KOMISI FILM D AERAH

BAB: IV KOMISI FILM D AERAH

  Badan Ek

  onomi Kr

  ea

  tif R epublik Indonesia

  Dalam mempersiapkan pembentukan Komisi Film Daerah (KFD), terdapat tahapan yang harus dilaksanakan. Beberapa diantaranya memerlukan koordinasi lintas sektoral antar pemangku kepentingan, baik Pemerintah Daerah, sektor privat, maupun kelompok atau komunitas masyarakat umum lainnya. Hal ini tidak dapat dihindari karena pembuatan film, apalagi yang berskala besar, terkadang menimbulkan “gangguan” terhadap berbagai kebiasaan umum. Sehingga membutuhkan pemahaman dan kesediaan seluruh unsur atau kelompok dalam masyarakat yang daerahnya menjadi lokasi shooting.

  Koordinasi juga diperlukan untuk memberikan penawaran lokasi shooting, pemberian insentif, layanan perizinan satu pintu, serta layanan dan fasilitasi lain yang dibutuhkan. Maka, perlu ada kesepakatan bersama melalui forum koordinasi agar seluruh tugas dan fungsi KFD dapat berjalan dengan baik dan lancar.

  TAHAP PERSIAPAN

  Pembentukan Kelompok Kerja Inisiatif pembentukan KFD dapat

  berasal dari Pemerintah Daerah maupun pelaku perfilman setempat. Darimana pun inisiatif itu berawal, dibutuhkan sebuah Kelompok Kerja untuk memulai persiapan pembentukan KFD. Tugas paling mendasar dari Kelompok Kerja ini adalah sebagai muara koordinasi (network management) berbagai tugas dan fungsi KFD. Kelompok Kerja idealnya beranggotakan gabungan perwakilan Pemerintah Daerah, pelaku perfilman, unsur masyarakat yang memahami potensi daerah, birokrasi dan kelembagaan daerah, mempunyai jejaring luas baik di daerah maupun pusat produksi film terdekat, dan berbagai pengetahuan lain yang dibutuhkan. Kelompok Kerja ini dibentuk atau difasilitasi oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan seluruh tahapan persiapan sebagai berikut:

  Kajian Regulasi dan Perizinan Sehubungan dengan kewenangan

  Pemerintah Daerah sebagai regulator di daerah, diperlukan pemetaan dan kajian mengenai produk kebijakan mana saja yang berdampak pada aktivitas produksi film. Kajian ini dilakukan untuk memahami regulasi yang sudah tersedia, penghapusan danatau revisi yang diperlukan, serta kemungkinan pembuatan regulasi baru sesuai keperluan.

  Kategori regulasi yang perlu disurvei dan dikaji oleh Kelompok Kerja dalam pembentukan dan penyelenggaraaan

  KFD adalah: • Regulasi perizinan pihak keamanan

  terutama dari institusi Kepolisian Daerah sebagai pemegang kewenangan keamanan

  • Regulasi perizinan penggunaan lokasi

  yang dikelola Pemerintah Daerah maupun pihak swasta, baik wilayah perusahaan maupun wilayah privat

  (pribadi) • Regulasi perizinan wilayah spesifik

  meliputi wilayah adat, wilayah religius (sakral), wilayah pengelolaan institusi pusat (aset TNIPOLRI, Taman Nasional Cagar Alam, Cagar Budaya, Cagar Wisata), dan lain sebagainya

  • Regulasi dan kebijakan peraturan

  daerah untuk merekomendasikan regulasi dan kebijakan yang diperlukan, baik dalam bentuk usulan revisi, deregulasi (penghapusan peraturan), ataupun penambahan regulasi dan kebijakan yang dapat berdampak pada pendukungan pembuatan film di daerah, serta menambah daya tarik bagi para pembuat film untuk melakukan syuting dan memanfaatkan keberadaan KFD.

  Contoh format tabel untuk melakukan pemetaan dan kajian mengenai regulasi daerah dan perizinan lokal yang terkait dengan layanan pembuatan film oleh KFD terdapat dalam Lampiran I .

  Kajian Kelembagaan Masing-masing daerah mempunyai

  regulasi dan kondisi faktual yang

  berbeda-beda. Berdasarkan bentuk kelembagaan dan kajian pembiayaan yang diuraikan dalam Bagian Ketiga, setiap daerah perlu secara khusus melakukan kajian untuk menentukan model kelembagaan KFD seperti apa yang paling cocok diterapkan di daerahnya untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.

  Kebijakan Insentif Daerah Salah satu daya tarik layanan KFD

  adalah insentif fiskal dan nonfiskal di daerah tersebut. Sebagai contoh, insentif dapat berupa pengurangan atau penghapusan Pajak Hotel dan Restoran, pembebasan retribusi parkir atau lokasi tertentu, sponsor atau subsidi biaya konsumsi, barter promosi dengan SKPD atau pengelola lokasi shooting, dan sebagainya, selama proses pembuatan film. Namun, diperlukan koordinasi antar pemangku kepentingan terkait untuk mencapai kesepakatan atas insentif yang akan ditawarkan untuk menjamin pelaksanaannya.

  Kelompok Kerja, melalui survei dan serangkaian kordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan di daerah, bertugas merumuskan formulasi dan penawaran yang sesuai dengan kesiapan masing-masing daerah.

  Contoh format tabel untuk melakukan pemetaan dan kajian mengenai insentif yang terkait dengan layanan pembuatan film oleh KFD terdapat dalam Lampiran II .

  TAHAP

  AN PEMBENTUK