Menuju Sertifikasi Profesi PTK-
D. Menuju Sertifikasi Profesi PTK-
Dalam rangka menuju sertifikasi profesi PTK-PNF yang mapan dan akuntabel perlu dilakukan langkah sistemik yang meliputi setidak tidaknya komponen sbb: perumusan standar kompetensi PTK-PNF dan body of knowledge yang mendukungnya, rincian jenis dan jenjang profesi PTK-PNF, kode etik profesi, standar penyelenggaraan pendidikan dan latihan PTK-PNF, sistem dan mekanisme sertifikasi profesi, sistem dan mekanisme lisensi dan akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan profesi, sistem pengendalian profesi, sistem sanksi terhadap pelanggaran profesi, perlindungan profesi, dan manajemen sertifikasi profesi.
Pertama, standar kompetensi profesi disusun dengan menggunakan pendekatan competency- based approach yang dimulai dari identifikasi profil keahlian PTK-PNF yang ideal dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis baik yang bersifiat internal maupun internal, serta identifikasi faktor-faktor yang mendukung terbentuknya standar kompetensi tersebut. Kompetensi tidak hanya menyangkut bidang ilmu dan pengetahuan metodologi mengajarkannya, tetapi tak kalah pentingnya adalah sikap dan keyakinan akan nilai-nilai sosok PTK-PNF yang baik dan berpenampilan. Oleh sebab itu, stadar kompetensi profesi lebih berorentasi kepada kualitas kinerja sehingga setidak-tidaknya menggambarkan kinerja seperti apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kompetensi itu, dasar keilmuan dan kode etik yang mana yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja tersebut, seberapa jauh tingkat kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan, dan seperti apa indikator penilaian yang dapat dipergunakan untuk menilai kinerja profesi. Pengembangan standar kompetensi ini dapat dilakukan dengan pendekatan benckmarking, adopt dari standar yang sudah ada baik di bidang profesi lain maupun di bidang profesi yang sama dari luar negeri, pendekatan “field research”, atau
kombinasi keduanya. 1 Produk dari standar kompetensi ini dapat bertaraf nasional maupun internasional. Pendekatan fourpartiet antara
Sertifikasi dan Kompetensi .....
Andragogi Vol.1 No.1. 2007
Sertifikasi dan Kompetensi ..... birokrat, organisasi profesi, penyelenggaran
oleh Pemerintah demi legitimasi, dalam proses pendidikan dan pelatihan profesi, dan pemakai
perumusannya harus mendayagunakan oganisasi profesi sangat diperlukan untuk memperoleh
profesi sehingga setiap perkembangan profesi rumusan yang sempurna.
dapat diintegrasikan di dalamnya. Kemudian, regulasi tentang persyaratan dan standar lembaga
Hasil rumusan kompetensi tersebut pendidikan dan latihan profesi PTK-PNF dijabarkan lebih lanjut untuk mengidentifikasi
ini dilengkapi dengan sistem dan mekanisme kompetensi dasar (core competence), body of knowledge
sertifikasi yang harus dirumuskan sebagai lisensi yang mendukungnnya, kompetensi pendukung,
sehingga bersifat mandatory, dan akreditasi untuk kompetensi yang sudah dibawa sejak lahir
menetapkan kualitasnya. (askriptif), kompetensi yang dapat diperoleh di jenjang pendidikan formal, kompetensi yang
Kelima, untuk menghindari ter jadinya hanya dapat diperoleh di tempat kerja, dan
malpraktek dalam pelaksanaan tugas PTK- kompetensi yang menyangkut nilai, budaya, dan
PNF maka regulasi tentang pengendalian dan sikap yang pembentukannya diperlukan cara
sanksi terhadap pelanggaran profesi PTK- khusus.
PNF perlu dirumuskan dan dituangkan dalam Kedua, karena profesi itu bersifat
bentuk peraturan perundang-undangan yang kontinum, maka perlu dirinci jenjang profesi
menjabarkan pasal 35 UU NO. 30/2003, PTK-PNF mulai dari yang paling rendah sampai
yaitu tentang sertifikasi profesi. Dengan yang paling tinggi untuk menunjukkan tingkat
demikian ada kepastian hukum, mendorong kualitas kompetensi yang dimiliki oleh seseorang
peningkatan profesionalisme kinerja profesi, dan jejang okupasi yang sesuai. Rincian profesi
dan perlindungan terhadap dampak malpraktek PTK-PNF juga dapat dilakukan menurut jenisnya
di kalangan PTK-PNF. untuk memberikan variasi spesialisasi keahlian. Misalnya dibedakan antara profesi PTK-PNF
Keenam, regulasi tentang sertifikasi profesi tidak untuk pamong kelas di balai dasar dan untuk
hanya mengatur kewajiban akan dipenuhinya pamong bidang studi di balai menengah, dsb.
persyaratan dan standar, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap profesi terutama dari
Ketiga, kode etik profesi perlu ancaman terhadap otonomi dan akuntabilitas dikembangkan sebagai pedoman norma dalam
profesi, ancaman hukum, dan penghasilan menjalankan profesi sehari-hari, yang dilengkapi
berdasarkan kinerja dan jenjang profesi. dengan indikatornya, dan sekaligus juga sebagai
Dengan perlindungan ini maka semua orang alat kontrol untuk menghindari terjadinya
merasa aman dan nyaman dalam mengotimalkan malpraktek dalam melaksanakan profesi. Dengan
kinerja profesi PTK-PNF guna mendukung memperoleh masukan dari berbagai pihak yang
peningkatan mutu pendidikan. berkaitan terutama klien, organisasi profesi
E. Aktor Pengembangan Profesi
bertanggungjawab merumuskan kode etik profesi ini.
Setidak-tidaknya ada empat aktor besar yang Keempat, sesuai dengan peraturan seharusnya berperan dalam mengembangkan, perudangan yang berlaku, pendidikan dan melaksanakan dan menjaga profesi PTK-PNF, pelatihan profesi dapat diselenggarakan baik oleh yaitu: pemerintah, pendidikan tinggi, organisasi satuan pendidikan atau lembaga sertifikasi mandiri profesi, dan konsumen, yaitu peserta didik yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui dan orang tua. Keempat aktor tersebut harus
oleh Pemerintah. 2 Guna menghasilkan produk memberikan peran dan kontribusinya sesuai yang diharapkan, perlu ditetapkan persyarataan dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan standar penyelenggaraan pendidikan dan sehingga tidak perlu terjadi tumpang-tindih. pelatihan profesi PTK-PNF, yang tidak hanya berorientasi kepada inputs tetapi tidak kalah Dalam masyarakat madani yang demokratis, pentingnya juga kepada proses. Walaupun Pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, persyaratan dan standar ini secara resmi ditetapkan yaitu sebagai regulator, distributor, dan resource