Sebagian lagi mensyaratkan golongan yang kafir harus terpisah dan tidak berbaur bersama kaum muslimin.

II. Sebagian lagi mensyaratkan golongan yang kafir harus terpisah dan tidak berbaur bersama kaum muslimin.

Kenyataannya memang begitu, organisasi-organisasi yang menjadi penyokong penguasa kafir tidak selalunya tampil dengan seragam khusus, tidak selalunya memiliki kem atau basis-basis tertentu, ini diakui semua orang.

Kemudian, jika mereka berbaur dengan kaum muslimin, ada kemungkinan ia memang bukan sama sekali anggota organisasi kafir tersebut dan ikut bercampur baur dengan kaum muslimin ketika terjadi perang, atau mungkin juga ia anggota organisasi tersebut tapi masih berstatus Islam secara batin (seperti orang yang terpaksa atau menyembunyikan imannya dalam rangka spionase terhadap organisasi tersebut).

Orang-orang ini, tidak keluar dari dua keadaan: Pertama; Mereka tidak terpisah dari orang kafir secara lahiriyah. Yang seperti

ini tidak ada masalah untuk diperangi bagaimanapun kondisinya, sebagaimana disebutkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau mengatakan: “Orang yang mereka paksa keluar berperang bersama mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat sesuai niatnya, kewajiban kita hanyalah memerangi semua tentara tersebut, sebab kita tidak bisa pilah antara orang yang terpaksa dan tidak.

Dalam sebuah hadits shohih disebutkan dari Nabi SAW beliau bersabda:

Artinya: “Ka’bah akan diserang sekelompok orang, maka ketika mereka tiba di Baida’ mereka ditenggelamkan.” Ada yang bertanya: “Wahai Rosululloh, diantara mereka ada yang dipaksa ikut.” Beliau menjawab: “Akan dibangkitkan sesuai niatnya.”

--- hingga perkataan Syaikhul Islam --- : “Dan di dalam lafadz Bukhori dari ‘Aisyah ia berkata, Rosululloh SAW

bersabda:

Artinya: “Sepasukan akan menyerang Ka’bah, ketika mereka tiba di Baida’ mereka ditenggelamkan sejak yang pertama hingga terakhir.” Aisyah berkata: “Wahai Rosululloh, bagaimana ditenggelamkan sejak yang awal hingga yang akhir pada diantara

267 QS. Al-Maidah:51 267 QS. Al-Maidah:51

--- hingga perkataan Syaikhul Islam --- : “…Alloh SWT membinasakan pasukan yang hendak merusak simbol

kesucian-Nya, baik yang keluar dengan terpaksa atau sukarela, dan Alloh Maha mampu untuk memisah antara yang terpaksa dan tidak, tetapi Alloh akan bangkitkan masing-masing sesuai niatnya.

Dengan demikian, bagaimana kaum muslimin harus dituntut memisahkan antara yang terpaksa dan tidak sementara mereka sendiri tidak mampu

mendeteksinya?!

Bahkan seandainya ada yang menyatakan dirinya keluar menyerang karena terpaksa, maka sekedar pernyataan saja tidak cukup melindungi dirinya, sebagaimana diriwayatkan bahwa ‘Abbas bin ‘Abdul Mutholib mengatakan kepada Nabi SAW ketika ia tertawan di perang Badar: “Wahai Rosululloh, sungguh aku dipaksa perang.” Nabi SAW bersabda:

“Secara lahiriyah kamu memerangi kami, sedangkan batinmu kami serahkan

kepada Alloh.” 268 Di lain tempat, Syaikhul Islam Rahimahulloh mengatakan: “Kita tidak

mengetahui orang yang terpaksa dan tidak mampu memilahnya, kalau kita

perangi mereka atas perintah Alloh, maka kita mendapat pahala sekaligus mendapat udzur dari kelemahan kita tadi, sementara mereka tergantung

dengan niat masing-masing. Oleh karena itu siapa yang dalam kondisi dipaksa dan tidak mampu mengelak, ia akan dikumpulkan pada hari kiamat sesuai niatnya, kalaulah ia terbunuh demi agama Islam, itu tidak lebih berbahaya daripada seorang tentara Islam yang terbunuh.” 269

Saya katakan: Dalam risalah saya yang lain, sudah saya sebutkan syarat-syarat kondisi

terpaksa yang dibenarkan secara syar’i untuk bisa bersepakat dengan apa yang diinginkan orang-orang kafir.

Saya sebutkan bahwa syarat-syarat ini kebanyakan tidak terpenuhi dalam diri para pembela penguasa murtad tersebut.

Saya juga katakan bahwa kondisi terpaksa tidak menjadi udzur untuk membunuh muslim lainnya berdasarkan ijma’ ulama dan tidak ada yang menyelisihinya.

Lalu, kira-kira bagaimana dengan orang yang mengejar dan membunuh orang Islam dalam rangka membela orang kafir?

268 Majmu’ Fatawa (28/535-537). 269 Majmu’ Fatawa (28/547).

Kedua; orang Islam itu berada di barisan musuh tapi penampilan lahiriyah mereka berbeda dan bisa diketahui oleh pasukan Islam.

Inilah masalah yang disebut tatarrus (musuh bertameng dengan orang Islam). Ibnu Taimiyah Rahimahulloh berkata: “Bahkan seandainya dalam barisan

musuh terdapat orang-orang sholeh sementara musuh tidak bisa diserang kecuali dengan membunuh mereka maka mereka bisa dibunuh, sebab para a’immah (Imam-Imam Islam) sepakat bahwa ketika orang-orang kafir menggunakan orang Islam sebagai perisai sementara kalau kaum muslimin tidak memerangi orang kafir itu kondisi mereka dalam bahaya, maka kita boleh menembak mereka dan orang kafir bisa kita serang. Kalaulah kita tidak mengkhawatirkan kondisi kaum muslimin sekalipun, boleh menembak orang Islam yang dijadikan tameng tadi menurut salah satu pendapat ulama. Dan, siapa terbunuh demi terlaksananya jihad yang diperintahkan Alloh dan RosulNya --- sementara ia didzalimi secara batin --- maka ia mati syahid serta akan dibangkitkan sesuai niatnya, dan terbunuhnya dia tidak lebih besar kerusakannya daripada terbunuhnya mujahidin dari kaum mukminin. Jika jihad saja tetap wajib dilaksanakan walau ada kaum muslinin yang dikehendaki Alloh terbunuh, maka terbunuhnya orang Islam yang berada di barisan musuh untuk kepentingan jihad tidak lebih berat daripada ini. Bahkan Nabi SAW memerintahkan orang yang terpaksa ketika terjadi peperangan di zaman fitnah untuk mematahkan pedangnya, ia tidak usah berperang walaupun harus terbunuh.” 270