14816630 jurnal Vol 1 No 1 2007

ANDRAGOGI JURNAL PENELITIAN DAN PENGKAJIAN PENDIDIKAN NON FORMAL

Susunan Redaksi : Pembina :

Drs. Erman Syamsuddin, M.Pd

Penanggung Jawab :

Ir. Djajeng Baskoro M.Pd

Dewan Redaksi :

Drs. H. Hasan Mamu Drs. Hazairin Ali, M.Si

Hj. A. Nurhidayah, A.S, S.Sos Muhammad Hasbi, S.Sos, M.Pd

Editor Ahli :

Prof. Dr. Tawany Rahamma, M.A Prof. Dr. A. Mansyur Hamid, M.Pd Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd Drs. Agus Mursidi, M.Pd

Editor Pelaksana:

Drs. M. Ali Latief Amri, M.Pd Drs. Syamsul Bahri Gaffar, MSi Suardi, S.Pd, M.Pd Kartini, S.Pd, M.Pd

Pemimpin Redaksi :

Dwi Sarmulyanto, S.T

Anggota Redaksi :

Drs. Arman Agung Irhandi Amirin, S.Kom Amirullah, S.Kom

Penyusun Desain:

Amirullah, S.Kom

Alamat Redaksi :

Gedung Utama Lantai 1

Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal

(BPPNFI) Regional V Makassar

Jl. Adhyaksa, No. 2 Makassar 90231, Sulawesi Selatan

Telp. (0411) 421460 Email : Info@bpplsp-reg5.go.id

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr.Wb. Mengetahui dan menguasai banyak informasi adalah salah satu ciri seorang “Pemimpin”, tanpa pengetahuan yang memadai dan penguasaan informasi, maka kita hanya akan menjadi seorang “Pemimpi”. Betapa pentingnya informasi dewasa ini tidak terbantahkan lagi, olehnya itu kita perlu membuka kran seluas-luasnya untuk mendukung penyebaran informasi khususnya informasi pendidikan terhadap seluruh lapisan masyarakat.

Khusus terhadap bidang penelitian dan pengkajian Pendidikan Non Formal dan Informal, kebaradaan Jurnal “Andragogi” ini merupakan suatu bentuk usaha positif dalam rangka usaha publikasi terhadap berbagai hasil penelitian dan pengkajian di jalur Pendidikan Non Formal di lingkup wilayah BP- PNFI Regional V. Hal ini adalah suatu hal yang penting, karena disamping fungsinya sebagai media informasi bagi para pemangku kebijakan juga bahan referensi dan parameter sejauh mana usaha yang telah dilakukan dalam hal penelitian dan pengkajian di bidang Pendidikan Non Formal dan Informal, juga akan menjadi media informasi edukatif bagi semua stakeholder.

Naskah yang dimuat dalam Jurnal ini adalah merupakan tulisan dari para PTK-PNF termasuk Tim Akademisi dan pemerhati pendidikan non formal dan informal di wilayah regional V, menyangkut berbagai kajian, baik yang telah dan sedang dilaksanakan maupun kajian yang masih bersifat wacana ilmiah yang berupa solusi alternatif yang perlu ditindaklanjuti demi memecahkan masalah-masalah disekitar penyelenggaraan pendidikan non formal dan informal di Indonesia pada umumnya dan di wilayah regional V pada khususnya.

Ucapan terimakasih dan penghargaan saya kepada seluruh jajaran Redaksi Jurnal Pendidikan Non Formal “Andragogi” yang dengan izin Allah SWT dan atas kerja kerasnya, sehingga Jurnal edisi perdana ini dapat terealisasikan. Akhirnya, semoga Jurnal ini dapat memberi manfaat yang sebesar- besarnya kepada dunia pendidikan, Amin

Wassalam Kepala BP-PNFI Regional V

Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd NIP 131877267

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

iii

Andragogi Suatu Orientasi..

ANDRAGOGI SUATU ORIENTASI BARU DALAM PEMBELAJARAN

Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang dewasa dan “agogos”

yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

Oleh : Syamsul Bakhri Gaffar

Abstract:

Istilah Pedagogi nampaknya tidak cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Hal ini memunculkan suatu masalah yang tidak disadari bahwa dalam istilah pedagogi terdapat kata “Paid” yang berarti anak. Demikian juga dalam istilah pedagogi tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu penyampaian pengetahuan pada anak-anak. Atas dasar itulah sehingga pendidikan kemudian diartikan sebagai proses penyampaian pengetahuan. Mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyampaian ternyata kurang sesuai dengan perkembangan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu dewasa ini telah muncul suatu teori baru cara membelajarkan orang dewasa yang dikenal dengan istilah Andragogi, yaitu suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar, yang secara prinsip asumsi yang digunakan berbeda dengan Pedagogi, terutama mengenai konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar.

Kata kunci: Andragogi, orientasi baru, Pembelajaran

Pengetahuan tentang belajar kebanyakan pendidikan orang dewasa ditemukan istilah diperoleh dari pengalaman atau penelitian

“Pedagogy of Adult Education” . Orang tentang belajar pada anak-anak ataupun binatang.

rupanya tidak menyadari bahwa dalam istilah Demikian pula halnya dengan pengetahuan

pedagogi terdapat kata “paid” yang berarti tentang pengajaran, kebanyakan diperoleh dari

anak, sehingga istilah pedagogi sangat tidak pengalaman pengajaran anak-anak dalam situasi

cocok dipakai untuk menjelaskan tentang ilmu di mana anak-anak tersebut diwajibkan untuk

dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. mengikuti suatu proses belajar-mengajar yang

Masalah lain yang muncul sehubungan dengan berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan

pengertian yang ditarik dari istilah pedagogi formal. Pelaksanaan proses belajar-mengajar

ialah tentang konsep tujuan pendidikan, yaitu tersebut didasarkan pada definisi pendidikan

penyampaian pengetahuan pada anak-anak. sebagai suatu proses penyampaian kebudayaan.

Atas dasar itu pendidikan kemudian diartikan Definisi pendidikan tersebut pada dasarnya

sebagai proses penyampaian pengetahuan. bersumber dari suatu istilah pendidikan yaitu

Mendefinisikan pendidikan sebagai proses Pedagogi . Istilah pedagogi ini berasal dari

penyampaian ternyata kurang sesuai dengan bahasa Yunani “paid” artinya anak dan “agogos”

perkembangan dan kehidupan manusia. artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah

Selain itu masalah yang timbul dalam pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan

pengertian pedagogi adalah adanya pandangan seni mengajar anak (the art and science of

yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan teaching children).

itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Manusia yang juga telah ditulis dalam

Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi buku-buku pendidikan dan kamus, di mana

seperti inovasi dalam teknologi, mobilitas istilah pedagogi diartikan sebagai seni dan ilmu

penduduk, perubahan sistem ekonomi, politik mengajar. Bahkan dalam buku-buku tentang

dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam

Andragogi Vol.1 No.1. 2007 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Dewasa ini di kalangan para ahli pendidikan orang dewasa telah berkembang baik di Eropa maupun di Amerika, suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa. Untuk membedakan dengan pedagogi, maka teori baru tersebut di kenal dengan nama Andragogi yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “andr” yang berarti orang dewasa dan “agogos” yang berarti memimpin atau membimbing. Dengan demikian andragogi dirumuskan sebagai suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.

ASUMSI ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

Ada perbedaan mendasar mengenai asumsi yang digunakan oleh Andragogi dan Pedagogi terutama dari aspek konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar dan orientasi terhadap belajar. Asumsi itu dapat dikemukakan sebagai berikut: • Konsep Diri.

Menurut Knowles, dalam pendekatan pedagogi peranan peserta didik bergantung pada guru. Dalam hal ini guru diharapkan oleh masyarakat memegang tanggungjawab penuh untuk menentukan apa yang akan dipelajari oleh pada peserta didik, kapan waktunya belajar, bagaimana cara mempelajarinya, dan apakah suatu bahan telah selesai dipelajari atau belum. Sedangakan dalam pendekatan andragogi, proses pematangan manusia merupakan kewajaran bagi seorang individu untuk bergerak dari ketergantungan ke arah kemandirian. Perpindahan ini secara bertahap dan dengan kecepatan yang berbeda-beda sesuai dengan orang dan dimensi kehidupannya. Para guru orang dewasa bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara gerakan ini. Orang dewasa mempunyai kebutuhan

psikologis yang dalam untuk mandiri, meskipun dalam situasi-situasi tertentu bergantung pada pihak lain. • Pengalaman.

Peranan pengalamn yang dibawa peserta didik ke situasi belajar kurang bernilai. Hal itu mungkin hanya sebagai titik tolak. Pengalaman yang akan menjadi sumber belajar yang utama bagi peserta didik adalah pengalaman para guru, penulis buku, pencipta Audio-Visual Aids dan ahli-ahli lainnya. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik penerusan atau pemindahan (ceramah, tugas dan sebagainya). Dalam andragogi, selama manusia tumbuh dan berkembang mereka menyimpan banyak pengalaman dan karena itu akan menjadi sumber yang tak habis-habisnya untuk belajar, baik bagi mereka secara pribadi maupun bagi orang lain. Lagi pula orang memberikan arti yang lebih besar kepada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman daripada yang diperoleh secara pasif. Karena itu teknik utama yang digunakan adalah teknik pengalaman (eksperimen, laboratorium, diskusi, pemecahan persoalan, pengalaman lapangan dan sebagainya). • Kesiapan Belajar.

Orang siap mempelajari apapun yang dikehendaki masyarakat terutama sekolah untuk mereka pelajari, asalkan tekanan ini cukup berat bagi mereka. Sebagian orang yang sebaya siap untuk mempelajari bahan yang sama. Karena itu pelajaran hendaknya diatur ke dalam suatu kurikulum yang benar-benar baku, dengan suatu penjenjangan yang seragam bagi semua peserta didik. Dalam andragogi, orang menjadi siap untuk mempelajari sesuatu bila mereka merasakan kebutuhan untuk mempelajari hal itu. dengan tujuan agar dapat menyelesaikan tugas atau persoalan hidup mereka dengan yang lebih memuaskan. Pendidik memegang tanggungjawab menciptakan kondisi dan menyediakan alat-alat serta prosedur untuk membantu para peserta didik menemukan kebutuhan atau keingintahuan mereka. Dengan demikian program belajar hendaknya disusun menurut kategori penerapan hidup dan diurutkan sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik.

• Orientasi Terhadap Belajar. Para peserta didik melihat pendidikan sebagai suatu proses untuk memperoleh bahan

Andragogi Suatu Orientasi..

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Andragogi Suatu Orientasi..

pelajaran, yang sebagian besar mereka anggap dapat dikemukakan bahwa: hanya akan berguna di kemudian hari. Karena 1). Orang dewasa mempunyai konsep diri, itu kurikulum seharusnya diatur menjadi

yaitu suatu pribadi yang tidak tergantung satuan-satuan pelajaran yang mengikuti urutan

kepada orang lain yang mempunyai logika mata pelajaran bersangkutan. Jadi

kemampuan mengarahkan dirinya sendiri orientasi mereka berpusat pada mata pelajaran.

dan kemampuan mengambil keputusan, Sebaliknya dalam andragogi, para peserta

2) Orang dewasa mempunyai kekayaan didik memandang pendidikan sebagai suatu

pengalaman yang merupakan sumber yang proses pengembangan kemampuan untuk

penting dalam belajar,

mencapai potensi kehidupan yang paripurna.

3) Kesiapan belajar orang dewasa berorientasi Mereka ingin dapat menerapkan pengetahuan

kepada tugas-tugas perkembangannya sesuai dan keterampilan apapun yang mereka

dengan peranan sosialnya peroleh saat ini untuk kehidupan esok yang

4) Orang dewasa mempunyai perspektif lebih efektif. Karena itu, pengalaman belajar

waktu dalam belajar, dalam arti secepatnya seharusnya disusun menurut kategori-kategori

mengaplikasikan apa yang dipelajarinya. pengembangan kemampuan. Jadi orientasi mereka terhadap belajar berpusat pada karya atau prestasi. Dari asumsi dasar tersebut di atas

Perbedaan rancangan proses belajar mengajar antara Pedagogi dan Andragogi dapat digambarkan sebagai berikut:

Iklim Belajar

Berorientasi pada otoritas

Berorientasi Pada Kerjasama

Saling Menghormati Perencanaan

Formal dan Kompetitif

Direncanakan oleh guru

Direncanakan Bersama antara Pelatih dan Peserta

Diagnosis Kebutuhan Belajar

Dilakukan oleh guru

Dilakukan Bersama Pelatih dan Peserta

Perumusan Tujuan

Dilakukan oleh guru

Dirumuskan Bersama Pelatih dan Peserta

Orientasi

Pada mata pelajaran

Pada Masalah

Kegiatan Belajar

Mengunakan Teknik Transmisi

Menggunakan Teknik Inquiri terhadap Penglaman

Evaluasi

Oleh Guru

Evaluasi Bersama oleh Pelatih dan Peserta

FUNGSI PENDIDIK ORANG DEWASA.

Pendidik orang dewasa mempunyai fungsi efektif dari suatu program pendidikan antara lain:

orang dewasa (fungsi organisasi).

c. Merumuskan tujuan yang sesuai dengan dan masyarakat untuk pendidikan orang

a. Menilai kebutuhan belajar individu, lembaga

kebutuhan belajar yang telah ditetapkan, dewasa yang sesuai dengan lingkungan

dan merencanakan suatu program kegiatan organisasinya (fungsi diagnostik).

untuk mencapai tujuan tersebut (fungsi

b. Menetapkan dan mengelola struktur organisasi

perencanaan).

untuk pengembangan dan pelaksanaan yang

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Andragogi Suatu Orientasi..

1. Presentasi. Teknik ini meliputi antara yang diperuntukan bagi pelaksanaan suatu

d. Menciptakan dan mengawasi prosedur

lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, program secara efektif, termasuk memilih dan

panel, demonstrasi, film, slide, pameran, melatih ketua-ketua kelompok belajar, tutor,

darmawisata, dan membaca. mengatur fasilitas dan proses administrasi,

2. Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi seleksi dan penerimaan pebelajar, dan

antara lain: tanyajawab, permainan peran, pembiayaan (fungsi administrasi).

kelompok pendengar panel reaksi, dn panel

e. Menilai efektivitas program pendidikan

yang diperluas.

yang dilaksanakan (fungsi evaluasi).

3. Teknik Diskusi. Teknik ini terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi

FUNGSI PENDIDIK ORANG

kasus.

DEWASA.

4. Teknik Simulasi. Teknik ini terdiri atas: Pendidik orang dewasa dapat digambarkan

permainan peran, proses insiden kritis, dengan mengai tkan antara kebutuhan dan

metode kasus, dan permainan. tujuan individu.

Misi setiap pendidik orang dewasa adalah membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, membantu individu untuk

mengembangkan sikap bahwa belajar itu adalah IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat, dan ORANG DEWASA

dengan pendidikan itu Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di dapat diperoleh pengetahuan, sikap dan atas, dapat dikemukakan bahwa ketiga pendapat

keterampilan yang dapat digunakan untuk bekerja tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam secara mandiri serta dapat mengembangkan memandang pebelajar, baik dalam pembelajaran potensi-potensi yang kita miliki. Dalam proses pedagogi maupun andragogi terutama dalam belajar ini dapat dimanfaatkan oleh orang konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dewasa untuk mengembangkan dirinya, baik dan orientasi belajar. Oleh karena itu dapat secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang orang dewasa lainnya.

dewasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai Pendidik orang dewasa dalam merencanakan berikut:

program pembelajarannya hendaknya didasarkan

1. Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan pada kebutuhan belajar yang diinginkan oleh

keadaan orang dewasa. Baik ruangan orang dewasa, tanpa demikian pendidikan orang

yang digunakan maupun peralatan (kursi, dewasa akan mengalami kegagalan.

meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka. Selain itu, dalam iklim belajar tersebut, perlu diciptakan kerjasama yang saling menghargai antara

TEKNIK DAN METODE PEMBELAJARAN

para peserta dengan peserta lain maupun

ORANG DEWASA

dengan para pelatih/fasilitator. Ini berarti bahwa setiap peserta diberi kesempatan

Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan kegiatan belajar memerlukan adanya pengambilan

pandangannya tanpa ada rasa takut keputusan mengenai teknik dan bahan belajar

dihukum maupun dipermalukan. Iklim apa yang paling bermanfaat digunakan untuk

belajar seperti ini akan sangat tergantung mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya

kepada pelatih/fasilitator. menentukan strategi pembelajaran dengan

2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih dalam

kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan

terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila sebagai narasumber.

apa yang akan dipelajarinya itu sesuai dengan Ada beberapa teknik atau metode yang dapat

kebutuhan yang ingin dipelajari. digunakan untuk membantu orang dewasa belajar, antara lain:

4 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Andragogi Suatu Orientasi..

3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan kebutuhan kelembagaan. Misalnya suatu belajarnya. Dalam perencanaan ini fasilitator

program latihan orientasi untuk para pekerja lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing

baru, bukan dimulai dengan sejarah atau dan manusia sumber.

filsafat perusahaan, tetapi dimulai dengan

4. Dalam proses belajar-mengajar merupakan kehidupan nyata yang menjadi perhatian tanggungjawab bersama antara pelatih/

para pekerja baru, seperti: di mana saya harus failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/

bekerja, dengan siapa saya bekerja, apa yang fasilitator lebih banyak berperan sebagai

diharapkan dari saya, dan sebagainya. manusia sumber, pembimbing, dan katalist

9. Adanya konsep mengenai tugas-tugas dari pada sebagai guru.

perkembangan pada orang dewasa akan

5. Evaluasi belajar lebih menekankan pada memberi petunjuk dalam belajar secara cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui

kelompok. Untuk tugas-tugas perkembangan, kemajuan belajar peserta.

maka belajar secara kelompok yang anggota

6. Karena orang dewasa merupakan sumber kelompoknya bersifat homogen akan lebih belajar yang lebih kaya dibandingkan

efektif.

anak-anak, maka proses belajar nya

10. Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan lebih ditekankan kepada teknik yang

sebagai seorang guru yang mengajarkan sifatnya menyadap pengalaman mereka

mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan seperti: kelompok diskusi, metode kasus,

sebagai pemberi bantuan kepada orang simulasi, permainan peran, latihan praktek,

yang belajar.

demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar,

11. Kurikulum dalam pendidikan untuk dan sebagainya.

orang dewasa tidak berorientasi kepada

7. Penekanan dalam proses belajar bagi orang mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas

kepada masalah. Hal ini karena orang dewasa dasar pengalaman mereka.

cenderung berorientasikan kepada masalah

8. Urutan kurikulum dalam proses dalam orientasi belajarnya. belajar orang dewasa disusun berdasarkan

12. Oleh karena orang dewasa dalam tugas perkembangannya dan bukan atas

belajar berorientasi kepada masalah, dasar urutan logik mata pelajaran atau

maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Amalius Sahide. 1990. Pendidikan Orang Dewasa. Ujungpandang: FIP IKIP

Knowles, Malcolm. 1977. The Modern Practice of Adult Education, Andragogy Versus Pedagogy. New York: Assosiation Press. Zainuddin Arif. 1984. Andragogi. Bandung: Angkasa.

Penulis adalah - Dosen Jurusan PLS FIP UNM

- Tim Akademisi BPPLSP Regional V Makassar

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Kajian Tentang .....

KAJIAN TENTANG PERLUNYA MENGEMBANGKAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (Studi Kasus pada Kelompok Belajar Paket B Di Kabupaten Gowa)

Bruner (1985) mengemukakan asumsinya bahwa proses belajar mengajar pengetahuan (cognitive learning) seharusnya didasarkan sepenuhnya atas tiga hal. Pertama, adanya dorongan yang tumbuh dari dalam peserta didik. Kedua, adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar. Ketiga, peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganajaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu dari anak didik.

Oleh : Kartini Marzuki

Abstract:

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari solusi dalam upaya mengembangkan kelompok belajar Paket

B sebagai satuan Pendidikan Luar Sekolah. Secara khusus penelitian ini bertujuan: (1) Menganalisis keadaan kelompok belajar paket B di Kabupaten Gowa, (2) Mengungkap dan menganalisis upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kelompok belajar Pendidikan Luar Sekolah, (3) Mengungkap dan menganalisis peran yang dapat dilakukan oleh tenaga PLS dalam mengembangkan kelompok belajar Paket B. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui angket, wawancara dan studi kepustakaan. Informan berjumlah 16 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Kelompok Belajar Paket B di Kabupaten Gowa mengalami peningkatan dari segi kualitas. Upaya pengelolaan dalam mengembangkan kelompok belajar Paket B dilakukan dengan cara pemberian motivasi kepada warga belajar, sumber belajar dan masyarakat sekitar. Demikian pula dengan meningkatkan mutu pengelola, sumber belajar dan pengadaan sarana dan prasarana. Adapun peran yang dapat dilakukan oleh tenaga PLS adalah sebagai motivator, fasilitator, dinamisator dan sebagai komunikator.

1. PENDAHULUAN

Pendekatan kelompok muncul karena pendekatan menekan kelemahannya. Kelompok belajar individual dan pendekatan massal mengandung (learning Group/i) dapat dianggap sebagai banyak kelemahan. Pendekatan individual yang perujudan pendekatan kelompok dalam dunia intensif karena kekuatan komunikasi langsung,

pendidikan.

face to face ternyata kurang luas jangkauannya, Kelompok belajar dalam maknanya sehingga terlampau mahal dan banyak waktu yang lebih luas berarti setiap kelompok yang yang diperlukan. Sebaliknya pendekatan massal memungkinkan para warganya bisa belajar secara mampu menjangkau daerah dan sasaran yang efektif dan efisien. Batasan operasional tentang luas karena bantuan kekuatan media massa, kelompok belajar ini bermakna luas, sehingga akan tetapi seringkali menampakkan kelemahan dengan sendirinya tidak semata-mata merujuk karena efeknya kurang intensif disertai alur pada kelompok komunikasi yang sepihak saja.

Pendekatan kelompok banyak dipilih karena diangap bisa mengambil kekuatan kedua pendekatan tersebut di atas dengan

6 Andragogi Vol.1 No.1. 2007 6 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Kelompok belajar bukan sekedar merupakan kelompok sasaran informasi atau pesan, juga bisa berfungsi sebagai wahana pembelajaran yang bisa diandalkan dalam pendidikan luar sekolah. Dalam kelompok belajar dapat terjadi tukar menukar pengetahuan, pengalaman, bahkan keterampilan antara sesama warga belajar. Suasana kelompok belajar yang tidak kaku bisa mendorong keberaanian untuk berperan serta berpartisipasi dalam proses belajar.

B r u n e r ( 1 9 8 5 ) m e n g e mu k a k a n asumsinya bahwa proses belajar mengajar pengetahuan (cognitive learning) seharusnya didasarkan sepenuhnya atas tiga hal. Pertama, adanya dorongan yang tumbuh dari dalam peserta didik. Kedua, adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan berbuat dalam kegiatan belajar. Ketiga, peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganajaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu dari anak didik. Dengan kata lain, peserta didik akan merasa bahwa belajar itu adalah merupakan bagian dari kehidupannya, dilakukan atas dorongan dari dalam dirinya bila kegiatan belajar ini sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan dirinya dan penghargaan akan datang dari peserta didik sendiri, antara lain adanya kepuasan atas kemampuan diri untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu yang dipelajari (the autonomy of self reward).

Kelompok belajar bisa berkembang menjadi kelompok kerja (working group) manakala para warganya merasa perlu merealisasikan hasil belajar mereka dalam bentuk kegiatan usaha bersama. Pengalaman belajar bersama dapat membina rasa kegotongroyongan yang bisa menjadi modal yang penting bagi pembangunan masyarakat.

Kelompok belajar pendidikan luar sekolah lebih didasarkan pada kemauan dan kemampuan masyarakat pada umumnya dan warga belajar pada khususnya serta bersifat fleksibel. Karena hal tersebut maka pada umumnya kelompok belajar PLS terkesan “asal ada” dan tidak terawat jika dibandingkan dengan

pendidikan sekolah, maka keadaannya jauh tertinggal.

Kajian tentang upaya mengembangkan kelompok belajar PLS sangat diperlukan. Hasil kajian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pemantapan kompetensi para lulusan Jurusan PLS khususnya serta pembinaannya selaku lembaga kependidikan pada umumnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana keadaan kelompok belajar Paket B di Kabupaten Gowa?, (2) Bagaimana upaya yang diakukan untuk mengembangkan Kelompok Belajar Paket B di Kabupaten Gowa? dan (3) Peran apa yang dapat dilakukan oleh tenaga PLS dalam mengembangkan kelompok belajar Paket

B di Kabupaten Gowa ?

2. METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data meliputi: (1) Angket, yang disebarkan pada pengelola kelompok belajar, (2) Observasi, teknik ini dimaksudkan untuk mengadakan pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran yang dilakukan oleh setiap kelompok belajar. Pengamatan terutama ditentukan kepada interaksi belajar mengajar antara tutor dan warga belajar termasuk penggunaan alat dan fasilitas belajar lainnya, (3) Wawancara, teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data penunjang dari responden, baik dari sumber belajar maupun warga belajar, (4) Studi kepustakaan, yaitu usaha untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan teori-teori atau konsep-konsep erat hubungannya dengan masalah yang diteliti.

3. HASIL PENELITIAN

Ditinjau dari asprk program belajar, kelompok belajar paket B merupakan paket yang diatur oleh pemerintah yang terdiri dari dua bagian yaitu pendidikan dasar umum dan pendidikan keterampilan. Untuk pendidikan keterampilan, pengembangan program diupayakan kerelevansian kebutuhan warga belajar dan kebutuhan masyarakat. Hal ini berimplikasi bagi para pengelola dan penanggung jawab secara

Kajian Tentang .....

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Kajian Tentang ..... langsung terhadap pelaksanaan kelompok

d i a n t a r a n y a m e n i n g k a t k a n ko m p o n e n belajar paket B untuk menyusun program belajar pembelajaran baik itu tutor (sumber belajar) keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pengelola melengkapi sarana dan prasarana yang warga belajar dan masyarakat.

diperlukan oleh kelompok belajar tersebut serta

Peran kelompok belajar sebagai salah lebih mengintensifkan pemantauan. satu satuan pendidikan luar sekolah baru bisa

Peran yang bisa dilakukan oleh seorang dilihat dari cara pengelolaaannya saja, sebab jika tenaga pendidikan luar sekolah menurut data yang ditinjau dari segi hasil belum maksimal. Hal ini terkumpul dari responden diketahui bahwa peran dimungkinkan karena beberapa faktor, antara lain tersebut adalah sebagai motivator, fasilitator, adalah masalah pembiayaan yang dirasa belum dinamisator dan peran sebagai komunikator. mencukupi untuk membiayai seluruh kegiatan Sebagai motivator, seorang tenaga pendidikan penyelenggaraan. Selain itu sarana dan prasarana luar sekolah harus menyiapkan diri dengan yang dipergunakan terbatas hanya yang dimiliki berbagai strategi yang memungkinkan warga oleh sekolah yang dipergunakan sebagai tempat belajar akan merasa termotivasi, baik motivasi kegiatan pembelajaran. Program kejar paket B menerima program, melaksanakan maupun untuk yang merupakan program pendidikan setara mengembangkan program. Pemberian motivasi SLTP yang dilaksanakan melalui jalur pendidikan oleh tenaga PLS bisa dilakukan terhadap para luar sekolah merupakan suatu kewajaran pelaksana program (pengelola), warga belajar, apabila sarana dan prasarana belajar harus pula tutor, sumber belajar, atau terhadap masyarakat. disetarakan dengan sarana dan prasarana yang Masyarakat dipandang penting karena merupakan bisa dipergunakan setingkat SLTP.

basis aktivitas pelaksana kegiatan. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah

Kemampuan memotivasi har us yang dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan didukung kemampuan mengidentifikasi kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memberikan kebutuhan belajar warga belajar dan masyarakat, motivasi tersendiri bagi para penyelenggara mengidentifikasi potensi yang bisa dikembangkan untuk memanfaatkan sarana dan parasarana serta mengidentifikasi masalah yang dihadapi secara maksimal. Disamping kondisi masyarakat oleh kelompok belajar. Hal ini dimaksudkan yang menurut ukuran kriteria pendidikan masih agar apa yang dilakukan oleh seorang tenaga banyak yang belum mencapai batas pendidikan PLS dan benar merupakan hal yang bermanfaat dasar sembilan tahun terutama mereka yang telah dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan melewati batas usia pendidikan sekolah dasar.

belajar masyarakat. Identifikasi kebutuhan belajar Berdasarkan data yang dideskripsikan akan melahirkan suatu alternatif program yang sebelumnya bahwa warga belajar mempunyai mesti dikembangkan. Peran ini cenderung tingkat partisipasi yang tinggi dalam kegiatan dikelompokkan sebagai peran seorang tenaga belajar. Kondisi iniperlu dimanfaatkan secara PLS sebagai fasilitator. maksimal dan menjadi pendorong bagi

Peran sebagai dinamisator adalah untuk penyelenggaraan/ pengelola untuk meningkatkan mempercepat terjadinya perubahan kearah pengelolaan kelompok belajar paket B di positif dari suatu program. Peran ini sangat daerahnya.

strategis, mengingat sebagai dinamisator akan Peran serta yang telah dilakukan oleh memberikan dinamika kearah yang terfokus pada penilik dikmas dan tenaga lapangan dikmas sasaran. Dalam hal ini mempercepat penerimaan dalam mengembangkan kelompok belajar program oleh warga belajar, proses pemberian paket B telah dapat dibuktikan. Peran serta ini arahan, bimbingan dan bantuan serta proses dilakukan dengan cara memotivasi sumber belajar pengendalian dari hal-hal yang dianggap dapat warga belajar serta pelaksana. Perlakuan seperti mengurangi akses kelompok belajar. ini diharapkan kelompok belajar yang menjadi

Peran sebagai komunikator lebih binaannya dapat terus berkembang sesuai dengan diarahkan pada penyamapaian infor masi garis program yang direncanakan.

berkenaan dengan kebijakan tentang kelompok Dalam rangka meng embangkan belajar, informasi tentang hal-hal yang baru baik kelompok belajar penilik dikmas dan tenaga ke dalam maupun ke luar kelompok belajar, lapangan dikmas melakukan berbagai kegiatan atau

8 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Kajian Tentang ..... bahkan pula sebagai penghubung antara pihak yang

setelah menyelesaikan pendidikannya. berwenang dengan para pelaksanan di lapangan.

Upaya pengelola dalam Komunikasi yang teratur, terbuka dan terarah

mengembangkan kelompok belajar paket dimungkinkan melahirkan suatu keterbukaan

B harus dilakukan dengan berbagai cara, dari berbagai pihak atau bahkan pula dapat

diantaranya melalui pemberian motivasi kepada menghilangkan persepsi negatif dari masyarakat

warga belajar, sumber belajar (tutor) ataupun tentang keberadaan kelompok belajar.

masyarakat sekitar. Selain itu dilakukan pula dengan cara penataan, perlindungan terhadap

4. KESIMPULAN

informasi-informasi yang tidak menguntungkan serta menjaga kerelevansian dengan kebutuhan

Pelaksanaan kelompok belajar paket B di warga belajar dan masyarakat. Hal lain adalah kabupaten Gowa sudah mengalami perkembangan

meningkatkan mutu para pengelola, sumber terutama dari segi kualitas. Perkembangan tersebut

belajar serta pengadaan sarana dan prasarana diharapkan menjadi tolok ukur dan proyeksi yang

yang dimungkinkan sangat berpengaruh positif untuk mengembangkan kelompok belajar

terhadap jalannya kegiatan. paket B pada masa-masa selanjutnya.

Adapun peran yang bisa dilakukan Dalam pelaksanaan program paket B

oleh seorang tenaga PLS yaitu sebagai merupakan salah satu program yang dipaketkan

motivator, fasilitator, dinamisator dan sebagai oleh pemerintah, sehingga untuk pendidikan

komunikator. Peran-peran tersebut erat dasar umum semua daerah disamakan. Untuk

kaitannya dengan profesi dan kompetensi yang program keterampilan diharapkan dikembangkan

harus dimiliki oleh seorang tenaga PLS. oleh warga belajar disesuaikan dengan muatan

local yang dimingkinkan menjadi keterampilan yang dapat diamnfaatkan oleh warga belajar

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Suryadi. 1988. Proses Belajar Mengajar dalam Kelompok. Mandar Maju. Bandung. Alisi, Albert. 1980. Perspectives on Social Work Practice. The Free Press. A Devision of MacMillan

Publishing Co. Inc, New York Anwas Iskandar. 1991. Petunjuk Teknis Program Kejar Paket B. Asona, Jakarta Fiere, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Terjemahan. LP3ES, Jakarta Knowles, Malcolm S. 1995. Informal Adult Eduation, Assosiation Press, New York Kuntoro, Sodiq. S. 1985.Dimensi Manusia dalam Pemikiran Pendidikan. Nurcahaya, Yogyakarta Nasution S. 1986. Didaktik dan Asas-asas Mengajar. Jemmars, Bandung Orlich, Donald C. 1985. Teaching Strategies. Lexington. Massachussets Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991, tentang Pendidikan Luar Sekolah. Sinar Grafika,

Jakarta Sudjana D. 1983. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah. Nusantara Press. Bandung ————. 1983 Metodologi dan Teknik Kegiataan Belajar Partisipatif. Theme 76 Bandung

Penulis adalah - Dosen Jurusan PLS FIP UNM

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN TUGAS PAMONG BELAJAR DI KOTA MAKASSAR

Tugas Pamong Belajar SKB telah dikemukakan dalam SK Menpan nomor 127 tahun 1989, yang bersangkut paut dengan ketentuan angka kredit bagi mereka. Salah satu tugasnya adalah menyelenggarakan pembelajaran masyarakat. Nampaknya dengan tugas ini, Pamong Belajar SKB harus bekerja lebih ulet secara profesional dengan memanfaatkan waktu kerja seefisien mungkin. Pamong Belajar SKB sebagai tenaga pendidik, diaharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil, namun dengan keterbatasan kemampuan profesional dan banyaknya hambatan yang ditemukan dalam melaksanakan tugasnya mereka kurang berhasil melaksanakan tugas

Dra. Istiyani Idrus, M.Si

Abstrak

Populasi penelitian ini adalah Pamong Belajar yang bekerja pada Sanggar Kegiatan Belajar di Makassar, jumlahnya

20 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket. Dari hasil analisis data diketahui bahwa ada delapan hambatan yang dialami Pamong Belajar dalam melaksanakan tugasnya, yaitu kekurangan dana operasional, terbatasnya sarana belajar, kurangnya kesadaran warga belajar, kurangnya kemampuan tenaga pendidik PNF, kurangnya respon pejabat setempat, kurangnya respon masyarakat setempat, kurangnya kemampuan Pamong belajar, dan terbatasnya waktu kerja.

PENDAHULUAN

Pendidikan nonformal mempunyai kedudukan yang sama dengan pendidikan formal dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini telah menjadi kesepakatan nasional, seperti yang disebutkan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Kesepakatan tersebut ditindak lanjuti dengan penyelenggaraan berbagai program PNF, seperti Kejar Paket A,B,C, Magang, dan berbagai latihan keterampilan dan kejuruan masyarakat dalam berbagai jenis keahlian, serta kegiatan PNF lainnya, baik yang dilaksanakan pemerintah maupun swasta. Salah satu instansi pemerintah di bawah naungan Depdiknas, secara teknis diberi wewenang dan tanggung jawab menyelenggarakan program PNF adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). SKB terdapat disetiap kabupaten/ kota mempunyai pegawai yang bertugas menangani layanan PNF yang disebut Pamong Belajar. Kedudukan Pamong Belajar dalam Sisdiknas disebut tenaga

pendidik PNF. Tugas Pamong Belajar SKB telah dikemukakan dalam SK Menpan nomor 127 tahun 1989, yang bersangkut paut dengan ketentuan angka kredit bagi mereka. Salah satu tugasnya adalah menyelenggarakan pembelajaran masyarakat. Nampaknya dengan tugas ini, Pamong Belajar SKB harus bekerja lebih ulet secara profesional dengan memanfaatkan waktu kerja seefisien mungkin. Pamong Belajar SKB sebagai tenaga pendidik, diaharapkan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan berhasil, namun dengan keterbatasan kemampuan profesional dan banyaknya hambatan yang ditemukan dalam melaksanakan tugasnya mereka kurang berhasil melaksanakan tugas (Kemma, dkk,.1995) Kota Makassar merupakan salah satu Dati

II, mempunyai karakteristik tersendiri dalam kehidupan masyarakatnya. Sebagai daerah perkotaan dan pusat ibukota propinsi Sulawesi Selatan memiliki banyak perbedaan dibanding

Faktor faktor Penghambat ....

10 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Faktor faktor Penghambat .... daerah lainnya. Masyarakat kota ini memiliki

dalam bertugas. Jika sarana belajar kurang atau keragaman status ekonomi, sosial, suku dan

tidak ada maka ada diantara program PNF ekonomi, sehingga diperlukan cara tersendiri

yang macet bahkan gagal. Untuk itu diperlukan bagi Pamong Belajar SKB dalam membelajarkan

sarana belajar yang memadai dan berkualitas dari masyarakatnya.

berbagai pihak atau dari yang berwenang. Berdasarkan kenyataan di atas, peneliti terdorong

Hambatan yang ketiga adalah kurangnya untuk mencaritahu hambatan-hambatan apakah

kesadaran warga belajar. Hal ini menunjukkan yang dialami Pamong Belajar dalam melaksanakan

bahwa warga belajar masih kurang menyadari tugasnya. Hasil penelitian ini diharapkan

betapa pentingnya belajar bagi kehidupannya. menjadi bahan informasi dalam pembinaan

Kesadaran warga belajar perlu ditumbuhkan Pamong Belajar SKB, terutama dalam mengatasi

sebelum melibatkan mereka dalam program hambatan tugasnya.

pembelajaran PNF, karena dengan kesadaran menjadi pendorong untuk berpartisipasi dalam

METODE PENELITIAN

program pembelajaran yang diprogramkan oleh Pamong Belajar SKB.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Hambatan yang keempat adalah kurangnya Variabel yang diselidiki adalah faktor-faktor

kemampuan tenaga pendidikan PNF. Hal ini penghambat pelaksanaan tugas oleh Pamong

menunjukkan bahwa tutor/fasilitator belum Belajar SKB di Kota Makassar.

semuanya profesional. Oleh sebab itu, Pamong Populasi penelitian adalah Pamong Belajar SKB

Belajar SKB perlu menyeleksi seteliti mungkin yang bertugas di Kota Makassar, jumlahnya 20

sebelum memanfaatkannya. Di samping itu, orang. Untuk mendapatkan data yang diperlukan

para tenaga pendidik PNF perlu terus dibimbing digunakan angket, yang dijawab Pamong Belajar

agar lebih profesional, percaya diri dan sukarela SKB. Data yang diperoleh dianalisis secara

membantu sesamanya.

deskriptif (persentase) sebagai dasar dalam Hambatan yang kelima adalah kurangnya membuat kesimpulan.

respon pejabat setempat. Jika Pamong Belajar SKB ingin mendapatkan respon positif

HASIL PENELITIAN DAN dari pejabat setempat, maka senantiasalah

PEMBAHASAN

berkonsultasi dengannya, dan selalu melakukan pendekatan dengan maksud mensosialisasikan

Dari hasil analisis data diperoleh ada delapan

program PNF.

jenis hambatan yang dialami Pamong Belajar Hambatan yang keenam adalah kurangnya SKB dalam bertugas, yaitu: kekurangan dana

respon masyarakat setempat. Partisipasi operasional (20 %), terbatasnya sarana belajar masyarakat dalam setiap program pembelajaran (18 %), kurangnya kesadaran belajar warga belajar PNF dapat terjadi, jika masyarakat memahami (16 %), kurangnya kemampuan tenaga pendidik/ dan memperoleh nilai tambah dari kegiatan tutor PNF (15 %), kurangnya respon pejabat pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, Pamong setempat (14 %), kurangnya respon masyarakat Belajar SKB pada priode awal programnya setempat (13 %), kurangnya kemampuan harus mampu memperlihatkan kemanfaatannya, profesional Pamong Belajar (12 %) dan kurang sehingga untuk program selanjutnya dapat waktu kerja (10 %). diperoleh dukungan dari mereka. Sifat solidaritas Hambatan pertama adalah kekurangan dana dikalangan masyarakat harus tetap dijaga dan operasional. Hal ini berarti bahwa Pamong dikembangkan, dengan cara melibatkan mereka Belajar SKB dalam melaksanakan tugasnya dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Kekurangan

program pembelajaran.

dana hendaknya jangan dijadikan alasan oleh Hambatan yang ketujuh adalah kurangnya Pamong Belajar SKB untuk malas melaksanakan

k e m a m p u a n P a m o n g B e l a j a r S K B. tugasnya, tetapi disini dituntut kereativitas Kekurangmampuan Pamong Belajar SKB mencari pemecahannya. merupakan suatu hal yang tidak sepantasnya Hambatan yang kedua adalah terbatasnya ter jadi, karena kalau itu ter jadi dapat sarana belajar. Sarana belajar yang lengkap dan

dipastikan

memadai ikut pula menentukan keberhasilan

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Faktor faktor Penghambat .... kewajiban mereka terabaikan, yang akan berdampak pada kinerja dan kenaikan pangkat mereka.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan profesional mereka, perlu diberi peluang untuk mengikuti pendidikan dalam jabatan (diklat teknis, seminar, lokakarya) dan pendidikan lanjut. Hambatan kedelapan adalah kurangnya waktu kerja. Untuk mengatasi hal tersebut, Pamong Belajar SKB perlu membuat rencana kerja yang menggambarkan prioritas program yang harus dilakukan. Hal ini sangat penting agar Pamong Belajar SKB tidak banyak terlibat dalam kegiatan lintas sektoral yang menyebabkan tugas pokok terabaikan. Dengan pembagian waktu yang baik, akan memperoleh manfaat yang berarti dalam membelajarkan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat delapan hambatan pokok yang ditemui Pamong Belajar SKB dalam melaksanakan tugasnya di kota Makassar, yaitu: kurangnya dana operasional, terbatasnya sarana belajar, kurangnya sarana belajar, kurangnya kesadaran belajar warga belajar, kurangnya kemampuan tenaga pendidik PNF, kurangnya respon pejabat pemerintah setempat, kurangnya respon masyarakat setempat, kurangnya kemampuan profesional Pamong Belajar, dan kurangnya waktu kerja. Sebagai implikasi dari kesimpulan disarankan agar kiranya pihak yang berwenang (Depdiknas dan pemerintah setempat) memberikan perhatian, pembinaan dan kerjasama, terutama dalam mengatasi hambatan dalam bertugas. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan/ PT dan lembaga Diklat lainnya perlu melakukan langkah-langkah pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan lapangan/ pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud R.I., 1988, Petunjuk Teknis Program Paket A dan Kejar Usaha, Jakarta Ishak Abdulhak, 1986, Strategi Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta: Karunika Kaufman Roger, 1987, Pemantauan dan Penilaian Dampak Pelatihan Pamong Belajar SKB dan Penilik

Diklusepora (laporan Penelitian), Jurusan PLS IKIP Ujungpandang Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1992 tentang Peranserta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional, Sekjen Depdikbud, Jakarta S.K. Menpan RI nomor 127 tahun 1989 tentang Angka Kredit Bagi Pamong Belajar SKB, diperbanyak BPKB Ujungpandang Sudjana,H.D., 1991, Pendidikan Luar Sekolah Wawasan Sejarah Perkembangan Sejarah dan Teori Pendukung Asas, Bandung: Nusantara Press Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Semarang: Aneka Ilmu.

12 Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Konsep dan Metode ......

KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA

Pendidikan orang dewasa dapat. diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasi- kan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya

Oleh: Agus Marsidi

Abstrak. Membangun manusia pembangunan dapat terjadi kalau diberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pendidikan orang dewasa, sebab proses pembe1ajaran ini harus dikembangkan dengan cepat sesuai dengan lajunya pembangunan bangsa. Ulasan di seputar pendidikan di sekolah sudah sangat sering didiskusikan dengan herbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerinah, akan tetapi di lapangan, tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik melalui pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Untuk membelajarkan orang dewasa melalui pendidikan orang dewasa dapat dilakukan dengan berhagai metoda dan strategi yang diperlukannya. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. OIeh sebab ilu, harus dipahaini bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.

Kata kunci: Cara pembelajaran orang dewasa, pendidikan sekolah, pendidikan luar sekolah, kemandirian, pengarahan diri sendiri.

1. PENDAHULUAN

Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini sebagai pribadi dan memiliki kematangan yang penlu mendapat perhatian adalah mengenai

konsep diri bergerak dari ketergantungan konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak

seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar

menuju ke arah kemandirian atau pengarahan pendidikan murid sekolah yang relatif berusia

diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa muda. Kenyataan di lapangan, hahwa tidak sedikit

sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri orang dewasa yang harus mendapat pendidikan

sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan baik pendidikan informal maupun nonformal,

psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan,

dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Masalah

pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan

bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh strategi membelajarkan orang dewasa yang

orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa notabene tidak menduduki bangku sekolah.

menghadapi situasi yang tidak memungkinkan Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam

dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan kegiatan helajar tidak dapat diperlakukan seperti

merasa dirinya tertekan dan merasa tidak anak-anak didik biasa yang sedang duduk di

senang.

bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh

Andragogi Vol.1 No.1. 2007

Konsep dan Metode ........ Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses

pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan disamakan dengan pendidikan anak sekolah. kebutuhan modem (Arif, 1994). Perlu dipahami apa pendorong hagi orang

Oleh karena itu, tujuan dan kajian/tulisan dewasa belajar, apa hambatan yang dialaininya, ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu 1987).

altematif pemecahan masalah kependidikan, sebab Pemahaman terhadap perkembangan pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya kondisi psikologi orang dewasa tentu saja sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan mempunyai arti penting bagi para pendidik atau pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu fasilitator dalam mnenghadapi orang dewasa proses pendidikan sepanjang hayat (long life sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman education). kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki

2. KAJIAN TEORI

dimensi yang luas dan mendalam akan teori

2.1. Pengertian Andragogi

belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial

Andragogi berasal dan bahasa Yunani andros bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh

artinya orang dewasa, dan agogus artinya sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran

memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai orang dewasa memerlukan pendekatan khusus