Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Ciri Umum Usaha Kecil Menengah UKM

2.1.6.2. Perkembangan, Prospek, dan Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM

Berdasarkan berbagai studi diketahui bahwa dalam mengembangkan usahanya UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain : 1. Manajemen 2. Permodalan 3. Teknologi 4. Bahan baku 5. Informasi dan pemasaran 6. Infrastruktur 7. Birokrasi dan pungutan 8. Kemitraan Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi. Pengembangan sektor UMKM bertumpu pada mekanisme pasar yang sehat dan adil. Langkah strategis yang perlu ditempuh demi keunggulan UMKM adalah sebagai berikut: Pertama, sumberdaya lokal local resources harus dijadikan basis utama, Karena salah satu karakter UMKM adalah melakukan proses efisiensi dengan mendekatkan sumber bahan baku. Kedua, pembentukan infrastruktur pendamping yang dapat membantu pelaku UMKM menghadapi lembaga pembiayaan, mengadopsi teknologi, dan mengakses pasar luas. Pusat Universitas Sumatera Utara inkubasi bisnis dapat dimulai masyarakat, tetapi harus didukung penuh pemerintah. Ketiga, hadirnya lembaga penjamin kredit merupakan pilihan tepat, karena rendahnya aksesibilitas UMKM terhadap lembaga pembiayaan berpangkal dari ketiadaan agunan. Keempat, penggunaan teknologi yang berbasis pengetahuan lokal indigenous knowledge dilakukan pemerintah bekerja sama dengan perguruan tinggi. Ketergantungan terhadap teknologi asing yang berbiaya tinggi harus segera diakhiri. Kelima, penyediaan informasi bagi pelaku UMKM terkait dengan peluang pasar dan pemanfaatan teknologi. Keenam, meningkatkan promosi produk dalam negeri di arena perdagangan lintas Negara. Pelaku UMKM yang terdiri dari kelompok pengrajin, pengusaha tekstil, pengolah bahan pangan, pedagang eceran sampai asongan telah membuktikan diri mampu bertahan dimasa krisis.

2.1.6.3. Ciri Umum Usaha Kecil Menengah UKM

Ada beberapa hal yang merupakan ciri UKM dan usaha mikro. Menurut Mintzberg dan Husen dalam Siregar, 2010 bahwa sektor UKM sebagai organisasi ekonomibisnis mempunyai beberapa karakter seperti: 1 Struktur organisasi yang sangat sederhana; 2 Mempunyai kekhasan; 3 Tidak mempunyai staf yang berlebihan; 4 Pembagian kerja yang lentur; 5 Memiliki hierarki manajemen yang sederhana; 6 Tidak terlalu formal; 7 Proses perencanaan sederhana; 8 Jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan; 9 Jumlah karyawan sedikit; 10 Tidak ada pembedaan aset pribadi dan aset perusahaan; 11 Sistem akuntansi kurang baik bahkan biasanya tidak punya. Universitas Sumatera Utara Menurut Prawirokusumo dalam Siregar, 2010, jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, UKM secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Fleksibel, dalam arti jika menghadapi hambatan dalam menjalankan usaha akan mudah berpindah ke usaha lain. 2. Dari sisi permodalan, tidak selalu tergantung pada modal dari luar, UKM bisa berkembang dengan kekuatan modal sendiri. 3. Dari sisi pinjaman terutama pengusaha kecil sektor tertentu seperti pedagang sanggup mengembalikan pinjaman dengan bunga yang cukup tinggi 4. UKM tersebar diseluruh Indonesia dengan kegiatan usaha di berbagai sektor, merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penjabaran diatas UKM merupakan suatu unit organisasi yang sederhana. Karena lingkup usahanya terbatas maka UKM tidak menggunakan tenaga kerja secara berlebihan. Tenaga yang ada sering dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini dilihat bahwa tenaga di UKM dapat mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang berlainan. Dengan demikian mereka dapat menekan biaya tenaga kerja. Biasanya tenaga kerja yang terlibat di UKM bisa bertahan lama karena hubungan yang dikembangkan di sana adalah pola kekeluargaan. Ini menjadi karakteristik UKM di mana hubungan antara pengusaha dan pekerja besifat tidak formal.

2.1.7. Efisiensi