Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

3) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari target 92,4 juta jiwa di tahun 2017 dapat dicapai sebesar 92,3 juta jiwa (99,9%). Capaian tahun 2017 sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 yaitu sebanyak 91,1 juta jiwa (91,5%). Sedangkan target tahun 2019 sebesar 107,2 juta jiwa dimana lonjakan target ini diperhitungkan dengan pertumbuhan penduduk. Strategi di tahun 2019 dimana perlu menambah cakupan PBI sebanyak 14.800.000 jiwa dan sangat ditentukan pula oleh ketersediaan anggaran pemerintah pada tahun 2019 mendatang. Saat ini upaya yang dilakukan oleh PPJK sebagai pengampu indikator tersebut adalah berkoordinasi dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan dan juga dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), selanjutnya Menteri Kesehatan akan menyampaikan usulan cakupan PBI sesuai dengan target RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2019 kepada Presiden untuk ditindaklanjuti.

Prinsip efisien terlihat adanya penghematan anggaran di tahun 2017 dimana pagu awal Sekretariat Jenderal sebesar Rp. 29.125.014.883.000,- dengan penghematan anggaran Sekretariat Jenderal sebesar Rp. 723,713,187,000,- sehingga pagu akhir Sekretariat Jenderal setelah penghematan sebesar Rp. 28,401,301,696,000,- yang tetap disikapi dengan upaya dari pencapaian kinerja secara optimal. Berikut ditampilkan perbandingan anggaran dan realisasi Sekretariat Jenderal tahun 2016-2017, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 69

Target dan Capaian Anggaran Sekretariat Jenderal

Tahun 2016-2017

(dlm Jutaan

Realisasi

(dlm Jutaan Realisasi %

Rp)

Rp)

1 Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan

950 913 96.1 2 Persentase harmonisasi

dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis

3 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan

25,539,904 25,452,947 99.7 Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)

Sumber: emonev SMART DJA, tgl 25 Januari 2018

Dari tabel di atas terlihat besaran dana dan realisasi anggaran pada tahun 2016 dan 2017:

1) Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan pada tahun 2017 tersedia anggaran sebesar Rp. 950.000.000,- dan dapat terealisasi sebesar Rp. 913.110.000,- atau 96,1%. Indikator ini tidak dapat dibandingkan antara tahun

2016 dengan 2017 karena pada tahun 2016 tidak dialokasikan anggaran sesuai dengan masukkan pada Renja-KL.

2) Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya terjadi penurunan realisasi dimana pada tahun 2017 hanya sebesar 56,5% dari anggaran yang tersedia, sedangkan pada tahun 2017 realisasi anggaran sebesar 89,6%. Yang menjadi faktor pendukung rendahnya realisasi anggaran yaitu:

h. Pembayaran gaji dan insentif PTT: Pada periode triwulan II per bulan April 2017 untuk pembayaran gaji dan insentif PTT hanya membayarkan PTT yang diatas umur 35 Tahun (4.220) dan yang tidak mengikuti seleksi CPNSD (sebanyak 1.349 orang).

i. Pembayaran gaji dan tunjangan PNS-CPNS : • Dialihkannya penggajian ke Satker masing-masing bagi CPNS yang

telah terbit SK Pindah dari Biro Kepegawaian; • Semakin berkurangnya jumlah PNS DPK karena pindah/alih status; • Semakin berkurangnya pegawai Setjen karena pensiun.

j. Pembayaran tunjangan penghasilan atau insentif Nusantara Sehat individual (NS individual) berpengaruh pada proses perekrutannya dengan berubahnya target RKP dimana semula ditargetkan sebanyak 6.000 orang menjadi 3.000 orang. Dari target revisi pengangkatan tenaga kesehatan penugasan khusus Nusantara Sehat Individual sejumlah 3.000 orang tersebut, alokasi yang telah disediakan selama 12 bulan untuk 3.000 NS individual, namun realisasi pembayaran hanya beberapa bulan sesuai waktu pengangkatan yang dilaksanakan secara bertahap hanya untuk 1.315 NS individual atau sebesar 43,83%.

k. Penerbitan dan pengiriman SK penugasan khusus residen/ residen senior melewati masa penugasan, pengangkatan/ penugasan tidak serentak/ bertahap, sedangkan alokasi anggaran disediakan untuk 12 bulan, yang mengakibatkan variabel jumlah orang dan bulan pembayaran menjadi berkurang.

l. Rendahnya realisasi program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dengan alokasi Rp. 467.715.000.000,- dimana alokasi anggaran dihitung mulai bulan Januari 2017 sedangkan pengangkatan dimulai pada bulan April 2017, adanya penundaan pemberangkatan WKDS ke daerah bertugas dan tidak tercapainya target pengangkatan sebanyak 1.250 orang dan hanya terealisasi sebanyak 488 orang.

m. Rendahnya penyerapan anggaran NS berbasis tim (team based) dengan target pengangkatan Tahun 2017 sebanyak 1.120 orang dan terealisasi sebanyak 1.063 orang.

n. Tidak terealisasinya dana transito untuk pengangkatan CPNS tahun 2017 sebanyak 1000 orang yang terealisasi sebanyak 849 orang.

Di bawah ini ditampilkan sebaran dan realisasi anggaran di masing-masing satker lingkup Sekretariat Jenderal:

Tabel 70

Anggaran dan Realisasi Satker Lingkup Sekretariat Jenderal

Tahun 2016-2017

PAGU (dlm

REALISASI

PAGU (dlm Jutaan Rp)

Jutaan Rp)

REALISASI %

Program Dukungan HUKOR

64.73 10,100 9,847 97.50 Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

52.01 46,141 44,559 96.57 Teknis Lainnya

ROKEU BMN

TOTAL DUKMAN

Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

TOTAL SETJEN

Sumber: OM SPAN 31 Desember 2017

Realisasi tertinggi pada satker P2JK (99,7%) dan terendah pada satker Biro Umum (47,5%).

3) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari target yang sama pada tahun 2016 dan 2017 yaitu sebesar 92,4 juta jiwa disediakan anggaran yang tidak jauh berbeda, namun untuk realisasi anggaran terlihat di tahun 2017 lebih efektif dan efisien dimana dari anggaran yang tersedia sebesar Rp 25,54 Triliun dana terealisasi Rp 25,45 Triliun (99,7%) dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 sebesar Rp 24,89 Triliun (97,2%). Besaran angka realisasi anggaran tersebut merupakan besaran jumlah peserta yang terdaftar dan dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga bulan Desember 2017. Meskipun demikian, masih ada sedikit kendala terutama dikarenakan adanya peserta yang dinonaktifkan disebabkan karena peserta tersebut meninggal dunia, perubahan status kepesertaan, dan lain-lain, sedangkan untuk penambahan peserta disebabkan adanya peserta baru dan bayi baru lahir yang lahir dari ibu peserta PBI. Selain itu terdapat perbedaan data terutama penetapan cakupan peserta PBI yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial yaitu berjumlah 92.400.000 jiwa sedangkan realisasi dari 3) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari target yang sama pada tahun 2016 dan 2017 yaitu sebesar 92,4 juta jiwa disediakan anggaran yang tidak jauh berbeda, namun untuk realisasi anggaran terlihat di tahun 2017 lebih efektif dan efisien dimana dari anggaran yang tersedia sebesar Rp 25,54 Triliun dana terealisasi Rp 25,45 Triliun (99,7%) dibandingkan dengan realisasi tahun 2016 sebesar Rp 24,89 Triliun (97,2%). Besaran angka realisasi anggaran tersebut merupakan besaran jumlah peserta yang terdaftar dan dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga bulan Desember 2017. Meskipun demikian, masih ada sedikit kendala terutama dikarenakan adanya peserta yang dinonaktifkan disebabkan karena peserta tersebut meninggal dunia, perubahan status kepesertaan, dan lain-lain, sedangkan untuk penambahan peserta disebabkan adanya peserta baru dan bayi baru lahir yang lahir dari ibu peserta PBI. Selain itu terdapat perbedaan data terutama penetapan cakupan peserta PBI yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial yaitu berjumlah 92.400.000 jiwa sedangkan realisasi dari