Seseorang yang merahasiakan keimanannya (Kitmanul Iman).

2. Seseorang yang merahasiakan keimanannya (Kitmanul Iman).

Dalilnya adalah: Firman Alloh SWT:

Artinya: “Dan seorang laki-laki yang beriman diantara pengikut-pengikuti Fir’aun yang

menyembunyikan imannya…” 417

Alloh SWT juga berfirman mengenai Ashabul Kahfi:

Artinya: “Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lembah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun. Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak

akan beruntung selama-lamanya.” 418

Kerahasiaan dalam ayat ini terletak dalam firman Alloh SWT:

Artinya: “…dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun…” Dan dari Ibnu ‘Abbas ra. bahwasanya Rosululloh SAW bersabda kepada

Miqdad:

Artinya: “Jika dulu ada seorang yang menyembunyikan keimanannya di tengah orang- orang kafir kemudian ia tampakkan keimanannya lantas merekapun membunuhnya,

416 Tafsir surat Al-Hijr. 417 QS. Al-Mukmin:28 418 QS. Al-Kahfi:19 416 Tafsir surat Al-Hijr. 417 QS. Al-Mukmin:28 418 QS. Al-Kahfi:19

Kemudian dalam kisah masuk Islamnya Abu Dzar Al-Ghifari SAW disebutkan bahwa ia menemui Nabi SAW kemudian berkata: “Terangkan Islam kepadaku,” maka beliaupun menerangkan kepadanya. Abu Dzar berkata: Maka akupun masuk Islam, kemudian beliau bersabda kepadaku:

“Hai Abu Dzar, sembunyikanlah urusan ini dan kembalilah ke negerimu, jika sampai berita kepadamu bahwa kami sudah menang, maka datanglah,”

Maka aku katakan: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku akan menyatakannya secara terang-terangan di tengah-tengah mereka.” 420

Al-Hajjah bin I’lath As-Sullami juga menyembunyikan keislamannya dari penduduk Mekkah kemudian ia meminta izin kepada Nabi SAW untuk berbohong kepada mereka supaya bisa mengumpulkan kembali hartanya di Mekkah. 421

Muslim meriwayatkan di dalam Kitabul Iman: Bab Jawazul Istisror bil-Iman lil Kho’if (Kitab Iman, bab bolehnya menyembunyikan iman bagi orang yang takut) dari Hudzaifah ra ia berkata: ”Kami bersama Rosululloh SAW kemudian beliau bersabda:

“Hitunglah, berapa yang telah menyatakan keislaman.” Kami mengatakan: ”Wahai Rosululloh, apakah anda mengkhawatirkan kami?” --

- saat itu, kami berjumlah antara 600 -700 orang --- beliau bersabda:

”Kalian tidak tahu barangkali akan diuji.” Hudzaifah ra. berkata: “Ternyata kami benar-benar diuji sampai-sampai salah

seorang dari kami tidak bisa melakukan sholat kecuali dengan sembunyi-

sembunyi.” (HR. Bukhori, di sana juga disebutkan: “Sampai saya melihat kami diuji, sampai-sampai ada diantara kami yang sholat sendirian dalam kondisi ketakutan”). 422

An-Nawawi berkata: Adapun perkataan Hudzaifah: “Kami diuji, sampai- sampai seseorang tidak sholat kecuali sembunyi-sembunyi…” barangkali itu terjadi ketika sebagian fitnah terjadi kala itu.” 423

Saya katakan:

419 HR. Bukhori secara Mu’allaq hadits 6866. 420 HR. Bukhori hadits 3522. 421 Lihat kisahnya dalam Al-Bidayah wan Nihayah (IV/215). 422 Hadits 3060. 423 Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi (II/179).

Sebagaimana Anda lihat sendiri, menyembunyikan keimanan itu boleh dan masyru’ (disyariatkan), lebih-lebih dalam kondisi takut dari gangguan orang- orang kafir.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahulloh berkata: “Kalau ada kaum mukminin berada di negeri yang di sana ia berposisi sebagai orang lemah atau sedang berada di kondisi lemah, hendaknya ia mengamalkan ayat sabar, membiarkan dan memaafkan orang yang menyakiti Alloh SWT dan Rosul-Nya dari kalangan ahli kitab dan orang musyrik. Adapun mereka yang memiliki

kekuatan, mereka harus mengamalkan ayat tentang memerangi A’immatul Kufr (pemuka-pemuka kekafiran) yang mencaci agama, dan mengamalkan ayat tentang memerangi ahli kitab sampai mereka membayar jizyah dari tangan sementara mereka dalam keadaan hina .” 424