BELAJAR DARI JARING HALUS

BELAJAR DARI JARING HALUS

Desa Jaring Halus termasuk ke dalam desa ini melalui tangkahan tersebut dengan wilayah

jadwal keberangkatan 5 trip setiap harinya, Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi

administratif

Kecamatan

yaitu pukul 06.30, 09.00, 12.00, 15.00, dan Sumatera Utara. Luas wilayahnya 78,853

17.00 WIB. Transportasi reguler menuju hektar yang terdiri atas 15,766 hektar luas

dan ke luar desa ini menggunakan perahu pemukiman penduduk, 5,298 hektar

bermesin dengan tarif per trip Rp. 5.000,00 beting/endapan lumpur yang membentuk

per orang.

daratan, dan 57,789 hektar luas ekosistem Jumlah penduduk desa per-Maret 2006

mangrove. Desa pesisir yang berketinggian secara keseluruhan adalah 3.381 jiwa yang

lebih-kurang 1 mdpl ini terbagi ke dalam terbagi atas 1.735 perempuan dan 1.646 lima dusun, bernama Dusun I hingga Dusun laki-laki dengan jumlah kepala Keluarga

V dengan batas desa sebagai berikut. Sebelah sebanyak 706. Masyarakat yang bermukim di

utara dan timur berbatasan dengan Selat Jaring Halus terdiri atas berbagai suku,

Malaka; sebelah selatan berbatasan dengan antara lain Melayu, Banjar, Mandailing, dan Desa Selotong; dan sebelah Barat berbatasan Jawa. Melayu adalah suku yang dominan di

dengan Desa Tapak Kuda.

desa ini.

Desa Jaring Halus terbentang pada 98 0 30’ BT

0 0 0 Sekitar 85% penduduk Jaring Halus – 98 42’ BT dan 3 51’30” LU – 3 59’45” berprofesi sabagai nelayan, sedangkan 15% LU, dipengaruhi oleh sistem angin muson lainnya berprofesi sebagai pengusaha ikan, yang berubah arah sesuai dengan kedudukan pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil. Adapun matahari terhadap bumi. Jumlah bulan hujan jenis-jenis komoditi ikan yang dihasilkan dari sebanyak 1 bulan dan suhu sehari-hari rata-

0 daerah ini antara lain ikan gembung, koli, rata 28

C. Desa Jaring Halus yang berada di kerapuh, jenahar, aji-aji, tuhut, kasai, cecang

perbatasan laut lepas hanya dapat dicapai rebung, gulama, udang, kerang, dan kepiting.

dengan menggunakan kapal kecil atau Secara spesifik jenis usaha nelayan Jaring

speedboat. Ada tiga cara menuju ke desa ini, Halus digolongkan menurut jenis alat yang yakni melalui Pasar Secanggang, Tanjung digunakan dan jenis usahanya, antara lain

Pura dan Tangkahan Pematang Buluh. pukat cerebung (52 armada), jaring koli, jaring

Diperbaikinya tangkahan di Pematang Buluh gembung (musiman), pukat kedera, jaring

sejak tahun 1998, umumnya keluar masuk selapis, jaring apollo, ambai (83 keluarga sejak tahun 1998, umumnya keluar masuk selapis, jaring apollo, ambai (83 keluarga

ikan gembung, toke ikan koli, dan toke udang.

Hutan desa

Jaring Halus dan Pengelolaan

menjamin

pemenuhan kebutuhan

Mangrove

buah/benih untuk keberlangsungan proses regenerasi.

Berdasarkan hasil analisis Desa Jaring Halus memiliki hutan desa yang

vegetasi, diketahui bahwa tidak kurang dari ditumbuhi mangrove seluas 57,789 hektar.

19 spesies mangrove (major mangrove) dan 11 Hutan desa tersebut menjadi satu daratan spesies asosiasi mangrove (minor mangrove) dan melingkupi areal pemukiman Desa

tumbuh di Hutan Desa Jaring Halus. Jaring Halus dari sisi utara, timur, dan

selatan. Hutan Desa Jaring Halus ditumbuhi Bagi masyarakat, ekosistem mangrove sangat oleh berbagai species, di antaranya adalah

berperan penting bagi kelangsungan hidup Avicennia spp, Sonneratia spp, Bruguiera spp,

mereka baik secara fisik, ekologi, maupun Rhizophora spp, Nypa fructicans, Xylocarpus

ekonomi. Masyarakat sudah mengerti granatum, dan Excoecaria agallocha. Vegetasi

pentingnya ekosistem mangrove sebagai mangrove tumbuh dalam berbagai strata,

tempat perlindungan, tempat mencari ikan, mulai dari fase semai, sapihan/anakan, tiang,

dan tempat pemijahan beberapa jenis ikan, dan pohon. Laju regenerasi berlangsung

kepiting bakau, udang, dan berbagai jenis secara alami dan tidak perlu campur tangan

kerang. Fungsi lain dari hutan mangrove manusia. Hal ini disebabakan karena kondisi

yang diketahui oleh masyarakat adalah ekologisnya yang masih cukup baik dan

sebagai benteng yang dapat melindungi ketersedian vegetasi yang produktif yang

permukiman dari badai, ombak pasang, permukiman dari badai, ombak pasang,

mereka anut selama ini. Dalam tatanan sosial budaya tersebut, kehidupan masyarakat

Ketergantungan masyarakat terhadap hasil dan komponen-komponen yang bersifat

tangkapan laut, telah mendorong mereka alami khususnya keberadaan hutan desa untuk selalu mengusahakan agar sumber adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. kehidupan mereka tetap dipertahankan. Keberadaan hutan desa sangat tergantung Warga masyarakat yang menyadari tentang dari pengelolaan masyarakat, sedangkan keterkaitan antara keberadaaan hutan desa eksistensi masyarakat tidak terlepas dari dan ketersedian hasil tangkapan berupa ikan, sumber daya alam yang dimiliki, terutama udang, kepiting, kerang, dan hasil laut hutan desa. Bahkan keberadaan hutan desa lainnya, sepakat untuk mempertahankan tersebut sudah menjadi identitas masyarakat keberadaan hutan desa mereka. Referensi

Desa Jaring Halus.

alam cukup memberikan pelajaran pada masyarakat. Bagaimana kondisi hasil

Kesadaran itu tumbuh secara alami tangkapan mereka ketika hutan desa dan

berhubung mereka sudah merasakan arti hutan sekitarnya masih bagus, dan bagaimana

penting mangrove bagi kelangsungan hidup pula ketika hutan sekitar Jaring Haluis sudah

mereka. Hubungan antara masyarakat Jaring rusak parah. Satu hal lagi yang menjadi

Halus dengan hutan yang terjalin cukup pelajaran sangat berarti bagi masyarakat,

lama, akhirnya memunculkan semacam yaitu ketika tragedi tsunami yang

aturan main mengenai pengelolaan hutan meluluhlantakkan sebagian wilayah Aceh dan

desa. Pengelolaan dan pemanfaatan hutan Sumatera Utara, membuat mereka semakin

desa diatur dalam aturan yang mengikat yakin betapa penting keberadaan hutan

seluruh komponen masyarakat. Aturan- mangrove bagi keberlangsungan hidup

aturan tersebut ditetapkan oleh pawang desa, mereka.

tidak tertulis, dan diketahui dan disepakati oleh masyarakat secara umum.

Penduduk desa nampaknya sudah terbiasa dengan pemanfaatan mangrove. Mereka

Dalam tradisi mayarakat melayu, khususnya secara turun-temurun memanfaatkan kayu-

di Jaring Halus, seorang pawang memegang kayu mangrove untuk berbagai keperluan,

peranan yang sangat penting dalam antara lain untuk galah cerebung, galah ambai,

menjalankan setiap aktivitas adat. Sang tiang tangkul, tiang tambatan perahu, kayu

pawang memegang peran kunci dalam ritual- bakar untuk pesta perkawinan dan kematian,

ritual tradisi seperti tolak bala, tepung tawar, serta kayu untuk pembuatan balai dan pentas

dan jamu laut. Di antara berbagai ritual di jika ada pesta perkawinan. Masyarakat Jaring

bawah kepemimpinan sang pawang, jamu Halus menyadari bahwa pemanfaatan

laut merupakan ritual yang menjadi agenda mangrove tersebut harus diimbangi dengan

rutin masyarakat yang dilaksanakan 3 tahun upaya-upaya pelestarian.

sekali. Prosesi ini mengandung filosopi yang sangat dalam dan penuh nilai-nilai kearifan,

Dalam tatanan sosial budaya, tingkat dilaksanakan dengan tujuan untuk menjaga

konsistensi masyarakat Jaring Halus terhadap keseimbangan antara manusia dengan

adat istiadat yang mereka anut secara turun komponen-komponen penyusun kehidupan temurun masih sangat tinggi. Namun lainnya, baik yang tampak maupun yang demikian, proses modernisasi, akulturasi, tidak tampak. Harapan dari pelaksanaan dan laju pertumbuhan penduduk yang ritual ini adalah agar masyarakat dijauhkan berkorelasi positip terhadap laju peningkatan dari segala macam bala dan ancaman yang kebutuhan masyarakat, dikhawatirkan lambat menganggu. Dalam rangka terwujudnya laun akan memberangus tatanan-tatanan adat istiadat yang mereka anut secara turun komponen-komponen penyusun kehidupan temurun masih sangat tinggi. Namun lainnya, baik yang tampak maupun yang demikian, proses modernisasi, akulturasi, tidak tampak. Harapan dari pelaksanaan dan laju pertumbuhan penduduk yang ritual ini adalah agar masyarakat dijauhkan berkorelasi positip terhadap laju peningkatan dari segala macam bala dan ancaman yang kebutuhan masyarakat, dikhawatirkan lambat menganggu. Dalam rangka terwujudnya laun akan memberangus tatanan-tatanan

pemanfaatan yang disepakati bersama. menuangkan

Selain hutan desa, ruang sumber daya berhubungan dengan pengelolaan sumber

(resource space) penduduk Jaring Halus daya alam, terutama hutan desa, dirumuskan meliputi areal seluas lebih-kurang 1.125 Ha, dalam sebuah kesepakatan. mencakup kawasan hutan Konservasi Sumber

Meskipun tidak tertulis, namun peraturan Daya Alam (KSDA) Suka Margasatwa tersebut telah terinstitusionalisasi dengan

Langkat Timur Laut. Hutan di Langkat baik dalam masyarakat, sehingga masyarakat

Timur laut ditetapkan oleh Kerajaan Negeri umumnya bisa mematuhi aturan yang tidak

Deli sebagai kawasan hutan dengan tertulis tersebut. Aturan -aturan mengenai

Zeltbestuur Besluit (ZB) 6/8/1932 seluas hutan desa yang diketahui dan mengikat

9.520 hektar. Kemudian berdasarkan masyarakat untuk mematuhinya antara lain

Keputusan Mentei Pertanian Njo. sebagai berikut.

811/kpts/Um/11/1980tangal 5 Novempeb  Dahan dan batang kayu yang mati boleh 1980 kawasan tersebut ditunjuk sebagai Suaka Alam cq Suaka Margasatwa dengan

dimanfaatkan untuk kayu bakar atau nama Suaka Margasatwa Langkat Timur keperluan lainnya.

Laut. Penataan batas kawas an dilakukan pada  Boleh

tahun 1934 (satu tahun lebih awal dari perlengkapan nelayan, pacak tiang

dikeluarkannya ZB No. 138) dengan berita rumah, untuk pembuatan balai, pentas,

acara tanggal 14 Juni 1934 dan 3 Juli 1934. dan untuk kayu bakar jika ada pesta

Beberapa kawasan KSDA menjadi ruang perkawinan atau kematian.

sumber daya warga masyarakat Jaring Halus.  Pengambilan kayu harus dengan ijin dari

Kawasan KSDA yang termasuk dalam pemerintahan desa dan pawang desa,

administratif Desa Jaring Halus meliputi terutama kayu untuk tiang rumah dan

areal seluas 1.125 hektar. Kawasan-kawasan kayu untuk keperluan pesta perkawinan.

tersebut adalah Pulau Seberang, Pulau Jaring Halus Kecil, Paluh Burung, Tanjung

 Masyarakat dilarang keras melakukan Keramat, Paluh Midai, dan Selingkar. Ketika penebangan kayu untuk tujuan

kondisinya masih bagus (sampai tahun 1990- komersial/dijual.

an), Kawasan Suaka Margasatwa Langkat  Jika ada masyarakat yang kedapatan Timur Laut di sekitar Desa Jaring Halus ini memberikan daya dukung yang cukup bagus

melakukan penebangan kayu untuk dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup

akan diberikan sanksi, mulai dari diberi masyarakat Jaring Halus dan sekitarnya. Pada peringatan keras sampai dengan sanksi saat itu mereka mencari ikan, udang, dan denda yang nilainya mencapai jutaan kepiting hanya di muara dan sungai-sungai

rupiah. yang terdapat di kawasan tersebut. Rakyat

Saat ini sedang digarap peraturan desa hidup sejahtera karena apa yang mereka (Perdes) yang mengatur soal hutan desa ini,

dapat lebih dari cukup untukmemenuhi namun ketika hal tersebut dikonfirmasi

kebutuhan hidup sehari-hari. Tidak heran kepada kepala desa, sekertaris desa, dan para

kalau pada masa itu banyak penduduk yang kepala dusun, mereka belum bersedia

mampu menunaikan ibadah haji ke tanah suci memberikan informasi. Hal umum yang

atau menyekolahkan anak-anak mereka ke diketahui oleh masyarakat terkait dengan

jenjang yang lebih tinggi. tetap terjaganya kawasan hutan di desa

Upaya warga masyarakat Jaring Halus untuk menjaga keseimbangan alam terbukti telah memberikan daya dukung yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Kondisi hutan di ruang sumber daya Desa Jaring Halus yang cukup baik telah memberikan berkah yang luar biasa yang bisa dinikmati tidak hanya oleh masyarakat Jaring Halus tapi juga oleh masyarakat sekitarnya. Namun kejayaan Jaring Halus tidak berlangsung lama. Daya dukung terbaik yang bisa diberikan oleh ruang sumber dayanya hanya bertahan sampai awal-awal tahun 1990-an. Setelah tahun 1990-an banyak sekali tekanan yang terjadi pada Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut, khususnya kawasan yang menjadi ruang sumber daya warga masyarakat

permasalahannya? Pengaruh terbesar bagi menurunnya kualitas

mangrove di Jaring Halus dan sekitarnya adalah karena ada ekspansi dari PT. Sari Bumi Bakau. Sebagai pemegang konsesi di kawasan Hutan Produksi Langkat Timur Laut, PT. Sari Bumi Bakau telah melakukan okupasi ke beberapa area Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut yang termasuk dalam ruang sumber daya warga masyarakat Jaring Halus.

Kondisi ini

menjadi faktor terbesar bagi laju deforestasi hutan di sekitar Jaring Halus yang secara langsung berpengaruh terhadap ketersediaan hasil tangkapan masyarakat, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan dan perekonomian masyarakat.

Selain disebabkan oleh overlapp area konsesi PT. Sari Bumi Bakau, sebab lain laju deforestasi yang juga tak kalah buruknya adalah berdirinya kilang-kilang arang yang mengandalkan bahan baku mangrove. Harga arang mangrove yang cukup tinggi dan banyaknya kilang-kilang arang yang siap menampung kayu mangrove dari mana aja, telah menyebabkan pencurian kayu mangrove menjadi kian tak terkendali. Penebangan liar dalam Kawasan Suaka

Margasatwa Langkat Timur Laut terjadi pada hutan mangrove yang cukup rapat.

Berdasarkan laporan Tim Investigasi KSDA I Sumatera Utara tahun 1998, tidak kurang dari 426 dapur arang menggantungkan bahan bakunya dari kawasan Kawasan Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut dengan kebutuhan kayu bakau 2.000 batang/dapur/40 hari. Itu baru jumlah dapur arang yang diketahui. Lalu berapa banyak lagi jumlah dapur arang yang tidak diketahui? Berdasarkan data hasil investigasi tersebut, berarti tidak kurang dari 21.300 batang kayu bakau/mangrove hilang setiap harinya. Yang perlu menjadi perhatian adalah, bahwa ternyata pelaku penebangan liar tersebut adalah orang-orang dari luar Desa Jaring Halus seperti Desa Secanggang, Tanjung Ibus, dan Selotong, tapi yang paling merasakan dampak negatifd dari kerusakan hutan tersebut adalah masyarakat Desa Jaring Halus dan masyarakat lain yang mencari rezeki di perairan Jaring Halus.

Bagaimana sikap masyarakat Jaring Halus terhadap penebangan liar tersebut? Berdasarkan penuturan beberapa warga, mereka pernah melakukan usaha-usaha untuk mencegah dan melarang masyarakat luar yang melakukan penebangan kayu, tapi masyarakat tidak mempunyai kekuatan karena mereka tidak diberikan ijin resmi oleh pihak-pihak yang berwenang seperti KSDA dan kepolisian untuk ikut terlibat dalam pengamanan hutan.

Selain ulah PT. Sari Bumi Bakau dan penebangan liar untuk arang, sebab lain yang mempunyai kontribusi tidak sedikit terhadap laju kerusakan Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut adalah konversi kawasan untuk usaha tambak udang dan peruntukan lain, seperti untuk kebun sawit. Usaha tambak udang dikelola oleh perorangan maupun investor dari luar. Ambisi untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat telah mendorog orang-orang memperlakukan alam secara tidak adil.

Konversi kawasan menjadi tambak terjadi di daya masyarakat Jaring Halus dan sekitarnya mana-mana,

berpengaruh nyata terhadap tingkat tersebut hanya produktif dalam 3 sampai 5

padahal

tambak-tambak

perekonomian masyarakat. Keluhan siklus produksi, karena selanjutnya

masyarakat tentang pengurangan hasil produktifitas tambak tesebut akan semakin

tangkapan mereka secara signifikan adalah menurun dan akhirnya ditinggalkan.

indikator bahwa kawasan tersebut tidak bisa Mungkinkah vegetasi mangrove pada lahan -

memberikan daya dukung seperti dulu lagi. lahan bekas tambak yang kondisi

Masyarakat yang semula cukup memenuhi hidrologisnya sudah mengalami kerusakan

kebutuhan hidupnya hanya dari muara dan bisa pulih seperti sediakala tanpa campur

sungai-sungai di perairan Jaring Halus, kini tangan manusia?

harus mencari hasil tangkapan ke laut yang lebih dalam dan jauh dari jaring Halus

Berdasarkan hasil transek yang dilakukan pada hutan Kawasan Suaka Margasatwa

Banyak usaha yang dilakukan masyarakat Langkat Timur Laut di sekitar Jaring Halus

untuk memulihkan kembali kondisi yang dianggap representatif, dapat

lingkungan agar hasil tangkapan mereka disimpulkan bahwa hutan Konservasi Sumber

seperti dulu lagi dan tidak perlu mencari Daya Alam Suaka Margasatwa Langkat

tangkapan ke laut yang lebih dalam dan jauh. Timur Laut mengalami dampak kerusakan

Pada tahun 1995-1998, masyarakat pernah yang cukup parah. Kondisi di lapangan

melakukan penanaman pada areal-areal menunjukkan bahwa vegetasi yang ada saat

Kawasan Suaka Marga Satwa. Penanaman ini hanya terdiri atas fase semai, anakan, dan

yang dimulai tanggal 16 Juli 1995 tersebut pohon kecil. Adapun pohon besar yang

dilaksanakan berdasarkan instruksi Bupati tersisa adalah jenis Avicennia sp. (A. lanata dan

Langkat yang pada waktu itu dijabat oleh

A. Marina), karena mungkin jenis ini kurang Zulfirman Harahap. Kepala Desa Jaring cocok untuk dijadikan arang kayu. Di mana-

Halus pada saat itu adalah Pak Kasim mana

(almarhum). Masyarakat diberikan hak pakai berukuran besar, terutama jenis Rizophora sp.

ditemukan

tongggak-tonggak

lahan rata-rata satu hektar per kepala dan Xylocarpus sp.

keluarga untuk ditanami pohon mangrove. Perjanjian pada saat itu adalah bahwa setelah

Adanya vegetasi yang sudah mencapai fase pohon-pohon tersebut siap dipanen, maka

pohon kecil dan sudah mulai belajar berbuah hasilnya bisa dijual oleh masyarakat dengan

sebenarnya bisa diharapkan sebagai jaminan sistem tebang pilih. Akan tetapi, perjanjian

untuk kawasan tersebut memulihkan diri tersebut hanya dilakukan secara lisan, tidak secara alami (ameliorasi), dengan syarat ada dokumen resmi yang mempunyai tidak ada lagi penebangan liar dan kekuatan hukum yang dikantongi oleh perambahan seperti yang pernah terjadi masyarakat. Oleh karena itu, ketika terjadi dahulu.

Untuk kawasan-kawasan yang perambahan terhadap hasil-hasil hutan tingkat kerusakannya cukup ekstrim perlu tersebut oleh orang-orang dari luar Jaring campur tangan manusia untuk melakukan Halus dan cukong-cukong arang, masyarakat perbaikan hidrologi dan pengkayaan jenis tidak bisa berbuat apa-apa. Hal tersebut (enrichment planting). Peran BKSDA sebagai

rasa ketidakpercayaan pemangku kawasan harus dioptimalkan,

menimbulkan

masyarakat terhadap program-program karena berdasarkan pengamatan jarang sekali

rehabilitasi mangrove di sekitar desa mereka. pihak BKSDA melakukan survey ke lapangan

Namun, setelah diadakan pendekatan kepada dalam rangka pengamanan kawasan. masyarakat melalui observasi partisipasi oleh

Rusaknya kawasan Suaka Margasatwa staf MAP-Indonesia selama empat bulan di Langkat Timur Laut sebagai ruang sumber

Jaring Halus, dapat diketahui bahwa Jaring Halus, dapat diketahui bahwa

pertama yang paling merasakan dampak dari berharap agar sebagian dari hasil penanaman

keberadaan ruang sumber daya tersebut, tersebut dapat dinikmati untuk menambah

perlu diberi akses untuk mengambil peran pendapatan mereka (orientasi produksi); dan

yang lebih luas. Hal ini tentu harus didukung hal paling penting bagi mereka adalah bahwa

oleh seperangkat aturan main yang disepakati kegagalan rehabilitasi mangrove pada tahun

bersama dan dilaksanakan secara konsekuen 1995 – 1998 jangan sampai terulang lagi.

oleh semua pihak yang terlibat. Kesejahteraan masyarakat Jaring Halus dan

Melihat betapa tergantungya masyarakat sekitarnya hanya sebagian kecil saja dari

terhadap ruang sumber daya di sekitarnya, sekian banyak manfaat lainnya yang bisa

maka dirasakan perlu untuk melakukan didapatkan jika kondisi ruang sumber daya

sebuah tindakan agar ruang sumber daya di tersebut (secara umum Kawasan Suaka sekitar Jaring Halus dapat memberikan daya Marga Satwa Langkat Timur Laut) dapat dukung seperti dulu lagi.

Bagaimana

dipulihkan seperti sediakala. Tuhan tidak caranya? Salah satu cara agar ruang sumber

pernah menciptakan segala sesuatu dengan daya tersebut dapat memberikan daya sia-sia, maka sudah sepatutnyalah kita dukung yang memadai adalah dengan

memanfaatkan sekaligus memelihara ciptaan - mengembalikan kondisi ruang sumber daya

Nya.

tersebut seperti keadaan aslinya, sehingga akan terbentuk ekosistem yang stabil.

Berdasarkan perhitungan nilai ekonomis Pengelolaan kawasan hutan Konservasi

mangrove bagi masyarakat, maka luas hutan Sumber Daya Alam sesuai peruntukkannnya

desa yang hanya 57,789 hektar tidak bisa mutlak diperlukan.

mengimbangi kebutuhan penduduk Jaring Halus yang jumlahnya 3.381 jiwa. Oleh

Pada hakikatnya sumber daya alam di darat karena itu, banyak penduduk yang dan di laut adalah semata-mata untuk menghendaki untuk bisa mengelola KSA memberikan manfaat yang sebesar-besarnya yang mangrovenya sudah rusak. Untuk bagi kemakmuran rakyat secara lestari dan kebutuhan satu desa dengan jum lah berkesinambungan. Pengelolaan sumber penduduk sekian itu, sedikitnya diperlukan daya alam yang telah dilakukan masyarakat

80 – 100 hektar lahan mangrove. Tidak Jaring Halus secara turun -temurun dan telah

mustahil jika konsep hutan desa yang sudah terbukti berhasil menjaga keseimbangan

terbukti bisa menjaga kelestarian mangrove antara komponen-komponennya tidak dicoba diterapkan pada 100 hektar KSA yang salahnya untuk dicoba diterapkan pada area

telah rusak. Namun dalam proses replikasi yang lebih luas terutama Kawasan Suaka

tersebut tentunya diperlukan penyesuaian - Margasatwa Langkat Timur Laut yang

penyesuaian atau perencanaan yang holistik, termasuk dalam ruang sumber daya terarah, dan logis. Persoalannya adalah, masyarakat Jaring Halus.

apakah masyarakat bisa mengakses KSA yang dilindungi pemerintah?

Replikasi Hutan Desa pada Hutan Negara

Setelah melakukan kajian hutan desa dan bernegosiasi dengan BKSDA adalah mengkaji perspektif pengelolaan kolaborasi

IPANJAR, JALA dan ESP-USAID. kawasan hutan, ternyata sangat terbuka

Di Jaring Halus terdapat beberapa kelompok peluang masyarakat untuk mengkases

masyarakat. Setelah melakukan identifikasi kawasan suaka marga satwa. Berbekal hasil

kelompok masyarakat, maka IPANJAR yang kajian dan rumusan model pengelolaan,

sejak awal menghendaki pengelolaan maka masyarakat Jaring Halus yang diwakili mangrove di kawasan suaka menyatakan kelompok IPANJAR dengan didampingi bersedia untuk mengajukan penawaran MAP-Indonesia dan ESP-USAID melakukan kepada BKSDA. Di luar kelompok pendekatan-pendekatan kepada pemerintah, masyarakat lokal, ESP-USAID adalah dalam hal ini BKSDA SUMUT I sebagai lembaga yang strategis untuk terlibat dalam pengampu dari Kawasan Suaka Margasatwa kolaborasi pengelolaan hutan terkait dengan Langkat Timur Laut. Pendekatan ini pengaruh dan statusnya sebagai NGO dilakukan melalui diskusi-diskusi yang internasional. Sebagai catatan, BKSDA melibatkan stakeholders di calon kawasan menghendaki kerjasama kolaborasi mi nimal kelola. Proses ini berlangsung selama 6 dengan lembaga skala nasional dan terdaftar (enam bulan) dari Februari hingga Agustus di sekretariat negara untuk menjamin 2006. kepastian hukum dan memperlancar masalah

Dalam proses ini, langkah pertama yang administrasi. Selain itu, ESP-USAID dilakukan adalah identifikasi stakeholders.

mempunyai komitmen untuk bekerja dalam Sebagaimana diuraikan pada bagian intervensi

bidang upaya-upaya pelestarian lingkungan di pihak luar, banyak pihak yang terlibat dalam

Sumatera Utara paling tidak untuk lima isu-isu lingkungan di Jaring Halus. Namun

tahun kerja. Adapun JALA diajak terkait dari banyak pihak tersebut, yang paling

dengan kapasitasnya sebagai lembaga relevan untuk diajak hingga ke garda depan dengan kapasitasnya sebagai lembaga relevan untuk diajak hingga ke garda depan

menunjukkan beragam persoalan di kawasan suaka marga satwa, antara lain soal arang dan

Langkah kedua adalah melakukan penjajakan tambak, yang membutuhkan penanganan

dengan BKSDA dengan mengutarakan bersama; (3) MAP-Indonesia memberikan kemungkinan bagi masyarakat Jaring Halus jaminan pengembangan matapencaharian untuk mengakses kawasan suaka marga alternatif menggunakan bahan non-kayu di satwa.

Kepala BKSDA

saat

itu

kawasan suaka yang bisa meningkatkan menyampaikan bahwa hal itu sangat pendapatan masyarakat secara berkelanjutan; mungkin, namun ada beberapa catatan yang

dan (4) BKSDA menyarankan agar MAP- harus diperhatikan, antara lain adalah bahwa

ESP-USAID segera masyarakat tidak boleh melakukan

Indonesia

dan

merumuskan draft MoU kolaborasi penebangan dan pemanfaatan kayu untuk

pengelolaan hutan.

alasan apa pun. Kepala BKSDA memberikan buku yang berisi Keputusan Mentri

Langkah keenam adalah merumuskan MoU Kehutanan tentang kolaborasi pengelaolaan

Kolaborasi Pengelolaan Hutan yang hutan untuk dipelajari.

dilakukan oleh MAP-Indonesia dan ESP- USAID yang secara berkala dikonsultasikan

Langkah ketiga adalah mempelajari dengan BKSDA. Proses ini membutuhkan

keputusan menteri tentang kolabo rasi waktu dua bulan. BKSDA memberikan

pengelolaan hutan dan peraturan-peraturan contoh naskah MoU kolaborasi pengelolaan

lain yang terkait. Hal ini dilakukan oleh hutan di salah satu kawasan konservasi di MAP-Indonesia di Yogyakarta dan

Sumatera.

dikonsultasikan dengan ESP-USAID dan BKSDA melalui telepon dan e-mail. Dalam

Langkah ketujuh penandatanganan Selama proses ini JALA menyatakan tidak akan

proses ini berlangsung, MAP-Indonesia yang terlibat dengan beberapa pertimbangan yang

bersentuhan langsung dengan akar rumput cukup logis terkait dengan status

masih terus melakukan aksi-aksi kolaborasi kelembagaan JALA sebagai jaringan.

bersama masyarakat di Jaring Halus, antara lain ujicoba rehabilitasi mangrove skala kecil

Langkah keempat adalah merumuskan tujuan di bekas tambak salah seorang penduduk dan bentuk pengelolaan yang hendak serta pengembangan matapencaharian ditawarkan kepada BKSDA. Dalam proses alternatif, antara lain pembuatan kerupuk ini, staf lapangan MAP-Indonesia dan ESP- dan teh jeruju, pengengembangan VCO, dan USAID melakukan survey dan pemetaan pembuatan kue mangrove. Tujuan dari kawasan yang hendak dikelola. Sementara itu pengembangan matapencaharian alternatif staf MAP-Indonesia di Yogyakarta adalah untuk meningkatkan rasa peduli menyiapkan presentasi untuk BKSDA. masyarakat terhadap mangrove dengan cara

dan mengenalkan yang melibatkan IPANJAR, wakil masyarakat

Langkah kelima adalah diskusi stakeholders

mengeksplorasi

manfaatnya. Sementara itu, ujicoba Jaring Halus, MAP-Indonesia, BKSDA

rehabilitasi yang menekankan pada sistem SUMUT I, dan ESP-USAID. Dalam diskusi

hidrologi dan pertumbuhan mangrove secara tersebut dibicarakan butir-butir penting

alami adalah menyiapkan kelompok sebagai berikut: (1) BKSDA menyambut baik

masyarakat dan dan ujicoba teknis rehabilitasi rencana kolaborasi pengelolaan Kawasan

guna diterapkan pada skala wilayah yang Suaka Marga Satwa Langkat Timur Laut

lebih luas, yakni pada kawasan KSA yang dengan alasan bahwa memang sudah ada

seluas 500 hektar jika MoU selesai peraturan yang mendukung pada kegiatan

ditandatangani.

Penandatanganan MoU