sebesar Rp. 42.132.278.000,- (empat puluh dua milyar Seratus tiga puluh dua juta dua ratus tujuh puluh delapan ribu Rupiah).

Alokasi anggaran yang dikelola oleh Biro Kepegawaian dibanding dengan tahun 2016 mengalami penurunan, trend alokasi anggaran pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 mengalami penurunan anggaran sebesar Rp. 2,88 milyar, namun dari segi realisasi anggaran tahun 2017 apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya mengalami kenaikan yang sangat signifikan, bahkan angka prosentase melampaui target yang ditetapkan (95%) dengan realisasai akhir sebesar 97,39%.

2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan administrasi kepegawaian, Biro Kepegawaian terus berupaya untuk melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kantor. Nilai Aset Lancar berupa barang Persediaan per 31 Desember 2017 sebesar Rp.145.626.800,- merupakan barang habis pakai berupa ATK, Cetakan Kop Surat, MAP dan Amplop Dinas serta hasil cetakan leaflet tentang alur, prosedur, mekanisme dan persyaratan proses pengelolaan administrasi kepegawaian, yang didistribusikan di Unit Layanan Terpadu

(ULT) di lantai dan para pelaksana program kegiatan untuk diserahkan ke masing-masing Unit Pelaksana Teknis di Daerah. Aset Tetap berupa peralatan dan mesin dengan nilai sebesar Rp.12.330.343.205,- merupakan total nilai perolehan sarana dan prasarana kerja yang masih berfungsi/layak pakai berupa kendaraan dinas roda empat, kendaraan operasional roda empat, kendaraan operasional roda dua dan peralatan kantor lainnya (meubelair, PC unit, server, dll). Pada Tahun 2017 terjadi akumulasi penyusutan nilai BMN sebesar minus Rp.9.410.940.245. Akumulasi penyusutan tersebut dihitung secara otomatis melalui Aplikasi SIMAKBMN yang dikembangkan oleh Kementerian Keuangan. Terjadinya akumulasi penyusutan tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan penyusutan dari Kementerian Keuangan berdasarkan PMK Nomor 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan BMN berupa Aset Tetap pada entitas Pemerintah Pusat dan Surat Direktur Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Nomor S-2/KN/2014 hal Tindak Lanjut Monitoring dan Evaluasi Penyusutan BMN dan Penyusunan Laporan Barang Pengguna Tahunan Tahun 2013. Berkenaan dengan adanya akumulasi penyusutan tersebut, maka nilai netto aset tetap berupa peralatan dan mesin pada satker Biro Kepegawaian per 30 Juni 2017 adalah sebesar Rp.2.919.402.960,-. Adapun Aset Lainnya yang terdiri dari Aset Tak Terwujud berupa Aplikasi Sistem Layanan Kepegawaian (SILK) dan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA) per 31 Desember 2017 sebesar Rp. 1.555.750.000,-. Pada Tahun 2017 terjadi akumulasi penyusutan sebesar Rp.1.503.006.250,- sehingga nilai netto aset tak berwujud setelah terjadinya penyusutan menjadi sebesar Rp.52.743.750,-

Penghargaan Biro Kepegawaian tahun 2017

1) BKN Award

2) Satker Wilayah Bebas Korupsi (WBK)

3) ISO 9001:2015

3. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara.

Target dan capaian indikator kegiatan Pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang milik negara dapat dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 10 Target dan Capaian Biro Keuangan dan BMN Tahun 2017

Indikator Kinerja

Target

Realisasi Capaian

100% 100% menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk mempertahankan WTP

a. Persentase

b. Persentase nilai aset tetap yang telah

Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan c. Persentase Pengadaan Barang/jasa

98% 109% (e-procurement) sesuai ketentuan

Uraian capaian kinerja dari masing-masing indikator dijabarkan sebagai berikut:

1) Persentase Satker yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan SAP untuk mempertahankan WTP

D efinisi operasional yaitu “Persentase Jumlah Satker Kantor Pusat, Kantor Daerah, dan Dekonsentrasi yang melaporkan (ADK & Laporan Keuangan) semester dan Tahunan tepat waktu secara berjenjang sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) serta ketentuan Peraturan Keuangan Negara yang dibuktikan dengan melakukan rekonsiliasi secara berkala”.Dari Indikator Pertama pada tahun 2017 telah mencapai target yang ditetapkan, yaitu dari sejumlah 418 Satker seluruhnya menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan berkualitas. Dengan rincian 48 satker Kantor Pusat, 166 satker Kantor Daerah dan 204 Dekonsentrasi.

Tabel 11 Target dan Realisasi Indikator Pertama

Tahun 2017 Total Satker

Tahun 2016

418 Satker Target IKK

418 Satker

100% Persentase Capaian IKK

Analisis Pencapaian Target : Analisis Pencapaian Target :

1) Pelaksanaan proses likuidasi aset di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan mengoptimalkan dasar hukum yaitu Surat Edaran Sekretariat Jenderal Nomor HK.03.03/II/345/2016 tanggal 18 Februari 2016 tentang Pelaksanaan Likuidasi di lingkungan Kementerian Kesehatan.

2) Sosialisasi kebijakan-kebijakan terkait tata laksana keuangan, perbendaharaan dan penyusunan laporan keuangan baik BLU maupun Non BLU yang berkesinambungan.

3) Adanya aplikasi e-rekon sehingga dapat mengidentifikasi ketidaksesuaian lebih dini.

4) Koordinasi dengan unit organisasi yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM bidang pengelolaan keuangan dan anggaran.

5) Memberikan reward kepada satker untuk kategori satker dengan pengelolaan anggaran terbaik di lingkungan Kementerian Kesehatan.

b. Permasalahan

Walaupun target kinerja Indikator Pertama tercapai namun masih ada permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1) Kurangnya kualitas SDM dalam bidang akuntansi.

2) Sistem aplikasi yang sering berubah dan perubahan sangat dekat waktunya dengan jadwal rekon.

3) Rotasi pengelola keuangan yang terlalu sering.

4) Kesalahan Penggunaan akun dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran.

c. Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan/penyuluhan kepada petugas penyusun laporan keungan.

2) Meningkatkan koordinasi dengan KPPN dan DAPK Kementerian Keuangan.

3) Mengoptimalkan peranan APIP dalam melakukan review mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan.

d. Rencana Tindak Lanjut

1) Memaksimalkan ketersediaan anggaran pada DIPA Biro Keuangan dan BMN untuk kegiatan peningkatan kemampuan penyusun Laporan Keuangan.

2) Pelaksanaan review RKAKL dan LK mulai dari level satker sampai dengan Kementerian pada setiap periode pelaporan keuangan.

3) Penyusunan dan sosialisasi Pedoman Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan.

4) Rapat koordinasi dengan APIP, DAPK Kementerian Keuangan setiap triwulan.

2) Persentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan 2) Persentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan

Capaian kinerja Indikator ini tahun 2017 melampaui target yang ditetapkan, dari total nilai aset yang harus ditetapkan status penggunaannya yaitu Rp 39.727.025.395.104,- persentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan penetapan status penggunaan sesuai ketentuan adalah sebesar Rp 33.633.495.966.468,- (85%), melampaui target di tahun 2017 sebesar Rp 27.808.917.776.573,- (70%).

Terjadi peningkatan sebesar 21% untuk capaian pada indikator kedua, jika pada tahun 2016 sebesar 54% maka pada tahun 2017 berhasil ditingkatkan menjadi sebesar 85%. Peningkatan terlihat dari naiknya jumlah aset yang ditetapkan status penggunaannya yaitu sebesar Rp 7.597.740.266.572,-. Dalam waktu 3 (tiga) tahun pengukuran indikator kedua ini selalu melebihi target yang telah ditetapkan, namun gap selisih persentase capaian semakin mengecil. Hal ini dikarenakan aset yang sudah selesai di PSP-kan memang sudah sesuai dengan rencana dan prediksi Biro Keuangan dan BMN sedangkan aset tersisa yang harus diselesaikan dalam proses PSP memiliki kendala yang lebih kompleks dan memerlukan effort yang lebih dalam penyelesaiannya.

Analisis Pencapaian Kinerja :

a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target kinerja

1) Sosialisasi

Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/558/2016

Keputusan

Menteri

Pelimpahan sebagian wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna Barang dalam Pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan;

tentang

2) Sosialisasi

Jenderal Nomor HK.03.03/II/2037/2016 tanggal 13 September 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan;

3) Sosialisasi Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor HK.03.03/III/2016 tanggal 28 September 2016 tentang Rencana Kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian Kesehatan;

4) Sosialisasi kepada satker di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam percepatan proses revaluasi aset BMN;

5) Komitmen pimpinan dalam pengelolaan BMN termasuk dalam hal ini usul dan proses PSP;

6) Koordinasi yang intensif dan optimal dengan Unit Utama dan Kementerian Keuangan.

b. Permasalahan

Walaupun capaian kinerja Indikator Kedua melampaui target, masih ada permasalahan yang terjadi, yaitu:

1) Pendelegasian wewenang yang memungkinkan Satker melakukan Penetapan Status Penggunaan di KPKNL Setempat.

2) Petugas SIMAK BMN baru dan belum berpengalaman sehingga terhambat dan atau salah kewenangan pengajuan usulan PSP.

3) Data dukung yang tidak lengkap.

4) Anggaran untuk monitoring terhadap Satker yang capaian PSP nya rendah sangat terbatas sehingga tidak semua Satker terpapar regulasi-regulasi baru mengenai PSP.

c. Pemecahan Masalah

1) Akan melakukan koordinasi intensif dengan satker terutama yang capaian PSP-nya masih rendah dibawah 50% dan petugas SIMAK yang masih baru.

2) Pendampingan satker yang capaian nya masih rendah.

d. Rencana Tindak Lanjut

1) Melakukan pertemuan tingkat satker dan sosialisasi regulasi-regulasi serta kebijakan menyangkut proses usulan PSP.

2) Melakukan pendampingan kepada satker yang tingkat capaian realisasi PSP-nya masih rendah.

3) Membuat aplikasi yang berisi template PSP sehingga memudahkan Petugas SIMAK untuk mengusulkan PSP serta mengurangi tingkat kesalahan usulan PSP.

3) Persentase Pengadaan Barang/Jasa (e-procurement) sesuai ketentuan

Gambar 6 Target dan Realisasi Persentase Pengadaan Barang/Jasa (e-procurement)

TARGET RENSTRA

0% TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019

D efinisi operasional yaitu “Persentase Jumlah satker Kantor Pusat

dan Kantor Daerah yang proses pengadaannya menggunakan

S PSE”.Capaian kinerja Indikator Ketiga tahun 2017 melampaui target yang ditetapkan, dari 214 Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah ditargetkan 193 Satker (80%) melakukan pengadaan melalui e-procurement, hasilnya sebanyak 210 Satker (98%) sudah melakukan pengadaan melalui e- procurement.

Dengan demikian pencapaian kinerja melebihi target. Dasar penetapan target dan realisasi ini adalah perhitungan jumlah Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang melaksanakan pengadaan dengan menggunakan e-procurement.

Terjadi peningkatan sebesar 7% untuk capaian pada indikator ketiga tahun 2017 (98%) jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 (91%). Peningkatan terlihat dari naiknya jumlah satker yang menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan dalam melakukan pengadaan barang/jasa yaitu sebanyak 15 satker.

Analisis Pencapaian Target Analisis Pencapaian Target

Tercapainya target kinerja Indikator Ketiga tidak lepas dari terobosan yang dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN yaitu sebagai berikut:

1) Pelatihan dan sertifikasi PBJ yang secara simultan dilaksanakan setiap

tahunnya untuk meningkatkan kualitas SDM pelaksana PBJ;

2) Dilaksanakannya workshop monitoring dan evaluasi pengadaan barang dan jasa;

3) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pra-DIPA 2017;

4) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui e-katalog;

5) Sosialisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui mekanisme lelang cepat kepada satker di lingkungan Kementerian Kesehatan; Melalui kegiatan pengadaan menggunakan LPSE Kementerian

Kesehatan telah menyelesaikan 1.964 paket dengan pagu selesai sebesar Rp 4.647.070.222.774,- dengan hasil lelang sebesar Rp 4.040.553.645.850,- dan mampu menghemat keuangan negara sebesar Rp 606.516.576.924,- dari nilai pagu selesai yang dilelangkan di LPSE Kementerian Kesehatan. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2016. Pada tahun 2016 pengadaan menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan 10.056 paket dengan pagu selesai sebesar Rp 7.381.249.364.062,- dengan hasil lelang sebesar Rp 6.731.139.280.750,- dan mampu menghemat keuangan negara sebesar Rp 650.110.083.312,-. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2017 terdapat pengadaan melalui e-Purchasing dengan paket selesai sebanyak 20.862 paket dan nilai hasil lelang sebesar Rp 6.437.425.775.494,-.

Hasil yang melebihi target tersebut seharusnya dapat lebih maksimal dengan inovasi-inovasi dari para pengelola PBJ seperti pelaksanaan Kontrak Payung dan optimalisasi pengadaan melalui e-catalogue.

b. Permasalahan :

1) Pembaharuan aplikasi RUP oleh LKPP yang menghambat pengisian RUP oleh satker pada Triwulan I tahun 2017.

2) Adanya kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada terjadinya lelang ulang dan tidak terlaksana.

3) Terlambatnya pelaksanaan PBJ yang disebabkan oleh terlambatnya penyiapan dokumen PBJ dan kualitas dokumen PBJ.

4) Perencanaan dan pelaksanaan PBJ Pra-DIPA masih belum optimal.

5) Pembahasan e-catalogue bidang kesehatan di LKPP membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan LKPP memerlukan bantuan teknis dari kementerian terkait.

c. Pemecahan Masalah

1) Berkoordinasi dengan LKPP terkait kebijakan updating aplikasi agar tidak menghambat proses pelaksanaan PBJ.

2) Optimalisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pra-DIPA tahun 2018.

3) Peningkatan kualitas SDM terkait pemahaman dan penyusunan dokumen PBJ.

4) Membuat rancangan pembuatan aplikasi PBJ dengan melibatkan tenaga IT di lingkungan Biro Keuangan dan BMN dan Narasumber dari LKPP.

5) Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ di lingkungan Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.

6) Penyusunan e-catalogue sectoral di delegasikan ke Kementerian terkait (Kementerian Kesehatan) sehingga tidak perlu menunggu dari LKPP.

7) Melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendorong pengelola PBJ, melakukan inovasi dalam proses PBJ seperti Kontrak Payung, pengadaan melalui e-catalogue dan/atau e-purchasing.

d. Rencana Tindak Lanjut

1) Melakukan advokasi kepada LKPP untuk mengurangi updating aplikasi SIRUP di awal tahun anggaran.

2) Membuat surat edaran dan koordinasi mengenai pengadaan barang/jasa melalui proses lelang Pra-DIPA kepada seluruh satuan kerja dan Unit Organisasi di lingkungan Kemenkes.

3) Membuat atau mengembangkan aplikasi PBJ untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PBJ.

4) Melaksanakan Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ (KPA, PPK, PP dan Pokja ULP) di lingkungan Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.

Dengan berbagai usaha yang telah dilakukan seperti disebutkan diatas pada tahun 2017, Kementerian Kesehatan telah meraih Opini WTP dari Badan pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan TA 2017.

Analisis Penguunaan Sumber Daya

a. Sumber Daya Manusia

Jumlah Pegawai Biro Keuangan dan BMN Sekretariat Jenderal sampai dengan Tanggal 31 Desember 2017 sebanyak 112 (seratus dua belas) pegawai. Adapun proses peningkatan kapasitas dan pembangunan karakter yang telah dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN yaitu :

1. Melaksanakan capacity building dengan melibatkan seluruh pegawai Biro Keuangan dan BMN di Bandung Jawa Barat

2. Mengirimkan sebanyak 2 orang pegawai untuk mengikuti Pelatihan Tim Pelatih Program Kesehatan (TPPK) Mengirimkan sebanyak 2 orang pegawai untuk mengikuti Australia Awards Scholarship for Strengthening E-Procurement In Indonesia Short Term Awards

3. Mengirimkan sebanyak 5 orang pegawai untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Bendahara Pengeluaran APBN Angkatan I Tahun 2017

4. Mengirimkan sebanyak 4 orang pegawai untuk mengikuti Pelatihan dan Sertifikasi Peningkatan SDM dalam rangka Pengadaan Barang/Jasa

b. Sumber Daya Anggaran

Seluruh Kegiatan Biro Keuangan dan BMN ini dibiayai dari DIPA Biro Keuangan dan BMN Nomor : SP DIPA-024.01.1.465921/2017 tanggal

7 Desember 2015 sebesar Rp15.934.983.000,-. Namun dalam pelaksanaan tahun berjalan terjadi beberapa kali Revisi DIPA, yaitu :

1. Revisi I pada tanggal 23 Januari 2017 dengan anggaran yang tercantum

yaitu sebesar Rp15.934.983.000,-

2. Revisi II tanggal 14 Agustus 2017 merubah anggaran menjadi sebesar Rp14.280.126.662,-

Revisi ke-2 dilakukan karena dikeluarkannya Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor PR.04.02/I/1979/2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian Kesehatan TA 2017. Revisi yang dilakukan menekankan pada pengurangan belanja barang yang dirasa tidak efektif dan tidak dapat dilakukan.

c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Neraca Barang Milik Negara (BMN) Tahun Anggaran 2017, tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana di Biro Keuangan dan BMN adalah sebagai berikut :

Tabel 12

Barang Milik Negara yang menjadi Aset Biro Keuangan dan BMN

AKUN NERACA

SALDO PER 31 DESEMBER 2017

Barang Konsumsi 35.714.250 Tanah

14.694.375.000 Peralatan dan Mesin

8.750.280.385 Gedung dan Bangunan

4.338.060.839 Jalan, Irigasi dan Jaringan

632.784.666 Aset Tetap dalam Renovasi

- Aset Tetap Lainnya

213.525.000 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

(8.099.884.104) Aset Tak Berwujud

2.556.732.405 Akumulasi Amortisasi

(1.909.221.155 110) Aset Lain-lain

427.730.366 Akumulasi Penyusutan atas Aset

(405.981.566) Lainnya

BMN Ekstrakomptabel 11.640.561 Akumulasi Penyusutan

(10.500.752) Ekstrakomptabel

TOTAL ASET

4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan Pembinaan Organisasi

Indikator kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan organisasi ada dua yaitu:

1) Jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan

Definisi operasional dari “jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan “ adalah sejumlah produk hukum yang dapat berupa peraturan, proses penanganan masalah hukum serta fasilitasi pelaksanaan tugas hukum yang diselesaikan dan atau dilimpahkan sesuai kewenangan. Dengan target 234 produk pada tahun 2017 dapat terealisasi yaitu 407 produk atau capaian sebesar 173,93%. Definisi operasional dari indikator tersebut adalah sejumlah Definisi operasional dari “jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan “ adalah sejumlah produk hukum yang dapat berupa peraturan, proses penanganan masalah hukum serta fasilitasi pelaksanaan tugas hukum yang diselesaikan dan atau dilimpahkan sesuai kewenangan. Dengan target 234 produk pada tahun 2017 dapat terealisasi yaitu 407 produk atau capaian sebesar 173,93%. Definisi operasional dari indikator tersebut adalah sejumlah

a. Rancangan Undang Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan Presiden (R PerPres) Bidang Kesehatan. Dalam penyusunan RUU, RPP dan R PerPres bidang kesehatan ditargetkan

9 buah sebagaimana dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mampu diselesaikan 1 RUU, 5 RPP, dan 1 Perpres, dengan total pencapaian di tahun 2017 ini sebanyak 7 buah output.

b. Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan/Perjanjian Kerja Sama. Penyusunan Kep/PerMenkes pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 93

(sembilan puluh tiga) dan telah terealisasi sebanyak 232 (dua ratus tiga puluh dua) Kep/PerMenkes. Perjanjian Kerja Sama pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 16 (enam belas) dan telah terealisasi sebanyak 38 (tiga puluh delapan) Perjanjian Kerja Sama. Jika diakumulasikan produk peraturan perundangan tersebut mencapai jumlah 270 (dua ratus tujuh puluh) produk perundang-undangan dari target 118 (seratus delapan belas) atau setara 228,81%.

Pencapaian pada tahun 2017, apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016, persentase pencapaian selalu diatas 100%. Dengan demikian bahwa kinerja yang dihasilkan untuk mencapai target tahunan selalu optimal. Jumlah realisasi pencapaian produk hukum secara kumulatif dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sudah 236,8% dari target akhir tahun renstra pada tahun 2019 sebanyak 232.

Analisis Pencapaian Target Kegiatan yang mendukung pencapaian produk peraturan perundang- undangan:

• Pengumpulan dan Kajian Perundangan Bidang Kesehatan, •

Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan, •

Pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak (hukum Islam), • Dokumentasi dan Penerbitan Katalog Hukum Bidang Kesehatan, •

Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi (SJDI), •

Penerbitan Himpunan Peraturan Bidang Kesehatan, dan •

Penguatan Website.

c. Penyusunan telaahan, pendampingan dan pembelaan kasus hukum Kegiatan penanganan masalah dan kasus hukum terkait kepegawaian, asset, pelayanan kesehatan serta judicial review dengan target sebanyak 95 kasus telah terealisasi sebanyak 125 kasus. Kasus yang tertangani terdiri dari:

1) 32 kasus perdata;

2) 7 kasus TUN;

3) 4 kasus judicial review;

4) Penanganan masalah 43 rumah negara di 12 provinsi yang harus dikembalikan ke rumah negara golongan II hasil rekomendasi KPK;

5) Penanganan 39 masalah sengketa asset di beberapa provinsi.

d. Fasilitasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan Kegiatan Penyusunan Regulasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan dengan target sebanyak 20 dokumen dan telah terealisasi sebanyak 5 dokumen yang terdiri dari:

1. Rancangan Permenkes tentang pengawasan di bidang kesehatan;

2. Draf kurikulum modul pendidikan dan pelatihan tenaga pengawas di bidang kesehatan;

3. Permohonan rekomendasi untuk pengangkatan tenaga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) ke Kejaksaan Agung dan Bareskrim POLRI;

4. Permohonan pengangkatan tenaga PPNS ke Kementerian Hukum dan HAM;

5. Permohonan Pelantikan tenaga PPNS ke Kementerian Hukum dan HAM.

Gambar 7

Pencapaian Kinerja indikator 1 , Tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016 sampai dengan target

akhir tahun Renstra

800 Target Pertahun 600

Realisasi Per Tahun 400

Target Kumulatif 200

Realisasi Kumulatif

Dalam rangka pencapaian kinerja indikator pertama pada Tahun 2017 anggaran yang direalisasikan sebesar Rp 4.988.756.679,- atau sebesar 97,69% dari alokasi anggaran sebesar Rp 5.106.419.000,-.

Permasalahan/kendala :

1. Kehadiran dan masukan perwakilan kementerian/lembaga terkait masih menjadi kendala dalam pembahasan penyusunan RUU, RPP dan R Perpres. Ketidakhadiran perwakilan menjadisalah satu faktor penghambat karena terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan klarifikasi dari kementerian yang menjadi penanggungjawabnya;

2. proses penyusunan RUU tentang Kekaratinaan Kesehatan selesai pada tahap pembahasan Panja, namun sampai dengan saat ini belum ada undangan dari tim perumus di DPR untuk pembahasan selanjutnya;

3. masih terdapat rancangan produk hukum dalam bentuk Permenkes dan atau Kepmenkes dari unit teknis yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi belum jelas secara substansi sehingga harus lakukan gelar substansi kembali. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penyelesaiannya;

4. khusus pada produk keputusan dan peraturan menteri, jumlahnya melebihi target karena banyaknya permintaan dari unit teknis, dan banyak draf yang diajukan secara cito;

5. belum adanya perencanaan penyusunan program legislasi kesehatan yang ditetapkan dalam suatu Keputusan Menteri Kesehatan.

Pemecahan masalah :

1. perencanaan penyusunan program legislasi kesehatan akan dibentuk dalam Keputusan Menteri Kesehatan;

2. membuat sistem uji kelayakan pembentukan peraturan menteri kesehatan untuk menyaring peraturan menteri kesehatan yang akan ditetapkan;

3. ditetapkannya kesepakatan agar pejabat yang mewakili dibekali dengan masukan materi yang akan dibahas;

4. pertemuan koordinasi sinkronisasi dengan unit organisasi eselon I untuk peningkatan pemahaman konten hukum dan kepatuhan terhadap SOP;

5. melakukan pembahasan secara intensif misalnya dengan pendampingan penyusunan rancangan awal produk peraturan

Tindak Lanjut:

1. membuat kerangka regulasi legislasi kesehatan melalui e-karina yang diisi oleh unit teknis terkait;

2. melakukan sosialisasi e-karina kepada Hukormas/ Hukorpeg dan Tu kumpeg di Lingkungan Unit Eselon I.

2) Jumlah produk layanan organisasi dan tatalaksana

Definisi operasional adalah sejumlah produk pengorganisasian dan tatalaksananya serta produk reformasi birokrasi yang dihasilkan dan atau dievaluasi. Untuk mengukur kinerja dengan menjumlah total dari keseluruhan produk organisasi dan tatalaksana dan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan/UPT dalam kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memilki target 15 produk pada tahun 2017 dan capaian kinerja telah mencapai 100% (15 produk).

Jika dibandingkan dengan tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebanyak 22, dan terealisasi sebanyak 34 buah karena terdapat beberapa target yang diselesaikan dengan menyatukan pembahasan/simplifikasi pembahasan.

Analisis Pencapaian Target :

Kegiatan lainnya yang mendukung pencapaian indikator ini secara tidak langsung adalah implementasi reformasi birokrasi. Kegiatan ini menjadi pendukung peningkatan kualitas dan capaian kinerja terhadap 8 (delapan) area perubahan.

Hasil-hasil yang dicapai selama tahun 2017, adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi dan Rancangan Penataan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan;

2. Kriteria dan klasifikasi UPT Badan Litbangkes;

3. Organisasi dan tata kerja UPT Badan Litbangkes;

4. Kajian kebutuhan UPTD;

5. Peta proses bisnis Kementerian Kesehatan;

6. Evaluasi proses bisnis Kementerian Kesehatan 2015;

7. Tata hubungan kerja penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan produk hukum lainnya;

8. Tata hubungan kerja pengelolaan Rumah Negara;

9. Rancangan SOP Ketatausahaan;

10. Monev SOP AP Biro Hukor;

11. Informasi jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian Kesehatan;

12. Informasi faktor jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian Kesehatan;

13. Peta jabatan kantor pusat Kementerian Kesehatan;

14. ABK online UPT Kementerian Kesehatan;

15. Evaluasi implementasi RB Kementerian Kesehatan.

Berikut disampaikan target dan realisasi untuk kurun waktu tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 dan target akhir tahun Renstra, sebagaimana gambar berikut :

Gambar 8 Pencapaian Kinerja indikator-indikator, Tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016 sampai dengan target akhir tahun Renstra.

Target Pertahun 50

Realisasi Pertahun 40

Target Kumulatif 30

Realisasi Kumulatif 20

a. usulan/masukan substansi dan tindak lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-ubah/tidak sesuai substansi;

b. masih diperlukan pemahaman yang kuat terkait pembentukan UPT

untuk seluruh unit di lingkungan Kementerian Kesehatan;

c. Kementerian Dalam Negeri belum dapat memberi rekomendasi pembentukan UPT dengan nomenklatur Balai mengingat balai belum termasuk dalam kategori Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

d. masih diperlukan sinkronisasi penataan organisasi Kementerian Kesehatan dengan organisasi perangkat daerah;

e. data tahapan kegiatan untuk penilaian analisis beban kerja dari setiap output/produk yang sama masih banyak yang berbeda-beda;

f. data SOP masih dalam bentuk hard copy, sehingga banyak memakan tempat untuk arsip memakan waktu untuk pencarian ketika dibutuhkan;

g. masih diperlukan penguatan kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan g. masih diperlukan penguatan kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan

h. kebijakan Kementerian PAN dan RB terkait organisasi dan sumber daya manusia aparatur masih berubah-ubah dan belum ada kepastian hukumnya.

Pemecahan Masalah :

a. koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian PAN dan RB, Kementerian Dalam Negeri untuk penyamaan persepsi kegiatan organisasi dan tata laksana;

b. penguatan dan pembagian peran yang jelas dengan Sekretariat Unit Eselon I dalam penyelesaian permasalahan kegiatan;

c. menstandarkan output/produk/tahapan kegiatan untuk satuan kerja yang sejenis;

d. membangun aplikasi SOP AP untuk memudahlan pengumpulan data dari unit dan untuk menjadi data base untuk evaluasi SOP AP Kementerian Kesehatan;

e. penguatan kompetensi sumber daya manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan tatalaksana.

Tindak Lanjut:

a. telah dilaksanakan koordinasi dengan stake holder, K/L lain terkait

penyamaan persepsi kegiatan organisasi dan tata kelola;

b. telah dibuat aplikasi SOP AP;

c. telah dibuat beberapa Tata Hubungan Kerja di lingkungan Unit Eselon I;

d. mengusulkan kegiatan uji kompetensi Inpassing Analis Kebijakan. Untuk mencapai kinerja indikator kedua ini anggaran yang digunakan sebesar Rp.1.509.382.154,-setara dengan 98,07 % dari alokasi anggaran sebesar Rp1.539.050.000,-

B. ANALISIS ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

a. Efisiensi atas Penggunaan Anggaran

Dalam penyusunan kegiatan Biro Hukum dan Organisasi pada tahun 2017 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, dimana dalam proses penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut:

1. perencanaankegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan;

2. perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan;

3. usulan kegiatan dan penganggarannya sudah sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap bagian di Lingkungan Biro Hukum dan Organisasi dalam melakukan penyusunan usulan kegiatan berdasarkan fungsinya sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Usulan anggaran juga disesuaikan dengan target indikator kinerja organisasi yang telah ditetapkan dalam perubahan Rencana Strategis

2015-2019 Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017. Selain itu kegiatan sudah mengikut petunjuk penelitian dan reviu RKA K/L alokasi anggaran Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2017 dan untuk usulan anggaran kegiatan telah disesuaikan

Kementerian

Kesehatan Kesehatan

b. Efisiensi pada Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Biro Hukum dan Organisasi didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dimana bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya karena setiap SDM telah ditetapkan sesuai dengan jabatan dan keahliannya serta memiliki dedikasi yang baik. Jumlah SDM Biro Hukum dan Organisasi tahun 2017 sebanyak 69 orang. Biro Hukum dan Organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2017 dengan alokasi Rp 10.099.587.000,00 dan realisasi sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp 9.847.353.456,- atau setara dengan 97,50%. Alokasi anggaran mengalami perubahan dalam rangka efisiensi yang semula mengelola anggaran sebesar Rp 14.017.305.000 diefisiensikan sebesar 27,95% sehingga anggaran menjadi sebesar Rp 10.099.587.000,-.

5. Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan dan Gaji

Target dan capaian indikator kegiatan pengelolaan urusan tata usaha keprotokolan, rumah tangga, keuangan dan gaji dapat dijelaskan melalui tabel berikut ini:

Tabel 13 Target dan Capaian Indikator Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha,

Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan dan Gaji

Target Indikator

Capaian Indikator

pengaturan acara dan kegiatan pimpinan sesuai SOP 2. Persentase pengelolaan kearsipan

20.09% Kementerian Kesehatan 3. Persentase pelayanan dokumen

97,17% perjalanan dinas luar negeri tepat waktu 4. Persentase

96% prasarana kantor 5. Persentase pembayaran gaji/atau

terpeliharanya

97,65% insentif tenaga kesehatan strategis tepat waktu

Pengukuran tingkat capaian kinerja Biro Umum Tahun 2017 dilakukan melalui upaya membandingkan antara target dengan realisasi. Untuk memonitoring capaian dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan, maka dilakukan kegiatan pengukuran secara berkala dan dilaporkan secara terpadu melalui Pengukuran tingkat capaian kinerja Biro Umum Tahun 2017 dilakukan melalui upaya membandingkan antara target dengan realisasi. Untuk memonitoring capaian dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan, maka dilakukan kegiatan pengukuran secara berkala dan dilaporkan secara terpadu melalui

Beberapa hal yang didapat dalam pengukuran kinerja secara berkala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui realisasi atau capaian kinerja yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu Januari-Desember Tahun 2017. Pengukuran dilakukan secara berkala dalam kurun waktu triwulan.

2. Memperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator, sekaligus kendala yang mesti diupayakan pemecahannya.

3. Memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pencapaian kinerja organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis ataupun Perjanjian Kinerja.

1) Persentase terselenggaranya administrasi korespondensi, pengaturan acara dan kegiatan pimpinan sesuai SOP

Capaian indikator pada terselenggaranya administrasi korespondensi, pengaturan acara dan kegiatan pimpinan sesuai dengan SOP pada tahun 2017 yaitu 95% melebihi dari target yang ditetapkan sebesar 93%, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

Gambar 9

Persentase Terselenggaranya Administrasi Korespondensi, Pengaturan Acara dan Kegiatan Pimpinan sesuai dengan SOP

TOTA Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des L

Korespondensi 99,5%98,3%99,0%99,0%99,0%99,0%95,5%93,2%92,3%93,8%92,8%95,7% 96% Acara Pimpinan 94,7%89,9%91,7%95,0%95,1%95,1%95,0%95,0%95,4%95,2%95,5%94,7% 94% IKK 2017

Capaian indikator yang telah dicapai pada Tahun 2017 terbagi menjadi dua yaitu: 1) Capaian Administrasi Korespondensi kegiatan pimpinan; dan 2) Capaian Pengaturan acara harian dan kegiatan pimpinan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada Tahun 2017.

2) Persentase pengelolaan kearsipan Kementerian Kesehatan

Capaian indikator pada Pengelolaan Kearsipan Kementerian Kesehatan sesuai dengan pedoman kearsipan yaitu 20,09% dari target sebesar 20% dari jumlah seluruh Satuan Kerja, sebagaimana grafik berikut ini :

Gambar 10

Persentase Pengelolaan Kearsipan Kementerian Kesehatan

3) Persentase pelayanan dokumen perjalanan dinas luar negeri tepat waktu

Target Indikator pada Persentase pelayanan dokumen perjalanan dinas luar negeri tepat waktu pada Tahun 2017 adalah 93%, sedangkan hasil capaian dari kegiatan tersebut melebihi dari target yang direncanakan yaitu 97,17%. Berikut rincian capaian indikator setiap bulan yaitu:

Gambar 11

Persentase Pelayanan dokumen perjalanan dinas luar negeri

4) Persentase terpeliharanya prasarana kantor

Berdasarkan data yang ada, capaian Indikator pada Bagian Rumah Tangga yaitu ‘‘Terpeliharanya Prasarana Kantor” adalah 96%, dari hasil perhitungan sampai Tahun 2017dari target yang ditetapkan yaitu 96% seperti terlihat dari tabel dibawah ini:

Gambar 12

Persentase Terpeliharanya Prasarana Kantor

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nop Des

5) Persentase pembayaran gaji/atau insentif tenaga kesehatan strategis tepat waktu

Target indikator kinerja dari pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga kesehatan strategis tepat waktu adalah 97% untuk Tahun 2017, sedangkan capaian realisasi adalah sebesar 97,65%, sudah melebihi dari target yang diharapkan. Adapun pembayaran gaji dan insentif tenaga kesehatan terdiri dari Gaji CPNS dan PNS Sekretariat Jenderal, PNS DPK, serta tenaga kesehatan strategis yang meliputi tenaga PTT, Nusantara Sehat, Residen. Pembayaran gaji CPNS dan PNS, dan Nusantara Sehat. Adapun hasil capaian dari kegiatan tersebut dapat dilihat di dalam tabel dibawah ini yaitu :

Tabel 14

Capaian Indikator Pembayaran Gaji dan /atau Insentif

Tenaga Kesehatan Strategis

8,33 - 2 FEBRUARI

1 JANUARI

8,33 16,67 3 MARET

8,33 25,00 4 APRIL

NO

BULAN

IKK

Analisis Penyebab Keberhasilan/Kegagalan Atau Peningkatan/ Penurunan Kinerja

Dari satu sasaran dan lima indikator kinerja yang ditetapkan dalam renstra Kementerian Kesehatan tidak terdapat indikator kinerja yang belum mencapai target, semua indikator kinerja sudah mencapai target yang sudah ditetapkan tiap tahun. Keberhasilan capaian lima indikator kinerja pada tahun 2017 antara lain:

1. Dengan terselenggaranya berbagai kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis dengan baik sehingga mendukung lancarnya proses administrasi yang menjadi target capaian indikator. Kegiatan tersebut antara lain sosialisasi pedoman perjalanan dinas luar negeri ke satker terkait dan pertemuan diseminasi informasi perjalanan dinas luar negeri dengan satker terkait, sosialisasi dan bimbingan teknis pedoman tata naskah dinas dan kearsipan ke satker dan UPT terkait.

2. Sedangkan tiga indikator lain dapat tercapai, seperti indikator kinerja dimana pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga nakes strategis tepat waktu dapat dilaksanakan sesuai target. Beberapa kebijakan dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang terjadi terhadap tenaga kesehatan :

a. Mengembangkan fitur dan/ atau konten aplikasi e-Monev. Aplikasi dapat diakses melalui alamat http://gajiroum.kemkes.go.id/gajiroum.

b. Melakukan secara periodik koordinasi dan rekonsiliasi data antara aplikasi SIMPEG Biro Kepegawaian dengan data pembayaran yang dimiliki Biro Umum pada tahun berjalan.

c. Membuka nomor HP dengan layanan 1 x 24 jam tentang pengaduan dan permasalahan pembayaran gaji dan/atau insentif tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen dan PNS/CPNS dengan Nomor Contact : 087878118432 dengan pendekatan yang dilakukan Empaty, Responsif, Pro aktif.

d. Biro Umum melakukan verifikasi dengan cara mengidentifikasi data pengusulan penghasilan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen, WKDS dan PNS/CPNS sesuai jadwal waktu usulan pengajuan pembayaran dari Dinkes Kab/Kota, RSUD Kabupaten/Kota serta Sataun Kerja

e. Menyiapkan PO BOX Pengiriman daftar penghasilan tenaga kesehatan PTT, menggunakan alamat PO BOX 4086 JKTM 12700.

f. Melakukan rekapitulasi setiap bulan data keberadaan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen, WKDS serta PNS/CPNS yang tidak aktif, f. Melakukan rekapitulasi setiap bulan data keberadaan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen, WKDS serta PNS/CPNS yang tidak aktif,

g. Bagi daerah-daerah bermasalah dalam pengusulan penghasilan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen dan WKDS, Biro Umum melakukan koordinasi dengan pengelola Gaji dan Kepegawaian Dinkes Kab/Kota, RSUD Kab/Kota serta Satuan Kerja terkait. Koordinasi dengan Biro Kepegawaian dan melakukan bimbingan teknik dan monitoring ke daerah bermasalah tersebut.

h. Menentukan indikator target penyelesaian penghasilan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen, WKDS serta PNS/CPNS atau Dinkes Kab/Kota, RSUD Kab/Kota dan Satuan Kerja yang mengalami keterlambatan pengusulan gaji dan/atau insentif pegawai, sehingga dengan demikian ada jaminan atau suatu keyakinan yang diperoleh bagi pegawai atau Dinkes Kab/Kota, RSUD Kab/Kota.

i. Membuat nota kesepakatan dan kesepahaman dengan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam rangka menyelesaikan permasalahan penghasilan tenaga kesehatan PTT, Nusantara Sehat, Residen dan WKDS.

j. Verifikasi data dilakukan melalui data aplikasi SIMKA sebagai acuan dasar pengajuan usulan tunjangan kinerja induk.

Pemecahan Masalah :

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mencapai indikator kinerja tersebut yaitu membuat SOP dalam kegiatan acara pimpinan dan administrasi koresponden, peningkatan sumber daya manusia staf protokol dan TU pimpinan seperti mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan keprotokalan, pimpinan, MC dan lain-lain.

A. ANALISIS ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA

Dalam mencapai kinerjanya, Biro Umum didukung oleh beberapa sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran, Sumber Daya Sarana dan Prasarana.

1. SUMBER DAYA MANUSIA

Keadaan pegawai di lingkungan Biro Umum sampai dengan Tanggal 31 Desember 2017 berjumlah 225. Dengan proporsi berdasarkan jenis pendidikan, Sumber Daya Manusia yang ada dirasakan belum memadai mengingat Biro Umum akan meningkatkan kualitas pelayanan yang bersifat teknis maka diperlukan peningkatan kualifikasi pendidikan yang memadai, minimal pada tingkat diploma. Tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia di Biro Umum paling banyak Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA). Dalam rangka peningkatan kualitas dan pengembangan kapasitas pegawai tersebut, telah dialokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan. Tahun 2017 Biro Umum memiliki anggaran pelatihan sebesar Rp.261.160.000 dan telah mengirim 11 Orang untuk mengikuti tiga macam jenis pelatihan. Adapun daftar pelatihan peningkatan kompetensi yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran. Setiap PNS memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya melalui sistem pendidikan dan pelatihan untuk mencapai level kompetensi pegawai yang dipersyaratkan sesuai jabatannya, guna ketepatan jumlah, pendidikan dan ketepatan penempatan Sumber Daya Manusia sejalan dengan arah Reformasi Birokrasi. Adapun untuk memetakan potensi dan kondisi sumber daya manusia di Biro Umum, telah dilakukan Assessment yang bekerjasama dengan Biro Kepegawaian. Hasil yang akan diperoleh dari Assessment tersebut yaitu Keadaan pegawai di lingkungan Biro Umum sampai dengan Tanggal 31 Desember 2017 berjumlah 225. Dengan proporsi berdasarkan jenis pendidikan, Sumber Daya Manusia yang ada dirasakan belum memadai mengingat Biro Umum akan meningkatkan kualitas pelayanan yang bersifat teknis maka diperlukan peningkatan kualifikasi pendidikan yang memadai, minimal pada tingkat diploma. Tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia di Biro Umum paling banyak Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas (SLTA). Dalam rangka peningkatan kualitas dan pengembangan kapasitas pegawai tersebut, telah dialokasikan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan. Tahun 2017 Biro Umum memiliki anggaran pelatihan sebesar Rp.261.160.000 dan telah mengirim 11 Orang untuk mengikuti tiga macam jenis pelatihan. Adapun daftar pelatihan peningkatan kompetensi yang dimaksud dapat dilihat pada lampiran. Setiap PNS memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya melalui sistem pendidikan dan pelatihan untuk mencapai level kompetensi pegawai yang dipersyaratkan sesuai jabatannya, guna ketepatan jumlah, pendidikan dan ketepatan penempatan Sumber Daya Manusia sejalan dengan arah Reformasi Birokrasi. Adapun untuk memetakan potensi dan kondisi sumber daya manusia di Biro Umum, telah dilakukan Assessment yang bekerjasama dengan Biro Kepegawaian. Hasil yang akan diperoleh dari Assessment tersebut yaitu

2. SUMBER DAYA ANGGARAN

Kebutuhan alokasi anggaran pada kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan Gaji lebih kepada belanja mengikat atau layanan perkantoran yaitu untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta operasional perkantoran.

Dalam mencapai kinerjanya, Biro Umum didukung oleh Sumber Daya Anggaran sesuai DIPA Tahun 2017 Nomor : SPDIPA-024.01.1. 465930/2017 Tanggal 7 Desember 2016, pagu awal anggaran Biro Umum sebesar Rp2.849.751.265.000 (dua triliun delapan ratus empat puluh sembilan miliar tujuh ratus lima puluh satu juta dua ratus enam puluh lima ribu rupiah) dan Pagu akhir sebesar Rp2.237.111.150.000 (dua triliun dua ratus tiga puluh tujuh miliar seratus sebelas juta seratus lima puluh ribu rupiah). Selama periode berjalan satker Biro Umum telah melakukan delapan kali revisi dari DIPA awal. Revisi DIPA Biro Umum selama Tahun 2017 dengan rincian sebagai berikut :

a. Revisi pertama, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SPDIPA-024.01.1.465930/2017 pada tanggal

6 Maret 2017 merupakan revisi DIPA Pertama melalui Kanwil DJPBN Kemenkeu dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kegiatan agar lebih efektif sesuai dengan kebutuhan dan situasi serta kondisi pada saat pelaksanaan.

b. Revisi kedua, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal

30 Maret 2017 merupakan revisi DIPA Kedua melalui Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kemenkeu dengan perubahan halaman IV DIPA dalam rangka Penambahan pengadaan 1 unit kendaraan yang diperuntukkan untuk pengadaan kendaraan dinas Eselon I dengan alokasi merupakan pergeseran antar detil pengadaan, Menambah jamuan sesjen untuk mengantisipasi adanya kekurangan sampai akhir tahun dan realokasi ke jamuan Sesjen karena untuk layanan jaringan yang tidak terpakai.

c. Revisi ketiga, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal

05 Juli 2017 merupakan revisi DIPA Ketiga melalui Kanwil DJPBN Kemenkeu dalam rangka pergeseran anggaran dalam hal pagu tetap dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan 1 (Satu) Satuan Kerja (Satker) dengan kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan yaitu antara lain : Pergeseran anggaran dalam hal operasional dan pemeliharaan kantor dan penambahan akun perjadin dalam negeri dengan tidak menambah total anggaran perjadin dalam negeri.

d. Revisi keempat, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal

14 Agustus 2017 merupakan revisi DIPA Keempat melalui Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Kemenkeu dalam rangka sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga dalam pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Efisiensi Belanja Barang pada Biro Umum sebesar Rp. 39.329.705.000,- sehingga Pagu hasil penghematan menjadi sebesar Rp2.810.421.560.000,-.

e. Revisi kelima, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal

04 Oktober 2017 merupakan revisi DIPA Kelima melalui Direktorat

Jenderal Anggaran (DJA) Kemenkeu dalam rangka Refocusing belanja pegawai pada transito sebesar Rp153.454.358.000 ke Ditjen Yankes untuk persiapan ASEAN GAMES sehingga Pagu hasil refocusing menjadi sebesar Rp2.656.967.202.000

f. Revisi keenam, Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal

Dalam mencapai kinerjanya, Biro Umum didukung oleh beberapa sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran, Sumber

Daya Sarana dan Prasarana. Pagu awal anggaran Biro Umum sebesar Rp

2.849.751.265.000 (dua triliun delapan ratus empat puluh sembilan miliar tujuh ratus lima puluh satu juta dua ratus enam puluh limaribu rupiah) dengan revisi ke-8 Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satker Biro Umum Nomor SP SPDIPA-024.01.1.465930/2017 Tanggal 16 November 2017 pagu sebesar Rp 2.237.111.150.000 (dua triliun dua ratus tiga puluh tujuh miliar seratus sebelas juta seratus lima puluh ribu rupiah).

Faktor rendahnya realisasi anggaran Satker Biro Umum pada Tahun 2017 terutama rendahnya serapan pada belanja pegawai yaitu sebesar Rp 969.157.647.896 atau 45,27% dari alokasi anggaran Belanja Pegawai sebesar Rp 2.140.744.264.000. Hal-hal yang mempengaruhi serapan realisasi anggaran pada belanja pegawai antara lain:

a. Pembayaran gaji dan insentif PTT: Pada periode triwulan I per bulan Maret 2017 realisasi belanja pegawai tinggi dikarenakan masih membayarkan gaji dan insentif PTT sejumlah 43.814 tenaga kesehatan. Sedangkan mulai bulan April 2017 untuk pembayaran gaji dan insentif PTT hanya membayarkan PTT yang diatas umur 35 Tahun (4.220) dan yang tidak mengikuti seleksi CPNSD (1.349).

b. Pembayaran gaji dan tunjangan PNS-CPNS :

1) Dialihkannya penggajian ke Satker masing-masing bagi CPNS yang telah terbit SK Pindah dari Biro Kepegawaian; 2)

Semakin berkurangnya jumlah PNS DPK karena pindah/alih status; 3)

Semakin berkurangnya pegawai Setjen karena pension.

c. Pembayaran tunjangan penghasilan atau insentif NS Individual berpengaruh pada proses perekrutannya dengan berubahnya target RKP semula 6.000 orang menjadi 3.000 orang. Dari target revisi pengangkatan tenaga kesehatan penugasan khusus Nusantara Sehat Individual sejumlah 3.000 orang tersebut, alokasi yang telah disediakan selama 12 bulan untuk 3.000 NS Individual, namun realisasi pembayaran hanya beberapa bulan sesuai waktu pengangkatan yang dilaksanakan secara bertahap hanya untuk 1.315 NS Individual atau 43,83% saja.

d. Penerbitan dan pengiriman SK Penugasan khusus residen/residen senior melewati

Pengangkatan/Penugasan tidak serentak/bertahap, sedangkan alokasi anggaran disediakan untuk 12 bulan, mengakibatkan variabel orang dan bulan pembayaran menjadi berkurang.

masa

penugasan,

e. Rendahnya realisasi program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dengan alokasi Rp 467.715.000.000 yang disebabkan oleh alokasi anggaran dihitung mulai bulan Januari 2017 sedangkan pengangkatan dimulai pada bulan April 2017, adanya penundaan pemberangkatan WKDS ke daerah bertugas dan tidak tercapainya target pengangkatan sebanyak 1.250 orang dan terealisasi sebanyak 488 orang.

f. Rendahnya penyerapan anggaran NS berbasis tim (team based) dengan target pengangkatan Tahun 2017 sebanyak 1.120 orang dan terealisasi sebanyak 1.063 orang.

g. Tidak terealisasinya dana transito untuk pengangkatan CPNS tahun 2017 sebanyak 1000 orang yang terealisasi sebanyak 849 orang.

Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan dan upaya pelayanan yang dilakukan biro umum :

a. Peningkatan fasilitas ruang rapat;

b. Pengadaan kendaraan dinas dan operasional dalam rangka meningkatkan pelayanan;

c. Hemat energi Pada tahun 2017 ini Kementerian Kesehatan memperoleh peringkat kedua dalam nominasi hemat energi award yang diselenggarakan oleh Kementerian ESDM pada tanggal 29 September 2017;

d. Ruang Terbuka Hijau dan Taman Germas;

e. Kantin Sehat;

f. Lomba Menghias Kantor;

g. Lomba kantor berbudaya bersih dan rapi, sehat, hemat, aman, nyaman serta ramah lingkungan;

h. Biro Umum berhasil meraih juara 1 dalam dua kali penilaian yaitu pada bulan maret 2017 penilaian internal, dan bulan november 2017 penilaian independen dalam rangka Hari Kesehatan Nasional. Hal dapat diraih karena Biro Umum komitmen untuk melaksanakan budaya kerja 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin);

i. Pemeliharaan/Perawatan Sarana dan Prasarana Gedung; j. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE); k. Gedung Arsip Kemenkes; l. Flap Barrier; i. Pemeliharaan/Perawatan Sarana dan Prasarana Gedung; j. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE); k. Gedung Arsip Kemenkes; l. Flap Barrier;

n. Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA); o. Aplikasi Electronic Filing System (EFS)

Kementerian Kesehatan dalam pengelolaan persuratan telah menggunakan Aplikasi Electronic Filling System (EFS). Satker yang sudah menggunakan Aplikasi EFS adalah 45 Satker dari total 219 Satker yang dimiliki Kementerian Kesehatan.

p. e-Monev Belanja Pegawai

E-monev

akses melalui http://www.gajiroum.kemkes.go.id

p. Name-Tag Multifungsi. Selain sebagai tanda pengenal, juga dapat difungsikan sebagai e-toll card.

6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan

Target dan Capaian Indikator Kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan Tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15 Target dan Capaian Pusat Data dan Informasi Tahun 2017

Capaian No.

Target

Indikator Persentase

Indikator

Indikator

1. Jumlah Kab/Kota yang

86.36% melaporkan data kesehatan prioritas 2. Jumlah Kab/Kota yang

121.43% tersedia jaringan komunikasi data dan melaksanakan e- kesehatan 3. Jumlah Kab/Kota yang

479.69% melaksanakaaan pemetaan keluarga 4. Jumlah provinsi dan

141.29% kab/kota yang menyampaikan laporan capaian SPM

Ada dua indikator yang hanya ada di tahun 2016 yaitu pada tabel berikut:

Tabel 16 Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016

Tahun 2016 No

Indikator Kinerja

1. Persentase kabupaten/ kota yang melaporkan data

175.77% kesehatan prioritas

No Indikator Kinerja Tahun 2016

2. Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang

105.05% diperuntukkan untuk

pelaksanaan e-kesehatan

Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Pusat Data dan lnformasi selama tahun 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Jumlah Kabupaten/Kota yang melaporkan data kesehatan prioritas

Definisi operasional dari indikator tersebut adalah kabupaten/kota dinyatakan melapor secara lengkap jika mengirimkan data kesehatan prioritas melalui aplikasi Komunikasi Data bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 minimal 80% variabel.

Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang penyelenggaraan komunikasi data dalam sistem informasi kesehatan terintegrasi, data kesehatan prioritas merupakan muatan data dalam penyelenggaraan Komunikasi Data. Data kesehatan prioritas adalah sekumpulan data kesehatan yang menjadi prioritas kebutuhan informasi bidang kesehatan berdasarkan kriteria tertentu serta sesuai indikator strategis nasional dan global bidang kesehatan. Data kesehatan prioritas terdiri atas sejumlah elemen data yang dikelompokkan menjadi data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, determinan kesehatan atau terkait lainnya. Data kesehatan prioritas dilaporkan melalui Aplikasi Komunikasi Data. Aplikasi ini dapat diakses di www.komdat.kemkes.go.id dan tampilan muka seperti terlihat pada Gambar 13.

Gambar 13

Tampilan Muka Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.id

Pelaporan data kesehatan prioritas yang diisikan pada aplikasi komunikasi data memiliki batas waktu untuk pengiriman dari berbagai level Pelaporan data kesehatan prioritas yang diisikan pada aplikasi komunikasi data memiliki batas waktu untuk pengiriman dari berbagai level

Gambar 14 Tampilan Laporan Data Bulanan pada Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.i

Pada tahun 2016 target kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 40% dari total kabupaten/kota. Realisasi indikator ini pada tahun 2016 yaitu 70,31% kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas dan capaian terhadap target yaitu 175,77%. Kabupaten/Kota yang dikategorikan melapor apabila kabupaten/kota tersebut mengirimkan laporan data prioritas kesehatan minimal 80% variabel data Bulanan. Pada tahun 2017, capaian untuk indikator jumlah kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas adalah sebanyak 266 kabupaten/kota dari target sebanyak 308 kabupaten/kota atau sebesar 86,36%. Angka ini belum mencapai target yang telah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016, realisasi tahun 2017 mengalami penurunan.

Gambar 15

Capaian Indikator Jumlah Kabupaten Kota yang Melaporkan

Data Kesehatan Prioritas Tahun 2017 Data Kesehatan Prioritas Tahun 2017

kab/kota

TW I TW II

capaian; TW IV; TW III 221

TW IV

capaian; TW III; 146

capaian; TW II;

capaian; TW I;

41,00 Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2018

Upaya yang telah dilakukan untuk mendukung peningkatan data kesehatan prioritas yaitu:

1) memfasilitasi pendanaan kegiatan data dan informasi melalui dana dekonsentrasi provinsi, menu kegiatan sebagai berikut:

a. honorarium pengelola SIK dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

b. pertemuan Rapat Konsolidasi Teknis SIK yang dihadiri pengelola SIK dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

c. pertemuan pemutakhiran dan analisis data kesehatan tingkat provinsi (dihadiri pengelola SIK dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola program dinas kesehatan provinsi)

d. konsultasi petugas SIK dinas kesehatan provinsi ke pusat

2) membentuk tim pemantauan SIK/data tingkat pusat yang rutin melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola data di dinas kesehatan provinsi;

3) memberikan umpan balik keterisian data ke dinas kesehatan provinsi;

4) pendampingan pengisian data kesehatan prioritas melalui pelatihan dan atau pertemuan;

5) menjaga keamanan informasi data dengan sertifikasi ISO 27001:2013; serta

6) menyediakan jaringan komunikasi data intranet (Virtual Private Network) untuk dinas kesehatan provinsi.

Kondisi Capaian Indikator

Pada tahun 2017 target kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 308 kabupaten/kota atau 60% dari 514 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang dikategorikan melapor apabila kabupaten/kota tersebut Pada tahun 2017 target kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas ditetapkan sebesar 308 kabupaten/kota atau 60% dari 514 kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang dikategorikan melapor apabila kabupaten/kota tersebut

Angka capaian akhir tahun 2017 tiap kabupaten didapatkan dengan cara menghitung jumlah variabel bulanan bulan Desember 2016 sampai dengan November 2017 pada aplikasi Komunikasi Data dibagi dengan jumlah variabel bulanan bulan Desember 2016 sampai dengan November 2017 dikali 100%. Keterisian ini dipantau hingga tanggal 29 Desember 2017. Gambar 3.2 memperlihatkan angka capaian per triwulan.

Analisis Kegagalan Capaian Indikator Kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pencapaian indikator tidak sesuai target yaitu:

1. perubahan struktur organisasi di dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota menyebabkan perubahan personil pengelola data (Permenkes Nomor 49 tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota);

2. masih perlu ditingkatkan kapasitas tenaga pengolah data/pengelola SIK di daerah;

3. mutasi pegawai yang sangat cepat tanpa adanya kaderisasi yang memadai;

4. data dari Puskesmas setiap bulannya sering terlambat untuk disampaikan ke dinas kesehatan kabupaten/kota;

5. beberapa variabel data kesehatan prioritas perlu ditelaah kembali sesuai program nasional;

6. belum optimalnya fungsi dari unit-unit utama di Kementerian Kesehatan dalam hal verifikasi data yang telah dilaporkan; serta

7. pada tahun 2017 anggaran dekonsentrasi untuk provinsi kegiatan pengelolaan data dan informasi mengalami pemotongan (efisiensi), sehingga cukup mempengaruhi.

Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan, diantaranya:

1. menjalin komunikasi intensif dengan pengelola SIK di tingkat provinsi melalui group komunikasi (whatsapps)

2. memberikan umpan balik (feedback) terhadpa data kesehatan prioritas yang telah dilaporkan Adapun rencana tindak lanjut agar indikator ini dapat dicapai di tahun berikutnya yaitu:

1. melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan di daerah agar mutasi pegawai (pengelola SIK) dilakukan setelah ada transfer knowledge dari pengelola SIK lama kepada pengelola SIK baru;

2. menyusun kebijakan dalam menata pencatatan dan pelaporan pada sistem informasi puskesmas;

3. menyelenggarakan workshop pengelolaan data dan informasi di awal tahun;

4. bekerja sama dengan Badan PPSDMK dalam peningkatan kapasitas tenaga pengelola data/SIK dengan menyisipkan materi pelatihan terkait pengelolaan data dan informasi pada pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan PPSDMK ataupun Bapelkes;

5. melalukan pengembangan (update) muatan data Aplikasi Komunikasi Data.

2) Jumlah kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan

Jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan adalah jaringan komputer WAN dalam lingkup ekosistem kesehatan yang digunakan sebagai media koneksi pertukaran data pada penyelenggaraan sistem elektronik kesehatan seperti aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit (RS), pembelajaran kesehatan jarak jauh, telemedicine, telediagnostik, teleradiologi, dan sebagainya.

Salah satu model pelaksanaan e-kesehatan di puskesmas yang dikembangkan Kementerian Kesehatan melalui Pusat Data dan Informasi yaitu Aplikasi SIKDA Generik. Aplikasi SIKDA Generik terus dikembangkan dan saat ini yang digunakan yaitu Aplikasi SIKDA Generik versi 1.4. Aplikasi ini dapat diakses di www.sikda.kemkes.go.id dan tampilan muka seperti terlihat pada Gambar dibawah ini:

Gambar 16 Tampilan Muka Aplikasi SIKDA Generik versi 1.4

Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2018

Pada tahun 2016 target kabupaten/kota tersedia jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar 20% dari total kabupaten/kota atau 103 kabupaten/kota didapatkan 103 (20%) kabupaten/kota telah e-kesehatan. Pada tahun 2017 target kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar 154 kabupaten/kota (30% dari total kabupaten/kota yang ada). Berdasarkan hasil pendataan tahun 2017 terdapat 187 kabupaten/kota yang menerapkan Aplikasi SIKDA generik di puskesmas (121,43%). Angka ini Pada tahun 2016 target kabupaten/kota tersedia jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar 20% dari total kabupaten/kota atau 103 kabupaten/kota didapatkan 103 (20%) kabupaten/kota telah e-kesehatan. Pada tahun 2017 target kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan ditetapkan sebesar 154 kabupaten/kota (30% dari total kabupaten/kota yang ada). Berdasarkan hasil pendataan tahun 2017 terdapat 187 kabupaten/kota yang menerapkan Aplikasi SIKDA generik di puskesmas (121,43%). Angka ini

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian target indikator ini, yaitu: (1) sosialisasi, pelatihan dan pendampingan SIKDA Generik bagi daerah yang akan dan telah mengembangkan aplikasi tersebut; (2) advokasi ke daerah untuk pembangunan infrastruktur SIK melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik bidang kesehatan dan pengadaan internet melalui DAK non fisik bidang kesehatan; (3) berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas; (4) sewa jaringan (intranet, internet), operasional dan pemeliharaan jaringan sistem informasi.

Kondisi Capaian Indikator

Target kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-kesehatan tahun 2017 ditetapkan sebesar 154 kabupaten/kota (30% dari 514 kabupaten/kota). Kabupaten/kota dikategorikan tersedia jaringan komunikasi data dan melaksanakan e-kesehatan jika di wilayah kabupaten/kota terdapat puskesmas yang melaksanakan sistem informasi puskesmas dan melaporkan datanya secara online ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2017 terdapat 187 kabupaten/kota yang menerapkan aplikasi SIKDA Generik di puskesmas. Angka ini sudah mencapai target yang telah ditetapkan. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2016, realisasi tahun 2017 mengalami peningkatan. Daftar dinas kabupaten/kota yang terhubung online dengan puskesmas di wilayahnya terdapat pada lampiran.

Analisis Keberhasilan Capaian Indikator

Keberhasilan capaian indikator ini didukung oleh beberapa hal, yaitu:

1. Kebijakan pusat dan daerah yang mendukung penyelenggaraan SIK, terutama penataan data transaksi di fasyankes, yaitu puskesmas

2. Dimanfaatkannya Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik bidang kesehatan dan pengadaan internet melalui DAK non fisik bidang kesehatan

3. Fasilitasi dana hibah untuk penyelenggaraan workshop atau pelatihan SIKDA Generik.

Kendala/hambatan yang dihadapi untuk pencapaian indikator ini yaitu

(1) masih terbatasnya anggaran daerah dalam penyediaan infrastruktur SIK; (2) keterbatasan jumlah dan kapasitas tenaga pengelola teknologi informasi di daerah seiring dengan pergantian kepala daerah sering diikuti pergantian pejabat di lingkungan dinas kesehatan serta rotasi staf;

Adapun solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan, diantaranya:

1. Melakukan advokasi melalui berbagai pertemuan kepada Pemerintah Daerah agar menyediakan anggaran SIK, khususnya dalam penyediaan infrastruktur SIK

2. Mengupayakan fasilitasi dana hibah untuk penyediaan perangkat atau infrastruktur SIK

3. Terus berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di masa mendatang yaitu:

1. melakukan advokasi kepada Dinas Kesehatan di daerah agar menggunakan aplikasi SIKDA Generik

2. melakukan sosialisasi dalam memanfaatkan DAK fisik bidang kesehatan dan pengadaan internet melalui DAK non fisik bidang kesehatan pada pertemuan Rakontek SIK

3. melakukan pengembangan (update) Aplikasi SIKDA Generik

4. mengupayakan fasilitasi dana hibah baik untuk penyediaan perangkat maupun untuk peningkatan kapasitas tenaga pengelola SIK di puskesmas

5. terus berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam penyediaan internet sampai ke puskesmas

Keberhasilan pengelolaan data dan informasi yang dicapai pada tahun 2017:

1) Pengkinian surveilans sertifikat ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi tahun ke-5. 2)

Telah ditetapkan enam standar nasional Indonesia Informatika Kesehatan melalui adopsi secara identik dari ISO/IEC dan terjemahan. 3)

Masih terus dilakukan standarisasi pelaporan Puskesmas menyesuaikan dengan Permenkes No. 75 Tahun 2014. 4)

Telah dilakukan connectathon (uji coba) pengintegrasian sistem pelaporan puskesmas. 5)

Telah diterbitkan regulasi tentang data puskesmas (SK Menkes dan strategi e-kesehatan nasional (Permenkes Nomor 46 tahun 2017).

6) Layanan hosting dan co-location semakin dipercaya dengan banyaknya unit utama/satker di kemenkes yang memanfaatkan layanan tersebut.

7) Melanjutkan kerjasama dalam hal pertukaran data dengan Kementerian/Lembaga lain, seperti; Kemenkes –Kemenkeu, Kemenkes– BPJS, Kemenkes –Kemendagri (Dukcapil), Kemenkes– Kementan.

3) Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan keluarga sehat (KS)

Capaian indikator diperoleh dengan pendataan jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan KS. Definisi operasional dari indikator tersebut adalah kabupaten/kota yang telah melaksanakan pemetaan KS dan datanya dipantau melalui aplikasi KS.

Indikator ini baru ada pada tahun 2017 yaitu saat dilakukan revisi Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019. Target pada tahun 2017 adalah sebanyak 64 kabupaten/kota, capaian indikator sebanyak 307 kabupaten/kota atau 479,69%. Capaian sangat siginifikan di atas target bahkan bila dibandingkan dengan target di akhir Renstra yaitu 514 kabupaten/kota maka capaian pada tahun 2017 telah mencapai 59,73%.

Hal-hal yang mendukung pencapaian target adalah (1) memfasilitasi kegiatan bimbingan teknis implementasi aplikasi dan pengelolaan data Keluarga Sehat pengelola SIK dinas kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten/kota melalui dana dekonsentrasi provinsi; (2) bersama Ditjen Yankes dan Badan PPSDMK melakukan pelatihan pendataan dan penggunaan aplikasi keluarga sehat untuk dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas; (3) pemberian akses admin puskesmas; (4) pendampingan penggunaan aplikasi dan pendataan keluarga sehat; (5) penyediaan aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi keluarga sehat; (6) feedback dan evaluasi pendataan; serta (7) analisis dan diseminasi hasil pendataan keluarga sehat, salah satunya www.pispk.kemkes.go.id.

Kondisi Capaian Indikator

Sampai dengan akhir tahun 2017 terdapat 4.805.320 keluarga yang telah terdata kondisi kesehatannya dan 307 kabupaten/kota yang telah mendata Sampai dengan akhir tahun 2017 terdapat 4.805.320 keluarga yang telah terdata kondisi kesehatannya dan 307 kabupaten/kota yang telah mendata

Analisis Keberhasilan Capaian Indikator

Tingginya capaian indikator ini disebabkan beberapa hal, yaitu:

1. Target indikator yang rendah. Penetapan target ini berdasarkan pada Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) bahwa penahapan pelaksanaan PIS-PK pada tahun 2017 sebanyak 64 kabupaten. Namun pada tahun berjalan terjadi perubahan kebijakan terhadap sasaran kabupaten/kota untuk pelaksanaan PIS-PK yang disampaikan pada Rakerkesnas tahun 2017 yang mengamatkan seluruh kabupaten/kota melaksanakan PIS-PK. Hal ini menyebabkan tingginya angka capaian dalam pendataan keluarga sehat.

2. Program PIS-PK merupakan program integrasi yang melibatkan seluruh program di Kementerian Kesehatan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya, baik dari segi SDM, perangkat, dan dana (DAK fisik, Dekonsentrasi, dan BOK). Integrasi dari berbagai program dan sumber daya ini juga merupakan faktor pengungkit tingginya capaian indikator ini.

3. Tersedianya aplikasi Keluarga Sehat yang dapat diakses melalui website (online) maupun perangkat Android (offline), yang dapat digunakan petugas puskesmas dalam mendata kesehatan keluarga di wilayahnya. Kemudahan melalui teknologi ini juga berperan dalam mendukung capaian indikator ini.

Tersedianya aplikasi Keluarga Sehat yang dapat diakses melalui website (online) maupun perangkat Android (offline), yang dapat digunakan petugas puskesmas dalam mendata kesehatan keluarga di wilayahnya. Kemudahan melalui teknologi ini juga berperan dalam mendukung capaian indikator ini.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, diantaranya (1) jaringan internet belum merata di semua daerah sehingga aplikasi tidak maksimal digunakan ; (2) aplikasi belum menampilkan IKS wilayah secara otomatis. Sehingga saat ini aplikasi Keluarga Sehat dapat diakses melalui website maupun perangkat Android, online maupun offline. Gambar dibawah memperlihatkan tampilan muka aplikasi Keluarga Sehat pada perangkat Android.

Gambar 17 Tampilan Muka Aplikasi Keluarga Sehat versi Offline

Sumber: Pusat Data dan Informasi, 2018

Solusi yang dilakukan untuk menjawab kendala yaitu:

1. penyediaan aplikasi yang dapat diakses secara offline melalui perangkat android

2. Peningkatan kapasitas server untuk aplikasi dan database agar dapat diakses oleh banyak pengguna/user dan menampung banyak data.

3. Membentuk tim pendampingan aplikasi berdasarkan provinsi. Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di tahun berikutnya yaitu:

1. melakukan pendampingan dan bimbingan teknis dalam penggunaan aplikasi dan pendataan keluarga sehat;

2. melakukan advokasi dan sosialisasi dalam pemanfaatan DAK fisik dan DAK non fisik bidang kesehatan untuk pengadaan infrastruktur dan jaringan teknologi informasi;

3. melakukan pengembangan (update) Aplikasi Keluarga Sehat terutama versi offline;

4. meningkatkan koordinasi dengan berbagai program dalam implementasi PIS-PK.

4) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang menyampaikan laporan capaian SPM

Capaian indikator diperoleh dengan pendataan jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang menyampaikan laporan capaian SPM. Provinsi dan kabupaten/kota dinyatakan melapor capaian SPM jika mengirimkan capaian SPM dengan keterisian variabel sekurang-kurangnya 70%, melaporkan melalui aplikasi Komunikasi Data setiap triwulan serta provinsi akan disertakan menjadi target setelah SPM provinsi ditetapkan.

Tahun 2017, indikator tersebut baru masuk sebagai indikator dari Pusdatin saat dilakukan revisi Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019. Target pada tahun 2017 yaitu 310 prov/kab/kota dan capaiannya sebanyak 438 atau 141,29%. Capaian tersebut telah melampaui target dan bila dibandingkan dengan target pada akhir tahun Renstra yaitu 494 pada tahun 2019 maka capaian tersebut telah mencapai 88,66%.

Upaya yang telah dilakukan Pusdatin untuk mendukung indikator yaitu:

1) membentuk tim pemantauan SIK/data tingkat pusat yang rutin melakukan pemantauan serta berkomunikasi dengan pengelola data di dinas kesehatan provinsi;

2) memberikan umpan balik keterisian data ke dinas kesehatan provinsi;

3) pendampingan pengisian data SPM melalui pelatihan dan atau pertemuan;

4) update Aplikasi Komunikasi Data;

5) menjaga keamanan informasi data dengan sertifikasi ISO 27001:2013; serta

6) implementasi Penilaian Mandiri Kualitas Data Rutin (PMKDR).

Kondisi Capaian Indikator

Sampai dengan akhir tahun 2017 terdapat kabupaten/kota yang menyampaikan laporan capaian SPM berjumlah 438 kabupaten/kota atau 141,29% dari target yang ditetapkan. Angka ini sudah mencapai target tahun 2017 dengan capaian sebesar 141,29%. Indikator ini merupakan salah satu indikator baru yang dinilai pada Renstra, sehingga tidak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Daftar kabupaten/kota yang melaporkan data SPM tahun 2016 menurut provinsi kondisi akhir 2017 terdapat pada lampiran. Gambar 3.7 memperlihatkan salah satu tampilan laporan capaian SPM kabupaten/kota.

Analisis Keberhasilan Capaian Indikator

Capaian indikator yang melebihi 100% diantaranya disebabkan :

1. Kesadaran Dinas Kesehatan Kab/Kota semakin baik terhadap kewajiban Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan Standar Pelayanan Minimal.

2. Monitoring dan koordinasi bersama Kementerian Dalam Negeri dalam pemantauan pelaporan data SPM Bidang Kesehatan

3. Arahan Menteri Kesehatan dalam Rakerkesnas 2017 agar program PIS-PK dan Germas mendukung pelaksanaan SPM di kabupaten/kota.

4. Belum adanya batas waktu pelaporan yang ditetapkan untuk pelaporan SPM Kesehatan, sehingga pelaporan data tetap ditunggu atau diterima hingga akhir tahun.

Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, yaitu:

1. Adanya perubahan indikator SPM bidang kesehatan, sehingga beberapa daerah masih mengalami kesulitan dalam perhitungan indikator baru.

2. Aplikasi baru untuk pelaporan SPM belum menampilkan persentase capaian.

Solusi yang dilakukan untuk menjawab kendala yaitu:

1. menjalin komunikasi dan diskusi aktif dengan pengelola SIK di tingkat provinsi melalui group komunikasi (whatsapp)

2. memberikan umpan balik (feedback) terhadap data SPM yang telah dilaporkan.

Adapun rencana tindak lanjut agar indikator dapat tetap tercapai di tahun berikutnya yaitu:

1. Melakukan pendampingan dan bimbingan teknis dalam perhitungan dan penggunaan aplikasi SPM.

2. Melakukan sosialisasi indikator SPM baru.

3. Melakukan pengembangan (update) dashboard pelaporan SPM melalui Aplikasi Komunikasi Data.

A. SUMBER DAYA

Dalam mencapai kinerjanya, Pusat Data dan Informasi menggunakan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Anggaran, Sumber Daya Sarana dan Prasarana.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Jumlah pegawai di Pusat Data dan Informasi per 31 Desember 2017 berjumlah 82 orang. Distribusi pegawai Pusat Data dan Informasi menurut golongan kepangkatan sebagian besar berada pada golongan III sejumlah 63 orang (76,8%), golongan IV sejumlah 15 orang (18,3%) dan golongan II sejumlah 4 orang (4,9%). Distribusi pegawai menurut jenis jabatan, sebagian besar atau 58 orang (70,7%) menduduki jabatan fungsional umum, 14 orang menduduki jabatan struktural dan 10 orang menduduki jabatan fungsional khusus (4 orang statistisi, 5 orang pranata komputer dan 1 orang analis kepegawaian)

2. Sumber Daya Anggaran

Dalam melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan, alokasi anggaran yang dimiliki Pusat Data dan Informasi pada awal tahun 2017 sejumlah Rp. 63.593.093.000,- (APBN) dan Rp. 18.221.224.000,- (dana dekonsentrasi). Selama tahun 2017 terdapat pengurangan dana APBN sebesar Rp 15.000.370.000,-; pengurangan dana dana dekonsentrasi sebesar Rp. 6.168.105.000,-; penambahan dana hibah Global Fund sebesar Rp. 31.662.738.000,- dan hibah WHO sebesar Rp. 133.502.000,- sehingga total anggaran akhir tahun 2017 sebesar Rp. 92.442.082.000,- Anggaran tersebut terbagi dalam 7 output, yaitu: (1) data dan informasi kesehatan dari kabupaten/kota; (2) jaringan komunikasi data dan informasi dalam rangka sistem informasi terintegrasi; (3) pemetaan keluarga sehat; (4) standard dan regulasi SIK; (5) SDM Sistem Informasi Kesehatan; (6) terlaksananya dukungan manajemen kegiatan pengelolaan data dan informasi kesehatan; dan (7) layanan perkantoran.

Setelah pengesahan DIPA 2017 per tanggal 7 Februari 2018, maka realisasi penggunaan anggaran tahun 2017 sejumlah Rp. 88.642.618.481,- atau sebesar 95,89%.

Tabel 17 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pengeolaan Data dan Informasi Kesehatan Tahun 2016-2017

No Indikator Kinerja

1 Persentase kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas

-- -- 2 Persentase tersedianya jaringan

Rp. 68.101.059.000,-

Rp. 58.598.485.882,- 86,05%

-- -- untuk pelaksanaan e-kesehatan

komunikasi data yang diperuntukkan

3 Jumlah kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas

Rp. 68.101.059.000,-

Rp. 58.598.485.882,- 86,05%

Rp. 78.591.161.000,- Rp. 75.940.618.765,- 96,63% 4 Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang

menyampaikan laporan capaian SPM

5 Jumlah kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk pelaksanaan e-

Rp. 12.452.643.000,- Rp. 11.308.244.739,- 90,81% kesehatan

6 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan keluarga sehat

Rp. 1.398.278.000,- Rp. 1.393.754.977,- 99,68%

Sumber : Bagian Tata Usaha, Pusdatin, Tahun 2018 (per 7 Februari 2018)

Tabel 17 memperlihatkan perbandingan alokasi dan realisasi anggaran tahun 2016 dan 2017 menurut indikator. Persentase realisasi anggaran semua indikator tahun 2017 lebih tinggi dari tahun 2016. Hal ini menunjukan peningkatan penggunaan anggaran yang diikuti pula capaian indikator yang Tabel 17 memperlihatkan perbandingan alokasi dan realisasi anggaran tahun 2016 dan 2017 menurut indikator. Persentase realisasi anggaran semua indikator tahun 2017 lebih tinggi dari tahun 2016. Hal ini menunjukan peningkatan penggunaan anggaran yang diikuti pula capaian indikator yang

3. Sumber Daya Sarana Dan Prasarana

Sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat Data dan Informasi sampai dengan 31 Desember 2017 bernilai Rp. 32.976.352.974,-. Rincian sumber daya sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 18

Tabel 18 Sumber Daya Sarana dan Prasarana Pusat Data dan Informasi Tahun 2017

No Uraian

Nilai 1 Barang konsumsi

Kuantitas

22 item Rp. 164.694.032,- 2. Peralatan dan Mesin

2.500 buah Rp. 56.865.079.815,- 3. Aset Tetap Lainnya

2 buah Rp. 2.838.000,- 4. Aset Tak Berwujud (software)

811 buah Rp. 8.730.933.753,- 5. Aset Tetap yang Tidak Digunakan

1.743 buah Rp. 15.864.019.248,- 6. Aset Tak Berwujud yang Tidak

3.428 buah Rp. 8.645.790.180,- Digunakan 7. Akumulasi Penyusutan Peralatan

(-) Rp. 35.128.835.561,- dan Mesin 8. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

(-) Rp. 9.055.150.110,- yang Tidak Digunakan 9. Akumulasi Amortisasi Software

(-) Rp. 4.519.311.003,- 10. Akumulasi Amortisasi Aset Tak

(-) Rp. 8.593.705.380,- Berwujud yang Tidak Digunakan

Total

Rp. 32.976.352.974,-

Sumber : Bagian Tata Usaha, Pusdatin, Tahun 2018

Gambar 18 Tampilan Laporan Capaian SPM Kabupaten/Kota Pada Aplikasi Komunikasi Data

Sumber : www.komdat.kemkes.go.id Secara ringkas berikut: capaian kinerja kegiatan pengelolaan data dan

informasi tahun 2016-2017 terdapat pata Tabel 15 di bawah ini

Tabel 19 Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016-2017

No Indikator Kinerja

Target Realisasi Capaian

1 Persentase kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan prioritas

2 Persentase tersedianya jaringan komunikasi data yang diperuntukkan untuk pelaksanaan e-

-- -- -- kesehatan

3 Jumlah kabupaten/kota yang melaporkan data kesehatan

4 Jumlah kabupaten/kota dengan jaringan komunikasi data untuk

154 187 121.43% pelaksanaan e-kesehatan

5 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan pemetaan keluarga

6 Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang menyampaikan laporan capaian

Keberhasilan kegiatan Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan yang dicapai pada Tahun 2017: 1)

Pengkinian surveilans sertifikat ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi tahun ke-5. 2)

Telah ditetapkan enam standar nasional Indonesia Informatika Kesehatan melalui adopsi secara identik dari ISO/IEC. 3)

Telah dilakukan connectathon (uji coba) pengintegrasian sistem pelaporan puskesmas. 4)

Telah diterbitkan regulasi tentang data puskesmas (SK Menkes Nomor HK.01.07/Menkes/492/2017) dan strategi e-kesehatan nasional (Permenkes Nomor 46 tahun 2017).

5) Telah tersedia aplikasi pemetaan keluarga sehat versi online (www.keluargasehat.kemkes.goid) dan offline (berbasis android) yang digunakan oleh 2.926 puskesmas lokus dan non lokus yang mengajukan akses.

6) Telah dilakukan uji penetrasi sistem informasi yang akan tayang. 7)

Layanan hosting dan co-location semakin dipercaya dengan banyaknya unit utama/satker di kemenkes yang memanfaatkan layanan tersebut.

8) Melanjutkan kerjasama dalam hal pertukaran data dengan Kementerian/Lembaga lain, seperti; Kemenkes-Kemenkeu, Kemenkes- BPJS, Kemenkes-Kemendagri (Dukcapil), Kemenkes- Kementan.

9) Inisiasi e-Perjadin dalam aplikasi e-Office.

10) Telah dilaksanakan pembinaan penyusunan website melalui workshop dan pelaksanaan e-Aspirasi (Anugerah Situs Inspirasi Sehat Indonesia) ke 3 yang menilai website kesehatan tingkat provinsi dan di lingkungan Kementerian Kesehatan.

11) Diluncurkannya website www.pispk.kemkes.go.id untuk memperluas informasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

12) Telah dihasilkan berbagai analisis dan penyajian data kesehatan diantaranya Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, Analisis Data Kesehatan Haji 2017, Info Datin dengan lima topik, buletin serta analisa keluarga sehat.

7. Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan memiliki sasaran yaitu meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan dan memiliki dua indikator yaitu:

1) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan;

Capaian indikator diperoleh dari menghitung jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah mendapatkan advokasi, sosialisasi dan pendampingan dalam melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan di wilayahnya.

2) Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan

Indikator tersebut diperoleh dengan menghitung jumlah tim/paket dukungan yang diberikan utnuk penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan. Target pada tahun 2017 sebanyak 24 tim/paket dan capaian melebihi target yaitu 59 tim/paket atau 245,83%. Untuk penjelasan indikator, baik target, realisasi maupun pencapaian kinerja Pusat Krisis Kesehatan tahun 2017 terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 20

Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2017 Indikator Kinerja

Target

Realisasi Capaian

Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang

84 Lokasi 100 % mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan Jumlah dukungan yang diberikan untuk

84 Lokasi

59 Tim/ 245,8 % penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam Paket

24 Tim/

Paket penanggulangan krisis kesehatan

Pada Perjanjian Kinerja Tahun 2017, indikator Kinerja Pusat Krisis Kesehatan tahun 2017 yang pertama yaitu jumlah provinsi dan kabupaten/kota, telah berhasil mencapai target kinerja kegiatan sebagaimana yang terdapat dalam dokumen Perjanjian Kinerja sebesar 100%.

Selain indikator diatas terdapat penambahan 1 (satu) Indikator Kinerja lainnya yaitu jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan dengan Target Indikator Kinerjanya adalah

24 Tim/Paket, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa dukungan tim bantuan 24 Tim/Paket, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa dukungan tim bantuan

Tabel berikut ini membandingkan target dan capaian Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan tahun 2016 dan tahun 2017:

Tabel 21

Perbandingan Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2016 - 2019

2018 2019 Indikator Kinerja

Target Realisasi

Target

Realisasi

Target Target

Jumlah provinsi dan

84 83 kabupaten/kota yang

Lokasi Lokasi mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan Jumlah dukungan

24 59 24 24 yang diberikan untuk

Lokasi Lokasi penguatan provinsi

Tim/Paket Tim/Paket

dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan

Tabel 22

Output Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2017 Nama

Target

No.

Keterangan Output

Kegiatan utama maupun Risiko Krisis

penunjang terdapat dalam Kesehatan

output ini dan semuanya merupakan kegiatan-kegiatan prabencana.

2. Penanggulan

Berisi kegiatan penunjang dan gan Krisis

semuanya merupakan Kesehatan

Paket

Paket

kegiatan-kegiatan tanggap darurat dan pascabencana.

Berisi kegiatan penunjang Internal

yang sifatnya mendukung pelaksanaan manajemen dan administrasi perkantoran seperti kearsipan, rapat-rapat teknis, kegiatan perencanaan, penganggaran, evaluasi dan lain sebagainya.

Berisi kegiatan penunjang Perkantoran

yang jenis belanjanya sudah ditentukan besaran alokasinya maupun peruntukannya dan bersifat tidak flexibel (belanja mengikat).

Berdasarkan uraian sebelumnya, pengurangan risiko krisis kesehatan yang merupakan sasaran kegiatan penanggulangan krisis kesehatan tahun 2015- 2019,

kapasitas penanggulangan krisis kesehatan tahunan di wilayah-wilayah yang menjadi

dicapai

melalui

kegiatan-kegiatan

peningkatan peningkatan

1. Indikator Pertama Jumlah Provinsi dan Kabupaten/Kota Yang Mendapatkan Dukungan Untuk Melaksanakan Upaya Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan :

a. Assesment Kapasitas

Penerapan Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan Assesment dalam penerapan manajemen penanggulangan krisis kesehatan merupakan langkah awal dalam memetakan risiko krisis kesehatan di wilayah/lokasi yang menjadi target kinerja Pusat Krisis Kesehatan tahun 2017. Hasil assesment tersebut dikaji untuk selanjutnya disusun menjadi profil krisis kesehatan kabupaten/kota yang menggambarkan risiko krisis kesehatan di wilayah tersebut.

Daerah

Dalam

Paling sedikit, terdapat 4 (empat) tujuan dari kegiatan assesment, selengkapnya sebagai berikut :

1. Memetakan ancaman (hazard), kerentananan dan kapasitas terkait penanggulangan krisis kesehatan di 34 kabupaten/kota rawan bencana target tahun 2017;

2. Mengidentifikasi permasalahan terkait penanggulangan krisis kesehatan di

34 kabupaten/kota rawan bencana target tahun 2017;

3. Memberikan usulan/rekomendasi kebijakan-kebijakan yang perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ditemui di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait upaya penanggulangan krisis kesehatan;

4. Memberi masukan untuk kebijakan nasional terkait penanggulangan krisis kesehatan.

Tabel 23 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

PERSENTASE KEGIATAN

TARGET

PENCAPAIAN PENCAPAIAN

KEBERHASILAN

Assesment Kapasitas

100 % Daerah Dalam Penerapan

Dilaksanakan di

Berhasil

dilaksanakan Manajemen

Penanggulangan Krisis

Kabupaten/

Kesehatan di 14 Provinsi

Kota

dan 34 Kabupaten/Kota Target RENSTRA Tahun 2017

b. Pendampingan Penyusunan Peta Respon Peta Respon dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa peta yang dikembangkan untuk memudahkan upaya penanggulangan suatu bencana. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas b. Pendampingan Penyusunan Peta Respon Peta Respon dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa peta yang dikembangkan untuk memudahkan upaya penanggulangan suatu bencana. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas

Dalam satu peta respon, tergambarkan wilayah yang terancam atau terdampak suatu bahaya (hazard), sebaran penduduk dan kelompok rentan di wilayah yang terancam atau terdampak serta sebaran sumber daya atau kapasitas yang ada di wilayah tersebut yang dapat digunakan untuk penanganan dampak bencana. Peta tersebut dibuat bersama-sama oleh semua stakeholders yang terlibat dan berperan dalam penanggulangan krisis kesehatan, termasuk instansi pemerintah, perusahaan daerah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah/LSM, lembaga internasional dan masyarakat, serta pihak terkait lainnya.

Tabel 24 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017 TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Pendampingan

100 % Penyusunan Peta

Dilaksanakan di

Berhasil

dilaksanakan di 34 Respon

34 Kabupaten/

Kota

Kabupaten/ Kota

c. Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Upaya penanggulangan krisis kesehatan perlu didukung oleh penyampaian informasi yang cepat, tepat dan akurat, yang disampaikan mulai dari lokasi bencana, kabupaten/kota, provinsi hingga ke tingkat pusat. Mendapatkan informasi yang memadai pada saat kejadian bencana merupakan tantangan tersendiri karena infrastruktur pendukung pelayanan masyarakat mengalami kerusakan sehingga menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dan kemampuan petugas yang kurang memadai dalam hal pengelolaan data, informasi dan keterampilan berkomunikasi dalam situasi bencana serta belum adanya pemahaman yang sama dalam penggunaan sistem informasi dan komunikasi dalam penanggulangan krisis kesehatan.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan Pelatihan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk petugas dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pengelolaan sistem informasi dan komunikasi untuk penanggulangan krisis kesehatan sehingga diharapkan petugas kesehatan mampu :

1. Memperoleh data kejadian bencana secara cepat, tepat dan akurat;

2. Mengolah data menjadi informasi penanggulangan krisis kesehatan yang mudah dipahami;

3. Menyampaikan informasi penanggulangan krisis kesehatan kepada pihak- pihak yang berkepentingan secara cepat.

Tabel 25 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Pelatihan Sistem

100 % Informasi

Dihadiri peserta

Berhasil

dilaksanakan Penanggulangan

dari 34

Kabupaten/ Kota

di 34

Krisis Kesehatan Kabupaten/ Kota

d. Workshop Penyusunan Rencana Kontijensi Kegiatan ini dilaksanakan guna mencetak lebih banyak fasilitator- fasilitator yang nantinya diharapkan untuk mendampingi penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan di kabupaten/kota. Peserta yang di undang berasal dari Dinas Kesehatan dan RSUD di 7 provinsi target kinerja.

Tabel 26 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

Dihadiri peserta dari

Dihadiri

peserta dari 7 Rencana

e. Workshop Penyusunan Peta Respon Kegiatan ini dilaksanakan guna mencetak lebih banyak fasilitator- fasilitator yang nantinya diharapkan untuk mendampingi penyusunan peta respon bidang kesehatan di kabupaten/kota. Peserta yang diundang berasal dari Dinas Kesehatan, BPBD, dan RSUD di 7 provinsi target kinerja, pelatihan ini juga melibatkan Pusdikkes TNI .

Tabel 27 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017 TARGET

Dihadiri peserta 100 % Penyusunan Peta

Dihadiri peserta

dari 7 provinsi

dari 7 provinsi

Respon

f. Workshop Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan pada Klaster Kesehatan Manajemen penanggulangan krisis kesehatan adalah manajemen

terkait upaya yang dilaksanakan pada fase pra, saat krisis dan pasca suatu krisis kesehatan yang meliputi upaya terintegrasi dari seluruh komponen terkait upaya yang dilaksanakan pada fase pra, saat krisis dan pasca suatu krisis kesehatan yang meliputi upaya terintegrasi dari seluruh komponen

Untuk meningkatkan pengetahuan manajemen penanggulangan krisis kesehatan maka perlu dilakukan kegiatan Pelatihan Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan, diharapkan kegiatan ini dapat mencetak tenaga-tenaga di masing-masing provinsi yang mampu melakukan manajemen penanggulangan krisis kesehatan, serta dapat menjadi fasilitator bagi kabupaten/kota di wilayahnya. Peserta yang diundang berasal dari dinas kesehatan provinsi dari 34 Provinsi.

Tabel 28 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017 TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Workshop Manajemen

Dihadiri peserta 100 % Penanggulangan Krisis

Dihadiri peserta

dari 7 provinsi Kesehatan Pada Klaster Kesehatan

dari 7 provinsi

g. Pendampingan Penyusunan Rencana Kontijensi Rencana kontinjensi merupakan rencana penanggulangan bencana untuk satu jenis ancaman (single hazard) yang dibuat pada situasi terdapat potensi bencana (fase kesiapsiagaan). Apabila bencana benar-benar terjadi, maka Rencana Kontinjensi menjadi dasar dalam menyusun Rencana Operasi Tanggap Darurat atau Rencana Operasi (Operational Plan) setelah terlebih dahulu disesuaikan melalui suatu kaji cepat kondisi di lapangan (rapid assessment).

Rencana kontijensi harus dibuat secara bersama-sama oleh semua pihak (stakeholders) dan multi-sektor yang terlibat dan berperan dalam penanggulangan bencana, termasuk di dalamnya adalah pemerintah (sektor- sektor yang terkait), perusahaan daerah, sektor swasta, organisasi non- pemerintah/LSM, lembaga internasional dan masyarakat, serta pihak-pihak lain yang terkait/relevan dengan jenis bencananya.

Secara umum, tujuan kegiatan ini adalah untuk memfasilitasi sektor kesehatan yang diwakili oleh Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas rawan bencana, unsur kesehatan TNI dan POLRI di Kabupaten/Kota dalam menyusun rencana kontijensi kesehatan sebagai bagian dari upaya kesiapsiagaan Kabupaten/Kota rawan bencana dalam menghadapi potensi krisis kesehatan di wilayahnya. Selain sektor kesehatan, dilibatkan pula lintas sektor terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PMI Kabupaten/Kota.

Tabel 29

Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Pendampingan

Dilaksanakan di 19 100 % Penyusunan Rencana

Dilaksanakan di 19

Kabupaten/Kota Kontijensi

Kabupaten/Kota

h. Table Top Exercise (TTX) Penerapan Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan Table Top Exercise (TTX) atau geladi posko dilaksanakan untuk mencapai peningkatan kemampuan fungsi komando, koordinasi dan komunikasi dari koordinator klaster kesehatan maupun sub-subklaster di bawahnya. Pada geladi posko, peserta diberikan serangkaian keadaan dan kejadian tanggap darurat bencana yang sambung-menyambung dan mengandung persoalan yang harus dipecahkan dan dibuatkan keputusan, rencana, perintah dan tindakan dari peserta yang berperan sebagai koordinator klaster/subklaster kesehatan. Peserta dari table top exercise ini adalah :

1. Koordinator klaster kesehatan;

2. Koordinator sub-subklaster kesehatan;

3. Anggota sub-subklaster kesehatan.

Tabel 30 Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017 TARGET

Top Exercise

100 % Penerapan Manajemen

Dilaksanakan di

Dilaksanakan di

15 Kabupaten/

15 Kabupaten/

Penanggulangan Krisis

i. Penyelenggaraan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Situasi krisis kesehatan seringkali timbul secara tiba-tiba dan sulit diprediksi sehingga membutuhkan kemampuan manajemen penanganan yang baik, tantangan terberat yang muncul dalam teknis penanggulangan krisis kesehatan adalah koordinasi dengan lintas program serta lintas sektor terkait. Banyaknya pihak yang terlibat serta beragamnya Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki harus dapat dikomunikasikan secara baik agar hasil penanganan dapat maksimal. Salah satu teknik untuk menguji baik tidaknya SOP adalah dengan menyelenggarakan geladi.

Geladi adalah salah satu bentuk latihan untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan melakukan suatu kegiatan yang telah dipelajari atau dilakukan sebelumnya. Selain itu, geladi juga berfungsi sebagai sarana untuk menguji rencana kontijensi bidang kesehatan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam rencana kontijensi bidang kesehatan, telah dibuat skenario kejadian bencana yang disesuaikan dengan risiko bencana yang mungkin terjadi di suatu daerah. Sehingga kejadian bencana yang akan digeladikan harus disesuaikan dengan skenario di dalam rencana kontijensi.

Penyelenggaraan geladi penanggulangan krisis kesehatan pada tahun 2017, kegiatan geladi yang dilaksanakan adalah geladi penanggulangan krisis kesehatan pada 8 kabupaten/kota target Renstra Tahun 2015-2019 yang telah dilakukan assesment dan menyusun peta respon dan geladi penanggulangan krisis kesehatan dalam rangka Sail Indonesia 2017 di Kota Sabang.

Tabel 31

Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Penyelenggaraan

Dilaksanakan di 9 100 % Geladi

Dilaksanakan di 9

Kabupaten/Kota Penanggulangan Krisis Kesehatan

Kabupaten/Kota

j. Dukungan Tim Bantuan Kesehatan, Logistik dan Perlengkapan Dalam Rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan Dukungan Pusat Krisis Kesehatan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan pada fase tanggap darurat dengan memobilisasi tim bantuan kesehatan pusat serta pemberian bantuan logistik kesehatan ke wilayah terdampak bencana. Tim merupakan anggota klaster kesehatan nasional yang terdiri dari lintas program yang ada di Kementerian Kesehatan. Tim yang di kirim melaksanakan tugas melakukan Penilaian Cepat Kesehatan/Rapid Health Assessment (RHA).

Penilaian Cepat Kesehatan/Rapid Health Assessment (RHA) adalah kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan dasar yang diperlukan segera sebagai respon dalam suatu kejadian bencana (definisi WHO). Pada pelaksanaannya Tim RHA melakukan pengumpulan data dan informasi, melakukan penilaian dampak bencana yang dapat berpotensi menimbulkan krisis kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan dasar kesehatan yang diperlukan bagi masyarakat terdampak dengan menghasilkan rekomendasi tindakan- tindakan prioritas yang harus segera di respon. Selain itu Tim RHA juga melakukan pendampingan teknis dan manajemen bagi dinas kesehatan tentang upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan sistem klaster kesehatan.

Analisis Keberhasilan Indikator :

Pusat Krisis Kesehatan dapat memenuhi capaian target kinerja yang pertama sesuai yang tercantum pada Perjanjian Kinerja tahun 2017 yaitu jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko kesehatan dengan target kinerja sebanyak 84 lokasi.Keberhasilan ini tercapai karena sejumlah faktor yaitu : ❖ Pembelajaran dari tahun – tahun sebelumnya (2015 dan 2016) untuk

peningkatan perencanaan kegiatan tahun 2017; ❖ Rapat koordinasi untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan

secara berkala sehingga mempermudah penemuan masalah dan mencari penyelesaiannya yang efisien dan efektif.

Dampak dari pencapaian target ini adalah :

1. Terbangunan pemahaman dalam penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan kebijakan nasional melalui Sistem Klaster Kesehatan.

2. Sektor kesehatan di masing – masing wilayah dapat memahami pentingnya pengurangan risiko bidang kesehatan melalui pembentukan Klaster Kesehatan di daerah.Daerah-daerah yang telah dilakukan simulasi serta sejumlah provinsi telah mengeluarkan SK pembentukan Klaster Kesehatan di wilayahnya masing- masing

3. Sejumlah bencana besar pada tahun 2017 seperti siaga darurat dan tanggap darurat erupsi Gn Agung serta bencana akibat siklon tropis Cempaka dan Dahlia, dapat terfasilitasi oleh Pusat dengan baik. Sehingga daerah dapat melakukan upaya penanggulangan dengan lebih efektif dan efisien

Permasalahan dalam Pencapaian Target :

1. Terdapat sejumlah bencana besar yang cukup lama dan membutuhkan dukungan/fasilitasi yang berkesinambungan dari Pusat Krisis Kesehatan. Hal ini berpengaruh pelaksanaan kegiatan- kegiatan yang telah direncanakan dalam rangka pencapaian target kinerja PKK.

2. Peningkatan kapasitas daerah dalam rangka pengurangan risiko krisis kesehatan membutuhkan dukungan dari staf-staf yang kompeten dan terlatih secara teknis. Jumlah SDM yang kompeten dan terlatih masih terbatas.

Solusi dan Tindak Lanjut

1. Untuk menyiasati keterbatasan staf : - In house training - Pengiriman staf untuk pelatihan - beberapa kegiatan telah melibatkan institusi lain untuk berkolaborasi seperti pelaksanaan asistensi dan pelatihan. PKK juga telah melakukan PKS dengan sejumlah Universitas yaitu UGM, UI dan Unibraw. Namun masih perlu evaluasi dan perbaikan terus menerus terutama untuk menyelaraskan visi, misi , tujuan dan pelaksanaan.

2. Efektif dan efisien dalam menyusun perencanaan kegiatan. Contohnya bila ada kegiatan yang dapat disatukan atau digabungkan maka akan disatukan.

2. Indikator Kedua Dukungan Tim Bantuan Kesehatan, Logistik dan Perlengkapan Dalam Rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan

Tabel 32

Pencapaian Kegiatan Utama Tahun 2017

TARGET

KEGIATAN REALISASI CAPAIAN (%)

KEBERHASILAN

Dukungan Tim Bantuan

245,8 % Kesehatan, Logistik dan

Dilaksanakan

Dilaksanakan

mobilisasi 24 Tim/ mobilisasi 59 Tim/ Perlengkapan Dalam

Paket

Paket

Rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan

Analisis Keberhasilan Indikator : Pusat Krisis Kesehatan telah berhasil mencapai target kedua yaitu mobilisasi 59 tim/paket bantuan kesehatan dan logistik dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan dari 24 tim/paket. Pencapaian Pusat Krisis Kesehatan melebih target kinerja dengan capaian keberhasilan sebesar 245,8 %. Keberhasilan ini karena : Adanya sejumlah bencana besar yang membutuhkan dukungan/fasilitasi dari Pusat Krisis Kesehatan dan dalam waktu yang cukup panjang, seperti :

❖ Peristiwa siklon tropis Cempaka dan Dahlia yang berdampak banjir dan longsor di 3 provinsi dan 28 kabupaten/kota terdampak di mana 11 kabupaten/kota diantaranya berdampak korban jiwa yang berpotensi terjadinya krisis kesehatan.

❖ Status siaga darurat dan tanggap daruratErupsi Gunung Agung di Kabupaten Karang Asem Provinsi Bali yang berdampak pada 8 (delapan) Kabupaten yaitu Buleleng, Klungkung, Bangli, Tabanan, Denpasar, Gianyar, Badung dan Jembrana sehingga membutuhkan dukungan bantuan kesehatan dan logistik dilakukan secara berkesinambungan.

Permasalahan dalam Pencapaian Target :

1. Pencapaian target mobilisasi tim ini sangat tergantung dengan jumlah kejadian krisis kesehatan yang membutuhkan dukungan/fasilitasi dari Pusat Krisis Kesehatan

2. Permasalahan keterbatasan SDM Klaster kesehatan yang kompeten dan siap dimobilisasi mengingat semua memiliki tugas-tugas rutindan juga karena pada tahun 2017 ini kejadiannya berdekatan dan bersamaan .

Solusi dan Tindak Lanjut

1. Sosialisasi pemanfaatan dana mobilisasi ini tidak hanya untuk kondisi tanggap darurat saja tapi juga untuk pemulihan dan kesiapsiagaan.

2. Memperkuat koordinasi dan kapasitas klaster kesehatan sehingga kolaborasi dan koordinasi saat tanggap darurat dan pemulihan dapat lebih baik termasuk dalam rangka mobilisasi bantuan.

Pusat Krisis Kesehatan telah berhasil mencapai target kinerja yang telah ditetapkan seperti yang telah disampaikan diatas akan tetapi efisiensi anggaran berdampak pada kegiatan penunjang yang mendukung efektivitas kegiatan utama. Kegiatan penunjang yang terdampak efisiensi anggaran sebagai berikut :

No. Nama kegiatan

Tujuan kegiatan

Dampak Efisiensi

Hilangnya salah satu kegiatan Pusat

1 Sosialisasi

Mensosialisasikan program

peluang untuk Krisis Kesehatan

kerja, kegiatan dan capaian,

mengakselerasi dan (Pameran)

Pusat Krisis Kesehatan yang

telah dilakukan selama ini .

meningkatkan kualitas

Diharapkan hal ini dapat

pencapaian program

mengakselerasi sinergisitas

pengurangan risiko krisis

dengan instansi-instansi

kesehatan.

terkait lainnya sehingga mengoptimalkan efektivitas pencapaian program pengurangan risiko krisis kesehatan

No. Nama kegiatan

Tujuan kegiatan

Dampak Efisiensi

2 Rapat koordinasi

Keberhasilan upaya evaluasi kapasitas

❖ Mensosialisasikan hasil

pengurangan risiko krisis provinsi dan

kajian risiko berupa

kesehatan apabila daerah kab/kota dalam

Profil Penanggulangan

telah mampu melakukan penerapan

Krisis Kesehatan 34

kajian risiko dan menyusun manajemen

Kabupaten/Kota Rawan

perencanaan yang penanggulangan

Bencana dan 14

berkesinambungan. krisis kesehatan

provinsi yang telah

dilakukan penilaian kapasitas dan asistensi

Dengan diefisiensinya

manajemen

kegiatan ini menyebabkan

penanggulangan krisis

hasil kajian risiko yang

kesehatan pada tahun

telah dilakukan oleh Pusat

Krisis Kesehatan melalui

❖ Melakukan desk

kegiatan asistensi hanya

membantu

dapat dikirimkan via pos

kab/kota/provinsi

dan tidak dapat dilakukan

menyusun program

diskusi, tanya jawab

untuk menindaklanjuti

maupun komunikasi yang

kesenjangan-

lebih mendalam untuk

kesenjangan yang telah

memfasilitasi daerah

diidentifikasi dalam

membuat perencanaan

kajian risiko tersebut.

yang tepat mengatasi

❖ Mensosialisasikan

kesenjangan di wilayahnya

sistem informasi

masing-masing.

penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK)

Termasuk di antaranya

tentang profil yang

batalnya sosialisasi dapat dimanfaatkan dan pemanfaatan IT terkait mempermudah

kajian risiko dan kabupaten kota maupun perencanaan provinsi untuk melakukan kajian risiko dan perencanaan tindak lanjut di wilayahnya masing-masing menggunakan teknologi informasi.

3 Peningkatan

Kebijakan dan strategi kapasitas

❖ Peningkatan kapasitas

penanggulangan bencana kesiapsiagaan

rumah sakit dalam

tahun 2015-2019 adalah rumah sakit

menghadapi bencana;

penurunan indeks risiko menghadapi

❖ Membangun

bencana sebesar 30% di bencana

komunikasi dan sistem

klaster agar fasilitas

136 kab/kota. Salah satu kesehatan mengerti apa indikatornya adalah RS dan perannya;

Puskesmas aman bencana.

❖ Koordinasi dan

Dengan dihapusnya

penggerakan saat

kegiatan tersebut, tentu

tanggap darurat.

membuat tidak optimalnya dukungan Kemenkes untuk mencapai target tersebut.

5 Peningkatan

Upaya pasca bencana kapasitas SDM

❖ Sosialisasi kebijakan

terutama prinsip build back kesehatan dalam

pengurangan risiko

better sangat erat pengkajian

bencana sebagai

kaitannya dengan upaya kebutuhan sumber

bagian dari upaya build

pengurangan risiko Krisis daya kesehatan

back better;

kesehatan yang menjadi paska bencana

❖ Meningkatkan kapasitas

tenaga kesehatan di

fokus utama Renstra

provinsi dan

Kemenkes 2015-2019.

No. Nama kegiatan

Tujuan kegiatan

Dampak Efisiensi

kabupaten/kota yang

Kondisi saat ini, masih

mampu melakukan

sangat sedikit SDM di

kajian kebutuhan

daerah yang memiliki skill

bidang kesehatan

manajemen pasca

pasca bencana.

bencana. Dengan dihapusnya kegiatan ini tentu membuat tidak optimalnya program pengurangan risiko krisis kesehatan.

6. Penyelenggaraan

Dengan diefisiensinya geladi

❖ Pengurangan risiko

anggaran kegiatan ini penanggulangan

bencana akibat mass

menyebabkan jumlah krisis kesehatan

gathering;

sasaran berkurang dalam rangka Sail

❖ Peningkatan kapasitas

sehingga tujuan utama dari Indonesia 2017

tenaga kesehatan

kabupaten/kota dalam

kegiatan ini tidak dapat

menghadapi event

dicapai dengan baik

internasional

walaupun terlaksana kegiatannya

Pusat Krisis Kesehatan memperoleh anggaran yang berasal dari APBN tahun 2017 yang dialokasikan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2017 sejumlah Rp 38.460.976.000,- dan mengalami revisi karena adanya efisiensi dan refocusing anggaran hingga alokasi akhirnya sejumlah Rp 28.204.081.000,-. Dari alokasi anggaran tersebut, realisasi pada tahun 2017 adalah sebesar Rp 28.011.901.578,- (99,32 %).

Jika dibandingkan dengan alokasi akhir anggaran tahun 2016, maka alokasi akhir anggaran tahun 2017 mengalami penurunan. Sedangkan realisasi penggunaan anggaran tahun 2017 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 yaitu sebesar 99,32 %. Berikut ini perbandingan alokasi dan realisasi anggaran tahun 2016 dengan tahun 2017

Gambar 19 Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2016 dan 2017

Tabel 33 Realisasi Anggaran Pusat Krisis Kesehatan Berdasarkan Indikator Kinerja Tahun 2016 dan 2017

No. Indikator

Tahun 2017 Kinerja

Realisasi Persentase

28.011.901.578 99,32 % dan kabipaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan 2. Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan

1. Jumlah provinsi 55.795.030.000

Secara garis besar, alokasi anggaran di Pusat Krisis Kesehatan dikelompokkan untuk empat output kegiatan yaitu : (1) Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan; (2) Penanggulangan Krisis Kesehatan; (3) Layanan Internal; dan (4) Layanan Perkantoran. Kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan untuk mencapai target Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Krisis Kesehatan tahun 2017 terdapat pada output Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan. Berikut ini alokasi dan realisasi anggaran untuk setiap output :

Tabel 34 Alokasi dan Realisasi Anggaran per Output Tahun 2017

PERSENTASE NO

99.10 Risiko Krisis Kesehatan 2. Penanggulangan

99.98 Krisis Kesehatan 3. Layanan Internal

Jika data pada tabel di atas diamati, maka terlihat alokasi anggaran terbesar terdapat pada output Pengurangan Risiko Krisis Kesehatan. Kegiatan- kegiatan yang terdapat dalam output ini adalah kegiatan-kegiatan pra-bencana. Hal ini sesuai dengan kebijakan dan paradigma penanggulangan krisis kesehatan bahwa upaya penanggulangan krisis dititikberatkan pada upaya sebelum terjadinya krisis kesehatan dengan tetap melaksanakan upaya saat krisis dan pasca krisis kesehatan.

Dalam pelaksanaannya, anggaran Pusat Krisis Kesehatan mengalami dua kali revisi DIPA, antara lain:

a. Revisi I dalam rangka pergeseran anggaran antar output;

b. Revisi II dalam rangka efisiensi anggaran.

Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun anggaran 2017, tampak bahwa sumber daya sarana dan prasarana yang ada dan digunakan di Pusat Krisis Kesehatan sampai dengan 31 Desember 2017 bernilai Rp 636.515.878.515,-.

Analisis Tambahan

Pusat Krisis Kesehatan telah berhasil memenuhi capaian target kinerja sesuai yang tercantum pada Perjanjian Kinerja Tahun 2017 yaitu jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan untuk melaksanakan upaya pengurangan risiko krisis kesehatan dengan target kinerja 84 lokasi dan jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan kabupaten/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan dengan target kinerja 24 tim/paket. Selain itu penyerapan anggaran mencapai 99,2% meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 65,88%.

A. Keberhasilan-keberhasilan tersebut dapat tercapai karena : ❖ Pembelajaran dari tahun-tahun sebelumnya (2015 dan 2016) untuk

peningkatan perencanaan kegiatan tahun 2017. ❖ Rapat koordinasi untuk pemantauan dan evaluasi kegiatan yang dilaksanakan secara berkala sehingga mempermudah penemuan masalah dan mencari penyelesaiannya yang efisien dan efektif. Salah satu contohnya adalah merevisi dana mobilisasi EMT dan evakuasi medis serta dana pendampingan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan untuk dialihkan menjadi dana mobilisasi tim bantuan kesehatan. Dengan revisi ini, serapan dana menjadi lebih optimal karena disesuaikan dengan kebutuhan saat itu.

❖ Semakin kuatnya koordinasi klaster kesehatan serta koordinasi antara pusat dan daerah sehingga dukungan saat tanggap darurat semakin cepat dan pemanfaatan anggaran mobilisasi dapat optimal sesuai kebutuhan.

❖ Memanfaatkan sisa anggaran kegiatan untuk kegiatan evaluasi dan sosialisasi dari kegiatan tersebut.

B. Impact dari pencapaian tersebut ❖ Sejumlah bencana besar pada tahun 2017 seperti siaga darurat dan tanggap darurat erupsi Gunung Agung di Bali serta bencana akibat siklon tropis Cempaka dan Dahlia, dapat terfasilitasi oleh Pusat dengan baik. Sehingga daerah dapat melakukan upaya penanggulangan dengan lebih efektif dan efisien;

❖ Daerah semakin memahami pentingnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan, termasuk pembentukan klaster kesehatan di daerah. Daerah- ❖ Daerah semakin memahami pentingnya upaya pengurangan risiko krisis kesehatan, termasuk pembentukan klaster kesehatan di daerah. Daerah-

❖ Perencanaan untuk tahun ke depan dapat lebih optimal karena adanya evaluasi yang lebih mendalam dari beberapa kegiatan.

Pada tahun 2017 terdapat efisiensi anggaran sejumlah kegiatan yaitu :

No. Nama kegiatan

Tujuan kegiatan

Dampak Efisiensi

1 Sosialisasi Mensosialisasikan program Hilangnya salah satu peluang kegiatan Pusat

untuk mengakselerasi dan Krisis Kesehatan

kerja, kegiatan dan

meningkatkan kualitas (Pameran)

capaian, Pusat Krisis

Kesehatan yang telah

pencapaian program

dilakukan selama ini.

pengurangan risiko krisis

Diharapkan hal ini dapat

kesehatan.

mengakselerasi sinergisitas dengan instansi-instansi terkait lainnya sehingga mengoptimalkan efektivitas pencapaian program pengurangan risiko krisis kesehatan

2 Rapat koordinasi

Keberhasilan upaya pengurangan evaluasi

❖ Mensosialisasikan

risiko krisis kesehatan apabila kapasitas

hasil kajian risiko

daerah telah mampu melakukan provinsi dan

berupa Profil

kajian risiko dan menyusun kab/kota dalam

Penanggulangan

perencanaan yang penerapan

Krisis Kesehatan 34

berkesinambungan. manajemen

Kabupaten/Kota

Dengan diefisiensinya kegiatan ini penanggulangan

Rawan Bencana dan

menyebabkan hasil kajian risiko krisis kesehatan

14 provinsi yang telah

dilakukan penilaian

yang telah dilakukan oleh Pusat

kapasitas dan

Krisis Kesehatan melalui kegiatan

asistensi manajemen

asistensi hanya dapat dikirimkan penanggulangan krisis via pos dan tidak dapat dilakukan kesehatan pada tahun

diskusi, tanya jawab maupun

komunikasi yang lebih mendalam

❖ Melakukan desk

untuk memfasilitasi daerah

membantu

membuat perencanaan yang tepat

kab/kota/provinsi

mengatasi kesenjangan di

menyusun program

wilayahnya masing-masing.

untuk menindaklanjuti

Termasuk di antaranya, batalnya

kesenjangan-

sosialisasi pemanfaatan IT terkait

kesenjangan yang

kajian risiko dan perencanaan

telah diidentifikasi dalam kajian risiko tersebut.

❖ Mensosialisasikan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan (SIPKK) tentang profil yang dapat dimanfaatkan dan mempermudah kabupaten/kota maupun provinsi untuk melakukan kajian

No. Nama kegiatan

Tujuan kegiatan

Dampak Efisiensi

risiko dan perencanaan tindak lanjut di wilayahnya masing-masing menggunakan teknologi informasi.

3 Peningkatan ❖ Peningkatan kapasitas Kebijakan dan strategi kapasitas

penanggulangan bencana tahun kesiapsiagaan

rumah sakit dalam

2015-2019 adalah penurunan rumah sakit

menghadapi bencana;

indeks risiko bencana sebesar menghadapi

❖ Membangun

30% di 136 kab/kota. Salah satu bencana

komunikasi dan

sistem klaster agar

indikatornya adalah RS dan

fasilitas kesehatan

Puskesmas aman bencana.

mengerti apa

Dengan dihapusnya kegiatan

perannya;

tersebut, tentu membuat tidak

❖ Koordinasi dan

optimalnya dukungan Kemenkes

penggerakan saat

untuk mencapai target tersebut.

tanggap darurat.

Upaya pasca bencana terutama kapasitas SDM

5 Peningkatan

❖ Sosialisasi kebijakan

prinsip build back better sangat kesehatan dalam

pengurangan risiko

erat kaitannya dengan upaya pengkajian

bencana sebagai

pengurangan risiko Krisis kebutuhan

bagian dari upaya

kesehatan yang menjadi fokus sumber daya

build back better;

utama Renstra Kemenkes 2015- kesehatan paska

❖ Meningkatkan

2019. Kondisi saat ini, masih bencana

kapasitas tenaga

kesehatan di provinsi

sangat sedikit SDM di daerah

dan kabupaten/kota

yang memiliki skill manajemen

yang mampu

pasca bencana. Dengan

melakukan kajian

dihapusnya kegiatan ini tentu

kebutuhan bidang

membuat tidak optimalnya

kesehatan pasca

program pengurangan risiko krisis

bencana.

kesehatan.

6. Penyelenggaraan ❖ Pengurangan risiko Dengan diefisiensinya anggaran geladi

kegiatan ini menyebabkan jumlah penanggulangan

bencana akibat mass

sasaran berkurang sehingga krisis kesehatan

gathering;

❖ Peningkatan kapasitas tujuan utama dari kegiatan ini dalam rangka

tidak dapat dicapai dengan baik Sail Indonesia

tenaga kesehatan

walaupun terlaksana kegiatannya 2017

kabupaten/kota dalam

menghadapi event internasional

Catatan : Kegiatan-kegiatan yang diefiesiensi bukan merupakan kegiatan utama namun kegiatan penunjang yang cukup penting mendukung efektivitas kegiatan utama.

8. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat

Rencana Aksi Kegiatan tahun 2015-2019 pada unit Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes dapat diinformasikan pada tabel berikut ini.

Tabel 35 Renstra Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat 2015-2019

TARGET PROGRAM /

SASARAN KEGIATAN

2018 2019 Pengelolaan

KEGIATAN

INDIKATOR KINERJA

1. Jumlah publikasi program

pembangunan kesehatan

Publik dan

komunikasi

yang disebarluaskan

Pelayanan

dan pelayanan

kepada masyarakat

Masyarakat

masyarakat

2. Persentase Layanan

Masyarakat (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan

Capaian kegiatan pengelolaan komunikasi publik dan pelayanan masyarakat dapat dijelaskan melalui gambaran capaian dua indikator sebagai berikut:

(1) Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat;

Capaian diperoleh dari total penjumlahan informasi program pembangunan kesehatan yang di publikasi dan disebarluaskan ke masyarakat oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat melalui media cetak dan elektronik, rilis, media sosial (facebook, twitter, youtube, website, penerbitan dan media tatap muka (sosialisasi/pertemuan).

Target pada tahun 2017 sebanyak 9.000 publikasi dan berhasil mencapai 97,71% (8.794 publikasi). Bila dibandingkan dengan target dan realisasi pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 36

Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Tahun 2016-2017 Program/

2017 Sasaran Kegiatan

Realisasi Target Realisasi

9000 8794 Komunikasi

Pengelolaan Meningkatnya

Jumlah publikasi

Publik dan komunikasi

pembangunan

Pelayanan dan pelayanan kesehatan yang Masyarakat

masyarakat

disebarluaskan kepada masyarakat

Jumlah Publikasi Kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat pada tahun 2017 dapat direalisasikan sebanyak 8794 publikasi yang dilaksanakan melalui kegiatan:

a) Diseminasi Publikasi Kebijakan Program Pembangunan Kesehatan Melalui Media Elektronik

Diseminasi dan publikasi kebijakan program pembangunan kesehatan dilakukan melalui beberapa kanal, diantaranya adalah melalui media cetak, radio dan televisi.

Bentuk acara melalui media televisi berupa talkshow di Metro TV, MNC TV dan talkshow bersama wakil rakyat/DPR dan narasumber Dinkes Kabupaten/Kota di Stasiun TV Daerah sedangkan talkshow di radio: elshinta, RDI dan RRI. Untuk media cetak bentuknya berupa berita tulisan, foto dan gambar.

Topik-topik yang diangkat dalam mempublikasi melalui media cetak dan televisi selama tahun 2017 meliputi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK), Pekan Imunisasi, Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (Puskesmas), Gema Cermat, Nusantara Sehat, Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dan banyak lagi kegiatan yang berhubungan dengan Hari-hari besar kesehatan seperti HKN, Hari AIDS Sedunia, dan lain-lain.

Dibawah ini beberapa bukti untuk publikasi melalui televisi dan media cetak:

1. Talkshow TV di Metro TV

2. Talkshow di Radio

3. Talkshow di MNC TV

4. Talkshow TV Lokal

5. Advertorial Cetak

6. Running Text

7. Situs Sehat Negeriku dan Situs Resmi Kementerian Kesehatan

Publikasi informasi kepada masyarakat telah dikembangkan melalui situs resmi Kemenkes www.kemkes.go.id & www.sehatnegeriku.com.

Publikasi ini menyebarluaskan informasi terkini dalam bentuk teks atau rilis, foto yang diunggah ke Flickr (www.flickr.com/sehatnegeriku) dan video

Youtube : (http://www.youtube.com/user/sehatnegeriku). Untuk tahun 2017, telah diunggah 370 rilis, 2534 foto tayang dan 238 video mengenai program pembangunan Kesehatan. Mediakom merupakan majalah resmi Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Tim Redaktur Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. Mediakom disebarluaskan ke seluruh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, RS Vertikal, RS di Jabodetabek, UPT Kemenkes, seluruh Kementerian/ Lembaga dan unit utama di Kemenkes RI. Setiap tahunnya, jumlah produksi Mediakom sebanyak 12 edisi. Total Mediakom yang sudah terbit sejak 2010 hingga 2017 adalah 89 edisi. Untuk tahun 2017, Mediakom terbit dalam versi cetak dan online magazine. Terbit 12 edisi versi e-magazine, 5 edisi diantaranya dicetak dan didistribusikan dengan oplah 13.000 eksemplar per edisi. Mediakom versi cetak sudah mendapatkan International Standard Series Number (ISSN). Mediakom di-online-kan efektif per Januari 2015.

Tahun 2017 Mediakom mendapatkan 3 penghargaan dari ajang Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMa) 2017 yang diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS), antara lain Mediakom edisi 71 meraih penghargaan Gold Winner the Best Government Inhouse Magazine Award (InMA) 2017, Mediakom edisi 75 meraih penghargaan Silver Winner the Best Government Inhouse Magazine Award (InMA) 2017 dan Mediakom edisi 68 meraih penghargaan Silver Winner the Best of E- Magazine 2017.

Selain mendapatkan penghargaan dari ajang Indonesia Inhouse Magazine Awards (InMa) 2017, Mediakom juga memperoleh 2 penghargaan dari ajang PR Indonesia Awards (PRIA) 2017 yang juga diselenggarakan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS), yaitu Mediakom edisi 69 meraih Silver Winner untuk Kategori Majalah Cetak dan Mediakom edisi 74 meraih Bronze Winner untuk Katagori e-Magazine.

Tahun 2017, akun media sosial Kemenkes RI berhasil diverifikasi. Adapun akun twitter @KemenkesRI sampai akhir 2017 memiliki 141 ribu follower dengan jangkauan tertinggi saat mengangkat isu hoax kesehatan.

Akun Facebook Kementerian Kesehatan RI memiliki 59 ribu follower dengan jangkauan terluas saat mengangkat isu Difteri. Sementara akun instagram @Kemenkes_RI memiliki 45 ribu follower dengan jangkauan terbanyak saat mengangkat isu Difteri.

Dalam penyelenggaraan komunikasi dengan Lembaga Pemerintah dan non Pemerintah, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat memiliki peran sebagai penghubung (liaison officer) dengan kementerian dan lembaga maupun dengan non Pemerintah. Kegiatan yang telah dilaksanakan dari tahun 2017: Pendampingan Kunjungan Kerja Komisi IX DPR RI ke berbagai provinsi.

Pada tahun 2017 kegiatan ini dilakukan kunjungan, antara lain : Papua, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, Jogjakarta dan Sulawesi Tengah.

Analisa Keberhasilan dengan permasalahan,solusi dan Tindak Lanjut Indikator Pertama Permasalahan dalam pencapaian

Dalam proses capaian kinerja, ada kendala/permasalahan yang dihadapi. Kendala/permasalahan tersebut antara lain :

1. Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah dan kemampuan SDM masih kurang khususnya dalam pembuatan konten, dan dalam bidang dokumentasi dan penyediaan bahan berita, SDM tersebut harus mempunyai kemampuan khusus dalam bidang tersebut. tugas pendokumentasian harus dilakukan setiap hari, pimpinan dalam suatu kegiatan lebih dari satu,dan unit lain yang minta diliput membuat bagian dokumentasi kekurangan SDM. Akibatnya pembuatan laporan dan proses uploading agak terhambat. Demikian pula dengan penulis berita. Solusi dan Tindak Lanjut :

- Penambahan tenaga SDM. Bila tidak memungkinkan, dapat meminta Humas unit utama, untuk itu perlu komitmen tenaga dan pembiayaan

dari Humas Unit Utama. - Pelatihan/Training seperti pelatihan pembuatan konten,fotografer.

2. Waktu Kerja Penugasan di Sub Bagian Peliputan dan dokumentasi serta Sub bagian Bidang Media Massa dan Media Sosial sangat berkaitan dengan kegiatan pejabat. Pertemuan di luar jam kerja dan hari libur sering dilakukan, dimana kegiatan ini perlu pendampingan dari kedua Sub Bagian Tersebut seperti pendokumentasian, pembuatan berita, dan media handling. Solusi dan Tindak Lanjut: Untuk kegiatan yang memerlukan peliputan dan dokumentasi diharapkan tenaga humas yang ada di unit utama di aktifkan agar tim peliputan dan dokumentasi Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dapat fokus untuk kegiatan yang dihadiri oleh Ibu Menteri dan Pejabat Eselon 1 dan 2 saja.

3. Kerja sama/koordinasi dengan unit utama terkait permintaan bahan belum maksimal/cepat. Solusi dan Tindak Lanjut: Perlu ditingkatkan kerja sama dengan unit utama lain atau sop mengenai bahan dijalan juga oleh unit utama.

4. Bagian produksi komunikasi Penyesuaian waktu dengan nara sumber dapat menghambat kegiatan,dikarenakan waktu narsum dengan pelaksanaan yang sudah direncakan belum sesuai. Solusi dan Tindak lanjut: Pengaturan time line waktu dengan narsum dan meningkatkan kepatuhan terhadap time line yang sudah dibuat sehingga tidak perlu ada perubahan yang mendadak.

5. Rotasi pejabat/pimpinan yang cepat juga merupakan penghambat dalam koordinasi dengan unit lain juga. Solusi dan Tindak Lanjut : Diharapkan agar pejabat lama sudah menyelesaikan pekerjaan lama dan menginformasikan mengenai kontak pejabat baru dan juga perkembangan pekerjaan.

(2) Persentase layanan masyarakat (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan.

Indikator tersebut dapat dicapai dengan perhitungan dari jumlah informasi yang dibutuhkan dan pengaduan masyarakat yang telah diselesaikan dibagi dengan jumlah informasi yang dibutuhkan dan pengaduan yang masuk dikali 100%.

Target pada tahun 2017 sebesar 96% dan capaian yang diperoleh yaitu sebanyak 10.611 permohonan informasi dan pengaduan yang telah diselesaikan dari 10.800 permohonan informasi dan pengaduan yang masuk atau sebesar 98,25%.

Tabel 37

Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Persentase Pelayanan Permohonan Informasi dan Pengaduan Yang Telah Diselesaikan

Tahun 2016-2017

Target Realisasi

96% 98,25% Komunikasi

Pengelolaan Meningkatnya

Publik dan komunikasi

(permohonan

Pelayanan dan pelayanan informasi dan Masyarakat

masyarakat

pengaduan) yang telah diselesaikan

% Pelayanan Publik Jenis Pelayanan

Total Pelayanan

Yang Telah Publik Yang diberikan

Total Pelayanan

Publik Yang Telah

Publik Yang Masuk

DIselesaikan Pojok Info

Diselesaikan (Close)

99 99 100 Halo Kemenkes

Telah terbentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di lingkungan Kementerian Kesehatan berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 1625/Menkes/SK/VIII/2011, dimana PPID Utama adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI.

Upaya pelaksanaan keterbukaan informasi dan pelayanan informasi publik telah dilaksanakan melalui: Fasilitas yang tersedia dalam memberikan layanan informasi publik di Kemenkes, yaitu:

a) Halo Kemenkes 1500567 b)

SMS, E-mail, LAPOR!

Sejak tahun 2010, telah dikembangkan saluran permohonan informasi dan pengaduan melalui fax (021-52921669), SMS (081281562620), dan e-mail (kontak@depkes.go.id). Sementara, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) mengembangkan akses pengaduan dan permintaan masyarakat melalui Unit Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!).

c) SMS (No SMS : 081281562620)

Permintaan Informasi melalui SMS Halo Kemenkes selama tahun 2017 sebanyak 3361 SMS dengan rincian 3.339 sms berstatus close dan 22 sms berstatus open.

d) Email (kontak@kemkes.go.id)

Email merupakan salah satu layanan yang telah diintegrasikan dalam aplikasi SIAP, selama 2017 telah masuk sebanyak 4933 email dengan rincian permintaan informasi (4672 close, 29 open), 105 email pengaduan dan 134 email saran dari masyarakat.

e) Aplikasi terpadu SIAP

Sejak tahun 2015 dikembangkan aplikasi SIAP (Saluran Informasi Aspirasi & Pengaduan) Kemenkes RI yang mengintegrasikan semua saluran pelayanan informasi yang ada. Tujuannya, agar masyarakat mudah dan cepat mengakses informasi dan keluhan serta mempercepat petugas merespon permintaan informasi dan keluhan. Selain itu, pimpinan dapat mengetahui penyelesaian akhir secara real time. Saat ini para admin Unit Utama dan admin Unit Teknis bisa saling berhubungan, diharapkan kedepannya, SIAP bisa berhubungan dengan PPID Pelaksana, RS Vertikal dan UPT Vertikal.

Unit Layanan Terpadu (ULT)

Unit Layanan Terpadu (ULT) merupakan implementasi dari Undang- Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang kemudian dibentuk Unit Layanan Terpadu (ULT) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 509/MENKES/SK/2010 pada tanggal 26 April 2010. Unit ini terletak di gedung Prof.Dr.Sujudi lantai 1 dengan tujuan mempermudah penyelenggaraan pelayanan perizinan, transparan dan akuntabel pelayanan serta memotong birokrasi yang panjang di bidang kesehatan.

Analisa Keberhasilan dengan permasalahan,solusi dan Tindak Lanjut Permasalahan Indikator Kedua:

1. Dalam Indikator ke 2 ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat agar puas sering kali kesulitan saat harus berhubungan dengan Unit Satker lain. Dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga akan menimbulkan kekurangpuasan masyarakat.

Solusi dan Tindak Lanjut: untuk menciptakan pelayanan pemerintah yang mudah diakses masyarakat. diharapkanULT mampu melayani perizinan dan non perizinan yang cepat dan tidak berbelit, mempercepat respon terhadap masyarakat, seperti halnya mengacu pada penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang memiliki tugas untuk melayani perizinan dan non perizinan dengan sistem satu pintutetapi di lingkup kerja Kementerian Kesehatan.

2. Layanan sms terkendala apabila pulsa habis Solusi dan Tindak Lanjut : Migrasi nomer layanan sms dari pra bayar menjadi pasca bayar

3. Koneksi internet sering melambat dijam kerja dan sulitnya menghubungi unit teknis untuk koordinasi pengaduan. Solusi dan Tindak Lanjut: Peningkatan bandwith internet di ruang Halo Kemkes dan diadakan pelatihan atau pertemuan dengan unit utama lain agar bisa komunikasi langsung mengenai masalah dengan unit teknis yang berkaitan dengan pengaduan.

Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Anggaran, SDM, Sarpras

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dalam mencapai target kinerja dari segi penggunaan anggaran, telah memenuhi dan melaksanakan peraturan yang berlaku, seperti sesuai dengan standar biaya masukan TA 2017 yang di keluarkan oleh Kemenkeu Impres 4 Tahun 2017 tentang efisiensi anggaran. Dari segi efisiensi sdm dan Sarana dan Prasarana Biro Komunikasi melaksanakan pengembangan dari infrastruktur dan pemanfaatan teknologi informasi sebagai pendukung pencapaian kinerja. Diantara nya adalah memperkuat layanan pengawasan dengan berlangganan dashboard monitoring media sosial. Dengan menggunakan teknologi informasi maka isu kesehatan setiap SDM di Biro Komunikasi dapat dengan cepat melihat, merespon dan mempublikasikan produk kesehatan dengan lebih cepat, tepat dan efisien, sehingga secara kuantitas jumlah publikasi bisa meningkat dan masyarakat dapat menerima manfaat informasi yang diterima.

REALISASI ANGGARAN

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat tahun 2017 untuk Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya dengan alokasi Rp. 61.263.279.000,-. Berikut tabel realisasi anggarandan persentase terhadap pagu:

Tabel 38 Realisasi Anggaran tahun 2016 - 2017

No. Uraian kegiatan

(Rp.) A. Program

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya

Tabel 39 Rincian realisasi anggaran per output

Realisasi Komunikasi Publik

Output

Alokasi Dana

Layanan Publik

Dukungan Layanan

12 bulan Manajemen Layanan Perkantoran

Tabel 40 Perbandingan Kinerja

NO PROGRAM/ KEGIATAN

Target Komunikasi Publik dan

Meningkatnya

1 Jumlah

9.000 Pelayanan Masyarakat

dan pelayanan

pembangunan

masyarakat

kesehatan yang

Realisasi

disebarluaskan kepada

layanan masyarakat

(permohonan informasi dan

Realisasi

pengaduan masyarakat)

yang diselesaikan

Lain yang

Lain yang

Mendukung

mendukung

Pembangunan

Realisasi

Pembangunan

Kesehatan

Kesehatan

Untuk indikator pertama, “Jumlah Publikasi Program Pembangunan Kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat. ” pada tahun 2017 capaian terpenuhi dari target 8794 publikasi. Unt uk indikator kedua, “Persentase layanan masyarakat (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang di selesaikan ” dari target 96% terselesaikan 98,25%.

PERBANDINGAN KINERJA TAHUN 2016 DENGAN TAHUN 2017

Kinerja Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat tahun 2016 dengan 2017 tercapai sebesar 100 % (perbandingan realisasi dengan target) dikarenakan Hal ini menunjukkan suatu kemajuan berarti dalam pencapain sasaran Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat.

9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan

Kegiatan peningkatan analisis determinan kesehatan dapat dicapai dengan satu indikator yaitu Hasil Analisis Kebijakan yang Disusun untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan. Capaian indikator diperoleh dengan mendata jumlah hasil analisis kebijakan pembangunan kesehatan dari sejumlah dokumen analisis kebijakan pembangunan kesehatan yang disusun. Hasil analisis kebijakan terdiri dari analisa politik kesehatan, sosial ekonomi, perilaku dan kesehatan intelegensia.

Tingkat capaian kinerja kegiatan Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2016-2017 berdasarkan pengukurannya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 41 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan Tahun 2016-2017

2017 No.

Indikator Kinerja

Target

Realisasi

Target Realisasi

1. Hasil Analisis Kebijakan 9 9 9 9 yang Disusun untuk Peningkatan Pembangunan Kesehatan

Sumber Daya Anggaran

Pada tahun 2017 DIPA Pusat Analisis Determinan sebesar Rp. 16.552.268.000,- yang bersumber dari APBN. Jumlah ini belum termasuk efisiensi anggaran sebesar Rp. 4.383.530.000,-, sehingga pagu Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebenarnya sebesar Rp. 12.168.738.000,-

Tabel 42 Alokasi dan Realisasi Anggaran tahun 2017

Anggaran

No. Indikator Kinerja

(5) (6) 1 Hasil analisis kebijakan yang

disusun untuk

pembangunan kesehatan

Sumber daya anggaran (dalam ribuan)

Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2017, sumber daya sarana dan prasarana di Pusat Analisis Determinan Kesehatan adalah sebagai berikut:

Tabel 43

Sumber daya sarana dan prasarana

Tahun 2017

AKUN NERACA

JUMLAH KODE

URAIAN

1 2 3 117111 Barang Konsumsi

87.359.400 132111 Peralatan dan Mesin

5.285.726.962 135111 Aset tetap dalam Renovasi 135121 Aset Tetap Lainnya

6.325.000 136111 Konstruksi dalam pengerjaan Akumulasi Penyusutan Peralatan dan

137111 ( 4.007.838.069 ) Mesin

162121 Hak Cipta 1.875.000.000 162151 Software

588.549.545 162191 Aset Tak Berwujud Lainnya Aset Tetap yang tidak digunakan dalam

166112 293.827.080 operasi pemerintahan

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 169122

( 289.983.882 ) yang tidak digunakan dalam operasi

169312 Akumulasi Amortasasi Hak Cipta ( 40.569.615 ) 169315 Akumulasi Amortisasi Hak Cipta

JUMLAH

Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2017

Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan dengan realisasinya.

• Analisis Kinerja Kegiatan Pada tahun 2017, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan indikator kinerja pada hasil analisis kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan.Tingkat capaian kinerja kegiatanPusat Analisis Determinan Kesehatan tahun 2017 berdasarkan pengukurannya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 44 Capaian Kinerja Pusat Analisis Determinan Kesehatan

a Target

Realisasi

Target

Realisasi Target Target

analisis kebijakan yang disusun

untuk peningkatan

9 9 9 9 10 10 pembangunan kesehatan

• Kondisi yang dicapai Selama periode RENSTRA 2015 – 2019, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah menetapkan target untuk menghasilkan 9 (sembilan) analisiskebijakan. Hasil analisis yang telah dihasilkan oleh Pusat Analisis Determinan Kesehatan, yaitu:

Jumlah kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan yang menjadi sasaran kebijakan pembangunan kesehatan Jumlah kebijakan yang disusun untuk peningkatan pembangunan kesehatan yang menjadi sasaran kebijakan pembangunan kesehatan

1) Analisis Penataan Peran dan Fungsi RSD Pasca Pemberlakuan PP Perangkat Daerah

Gambar 20

Analisis Penataan Peran dan Fungsi RSD Pasca Pemberlakuan PP

Perangkat Daerah

2) Analisis Pemetaan Hasil Resolusi Rakerkesnas 2017 dalam Mendukung Pendekatan Keluarga

Gambar 21

Analisis Pemetaan Hasil Resolusi Rakerkesnas 2017 dalam

Mendukung Pendekatan Keluarga

3) Policy Brief Kepesertaan JKN Menuju Universal Health Coverage

Gambar 22

Policy Brief Kepesertaan JKN Menuju Universal Health Coverage

4) Analisis Kebijakan Keberpihakan Dana Desa Dalam Rangka Mendukung Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (GERMAS)

5) Revisi RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019

6) Analisis Pemanfaatan EBA (Executive Brain Assessment) Dalam Implementasi PP Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen PNS

Gambar 23 Analisis Pemanfaatan EBA (Executive Brain Assessment) Dalam Implementasi PP Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen PNS

7) Analisis Kebijakan Istithaah Kesehatan Jemaah Haji Dalam Rangka Revolusi Mental Pelayanan Kesehatan Haji 2017

Gambar 24 Dokumen Analisis Membangun Revolusi Mental Bidang Kesehatan

8) Analisis Strategis Determinan Kesehatan Pengembangan Taman Pengasuhan Anak Dalam Rangka Penyiapan Generasi Unggul

9) Analisis Strategis Determinan Kesehatan Penyiapan Generasi Unggul Melalui

Transformasi Usaha Kesehatan Kesehatan Sekolah/ Madrasah (UKS/M).

Selain 9 (sembilan) hasil analisis kebijakan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan juga menyusun analisis tambahan lain diantaranya Jejaring Peningkatan Kebijakan Pembangunan Kesehatan :

a. Analisis Kebijakan Pengelolaan Limbah Vaksin Dan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit (Patient Safety).

Gambar 25

Analisis Kebijakan Pengelolaan Limbah Vaksin Dan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Dalam Rangka Peningkatan Keselamatan Pasien Di Rumah

Sakit (Patient Safety)

b. Kurikulum Pelatihan Konseling Keterpaparan Pornografi Terhadap Anak Usia 12-18 Tahun dengan Pendekatan Keluarga Bagi SDM Kesehatan Dan Pendididikan Di Kabupaten/Kota.

c. Analisis Strategis Determinan Kesehatan Dukungan Pemenuhan Fasilitas Layanan Kesehatan Di Daerah Pariwisata Prioritas Dan Pengembangan Pariwisata Kesehatan.

Dalam rangka mendukung gerakan Revolusi Mental dibidang kesehatan, Pusat Analisis Determinan Kesehatan melakukan kegiatan antara lain:

1. Pembinaan Dan Pembekalan Revolusi Mental Bidang Kesehatan;

2. Penguatan Agen Perubahan (Agent Of Change) Kementerian Kesehatan.

Kondisi saat ini

Keberhasilan dalam rangka mencapai target yang ditetapkan antara lain didukung oleh :

1) Komitmen pimpinan dipusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan hasil analisis kebijakan pembangunan kesehatan sesuai rekomendasi yang tetapkan oleh pimpinan dan para pakar dibidang tugasmya.

2) Respon positif dari Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan kegiatan setiap tahun secara berkesinambungan.

3) Koordinasi lintas program dan lintas sektor terutama dengan organisasi profesi.

4) Kebijakan penetapan kegiatan dalam rencana kinerja maupun rencana anggaran.

• Permasalahan yang ditemukan Masih ditemukan dibeberapa daerah ketidaksinergian program Pemerintah Pusat dan Daerah dalam mendukung pencapaian program Nawacita Presiden, yaitu telah mengamanahkan membangun dari pinggir ke tengah serta meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.Berdasarkan data Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) dimana Indonesia berada diurutan ke 108, salah satu upaya untuk menanggulangi masalah ini maka Kementerian Kesehatan harus bersinergi dengan lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan IPM di Indonesia. Untuk itu kami di Satker Pusat Analis Determinan Kesehatan menyiapkan kajian analisis pembangun kesehatan dengan berwawasan ke Masyarakat dengan melibatkan stakeholder terkait. Permasalahan Kesehatan di Indonesia saat seperti;

1. Status kesehatan masyarakat miskin tetap rendah.

2. Beban ganda penyakit dengan pola penyakit yg diderita oleh penduduk yakni penyakitmenular dan penyakit tak menular maka Indonesia menghadapi beban ganda terhadap waktu yang bersamaan (double burden).

3. Kualitas,pemerataan dan keterjangkauan layanan kesehatan masih rendah.

4. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidakmerata.

5. Perilaku warga yang kurang mensupport pola hidup bersih dan sehat.

Usulan pemecahan masalah

Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam Pembangunan kesehatan yang paripurna pendekatan Program Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga dan Gerakan Masyarakat hidup sehat. Upaya yang dilakukan dengan meningkatan pengetahuan pendidikan kesehatan merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan sasaran dapat berperilaku sehat. Adapuan upaya yang perlu dilakukan dalam mengatasi permasalahan diatas dengan melakukan antara lain;

1. Peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular;

2. Peningkatan mutu dan kuantitas tenaga kesehatan terutama untuk layanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;

3. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat perilaku hidup bersih dan sehat.

B. Realisasi Anggaran Persentase realisasi anggaran

Pada tahun 2017, Pusat Analisis Determinan Kesehatan memperoleh alokasianggaran sebesar Rp. 12.168.738.000,-. Realisasinya adalah Rp. 11.621.128.159,-atau sebesar 95,66 %.

Persentase realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan

Pada tahun 2017, Pusat Analisis Determinan Kesehatan telah melaksanakan kegiatan-kegiatan terpadu yang melibatkan partisipasi aktif stake holder, yaitu antara lain dari: Lintas Program, Lintas Sektor, serta profesi terkait.

Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan tahun 2017 tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 45 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan

Alokasi anggaran

2017 sesuai DIPA

Anggaran Realisasi

[5831.001] Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berdasarkan Analisis Determinan

[Hasil Analisis] [5831.002] RS Vertikal yang melaksanakan Revolusi

1.636.373.000 1.501.137.963 Mental Bidang Kesehatan

[5831.951] Dukungan Layanan

2.400.071.000 2.333.338.450 Manajemen [Bulan

Layanan] [5831.994] LayananPerkantoran

1.528.942.000 1.502.123.806 [Bulan Layanan]

10. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji

Capaian kegiatan kesehatan jemaah haji dapat dijelaskan melalui gambaran capaian satu indikator yaitu Persentase Jemaah Haji yang Mendapatkan Pembinaan Istithaah (kemampuan) Kesehatan Haji. Cara perhitungan yaitu dari jumlah jemaah haji yang telah mendapat penilaian istithaah kesehatan haji paling lambat 1 (satu) bulan sebelum hari pertama jemaah tiba di embarkasi dibagi kuota jemaah haji tahun berjalan dikali 100% berdasarkan data siskohatkes.

Perbandingan target dan capaian tahun 2016 dan 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 46 Target dan Capaian IKK Persentase Jemaah Haji Yang Mendapatkan Pembinaan Istithaah Kesehatan Haji Tahun 2016 -2017

Target Capaian Target Capaian

1. Persentase Jemaah Haji yang

84,9% Mendapatkan Pembinaan Istithaah Kesehatan Haji

Adapun target Indikator kinerja Pusat Kesehatan Haji dari tahun 2015 s.d 2017 serta capaian hasil pemeriksaan kesehatan haji tahap II dan penilaian istithaah di masing-masing provinsi tahun 2017dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut:

Tabel 47 Target Indikator Kinerja Pusat Kesehatan Haji dan Realisasi

Tahun

Target

No Realisasi

Persentase jemaah haji yang mendapatkan pembinaan istithaah (kemampuan) kesehatan haji tahun 2017 sebanyak 70% terpenuhi tanggal 27 Juni 2017 dari total jemaah haji Indonesia 221.000 orang (204.000 jemaah regular dan 17.000 PIHK).

Capaian hasil pemeriksaan pertama jemaah haji per provinsi sebagaimana gambar berikut :

Gambar 26 Grafik Capaian Hasil Pemeriksaan Tahap Kedua Kesehatan Jemaah Haji Berdasarkan Tempat Pemeriksaan

Dari provinsi yang ada di seluruh Indonesia, terdapat 22 provinsi telah melebihi target nasional dengan capaian terbesar diperoleh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari hasil pemeriksaan, status istithaah kesehatan jemaah haji dapat dikelompokkan sebagai berikut

1. Memenuhi Syarat sebesar 70,60%

2. Memenuhi Syarat dengan pendampingan sebesar 29,02%

3. Tidak Memenuhi syarat sementara sebesar 0,30%

4. Tidak Memenuhi Syarat sebesar 0,08% Dengan total jemaah risiko tinggi sebanyak 128.666 (63,4%)

Hasil penetapan istithaah digunakan sebagai dasar/ acuan untuk pemberian intervensi kepada jemaah yang bersangkutan dengan tujuan membina/ mengobati kesehatannya agar kondisi kesehatan tetap bugar, baik dan bebas cedera.

Terdapat dua Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang telah ditetapkan dan diimplementasikan sejak tahun 2016, yaitu: Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji dan Permenkes Nomor 62 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Jemaah Haji. Telah disusun juga Juknis Pemeriksaan dan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji sebagai penjelasan dari Permenkes Nomor 15 Tahun 2016, serta Juknis Vaksin Meningitis Meningokokus.

Capaian kinerja dilaksanakan dengan :

1. Pelayanan Kesehatan Haji

a. Pembimbingan kesehatan jemaah haji;

b. Pengendalian faktor resiko kesehatan haji dengan sosialisasi Haji Sehat, penandaan risiko tinggi dengan gelang risti kepada jemaah risti, monitoring faktor risiko kesehatan haji di embarkasi dan debarkasi haji, pemantauan hygiene sanitasi asrama, dan seminar kesehatan haji;

c. Fasilitas pelayanan kesehatan haji;

d. Pendayagunaan sumber daya kesehatan haji.

2. Penyediaan PKHI selama operasional haji

Adapun hasil dari pembinaan jemaah haji yang telah dilaksanakan dapat terlihat dalam bentuk grafik pada gambar dibawah ini, bahwa kriteria yang memenuhi Syarat lebih banyak jika dibandingkan dengan Kriteria Tidak Memenuhi Syarat Sementara.

Gambar 27 Jemaah Haji berdasarkan kriteria Istithaah Kesehatan

Selain kriteria istithaah kesehatan jemaah haji, hasil dari kegiatan Pembinaan Terpadu Jemaah Haji Indonesia yang sudah dilaksanakan di 58 lokasi dengan jumlah jemaah haji sebanyak 10.105 jemaah haji (lampiran II), menghasilkan jumlah pemeriksaan kesehatan sebagaimana terlihat pada grafik gambar berikut:

Gambar 28 Pemeriksaan Kesehatan Pertama

Untuk kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji Berbasis Data Siskohatkes telah dilaksanakan bagi 20 provinsi di Indonesia dengan rata-rata peserta per provinsi sekitar 20 orang. Adapun Indikator Cakupan Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji yang diinput kedalam Siskohatkes tercapai sebesar 84,9% artinya berhasil mencapai diatas target tahun 2017 sebesar 70%.

Kendala selama pelaksanaan adalah:

1. Perubahan siskohatkes dari Gen 3 menjadi Siskohatkes SHARI untuk menyesuaikan dengan Permenkes nomor 15 tahun 2016.

2. Terlambatnya diperoleh estimasi data jemaah haji dari Kanwil Kementerian Agama, sehingga pemeriksaan kesehatan dan pembinaan jemaah haji belum bisa dilaksanakan.

3. Sebagian besar pengelola program Siskohatkes di kabupaten/kota merupakan petugas yang baru (mengalami rotasi pegawai) dan belum mendapat pelatihan input data dan pengelolaan data Siskohatkes.

Adapun upaya antisipasi yang dilaksanakan untuk mengatasi kendala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penyegaran pelatihan siskohatkes SHARI.

2. Menyiapkan data jemaah haji yang akan diberangkatkan, dan melakukan pendekatan dengan Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota harus selalu terjalin dengan baik, sehingga bila ada kendala mengenai data jemaah dapat langsung dikoordinasikan.

3. Untuk petugas Siskohatkes yang belum mendapat pelatihan Siskohatkes, maka dilakukan pelatihan bagi Petugas Siskohatkes kabupaten/kota di 34 provinsi tahun 2016. Pengelola program kesehatan haji provinsi harus juga melaksanakan sosialisasi ataupun menganggarkan pelatihan penggunaan aplikasi Siskohatkes kepada petugas yang belum mendapat pelatihan. Pusat Kesehatan Haji juga melakukan bimbingan teknis kepada petugas Siskohatkes di kabupaten/kota.

Berdasarkan capaian kegiatan-kegiatan pembinaan kesehatan haji, terlihat adanya perbedaan antara penetapan rencana kegiatan dengan hasil yang dicapai. Perbedaan tersebut terlihat pada jumlah peserta dan jumlah lokasi kegiatan. Dengan ditetapkannya Permenkes Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji tetap perlu dilakukan peningkatan upaya pembinaan kesehatan Jemaah haji walaupun untuk tahun 2017 sudah melampaui target yang tercantum dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 (Target 70%, Capaian 2017 sebesar 84,90%).

Untuk daerah/wilayah dengan cakupan pemeriksaan kesehatan Jemaah haji tahap II terendah diperlukan pembinaan berkelanjutan bagi pengelola program kesehatan haji di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

Selama tahun angaran 2017 telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Haji Sehat di 58 kabupaten/kota dengan jumlah jemaah sebanyak 10.105 orang. Dari sisi lokasi, kegiatan Sosialisasi Haji Sehat sudah mencapai target bahkan hampir

2 kali lipat (capaian sebesar 195%) tetapi dari sisi jumlah jemaah yang mengikuti kegiatan Sosialisasi Haji Sehat masih kurang dari yang sudah ditargetkan, yaitu sebesar 90%.

Pagu anggaran Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 sebesar Rp. 280.662.786.000,- dipergunakan untuk kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji, dimana 70% anggaran berada pada Pembiayaan Penyediaan PKHI Selama Operasional Haji. Pembiayaan tersebut diantaranya untuk biaya sekretariat rekrutmen PKHI, Pembekalan Terintegrasi PKHI, serta penugasan PKHI Arab Saudi. Sedangkan Pembiayaan sebesar 30% dari pagu anggaran dipergunakan untuk kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji, Dukungan Layanan Internal, dan Dukungan Layanan Perkantoran. Data realisasi keuangan tahun anggaran 2017 adalah sebesar Rp. 259.347.770.478,- atau 92,41% dari pagu anggaran, uraian Pagu anggaran Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 sebesar Rp. 280.662.786.000,- dipergunakan untuk kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji, dimana 70% anggaran berada pada Pembiayaan Penyediaan PKHI Selama Operasional Haji. Pembiayaan tersebut diantaranya untuk biaya sekretariat rekrutmen PKHI, Pembekalan Terintegrasi PKHI, serta penugasan PKHI Arab Saudi. Sedangkan Pembiayaan sebesar 30% dari pagu anggaran dipergunakan untuk kegiatan Pelayanan Kesehatan Haji, Dukungan Layanan Internal, dan Dukungan Layanan Perkantoran. Data realisasi keuangan tahun anggaran 2017 adalah sebesar Rp. 259.347.770.478,- atau 92,41% dari pagu anggaran, uraian

Tabel 48

Realisasi Anggaran Pusat Kesehatan Haji Tahun 2017

Sisa % 2041 Peningkatan Kesehatan Jemaah

2041.001 Pelayanan Kesehatan Haji

481.940.313 85,87% Kesehatan Jemaah Haji

052 Pengendalian Faktor

2.970.104.705 79,14% Risiko Kesehatan Haji

053 Fasilitas Pelayanan

11.182.049.130 83,40% Kesehatan Haji

054 Pendayagunaan Sumber Daya

40.699.300 86,87% Kesehatan Haji 055 Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan

2041.002 Penyediaan PKHI selama Operasional

5.782.437.649 96,95% Haji 051 Sekretariat Rekrutmen PKHI

526.552.914 95,99% Terintegrasi PKHI

053 Penugasan PKHI ke Arab Saudi

2041.951 Layanan Internal

051 Penyusunan Rencana Kerja dan Evaluasi

55.069.323 91,18% Kegiatan Peningkatan

Kesehatan Jemaah Haji 052 Pengelolaan Website

4.917.168 96,84% 053 Orientasi Penyelenggaraan Kesehatan Haji untuk

69.210.754 89,14% Pegawai Pusat Kesehatan Haji

054 Penyusunan Dokumen Kepegawaian dan

6.633.671 95,69% Capaian Kinerja

Pegawai Puskeshaji

002 Operasional dan Pemeliharaan Kantor

Serapan anggaran pada tahun 2017 meningkat jika dibandingkan pada tahun

2016 yang hanya sebesar Rp.216.143.631.886 atau 80,49%. Data realisasi keuangan tahun anggaran 2017 adalah sebesar Rp.257.787.325.442,- atau 91,85% dari pagu anggaran, uraian pagu dan realisasi komponen kegiatan disajikan dalam tabel berikut:

Realisasi Anggaran Tahun 2017

Laporan Realisasi Anggaran Saatuan Kerja Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2017 dan 2016 (Dalam Rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KEMENTERIAN KESEHATAN

ESELON I

SERETARIAT JENDERAL

WILAYAH/PROPINSI

INSTANSI PUSAT

SATUAN KERJA

PUSAT KESEHATAN HAJI

JENIS KEWENANGAN

: KP

KANTOR PUSAT

REALISASI DI ATAS

REALISASI DI ATAS

REALISASI (BAWAH) % REAL

ANGGARAN

ANGG.

ANGGARAN ANGG. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH A.I.1 PENERIMAAN NEGARA

0 331.208.000 331.208.000 0,00 A.I.1.a

0 0 0 0,00 A.I.1.b

Penerimaan Perpajakan

0 331.208.000 331.208.000 0,00 A.I.2 HIBAH

Penerimaan Negara Bukan Pajak

0 0 0 0,00 JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH

0 331.208.000 331.208.000 0,00 B BELANJA NEGARA B.I.1 Rupiah Murni

216.143.631.886 (52.403.926.114) 80,49% B.I.1.a

Belanja Pegawai 0 0 0 0 0 0 0 0 B.I.1.b

207.534.760.607 (33.258.415.393) 86,19% B.I.1.c

Belanja Barang

(52.403.926.114) 80,49% Dari hal-hal diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

8.608.871.279 (19.145.510.721) 31,02% JUMLAH BELANJA

Belanja Modal

1. Kinerja Pusat Kesehatan Haji tahun 2017 telah mencapai indikator yang tertuang dalam Renstra yaitu sebesar 84,9% dimana capaian tersebut melebihi target yang telah ditetapkan sebesar 70%.

2. Penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2017 terdapat penambahan jumlah kuota haji 168.800 menjadi 221.000, hal ini berpengaruh terhadap penambahan jumlah petugas kesehatan haji TKHI, dan mengurangi jumlah petugas PPIH.

3. Implementasi Istithaah berdasarkan Permenkes nomor 15 tahun 2016 harus terlaksana secara optimal, sehingga kita mempunyai tanggung jawab untuk selalu meningkatkan pemahaman jemaah terhadap syarat istithaah kesehatan dalam menjalankan ibadah haji.

11. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri

Capaian kegiatan peningkatan kerja sama luar negeri dapat dijelaskan melalui gambaran capaian Indikator Jumlah Kesepakatan Kerja Sama Luar Negeri di Bidang Kesehatan. Capaian diperoleh dari jumlah dokumen kesepakatan internasional yang telah ditandatangani termasuk kesepakatan dalam persidangan internasional yang bersifat kepemerintahan dan telah diimplementasikan oleh Kementerian Kesehatan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis pembangunan kesehatan yang diukur dengan pelaporan monitoring dan evaluasi secara berkala dan komprehensif dalam satu tahun.

Perbandingan Target dan Capaian IKK Jumlah Kesepakatan Kerja Sama Luar Negeri di Bidang Kesehatan tahun 2016-2019 disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 49 Target dan Capaian

Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2016-2017

No Indikator

Target Target

1 Jumlah 9 9 8 8 7 8 kesepakata

Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen n kerja sama luar negeri di bidang kesehatan

Dokumen

Berdasarkan tabel tersebut di atas, pada tahun 2017 telah dihasilkan 8 dokumen kesepakatan kerja sama luar negeri bidang kesehatan. Adapun rincian 8 dokumen tersebut disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 50

Capaian Kinerja Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2017

No. Nama Output

1. MoU Kesehatan RI – kerja sama luar

1 Kesepakatan

Denmark (April 2017) negeri bilateral

2. MoU Kesehatan RI – bidang kesehatan

Qatar (Oktober 2017) (Dokumen

3. MoU Kesehatan RI – kesepakatan)

RRT (Desember 2017) 2 Kesepakatan

1. Joint Statement of the kerja sama luar

7th High Level Meeting negeri regional

on Health & the bidang kesehatan

Economy APEC 2017 (Dokumen

(Agustus 2017) kesepakatan)

2. ASEAN Leader Declaration of the 13 th ASEAN Health Ministers Meeting (September 2017)

3 Kesepakatan

1. Resolusi World Health kerja sama luar

Assembly of the World negeri multilateral

Health Organization ke- bidang kesehatan

70 (Mei 2017) (Dokumen

2. Eat Asia-Pasific 2017 kesepakatan)

Post Event Report (Oktober 2017)

3. Jeddah Declaration & Resolutions of the 6 th Session of the Islamic Conference of Health Ministers (Desember 2017)

Total

Kesepakatan kerja sama luar negeri bilateral bidang kesehatan:

(1) Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI - Denmark

Menteri Kesehatan (Menkes) RI menegaskan bahwa MoU diharapkan akan mendorong peningkatan kerja sama kedua negara yang lebih konkrit untuk mendukung upaya pembangunan kesehatan di masing-masing negara. MoU Kerja Sama Kesehatan RI-Denmark yang untuk pertama kalinya disusun, mencakup kerja sama di bidang (a) promosi kesehatan, (b) kesehatan masyarakat, (c) peningkatan kapasitas, alih pengetahuan, (d) pertukaran informasi dalam kerangka pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), (e) pengembangan e-health, termasuk alih pengetahuan, termasuk berbagi pengetahuan terkait sistem DRG Denmark, serta (f) penelitan dan pengembangan kesehatan.

Sebagai tindak lanjut penandatanganan MoU, Kemenkes RI dan Denmark telah melakukan 2 kegiatan :

a. Penyelenggaraan World Diabetes Day Symposium pada tanggal 29 November 2017 di Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta

b. Draft Joint Action Plan (2018-2020)

(2) Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI - Qatar

MoU di Bidang Kerja Sama Kesehatan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Negara Qatar telah ditandatangani oleh Menteri Kesehatan RI dan Menteri Luar Negeri Negara Qatar pada tanggal 18 Oktober 2017 di Istana Bogor dalam rangkaian Kunjungan Kenegaraan Emir Qatar, H.H Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani ke Indonesia. Dalam MoU tersebut, kedua negara bersepakat untuk mendorong kerja sama di bidang kesehatan, terutama dalam bidang-bidang sistem pelayanan kesehatan, obat-obatan, hukum kedokteran, rekrutmen tenaga kerja dan Profesional Kesehatan Indonesia yang telah memenuhi kriteria perekrutan Kementerian Kesehatan Masyarakat Qatar, pencegahan dan pengendalian penyakit, bidang kerjasama lainnya yang disepakati secara tertulis oleh para pihak.

(3) Memorandum of Understanding (MoU) Kesehatan RI - RRT

MoU Kesehatan RI-RRT ditandatangani oleh Menteri Kesehatan Nasional dan Keluarga Berencana RRT, Li Bin, pada tanggal 28 November 2017 di Solo, dan dilanjutkan penandatanganan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Nila F. Moeloek, tanggal 4 Desember 2017 di Jakarta.

Dengan ditandatanganinya MoU Kesehatan tersebut, maka RI dan RRT memiliki program kerja sama pada bidang (1) Pencegahan dan pengendalian penyakit; (2) Pelayanan kesehatan primer dan Jaminan Kesehatan Semesta; (3) Pengembangan sumber daya manusia; (4) Promosi kesehatan dan gaya hidup sehat; (5) Kesehatan Ibu dan Anak.

B. Kesepakatan kerja sama luar negeri regional bidang kesehatan

1. Joint Statement of the 7 th APEC High Level Meeting (HLM7) on Health & the Economy

Pertemuan HLM7 adalah pertemuan tingkat Menteri dalam kerangka kerja sama APEC yang diselenggarakan atas kerja sama HWG dan LSIF, utamanya untuk membahas isu-isu penting terkait hubungan antara Kesehatan dan Ekonomi yang menjadi prioritas di kawasan Asia Pasifik. Pertemuan ini juga dihadiri oleh para pakar kesehatan, pakar ekonomi, pejabat perdagangan, akademisi dan para pemuka bisnis, serta perwakilan dari organisasi regional dan internasional.

HLM7 dihadiri oleh Menteri atau pejabat tinggi yang mewakili Menteri dari Jepang, Malaysia, Papua New Guinea, Filipina, Thailand, Chinese Taipei, Amerika Serikat, Peru, dan Singapura. Turut hadir perwakilan dari organisasi internasional, universitas dan industri, antara lain: WHO, World Bank, UNAIDS, UNDP, JHPIEGO, Victoria University Australia, James Cook University Australia, Murdoch University Australia, University of British Columbia Canada, China National Health Development Research Center, QuintilesIMS, Viet Nam Health Strategy and Policy Institute, Asia Pacific Economist Intelligence Unit, MSD Asia- Pacific, Asia Pacific Leaders’ Malaria Alliance, Institute of Health Metrics and Evaluation, Pharmaceutical Research and Manufacturers of America, Micro Insurance Centre LLC, Sanofi, Samsung Life Insurance Co., GlaxoSmithKline, Merck KgaA, Janssen Asia Pacific, Operation Smile Inc., Stop TB Partnership, dan US Pharmacopeia.

Beberapa key messages sebagai rekomendasi bagi APEC economies: • Menurut WHO, untuk memandu reformasi pembiayaan kesehatan setidaknya terdapat tiga prinsip yaitu: 1) bergerak menuju ketergantungan utama pada sumber pendanaan wajib/publik; 2) mengurangi fragmentasi untuk meningkatkan kapasitas redistribusi dan mengurangi duplikasi administratif (mencakup populasi dengan risiko kesehatan yang beragam, dan melibatkan cakupan wajib/otomatis); 3) Menuju pembelian strategis untuk menyelaraskan pendanaan dan insentif dengan layanan yang dijanjikan,

akuntabilitas, dan mempertahankan kemajuan. • Tidak ada negara yang sampai ke UHC dengan hanya mengandalkan asuransi kesehatan sukarela (VHI). Teori ekonomi dan pengalaman negara menunjukkan bahwa dimana cakupan bersifat sukarela, cakupannya rendah dan pasar asuransi kesehatan mengalami adverse selection; masalahnya adalah partisipasi wajib/otomatis vs sukarela, bukan tentang kepemilikan perusahaan asuransi pemerintah vs swasta.

• Kesehatan adalah investasi dengan imbal hasil yang substansial bagi individu, masyarakat, dan ekonomi. Mengambil pendekatan yang lebih terbatas berisiko mengurangi kesehatan dan preferensi masyarakat.

• Memperkirakan pengembalian investasi di bidang kesehatan akan membantu menetapkan pengeluaran untuk program kesehatan, membantu Kementerian Keuangan memahami hasil pengeluaran kesehatan dan bukan sekadar memusatkan pada biaya, dan memungkinkan Kementerian Keuangan untuk memberi peringkat pengeluaran sosial.

• Diperlukan diskusi yang lebih mendalam antara Menteri Kesehatan dengan Menteri Keuangan untuk membahas reformasi sistem pembiayaan kesehatan dalam upaya mencapai UHC. Pertemuan menyepakati bahwa HLM7 merekomendasikan APEC Leaders and Ministers statements:

1) Welcome the outcomes and recommendations of the 7th High-Level Meeting on Health and the Economy and commend the efforts of APEC economies towards the goal of universal health coverage

(UHC), in line with the Healthy Asia-Pacific 2020 initiative (HAP2020) and the 2030 Sustainable Development Goals (SDGs)

2) Advancing the health-related SDGs by strengthening our health systems towards the goal of UHC, to provide the entire population with access to quality, equitable and sustainable primary health care. We commit to strengthening the resilience and responsiveness of our health system to the needs of the people in our region. Best practices of health care financing reform that support progress towards UHC should be shared among APEC members, including prioritizing health in public financing process and mobilizing resource for health through innovative financing mechanisms as well as policies in use for improving health system efficiency,

3) Strengthening the prevention and control of non-communicable diseases (NCDs) and promoting healthy ageing. This includes adopting a holistic and multi-sectoral approach that emphasizes health promotion, prevention, early screening and diagnosis and integrated care for NCDs through primary health care system. At the same time, focusing on women’s health, adolescent health and youth well being,

4) Improving preparedness, surveillance, and response systems for public health emergencies, including infectious disease threats and natural disasters, and to mitigate the impact of these threats on our people and economies and to safeguard global health security across borders and continents. Tackling antimicrobial resistance (AMR) through better surveillance of AMR, multi-sectoral solution for AMR, scaling-up efforts to end AIDS, TB and Malaria by 2030 and paying adequate attention to dengue control in the region

2. ASEAN Leader Declaration of the 13th ASEAN Health Ministers Meeting

Para Menteri Kesehatan telah menyepakati 3 rancangan ASEAN Leader Declaration (ALD) yang diajukan untuk dapat disahkan pada KTT ASEAN bulan November 2017 di Filipina, yaitu : (1) ALD on Ending All Forms of Malnutrition; (2) ALD on Combating Anti-Microbial Resistance; dan (3) ALD on Disaster Health Management.

Para Menteri Kesehatan menilai pentingnya komitmen para pemimpin ASEAN dalam menyikapi perkembangan ketiga isu tersebut di kawasan melalui komitmen kerja sama yang lebih erat, termasuk rencana aksi berkelanjutan.

Pertemuan Menkes ASEAN yang membahas tema “Together towards

a healthy ASEAN ” mengapresiasi program “Indonesia Sehat” dengan 3 pilar : (1) paradigma sehat, (2) penguatan sistem kesehatan, dan (3) jaminan kesehatan nasional. Hal tersebut menjadi pilar kerangka kerja sama ASEAN menuju ASEAN Sehat 2025.

Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), termasuk car free day dan senam peregangan di waktu kerja akan dicontoh oleh negara- negara anggota ASEAN.

Kesepakatan kerja sama luar negeri multilateral bidang kesehatan:

(1) Resolusi World Health Assembly of the World Health Organization ke-70

Pada 22-31 Mei 2017 diselenggarakan pertemuan sesi ke-70 World Health Assembly (WHA) di Jenewa. Delri pada pertemuan tersebut dipimpin oleh Menteri Kesehatan RI, beranggotakan para pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kemlu, Badan Pengawas Obat dan Makanan, PTRI Jenewa, dan PT. Biofarma. Dalam Sidang WHA ke-70 ini, Indonesia telah menjadi lead mewakili Pada 22-31 Mei 2017 diselenggarakan pertemuan sesi ke-70 World Health Assembly (WHA) di Jenewa. Delri pada pertemuan tersebut dipimpin oleh Menteri Kesehatan RI, beranggotakan para pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kemlu, Badan Pengawas Obat dan Makanan, PTRI Jenewa, dan PT. Biofarma. Dalam Sidang WHA ke-70 ini, Indonesia telah menjadi lead mewakili

event, diantaranya: GHSA, MIKTA, ASEAN role on NCDs, persiapan Global Ministerial Conference TB Moscow, dan Launching EAT Asia Pacific Forum. Sidang WHA ke-70 telah membahas 60 mata agenda pembahasan (items dan sub-items), dan menghasilkan 16 resolusi dan 24 keputusan yang disepakati oleh negara anggota. Beberapa resolusi dan keputusan yang perlu menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, yaitu:

a. Penyusunan Global 5 Year Strategic Plan to Improve Public Health Preparedness and Response 2018-2022.

b. Penyusunan kajian mengenai pengalaman dan best practices negara dalam pemberian layanan kesehatan kepada pengungsi dan migran.

c. Kenaikan kontribusi wajib (assessed contribution/AC) sejumlah 3% untuk proposed programme budget 2018-2019, untuk membiayai program baru WHO yaitu WHO Health Emergency Programme (WHE).

Selain memfasilitasi penyusunan kertas posisi Delri, Biro Kerja Sama Luar Negeri juga telah menyusun statement Menteri Kesehatan dan Delri sebagai berikut:

a. Pernyataan Menteri Kesehatan dalam sesi debat umum dengan tema “Advancing the 2030 Agenda for Sustainable Development: Building Better Systems for Health”

b. Welcoming remarks Menteri Kesehatan dalam side event “the ASEAN Panel Discussion on the Role of Regional Cooperation in the Regulatory Reforms for Non- Communicable Diseases”

c. Pernyataan Menteri Kesehatan dalam peluncuran EAT APFF 2017

d. Pernyataan Menteri Kesehatan dalam Side Event “Leaving No-one Behind: Equity, Gender, an d Human Rights Policy to Practice”

e. Pernyataan Menteri Kesehatan dalam side event FPGH: Addressing the Health of Vulnerable Populations for an Inclusive Society

f. Pernyataan Menteri Kesehatan dalam pertemuan the Tenth Meeting of the Non-Aligned Movement of the Ministers of Health

g. Sambutan Menteri Kesehatan dalam side event “MIKTA: Stronger National health Systems Underpinning Stronger Health Security”

h. Pointers Menteri Kesehatan dalam pertemuan “Breakfast FPGH” Dalam kaitan ini, Biro Kerja Sama Luar Negeri juga telah menginisiasi dan memfasilitasi pertemuan bilateral Menkes RI dengan Menteri Kesehatan negara-negara sahabat, yaitu: Swiss, Arab Saudi, Timor Leste, Denmark, Kuba, dan Qatar. Dalam serangkaian pertemuan bilateral tersebut telah ditandatangani beberapa perjanjian kerja sama kesehatan dengan Timor Leste, Denmark, dan Kuba.

(2) Eat Asia-Pasific 2017 Post Event Report

Eat Asia-Pasific 2017 Food Forum atau Forum Pangan Asia-Pasifik untuk pertamakalinya diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30-31 Oktober 2017. Forum yang dihadiri lebih dari 60 pembicara dari dalam dan luar negeri dan dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.

Forum telah berhasil mengidentifikasi tantangan besar dalam penyediaan pangan sehat, aman dan berkelanjutan untuk 9 miliar penduduk bumi pada tahun 2050. Dalam hal ini, kawasan Asia-Pasifik sebagai wilayah terpadat di dunia, memiliki peran penting dalam menanggulangi berbagai masalah terkait pangan dan melakukan upaya transformasi sistem pangan yang tertuang dalam Eat Asia-Pasific 2017 Post Event Report. Melalui Forum Pangan Asia-Pasifik ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi pelopor untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dalam pertukaran gagasan dan upaya guna melakukan transformasi sistem pangan di kawasan. Diharapkan agar pada Forum berikutnya dalam 2 tahun mendatang dapat menunjukkan kemajuan yang telah dicapai setelah pelaksanaan Forum tahun ini di Indoensia.

(3) Jeddah Declaration & Resolutions of the 6 th Session of the Islamic Conference of Health Ministers

Pada tanggal 6-7 Desember 2017 telah diselenggarakan Islamic Conference of Health Ministers (ICHM) OKI ke-6 di Jeddah, Arab Saudi. Konferensi dihadiri oleh para Menkes dari 57 negara anggota OKI. Delegasi RI dipimpin oleh Menkes RI dengan anggota Delegasi terdiri dari wakil Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri, Bio Farma, KBRI Riyadh, dan KJRI Jeddah. Menkes RI pada Sesi penyampaian Statement oleh para Ketua Delegasi pada tanggal 6 Desember 2017 menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

a. Indonesia mendorong agar Negara-negar OKI lebih memperkuat kerja sama kesehatan, khususnya implementasi SHPA 2014-2023 dan SDGs 2030;

b. Menyampaikan capaian Pembangunan Indonesia Sehat yang sejalan dengan SHPA dan SDGs melalui 3 pilar mencakup antara lain program Gerakan Masyarakat Sehat (Germas), penguatan puskesmas dan sistem rujukan, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Nusantara Sehat, dan Wajib Kerja Dokter Spesialis;

c. Kesiapan Indonesia untuk berbagi pengalaman terbaik dengan Negara-negara OKI lainnya, termasuk Istithaah Kesehatan Haji dan Joint External Evaluation IHR (2005);

d. Menyampaikan peran aktif Indonesia sebagai Ketua Tematik untuk Kerja Sama Kesehatan Ibu, Anak, dan Gizi selama tahun 2013-2015 dan 2015-2017;

e. Menegaskan kesiapan Indonesia untuk menjadi Centre of Excellence on Vaccines and Biotechnology Products OKI;

f. Menyampaikan kesiapan menjadi Co-Lead Tematik Vaksin, Obat, dan Alat Kesehatan.

Konferensi mengadopsi Jeddah Declaration yang antara lain mendorong implementasi SHPA 2014-2023 dan kerja sama multisektoral untuk mencapai standar kesehatan yang tinggi melalui pendekatan Health in All Policies. Konferensi juga telah mengesahkan 5 Resolusi sebagai berikut:

a. Resolution No. 1/6-ICHM: On the OIC Strategic Health Programme of Action 2014-2023 and Strengthening Health Cooperation;

b. Resolution No. 2/6-ICHM: On Healthy Life Style, Prevention and Control of Communicable and Non-Communicable Diseases and Health Emergencies and Disasters; b. Resolution No. 2/6-ICHM: On Healthy Life Style, Prevention and Control of Communicable and Non-Communicable Diseases and Health Emergencies and Disasters;

d. Resolution No. 4/6-ICHM: Self-Reliance in Supply and Production of Medicines, Vaccines and Medical Technologies;

e. Resolution No. 5/6-ICHM: On Health Conditions in the Occupied Palestinian Territory, Including East Jerusalem and in the Occupied Syrian Golan;

f. Sesuai dengan sasaran strategis Biro Kerja Sama Luar Negeri yaitu meningkatnya peran dan posisi Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan, maka substansi 8 dokumen kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan tersebut diatas, diarahkan untuk mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yaitu meningkatnya daya guna kemitraan dalam dan luar negeri, dengan tetap memperhatikan kebijakan pemerintah pusat terkait politik luar negeri.

Terpenuhinya target jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan pada tahun 2016, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :

a. Keberhasilan

Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pertemuan internasional.

Indonesia

atau

b. Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti perkembangan isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.

c. Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup. Sejumlah tantangan masih perlu menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Tantangan tersebut adalah:

1) Dinamika internasional berlangsung dengan sangat cepat, khususnya perkembangan isu-isu politik dan ekonomi. Kesehatan merupakan isu yang tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh perkembangan isu-isu lainnya di dunia internasional.

2) Sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi untuk berkontribusi di forum internasional masih terbatas. Ini akan berpengaruh pada mutu kesepakatan internasional yang dihasilkan.

3) Masih belum optimalnya koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait kerja sama internasional di bidang kesehatan.

4) Pada saat proses penyusunan kertas posisi, khususnya terkait pengumpulan bahan-bahan kertas posisi dimaksud masih sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan Biro Kerja Sama Luar Negeri memiliki akses yang terbatas terhadap data dan informasi terkini yang hanya dapat diperoleh dari unit teknis terkait.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan kementerian atau lembaga terkait, terutama Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui peta politik dan ekonomi di dunia internasional.

2) Memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kompetensinya, termasuk melalui pemberian kesempatan mengikuti kegiatan internasional.

3) Terus meningkatkan koordinasi, baik di internal Kementerian Kesehatan maupun di lingkup nasional. Dari segi anggaran, Kementerian Kesehatan dalam kerja sama internasional telah melakukan efisiensi tanpa mengurangi capaian kinerja, diantaranya dengan cara :

1) Disela-sela menghadiri pertemuan internasional, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pertemuan Side-Event Bilateral dengan negara-negara sahabat, untuk membicarakan kemungkinan kerja sama yang bisa dijalin antara Indonesia dan negara sahabat. Hal ini dapat menghemat anggaran, karena tidak perlu menyelenggarakan pertemuan bilateral tersendiri yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.

2) Mengurangi jumlah delegasi pada pertemuan internasional, dengan menyusun delegasi pada setiap pertemuan internasional yang hanya mengikutsertakan unit kerja yang terkait.

A. Analisa Keberhasilan

Pencapaian kinerja tersebut di atas, terkait langsung dengan sumber daya yang tersedia di Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya pembiayaan pelaksanaan kegiatan.

Seperti diuraikan sebelumnya, dibalik terpenuhinya target jumlah kesepakatan kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan pada tahun 2017, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :

d. Keberhasilan Indonesia atau Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pertemuan internasional.

e. Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti perkembangan isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.

f. Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup.

Meskipun hasilnya cukup baik, sejumlah tantangan/permasalahan masih perlu menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Tantangan tersebut adalah :

5) Dinamika internasional berlangsung dengan sangat cepat, khususnya perkembangan isu-isu politik dan ekonomi. Kesehatan merupakan isu yang tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh perkembangan isu-isu lainnya di dunia internasional.

6) Sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi untuk berkontribusi di forum internasional masih terbatas. Ini akan berpengaruh pada mutu kesepakatan internasional yang dihasilkan.

7) Masih belum optimalnya koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait kerja sama internasional di bidang kesehatan.

8) Pada saat proses penyusunan kertas posisi, khususnya terkait pengumpulan bahan-bahan kertas posisi dimaksud masih sulit didapatkan. Hal ini dikarenakan Biro Kerja Sama Luar Negeri memiliki akses yang terbatas terhadap data dan informasi terkini yang hanya dapat diperoleh dari unit teknis terkait.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Kesehatan telah melakukan hal-hal sebagai berikut :

4) Melakukan komunikasi dan koordinasi intensif dengan kementerian atau lembaga terkait, terutama Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui peta politik dan ekonomi di dunia internasional.

5) Memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia di Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kompetensinya, termasuk melalui pemberian kesempatan mengikuti kegiatan internasional.

6) Terus meningkatkan koordinasi, baik di internal Kementerian Kesehatan maupun di lingkup nasional.

B. Analisa Efisiensi Penggunaan Sumber Daya : Anggaran dan Sumber Daya Manusia

Dari segi anggaran dan sumber daya manuasi, Kementerian Kesehatan dalam kerja sama internasional telah melakukan efisiensi tanpa mengurangi capaian kinerja, diantaranya dengan cara :

3) Disela-sela menghadiri pertemuan internasional, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan pertemuan Side-Event Bilateral dengan negara-negara sahabat, untuk membicarakan kemungkinan kerja sama yang bisa dijalin antara Indonesia dan negara sahabat. Hal ini dapat menghemat anggaran, karena tidak perlu menyelenggarakan pertemuan bilateral tersendiri yang membutuhkan anggaran tidak sedikit.

4) Mengurangi jumlah delegasi pada pertemuan internasional, dengan menyusun delegasi pada setiap pertemuan internasional yang hanya mengikutsertakan unit kerja yang terkait.

12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia

Capaian kegiatan pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia dapat dijelaskan melalui gambaran capaian dua indikator sebagai berikut:

1) Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin Dokter dan Dokter Gigi yang terselesaikan

Capaian indikator diperoleh dari jumlah pengaduan dari masyarakat tentang adanya pelanggaran disiplin dokter/dokter gigi dalam satu tahun yang terselesaikan.

Target indikator di tahun 2017 adalah sebanyak 39 kasus dan telah terselesaikan sebanyak 65 kasus atau sebesar 166,67%.

Tabel 51 Grafik Capaian indikator Penanganan Kasus Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi yang Terselesaikan Tahun 2017

Tahun 2017 Sasaran

Meningkatnya pelayanan registrasi dan

Jumlah penanganan kasus

penyelenggaraan

39 65 166.67 standarisasi pendidikan

pelanggaran disiplin dokter

dan dokter gigi

profesi, pembinaan

Jumlah Surat Tanda

serta penanganan kasus

Registrasi (STR) dokter

pelanggaran disiplin

dan dokter gigi yang

dokter dan dokter gigi

teregristrasi dan

terselesaikan tepat waktu

Analisa keberhasilan pencapaian target indikator penanganan disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan adalah sebagai berikut :

(1) Analisa Manajemen (1) Analisa Manajemen

b. Kegiatan sidang dilakukan secara paralel.

c. Seluruh sidang dilaksanakan dengan kuorum sepenuhnya.

d. Komunikasi dan hubungan antar personal anggota MKDKI, petugas khusus dan saksi ahli berjalan dengan baik dan lancar.

e. Perkonsil nomor 32 tahun 2015 sudah diimplementasikan sepenuhnya dalam rangka tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab dari Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD) dan MKDKI secara organisasi.

f. Evaluasi bulanan dan rencana tindak lanjutnya dilakukan setiap hari jumat akhir bulan. (2) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya antara lain yaitu:

a. Sidang dilakukan secara parallel;

b. Fleksibilitas SDM anggota Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD) dalam memenuhi kuorum sidang; (3) Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian target kinerja yaitu:

a. Pembekalan dan optimalisasi anggota MKDKI diawal penugasan.

b. Kerjasama antar anggota MPD dan petugas Khusus.

c. Penjadwalan kegiatan yang konsisten.

d. Evaluasi bulanan dilaksanakan konsisten.

e. Identifikasi masalah dan alternatif solusi dilakukan setiap bulan.

f. Kerjasama dari saksi ahli berdasarkan hubungan yang baik dengan OP, Penegak hukum, dan sektor terkait.

2) Jumlah Surat tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu

Capaian indikator dihitung berdasarkan jumlah STR yang diterbitkan untuk dokter dan dokter gigi lulusan baru, ditambah registrasi ulang, WNI lulusan luar negeri, WNA lulusan dalam negeri serta dokter dan dokter gigi lulusan dalam negeri yang ingin bekerja ataupun belajar di luar negeri.

Target pada tahun 2017 sebanyak 35.000 STR dan capaiannya adalah 52.780 STR atau (150,80%). Capaian lebih besar dibandingkan pada tahun 2016.

Untuk capaian target selama tahun 2016-2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 52 Capaian lndikator Kinerja KKI Tahun 2016-2017

Tahun 2017 Sasaran

Tahun 2016

Indikator

Target Capaian

Target Capaian %

pembinaan serta

disiplin dr & drg disiplin dr & drg

2. Jumlah Surat

100,02 35.000 52.780 150,80 displin dokter &

(STR) dokter

dokter gigi

dan dokter gigi

Analisis Pencapaian Kinerja

Pada tahun 2017 Konsil Kedokteran Indonesia menargetkan 35.000 layanan Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang diterbitkan dengan capaian sebesar 52.780 STR dokter dan dokter gigi atau sebesar 150,80%. Analisa keberhasilan pencapaian target indikator Layanan Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang diterbitkan adalah sebagai berikut:

Analisa penyebab keberhasilan pencapaian target Jumlah STR dokter dan dokter gigi:

1) Analisa Manajemen

1. Meningkatnya kesadaran dokter dan dokter gigi terhadap pentingnya registrasi.

2. Penyempurnaan sistem registrasi online.

3. Responsif melalui Sistem Komunikasi Cepat (SMS gateway).

4. Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penjagaan mutu pendidikan profesi dan pembinaan praktik kedokteran.

5. Reviu regulasi tentang registrasi agar sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

6. Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan, registrasi dan pembinaan.

7. Menjaga mutu pelayanan registrasi untuk mempertahankan ISO 9001:2008.

2) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan interoperabilitas data Registrasi dengan Organisasi Profesi.

2. Pemutakhiran dan pengembangan Sistem Informasi Registrasi dan Website KKI.

3. Pelayanan satu pintu (mencakup semua kegiatan divisi).

4. Keterpaduan pelaksanaan program KKI dan MKDKI.

3) Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian target kinerja yaitu:

1. Peningkatan kapasitas SDM.

2. Mempertahankan mutu SOP.

3. Pemutakhiran dan pengembangan sistem interoperabilitas registrasi online yang terintegrasi dengan sistem ijazah dan sertifikat kompetensi.

4. Harmonisasi dalam penyusunan regulasi antara KKI dengan pemangku kepentingan.

5. Penyampaian produk KKI kepada masyarakat dan para stakeholder melalui pertemuan koordinasi, website, Buletin KKI, dan media lainnya.

C. Sumber Daya

1. Sumber Daya Manusia

Pelaksanaan kegiatan dan program KKI 2017 tidak terlepas dari upaya- upaya seluruh personel di KKI. Terdapat 3 (tiga) unsur dalam organisasi KKI yaitu anggota Konsil Kedokteran Indonesia, anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, dan staf Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia

2. Sumber Daya Anggaran

a. Alokasi dana

Untuk mencapai sasaran dan target indikator tersebut didukung oleh anggaran yang tersedia dalam DIPA tahun 2017 yang telah direvisi. Ada dua sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan Sekretariat KKI Tahun 2017, yaitu sebagai berikut :

Tabel 53 Sumber Daya Anggaran

NO

SUMBER DANA

JUMLAH PAGU

1 Rupiah Murni

Perbandingan Pencapaian Target Kinerja dengan Serapan/penggunaan anggaran

Dari total dana di atas, kemudian dialokasikan ke dalam program dan kegiatan yang ditetapkan di 2017. Ada 4(empat) pokok kegiatan yang ditetapkan di 2017. Berikut alokasi pagu kegiatan dan perbandingan pencapaian target kinerja di tahun 2017 beserta serapannya

Tabel 54

Perbandingan pencapaian target kinerja di tahun 2017 beserta serapannya

Anggaran 2017 NO

Kasus Pelanggaran Disiplin Dokter

dan Dokter

1.464.703.558 98.96 Gigi yang

Kasus

diselesaikan diselesaikan

9.393.793.054 92.09 dan terselesaika n tepat waktu

Layanan Dokum

Dari Tabel di atas, terlihat untuk program penanganan kasus sebagaimana disampaikan mampu menyelesaikan 65 Kasus dari 39 target penanganan kasus dengan serapan dana sebesar Rp. 1.464.703.558 (98.96). Untuk layanan STR, ditetapkan target STR sebesar sebanyak 35.000 STR dengan realisasinya mencapai 52.780 STR dengan serapan dana sebesar Rp. 9.393.793.054 (92.09%)

Untuk beberapa program lainnya cukup efektif dalam hal pencapaian hasil kinerja walaupun terdapat beberapa output kegiatan yang penyerapan anggarannya rendah. Seperti program

Dukungan Manajemen bisa mencapai 100% dari target dengan anggaran yang digunakan 88.94% dari Pagu, hal ini disebabkan banyaknya kegiatan pertemuan diluar kantor yang dirubah menjadi kegiatan yang dilaksanakan didalam kantor. Namun demikian kualitas dari pencapaian kinerja juga perlu dilakukan evaluasi di tahun-tahun berikutnya apakah dapat bermanfaat dan tepat sasaran. Selain itu realisasi anggaran output kegiatan layanan perkantoran behasil mencapai 98.82%. Selain hal diatas, permasalahan pada penerimaan PNBP yaitu adanya pendapatan diterima dimuka pertanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp. 2.807.089.145,- yang merupakan pendapatan yang sudah diterima pembayarannya namun barang/jasa belum diserahkan dan belum diketahui penyetornya telah dilakukan penyelesaian sebanyak 2.803.050.000 atau telah meyelesaikan sebanyak 9.382 nama dari 9.479 nama dokter/dokter gigi yang telah melakukan pembayaran di 2016 dan STR yang telah diselesaikan di 2017.

3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Aset Barang Milik Negara yang menjadi Aset Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia berdasarkan Neraca per 31 Desember 2016 sebagai berikut :

Tabel 55

Barang Milik Negara yang menjadi Aset Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia AKUN NERACA

Barang Konsumsi

Bahan untuk Pemeliharaan

Barang Persediaan Lainnya untuk dijual/diserahkan ke masyarakat

Bahan Baku

Peralatan dan Mesin

Gedung dan Bangunan

Aset Tetap Lainnya

Konstruksi Dalam Pengerjaan

Akumulasi Penyusutan Peralatan

dan Mesin

Akumulasi Penyusutan Gedung

dan Bangunan

13. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Ada 5 (lima) indikator dalam kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang masuk dalam harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, dirinci pada tabel berikut:

Tabel 56 Pencapaian Target Perjanjian Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Tahun 2017

Target Realisasi %

92,4 92,3 99,9 Penguatan

1 Terselenggaranya

Jumlah penduduk

Juta Juta Jiwa Jaminan

yang menjadi

Juta

Juta Jiwa

Jiwa Kesehatan

peserta Penerima

Jiwa

Bantuan Iuran

Nasional (JKN)/

(PBI) melalui

Kartu Indonesia

Jaminan

Sehat (KIS)

Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)

2 Perumusan

2 Dok 2 Dok 100 pedoman

Jumlah pedoman

kesehatan dalam

kesehatan dalam

JKN

JKN yang ditetapkan

3 Perumusan

1 Dok 1 Dok 100 pedoman untuk

Jumlah pedoman

untuk optimalisasi

berbagai sumber

berbagai sumber

dana untuk

dana untuk

mendukung

mendukung upaya

upaya promotif

promotive dan

dan preventif di

preventif di

Puskesmas

puskesmas 4 Skema pembiayaan

1 Dok 1 Dok 100 melalui kerjasama

Jumlah skema

pembiayaan

pemerintah dan

melalui ppp

swasta (KPS) di

kerjasama

bidang kesehatan.

pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan

5 Dihasilkannya

5 10 200 bahan kebijakan

1) Jumlah hasil

kajian/monev

Kesehatan dan

kesehatan dan

Jaminan Kesehatan

JKN/KIS

Nasional

2 2 100 (JKN)/Kartu

2) Jumlah

dokumen hasil

Indonesia Sehat

Health

(KIS)

Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan

Penjelasan lebih detil untuk kelima indikator tersebut sebagai berikut:

1) Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN

Capaian dari indikator diperoleh dari jumlah dokumen yang menjadi acuan dalam secondary prevention. Penyusan pedoman deteksi dini faktor resiko riwayat kesehatan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan penyakit tiroid. Target pada tahun 2017 adalah 2 dokumen dan capaiannya adalah 2 dokumen atau 100%. Dua (2) dokumen tersebut adalah:

a. Pedoman Deteksi Dini Faktor Risiko Diabetes Mellitus bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Pedoman ini akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan deteksi dini penyakit diabetes mellitus. Sasaran deteksi dini adalah peserta JKN. Peserta dengan risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

b. Pedoman Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Pedoman ini juga akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan deteksi dini hipertensi. Sasaran deteksi dini adalah peserta JKN. Peserta dengan risiko rendah akan mendapatkan edukasi untuk mencegah hipertensi dan pelaksanaan deteksi dini dilakukan setiap tahun. Peserta dengan risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pemeriksaan lanjutan. Berikut permasalahan pada penyusunan 2 (dua) dokumen ini, yaitu:

1. Daftar pertanyaan yang perlu ditinjau ulang.

2. Aplikasi skrining Riwayat Kesehatan yang memuat kuesioner Riwayat Kesehatan.

Terkait permasalahan di atas, berikut solusi dan tindak lanjut yang akan dilakukan:

1. Melakukan uji coba kuesioner kepada peserta.

2. Menyusun template logik berdasarkan skor dan bobot pertanyaan pada kuesioner Riwayat Kesehatan.

2) Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

Perhitungan capaian indikator diperoleh dari jumlah dokumen optimalisasi pemanfaatan dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas. Pedoman yang dimaksud adalah untuk memberikan pedoman dalam pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan dana kapitasi dalam program JKN termasuk upaya promotif dan preventif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Target pada tahun 2017 adalah 1 dokumen dan berhasil dicapai dengan realisasi 100%. Satu (1) dokumen yang dimaksud adalah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2017 tentang Pedoman Pendanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

3) Jumlah skema pembiayaan melalui PPP kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)

Indikator tersebut dapat dicapai dengan perhitungan tersedianya skema pembiayaan melalui kerjasama antara Pemrintah-Swasta maupun Swasta- Pemerintah dalam bidang kesehatan. Skema yang dimaksud adalah siklus atau pembiayaan kesehatan melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam bidang pembiayaan kesehatan baik dalam bidang UKM dan UKP termasuk dalam community. Target indikator pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 dokumen dengan capaian sebanyak 1 dokumen (100%). Dokumen tersebut adalah panduan dan informasi tentang skema pembiayaan melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta bidang Kesehatan yang di dalamnya memuat :

a. Diperolehnya informasi empiris tentang performa skema pembiayaan melalui kerjasama Pemerintah dan Swasta ke dalam dana/anggaran APBN.

b. Diperolehnya analisis implikasi/dampak dari skema pembiayaan kerjasama Pemerintah dan Swasta guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Diperolehnya identifikasi dan pilihan opsi kebijakan yang dapat mengurangi dampak ketergantungan masyarakat terhadap KPS.

4) Jumlah hasil kajian/Monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS

Capaian indikator tersebut dihitung dari tersedianya dokumen hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS. Hasil kajian/monev dimaksud merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung program pengembangan pembiayaan kesehatan JKN/KIS. Pada tahun 2016 dapat tercapai sebagaimana target yang ditetapkan, yaitu sebanyak 10 dokumen (capaian kinerja 100%).

Untuk Tahun 2017, memiliki target 5 dokumen dan capaiannya adalah 10 dokumen dari target 5 dokumen (200%). Kesepuluh dokumen tersebut adalah:

1. Perbaikan Tarif dan Reklasifikasi INA CBG’s

2. Perbaikan Besaran Tarif Kapitasi sebagai Kebijakan Prospektif di FKTP dalam Penyelenggaraan JKN

3. Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory)

4. National Health Account (NHA)

5. Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

6. Pedoman Penggunaan Tools Costing: Perhitungan Satuan Biaya Program Penyakit Tidak Menular

7. Pengembangan Tools: Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

8. Naskah Akademik Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan Kesehatan (RPP Pembiayaaan)

9. Advokasi dan Sosialisasi Kebijakan Pembiayaan Kesehatan

10. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

5) Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan

Perhitungan capaian indikator diperoleh dari jumlah dokumen hasil HTA yang disampaikan kepda Menteri Kesehatan. Dokumen HTA yang dimaksud adalah hasil kajian HTA terkait paket manfaat dalam program JKN yang selanjutnya dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan yang disampaikan ke Menteri Kesehatan. Pada tahun 2016 dapat tercapai sebagaimana target yang ditetapkan, yaitu sebanyak 2 (dua) dokumen (capaian kinerja 100%). Berikut 2 (dua) dokumen, yaitu :

a. Studi Evaluasi Efektivitas Klinis Prostagladin Ei dan Penggunaan di Indonesia sebagai Obat Penyelamat Jiwa pada Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan Kritis Bergantung Duktus

b. Studi Penilaian Teknologi Kesehatan terhadap Digital Subtraction Angiography pada Pasien Stroke

Target pada tahun 2017 sebanyak 2 dokumen dan berhasil dicapai sebanyak

2 dokumen (100%) yaitu dihasilkannya 2 (dua) dokumen studi Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) sebagai berikut :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi obat Imatinib dan Nilotinib pada pasien Leukimia Granulositik Kronik dalam Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia, dan

b. Penilaian Efektivitas Klinis dan Biaya Insulin Analog dibandingkan dengan Insulin

Tipe 2: Telaah Sistematis/Metaanalisis dan Survey Harga.

Perbandingan Kinerja serta Capaian Kinerja Tahun 2016 dan 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada tahun 2017, jumlah indikator kinerja PPJK pada perjanjian kinerja mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu adanya 3 (tiga) Pada tahun 2017, jumlah indikator kinerja PPJK pada perjanjian kinerja mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu adanya 3 (tiga)

Bila dibandingkan realisasi kinerja tahun 2017 dengan RPJMN 2015-2019 maka digambarkan sebagai berikut: Sesuai

tentang Sistem PerencanaanPembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, RPJMNmerupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun RencanaStrategis (Renstra) masing-masing.Indikator pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2017 telah disesuaikan dengan indikator pada perubahan RENSTRA Kementerin Kesehatan 2015-2019, namun apabila disandingkan dengan indikator RPJMN 2015-2019 untuk indikator tahun 2017 terdapat perbedaan.

Tabel 57 Perbedaan Indikator dan Target pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2017 dengan Indikator dan Target pada RPJMN Tahun 2017

Perjanjian Kinerja Tahun

Target % asi

1 Jumlah penduduk yang menjadi

peserta Penerima Bantuan Iuran

Juta Jiwa

(PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) 2 Jumlah pedoman penguatan

2 Dok 2 Dok 100% secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN 3 Jumlah pedoman untuk optimalisasi

1 Dok 1 Dok 100% pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

4 Jumlah skema pembiayaan melalui 1 Dok 1 Dok 100% ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan

5 1 Jumlah hasil kajian/monev

5 Dok 10 Dok 200% pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS

10 Dok

2 Jumlah dokumen hasil Health

2 Dok 2 Dok 100% Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan

4 Dok

3 Jumlah dokumen kebijakan

3 Dok

realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS

Berikut penjelasan terkait perbedaan tersebut, sebagai berikut:

1. Untuk indikator PBI tidak lagi masuk ke dalam indikator Perjanjian Kinerja PPJK di Tahun 2017, dikarenakan pada dasarnya indikator tersebut hanya terdapat di Indikator KinerjaProgram Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang terdapat pada Sekretaris Jenderal sehingga pada tahun 2017 yang menjadi indikator di perjanjian kinerja PPJK hanya yang terdapat pada IKK kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun, untuk satuan pelaksanaan indikator PBI ini, tetap ada di PPJK, sebagai satker di bawah Eselon I Sekretaris Jenderal. Adapun untuk besaran target indikator PBI antara di Perjanjian Kinerja dengan di RPJMN terdapat perbedaan dikarenakan penetapan besaran target PBI setiap tahunnya ditentukan melalui pertemuan trilateral antara Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Kesehatan, kemudian untuk jumlah besaran target cakupan PBI juga ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan dalam Rapat Dengar Pendapat antara Kementerian Kesehatan dengan Komisi IX DPR RI.

2. Adapun perbedaan lainnya, yiatu padabesaran target untuk indikator “Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS”dan indikator terkait HTA di tahun 2017. Penurunan target pada kedua indikator tersebut merupakan hasil pembahasan pada pertemuan Bilateral Meeting antara BAPPENAS dengan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016. Namun untuk realisasi target indikator ini pada tahun 2017 PPJK menghasilkan realisasi 10 (sepuluh) dokumen atau sejumlahtarget pada RENSTRA 2015-2019 di tahun 2017

3. Penghapusan indikator dokumen kebijakan realisasi iuran peserta penerima bantuan iuran JKN/KIS dikarenakan secara otomotis dokumen terkait pembayaran selama tahun berjalan tersebut pasti akan selalu didokumenkan olehPusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan setiap tahunnya, selain itu dikarenakan indikator tersebut tidak memerlukan anggaran dalam proses pencapaian targetnya.

Realisasi Anggaran PPJK :

Sesuai dengan DIPA Tahun 2017 Nomor : SP DIPA- 024.01.1.466040/2017 tanggal 7 Desember 2016, PPJK mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 25.535.013.030.000,- (Dua puluh lima triliun lima ratus tiga puluh lima miliar tiga Sesuai dengan DIPA Tahun 2017 Nomor : SP DIPA- 024.01.1.466040/2017 tanggal 7 Desember 2016, PPJK mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 25.535.013.030.000,- (Dua puluh lima triliun lima ratus tiga puluh lima miliar tiga

Tabel 58 Realisasi Anggaran PPJKTahun 2016 dan 2017

2017 No

Indikator Kinerja

25.417.797.053.0 99.67 menjadi peserta Penerima

1 Jumlah penduduk yang

00 00 Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu indonesia Sehat (KIS) 2 Jumlah pedoman

233,181,104 99.24 penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN 3 Jumlah skema pembiayaan

100,536,000 98.98 melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan 4 Jumlah pedoman untuk

770,134,400 99.69 optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana Kapitasi JKN dan BOK untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

11,676,275,054 98.18 studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan kesehatan & JKN/KIS 2 Jumlah dokumen hasil

5 1 Jumlah dokumen hasil

1,402,830,761 99.82 Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan