BELAJAR DARI BENGKALIS

BELAJAR DARI BENGKALIS

Teluk Pambang merupakan salah desa

Vegetasi mangrove

yang ada di Kecamatan Bantan Desa Teluk Pambang menyumbang beragam Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. vegetasi mangrove yang ada di Kabupaten Desa ini berada di Pulau Bengkalis, Bengkalis, beberapa vegetasi yang pernah yang berjarak ± 60 km dari pusat ibu diidentifikasi antara lain Rhizophora apiculata kota Bengkalis. Sekitar 50 tahun lalu (bakau putih), R. mucronata (belukap) hutan alam dan hutan bakau masih

Avicennia marina (api-api), A. lanata (api-api), mendominasi kawasan Pulau Bengkalis.

A. alba (api-api), Bruguiera gymnorrhiza Pulau yang memiliki diameter sekitar

(tumu), B. parviflora (lenggadai), B. sexangula 150 kilometer ini dipadati hutan alam

(tumu kuning) Ceriop tagal (tengo), dengan kandungan kayu meranti dan

Lumnitzera littorea (sesup bunga merah), kempas yang merupakan komoditas

Lumnitzera racemosa (sesup bunga putih), kayu berkualitas sangat bagus. Di

Sonneratia ovata (kedabu), S. caseolaris sekeliling pulau, sepanjang 300-an

(berembang), S. Alba (perepat), Xilocarpus kilometer dipagari oleh lebatnya hutan

granatum (nyirih), Schypiphora hidrophyllacea bakau. (Kompas, 2005).

(cingam), Excoecaria agallocha (betak-betak), Produksi arang kayu bakau dan juga

Heritiera littoralis (dungun) Nypa fruticans dibukanya Hutan Tanaman Industri di Pulau

(nipah), Cerbera mangas (buah buto), hibiscus Bengkalis selama belasan tahun terakhir,

tiliaceus (waru laut), Ipomoea pes-caprae, telah menggerus sabuk hijau sepanjang lebih

Pandanus tectorius (pandan laut), Acrostichum dari 200 kilometer yang mengelilingi

aureum (piyai), Acanthus ilicifolius (jeruju), kawasan ini. Hutan alam yang tersisa kurang

Scaveola taccada (bakung), Sesuvium ribuan hektar saja, sementara itu

portulacastrum (gelang laut), Morinda citrifolia penggundulan bakau hanya menyisakan

(mengkudu), Passiflora foetida dan Ricinus bakau-bakau muda yang sudah mulai

comunis.

ditebang demi memenuhi kebutuhan bahan bakar arang (Kompas, 2005).

Kelompok dan Legalitasnya

sendiri. Semangat ini muncul atas dasar berbagai alasan seperti sudah munculnya

Kesadaran menjaga lingkungan mangrove pemahaman bahwa ketika mangrove tumbuh

yang dilakukan secara berkelompok oleh dengan baik, maka ia akan mampu

masyarakat sebenarnya sudah ada sejak lama, memainkan perannya sebagai kawasan terbukti sudah adanya kelompok pengelola bertelur, pembesaran, dan mencari makan mangrove di tiap-tiap dusun, salah satunya bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, adalah kelompok mangrove yang ada di

mempunyai nilai Sungai Rambai Desa Teluk Pambang yang ekonomis,.desakan bahwa kondisi wilayah secara berkelompok melakukan kegiatan

kerang

yang

kampungnya yang sudah mulai terdegradasi, pembersihan lahan mangrove pada tahun

bahkan ada yang wilayah kampungnya 1980, secara swadaya bekerja sama dengan

terancam tenggelam di masa mendatang oleh pemerintah desa. abrasi pantai, resapan air asin dan banjir,

Di Desa Teluk Pambang, terdapat beberapa kesadaran bahwa mereka tidak ingin kelompok pengelolaan hutan mangrove

kampungnya menjadi terancam oleh abrasi berbasis masyarakat. Ada yang sudah

yang ganas seperti wilayah lain. Ada juga mendapat legalitas dari kepala desa bahkan

yang memandang semangat dan keberhasilan ada yang sudah sampai ke tingkat Kabupaten

kelompok mangrove di daerah lain pantas Bengkalis, yakni SK Bupati Bengkalis No.

ditiru dan dikembangkan di daerah sendiri 824 Tahun 2004. Pada saat Program Co-fish

karena pada dasarnya setiap kampung Project berlangsung pada tahun 2004, ada 9

memiliki persoalan yang sama atas (sembilan) kelompok pengelola mangrove

mangrove dan berbasis masyarakat yang mendapat legalitas

sampai ke tingkat Kabupaten Bengkalis, Namun ada juga alasan lain. Di Bengkalis dan

dimana 4 (empat) diantaranya berasal dari di beberapa daerah lainnya di Kabupaten Desa Teluk Pambang, yaitu Kelompok Bengkalis, adalah hal sudah biasa bahwa Belukap, Kelompok Perepat, Kelompok kegiatan penataan kawasan pantai dengan Batu Limau Lelang dan Kelompok Tunas menanam mangrove menghabiskan dana Harapan. yang bermilyar, sungguh fantastis. Namun

Pengurusan legalitas kelompok pengelola pada akhirnya tidak jarang memberikan hasil mangrove ini dirasa sangat penting, karena

yang memuaskan karena sama sekali jauh dari dengan legalitas ini kelompok diakui

konsep pengelolaan hutan yang berbasiskan keberadaannya sebagai kelompok pengelola

(community-based forest yang resmi (berkekuatan hukum) Kelompok

masyarakat

management). Seperti proyek penanaman juga sudah memiliki wilayah kelola berikut

mangrove, dilakukan oleh perusahaan luasannya yang jelas, tidak ada sengketa

pemenang tender, kemudian dalam terhadap lahan kelola karena kelompok sudah

pengerjaan di lapangan hanya melibatkan mendapatkan hak kelola lahan dari sang

segelintir orang saja, tidak membibitkan pemilik lahan, bahkan sudah ada yang

vegetasi mangrove yang disesuaikan dengan memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran

lingkungan tanam, pada masa penanamannya Rumah Tangga (AD/ART) sebagai aturan

tidak ditanam pada lokasi tanam yang tepat main kelompok.

pula. Seperti yang pernah terjadi di Desa Kini, kesadaran berkelompok untuk

Teluk Lancar pada tahun 2006, yang mengelola mangrove oleh masyarakat sudah

mempekerjakan beberapa orang dengan gaji semakin tinggi. Hampir di setiap komunitas

rendah, vegetasi mangrove yang ditanam masyarakat sudah memiliki kelompok

hanya vegetasi bakau (Rhizophora spp.) pengelolaan mangrove berbasis masyarakat

dengan alasan sangat bernilai ekonomis dengan alasan sangat bernilai ekonomis

tender yang tidak dibekali pengetahuan. Ini berada di kebun karet masyarakat, sedangkan

jadinya kalau aspek ekonomi lebih dari laporan masyarakat juga, bahwa sisa

dikedepankan ketimbang pentingnya aspek bibit yang ada dibuang ke laut dan ditimbun

ekologi yang diperjuangkan. Hal yang di dalam tanah.

penting juga yang selalu dilakukan kelompok adalah kegiatan pasca penanaman, yaitu

Sementara itu dengan adanya kelompok pembersihan lahan dan melakukan tambal

pengelola mangrove masyarakat, karena sulam pada bibit yang gagal hidup. berangkat dari kesadaran dan semangat

swadaya kelompok, maka kegiatan rehabilitasi mangrove tetap terus berjalan

Aktivitas kelompok

tanpa harus dengan dana yang berlimpah. Seperti contoh kelompok Perintis Bakau

Hingga saat ini, banyak aktivitas pengelolaan Desa Teluk Pambang, kelompok dengan

kawasan mangrove yang sudah dilakukan rutin melakukan kegiatan pembibitan dan

oleh kelompok-kelompok mangrove, baik penanaman mangrove dengan dana yang

yang sifatnya swadaya kelompok maupun sangat kecil untuk persiapan kegiatan

program/proyek yang bekerja sama dengan rehabilitasi pinggir pantai. Begitu juga

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan dengan kelompok Belukap dan Perepat yang

instansi pemerintah.

terus melakukan penanaman mangrove di Kegiatan yang pernah dilakukan antara lain wilayah kelolanya. Dan hal yang sudah

Penanaman mangrove jenis Rhizophora spp. dipahami kelompok bahwa seben arnya

oleh Kelompok Bumi Hijau bekerja sama penanaman vegetasi mangrove tidak

dengan Dinas Kehutanan Provinsi Riau. dipaksakan dari vegetasi bakau (Rhizophora

Kemudian Rehabilitasi Hidrologi Mangrove spp.) atau vegetasi lain yang bernilai

yang dilakukan oleh Kelompok Belukap dan ekonomis, tetapi harus dipahami bahwa

Kelompok Perepat, rehabilitasi sistem Riley vegetasi mangrove tidak hanya bakau saja,

yang dilakukan oleh Kelompok Bumi Hijau tetapi masih banyak yang lain dan masing -

dan Kelompok Perintis Bakau. Seluruh masing vegetasi memiliki karakter hidup

kegiatan dilakukan bekerjasama dengan sehingga ketika melakukan reboisasi pada

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) suatu lokasi tanam tentu harus disesuaikan

Laksana Samudera, Yayasan Akar Rumput vegetasi yang layak tumbuh berdasarkan

Laut (YARL) dan Mangrove Action Project – mintakatnya secara alami. Nah, ini yang

Indonesia pada tahun 2005-2007. masih banyak belum dipahami ketika

kagiatan penanaman mangrove dijalankan

Kegiatan kelompok masyarakat di kawasan mangrove

Kegiatan yang bersifat swadaya kelompok Saat ini, kelompok pengelola mangrove juga sudah banyak dilakukan, seperti

cukup terbantu karena aktivitas penebangan melakukan kegiatan penanaman mangrove

bakau yang menyokong destruksi lingkungan mulai dari persiapan bedeng, persemaian

mangrove sudah berhenti karena pemerintah dalam polibag dan pemindahan ke areal

Kabupaten Bengkalis tidak memperpanjang tanam. Ada juga kelompok yang melakukan

perizinan usaha industri arang (panglong penanaman

secara langsung

tanpa

arang).

menggunakan polibag. Begitu juga dengan Begitu juga dengan kegiatan kampanye

kegiatan pembersihan lahan dan perawatan

Kegiatan kampanye terutama sekali pada vegetasi yang baru

lingkungan.

penyelamatan hutan mangrove sudah pernah ditanam. Selanjutnya aktivitas pengawasan dilakukan kelompok-kelompok mangrove yang dilakukan secara berkala oleh kelompok Desa Teluk Pambang, seperti penyebaran terhadap kegiatan-kegiatan ilegal yang dapat slogan-slogan kampanye yang ditempelkan di mengancam keseimbangan lingkungan papan informasi yang tersedia tersebar di mangrove di kawasan kelola kelompok Desa Teluk Pambang. Pengalaman lain, masing-masing, seperti penebangan pohon kelompok Belukap pernah melakukan bakau (Rhizophora spp.) oleh buruh panglung ujicoba penangkaran buah tanah (jenis fauna arang, penebangan untuk kayu teki, kerang-kerangan) di habitat hidupnya di penebangan kayu sesup (Lumnitzera spp.) dalam hutan mangrove. Buah tanah dapat untuk bahan gading-gading kapal dan hidup dan berkembang dengan baik apabila sebagainya. berada pada kawas an mangrove yang tumbuh penyelamatan hutan mangrove sudah pernah ditanam. Selanjutnya aktivitas pengawasan dilakukan kelompok-kelompok mangrove yang dilakukan secara berkala oleh kelompok Desa Teluk Pambang, seperti penyebaran terhadap kegiatan-kegiatan ilegal yang dapat slogan-slogan kampanye yang ditempelkan di mengancam keseimbangan lingkungan papan informasi yang tersedia tersebar di mangrove di kawasan kelola kelompok Desa Teluk Pambang. Pengalaman lain, masing-masing, seperti penebangan pohon kelompok Belukap pernah melakukan bakau (Rhizophora spp.) oleh buruh panglung ujicoba penangkaran buah tanah (jenis fauna arang, penebangan untuk kayu teki, kerang-kerangan) di habitat hidupnya di penebangan kayu sesup (Lumnitzera spp.) dalam hutan mangrove. Buah tanah dapat untuk bahan gading-gading kapal dan hidup dan berkembang dengan baik apabila sebagainya. berada pada kawas an mangrove yang tumbuh

pengelola mangrove yang ada di Kecamatan Fakta ini yang dikampanyekan oleh

Bantan Kabupaten Bengkalis. Selain terus Kelompok Belukap terhadap para pencari

menjalankan aktivitas rutin di wilayah buah tanah dari masyarakat suku Akit (suku

kelolanya, memiliki program kerja yang asli) di bengkalis tentang pentingnya menjaga

berjalan, kelompok ini memiliki beragam hutan mangrove karena kalau tidak, tentu

Mata Pencaharian Alternatif (MPA) sebagai akan mengancam mata pencaharian mereka

unit usahanya, antara lain usaha perabot, yang bergantung pada hutan mangrove.

produksi Virgin Coconut Oil (VCO) Assyura, yang dikelola oleh Kelompok Assyura, istri

Hal yang menarik, gebrakan yang telah dari anggota kelompok mangrove, produksi

dilakukan oleh Kelompok Belukap, dengan kerupuk ubi dan kerupuk lainnya. Sekarang

program kerjanya membangun Mangrove Education Tourism

sedang melakukan ternak lebah untuk (Wisata Pendidikan

menghasilkan madunya. Kegiatan MPA ini Mangrove) di wiilayah kelola kelompok.

dimaksud tidak hanya memberikan Sebagai tahap awal, program ini dipandang

pemasukan alternatif bagi anggota kelompok cukup berhasil. Mangrove Education Tourism tapi hasil MPA juga dialokasikan untuk dipersiapkan sebagai kegiatan luar sekolah

kegiatan rehabilitasi dan pengawasan wilayah bagi para pelajar baik tingkat Sekolah

kelola mangrove.

Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA). Mangrove Education

Pada saat kunjungan para pelajar ke Mangrove Tourism memberikan kesempatan bagi para

Education Tourism, para ibu dari Kelompok pelajar untuk terjun langsung di kawasan

Assyura – merupakan unit kelompok mangrove, dimana pelajar diperkenalkan

Belukap yang memproduksi VCO dan secara umum tentang kehidupan alamiah

kerupuk ubi dan kerupuk lainnya – mangrove, diperkenalkan beragam jenis

mempromosikan dan mangrove, fauna mangrove, terutama yang

berkesempatan

menjual produknya kepada para pengunjung bernilai ekonomis. Selain itu tentu mereka

yang notabene adalah para pelajar, kepala dibekalkan

sekolah dan majlis guru perwakilan sekolah. pentingnya

pengetahuan

mengenai

Melalui Pemerintah Kabupaten Bengkalis, mangrove dipertahankan karena fungsi

keseimbangan

lingkungan

produk-produk yang dihasilkan oleh ekologis dan ekonomis, dan diberi

kelompok Assyura sudah dipromosikan kesempatan untuk melaku kan penanaman

sampai ke tingkat nasional. bibit mangrove yang tersedia ke lokasi tanam

Kini tidak hanya kelompok Belukap saja yang yang sudah dipersiapkan oleh kelompok

melakukan diversifiksi MPA, kelompok lain Belukap. Sampai saat ini lokasi Mangrove

seperti Bumi Hijau dan kelompok lainnya Education Tourism sudah dikunjungi oleh

juga mulai melakukan penangkaran lebah beberapa sekolah yang ada di Kabupaten untuk memperoleh madunya di hutan bakau. Bengkalis. Mangrove Education Tourism ini

merupakan kerjasama antara kelompok Belukap dengan LSM Bahtera Melayu,

Forum Kelompok Pengelola

diperbantukan oleh tim teknis MAP-

Mangrove dan Sumberdaya Pesisir

Indonesia melalui program Generasi Hijau.

Bengkalis (KPM – SDP Bengkalis)

Sebuah tanda bahwa semangat ‘sadar

Mata Pencaharian Alternatif (MPA)

lingkungan’ mulai menggelora di masyarakat Kecamatan Bantan. Aktivitas-aktivitas yang

Boleh dikatakan bahwa saat ini Kelompok telah dilakukan Kelompok Mangrove yang

Belukap Desa Teluk Pambang menjadi Belukap Desa Teluk Pambang menjadi

kelompok-

kelompok lama bentukan program Co -Fish Project untuk aktif lagi dan bertambahnya kelompok mangrove yang baru di Kecamatan Bantan yang didirikan dengan dasar pemikiran yang positif. Semangat ini diikuti pula keinginan setiap anggota kelompok untuk memiliki kelompok pengelola mangrove berbasis masyarakat yang solid, atas dasar bahwa keberhasilan dalam mengelola lingkungan bukan hanya dominasi satu atau dua kelompok mangrove saja, tetapi semua kelompok harus mampu meniru kesuksesan kelompok lain, karena sejatinya di setiap wilayah dihadapkan pada persoalan lingkungan yang nyaris sama, seperti abrasi pantai, rembesan air asin, banjir dan kerusakan mangrove yang disebabkan oleh penebangan liar untuk produksi arang bakau dan kayu teki.

Untuk itulah, kelompok mangrove yang ada di Kecamatan Bantan bersepakat membentuk suatu forum mangrove yang diberi nama Forum Kelompok Pengelola Mangrove dan Sumberdaya Pesisir Bengkalis (KPM – SDP Bengkalis). Forum ini diprakarsai oleh kelompok pengelola mangrove Kecamatan Bantan bekerja sama dengan Yayasan Bumi

Pesisir, Yayasan Laksana Samudera dan Mangrove Action Project – Indonesia. Forum ini diharapkan mampu menjadi jembatan yang menghubungkan antar kelompok yang ada, dan antara kelompok dengan instansi pemerintah dan swasta. Dalam kegiatan lokakarya yang pernah dilakukan di Desa Teluk Pambang pada tanggal 10 september 2007 yang dihadiri langsung oleh Direktur Eksekutif MAP, Alfredo Quarto, forum ini sudah membahas mengenai filosofi tentang mengapa mangrove dipertahankan eksistensinya bagi lingkungan dunia, persoalan lingkungan yang dialami wilayah masing-masing kelompok, berbagi pengalaman tentang aktivitas yng pernah dilakukan kelompok, kampanye lingkungan, membahas program kerja kelompok yang berhubungan dengan kegiatan rehabilitasi, pengawasan, pendidikan, penelit ian dan Mata Pencaharian Alternatif (MPA) dan pentingnya membangun komunikasi dan soliditas antar kelompok pengelola mangrove. Yang paling hebat adalah ide yang mulai akan diusung forum mangrove ini kepada pemerintah kabupaten yang memperjuangkan pendidikan mangrove sebagai salah satu muatan lokal untuk sekolah di Kabupaten Bengkalis. Semoga berhasil!

Bagian Tiga TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN