Fungsi Qualifier Ganda Bahasa Jawa

B. Fungsi Qualifier Ganda Bahasa Jawa

Pendesak/ qualifier secara sintaksis tidak memiliki fungsi sendiri sehingga melekat pada predikat dan bersama-sama membentuk frasa dalam kalimat maupun Klausa yang selanjutnya dapat berfungsi menambah, membatasi, mengubah.

1. Pengingkaran

(26) Angin wengi kang satemene atis wis ora dirasakake. (PS/41/13/10/12/51) „Angin malam yang sangat dingin sudah tidak dirasakan.‟

Angin wengi kang satemene atis wis ora dirasakake.

FV

commit to user

FKM

Wis ora dirasakake    perf neg verba

Data (26) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Qperfektif wis „sudah‟ dan Q negative ora „tidak‟ serta satu verba dirasakake „dirasakan‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

(26a) Angin wengi kang satemene atis wis dirasakake.

„Angin malam yang sangat dingin sudah dirasakan.‟ (26b)Angin wengi kang satemene atis ora dirasakake.

„Angin malam yang sangat dingin tidak dirasakan.‟

Pada data (26) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa penentuan waktu pada (26a) dan membentuk frasa pengingkaran pada (26b).Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(26c) * Angin wengi kang satemene atis mentas ora dirasakake.

„Angin malam yang sangat dingin sudah dirasakan.‟ Q perfektif wis ‟sudah‟ disubtitusi dengan mentas „sudah‟ „selesai‟ yang

sama-sama berkedudukan sebagai formatif Q perfektif. Namun makna yang dibentuk pada (26c) tidak gramatikal.

commit to user

nandhingi mungsuhe.(PS/47/12/11/11/1)

„Semua tahu kalau rayuannya tidak akan bisa menandingi musuhnya‟

Pada weruh yen agul-agule ora bakal bisa nandhingi mungsuhe.

FV FKM

ora bakal bisa nandhingi

    neg fut pot verb

Data (27) menunjukan frasa yang terdiri dari tiga formatif Q yaitu Q negative ora „tidak‟, Q future bakal ‟akan‟ dan Q potensial bisa „bisa‟ serta satu verba nandhingi ‟menandingi‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

(27a) Padha weruh yen agul-agule ora nandhingi mungsuhe. „Semua tahu kalau rayuannya tidak menandingi musuhnya.‟

(27b) Padha weruh yen agul-agule bakal nandhingi mungsuhe. „Semua tahu kalau rayuannya akan menandingi musuhnya.‟ (27c) Padha weruh yen agul-agule bisa nandhingi mungsuhe. „Semua tahu kalau rayuannya bisa menandingi musuhnya.‟

Pada data (27) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa pengingkaran pada (27a), frasa penentuan waktu pada (27b) dan membentuk frasa kemampuan atau potensial pada (27c) bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

commit to user

(27d) * Padha weruh yen agul-agule dudu bakal bisa nandhingi mungsuhe.

Q negative ora „tidak‟ disubtitusi dengan dudu „bukan‟ yang sama-sama

berkedudukan sebagai formatif Q negatif. Namun makna yang dibentuk pada (27d) tidak gramatikal.

2. Pembatasan

(28)Malah kala-kala uga padha mrangguli dhapuran wit gedhang.(PS/46/12/

11/11/1) „Malah kadang-kadang juga pada merangkul kumpulan pohon pisang.‟ Malah kala-kal a uga padha mrangguli dhapuran wit gedhang.

FV FKM

uga padha mrangguli

   del sim verb

Data (28) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Q delimitative uga ‟juga‟ dan Q simultatif padha „pada‟ dan serta satu verba

mrangguli „merangkul‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Fungsi pembatasan

ditandai dengan adanya Qdel yaitu uga . Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

commit to user

(28a) Malah kala-kala uga mrangguli dhapuran wit gedhang.

„Malah kadang-kadang juga merangkul kumpulan pohon pisang.‟

(28b) Malah kala-kala padha mrangguli dhapuran wit gedhang.

„Malah kadang-kadang pada merangkul kumpulan pohon pisang.‟

Pada data (28) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa pembatasan pada (28a),frasa simultatif

pada (28b). Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(28c) Malah kala-kala mung padha mrangguli dhapuran wit gedhang.

„Malah kadang-kadang hanya pada merangkul kumpulan pohon pisang.‟

Ora „tidak‟ disubtitusi dengan mung „hanya‟ yang sama-sama berkedudukan sebagai formatif Q delimitative akan mengubah tingkat makna pembatasan dalam kalimat itu. Maka Qganda (Qdelimitatif-+Qsimultatif) memiliki fungsi pembatasan.

(29) Kabeh sekabat sing ana kono uga padha ngulatake.(JB/12/III/11/11/1)

„Semua sepintas yang ada disana juga melihat.‟ Kabeh sekabat sing ana kono uga padha ngulatake.

FV FKM

uga padha ngulatake

commit to user

del sim verb

Data (29) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu uga „juga‟ dan padha „pada‟ serta satu verba ngulatake „melihat‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Fungsi pembatasan ditandai dengan adanya Qdel yaitu uga

„juga‟. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi (29a) Kabeh sekabat sing ana kono uga ngulatake.

„Semua sepintas yang ada disana juga melihat.‟ (29b) Kabeh sekabat sing ana kono padha ngulatake. „Semua sahabat yang ada disana pada melihat.‟

Pada data (29) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa pembatasan pada (29a), frasa simultatif pada (29b).Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(29c) Mung padha ngulatake

Uga „juga‟ disubtitusi dengan mung „hanya‟ yang sama-sama berkedudukan sebagai formatif Q delimitative akan mengubah tingkat makna pembatasan dalam kalimat itu. Maka Qganda (Qdelimitatif-+Qsimultatif) memiliki fungsi pembatasan.

3. Penentuan

a. Penetuan waktu

Biasanya ditandai oleh adanya Q future dan Qprogresif

(30) Prosese uga bakal diliwati kanthi prosedur sing bener. (JB/49/II/8/10/17) „Prosesnya juga akan dilewati dengan proses yang benar.‟

commit to user

Prosese uga bakal diliwati kanthi prosedur sing bener.

FV FKM

uga bakal diliwati   

del fut verba Data (30) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu morfem

{uga} dan {bakal} satu verba {diliwati} yang bersama-sama menduduki fungsi P. Fungsi penetuan waktu ditandai dengan adanya Qfut (bakal). Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

(30a) Prosese uga diliwati kanthi prosedur sing bener.

„Prosesnya juga dilewati dengan proses yang benar.‟

(30b) Prosese bakal diliwati kanthi prosedur sing bener.

„Prosesnya akan dilewati dengan proses yang benar.‟

Pada data (30) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa pembatasan pada (30a), penentuan waktu pada (30b). Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(30c) Prosese mung bakal diliwati kanthi prosedur sing bener. „Prosesnya hanya akan dilewati dengan proses yang benar.‟

Uga ‟juga‟ disubtitusi dengan mung „hanya‟ yang sama-sama berkedudukan sebagai formatif Q delimitative akan mengubah tingkat makna penentuan waktu

commit to user

dalam kalimat itu. Maka Qganda (Qdelimitatif-+Qfuture) memiliki fungsi penentuan waktu.

(31) Kuwi mau yen kowe kabeh isih kepengin urip.(PS/47//10/1)

„Itu tadi kalau kamu semua masih ingin hidup.‟

Kuwi mau yen kowe kabeh isih kepingin urip.

FV FKM

Isih kepingin urip   

prog des verba

Data (31) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Q progresif isih „masih‟ dan kepengin „ingin‟ serta satu verba urip „hidup‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Fungsi penetuan waktu ditandai dengan adanya Qprog isih „masih‟. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

(31a) Kuwi mau yen kowe kabeh isih urip. „Itu tadi kalau kamu semua masih hidup.‟

(31b) Kuwi mau yen kowe kabeh kepingin urip. „Itu tadi kalau kamu semua ingin hidup.‟

commit to user

Pada data (31) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa penentuan waktu pada (31a) dan frasa keinginan pada (31b). Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(31c) * Kuwi mau yen kowe kabeh lagi kepingin urip. „Itu tadi kalau kamu semua saat ingin hidup.‟

Isih „masih‟ disubtitusi dengan lagi „saat‟ yang sama-sama berkedudukan

sebagai formatif Qprogresif namun makna yang dibentuk pada (31c) tidak gramatikal. Maka Qganda (Qprogresif+Qdesideratif) memiliki fungsi penentuan keinginan.

b. Penentuan Kemampuan

Penentuan kemampuan biasanya ditandai oleh adanya Q potensial.

(32 ) „Kira-kira umur setaun, gedhang wis bisa uwoh.‟ (PS/35/27/08/11/38) „Kira-kira umur satu tahun, pisang sudah bisa berbuah.‟

Kira-kira umur setaun, gedhang wis bisa uwoh.

FV FKM wis bisa uwoh 

  perf pot verba

commit to user

Data (32) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu wis „sudah‟ dan bisa „bisa‟ serta satu verba uwoh „berbuah‟ yang bersama-sama menduduki fungsi P. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi

(32a) Kira-kira umur setaun, gedhang wis uwoh.

„Kira-kira umur satu tahun, pisang sudah berbuah.‟

(32b) Kira-kira umur setaun, gedhang bisa uwoh.

„Kira-kira umur satu tahun, pisang bisa berbuah.‟

Pada data (32) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa penentuan waktu pada (32a) dan frasa kemampuan atau potensial pada (32b).Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM.

(32c) * Kira-kira umur setaun, gedhang mentas bisa uwoh.

Wis „sudah‟ disubtitusi dengan mentas „selesai‟ yang sama-sama berkedudukan sebagai formatif Q perfektif namun makna yang dibentuk oleh morfem-morfem pada (c) tidak gramatikal. Maka Qganda (Qperfektif+Qpotensial) memiliki fungsi penentuan kemampuan.

c. Penentuan keharusan

Fungsi penentuan keharusan dapat ditandai dengan beberapa kata seperti kudu ,wajib, kedah yang termasuk dalam Q obl. (33) Sakdurunge jam pitu kudu wis bali lan age-age menyang sekolahan,

mulang. (JB-48/I/08/10/10)

commit to user

„Sebelum jam tujuh harus sudah pulang dan cepat-cepat berangkat ke sekolah, mengajar‟.

Sakdurunge jam pitu kudu wis bali lan age-age menyang sekolahan, mulang.

FV FKM kudu wis bali

obl perf verba

Data (33) menunjukan frasa yang terdiri dari dua formatif Q yaitu kudu „harus‟ dan wis „sudah‟ serta satu verba bali „pulang‟ yang bersama- sama menduduki fungsi P. Jika salah satu morfem formatif Q dilesapkan maka menjadi (33a) Sakdurunge jam pitu kudu bali lan age-age menyang sekolahan,

mulang. „Sebelum jam tujuh harus pulang dan cepat-cepat berangkat ke sekolah, mengajar‟.

(33b) Sakdurunge jam pitu wis bali lan age-age menyang sekolahan,

mulang.

„Sebelum jam tujuh sudah pulang dan cepat-cepat berangkat ke sekolah, mengajar‟.

Pada data (33) yang salah satu formatif Q dilesapkan yang terjadi adalah perubahan fungsi frasa yaitu membentuk frasa penentuan keharusan pada (33a) dan frasa penentuan waktu pada (33b). Bentuk lingual berubah dari FKM menjadi FSM. (33c) * Sakdurunge jam pitu kudu mentas bali lan age-age menyang

sekolahan, mulang.

commit to user

Wis „sudah‟ disubtitusi dengan mentas „sudah‟ yang sama-sama

berkedudukan sebagai formatif Q perfektif. Makna yang dibentuk oleh morfem- morfem pada (33c) tidak gramatikal. Namun Maka Qganda (Qperfektif+Qpotensial) memiliki fungsi penentuan keharusan.

C. Makna Qualifer Ganda Bahasa Jawa

Dalam penelitian ini makna Q ganda bahasa Jawa ditentukan oleh Q yang dikandung dalam kalimat.

1 . Delimitative – perfektif

(34) Apa maneh rakyat Ngastina uga wis kangen regenerasi (JB /45/II/08/10/17)

„Apalagi rakyat Ngastina juga sudah rindu regenerasi.‟

Apa maneh rakyat Ngastina uga wis kangen regenerasi (JB -45, 17, II/08/10)

FV FKM

uga wis kangen

del perfek inti/V

commit to user

Data (34) menunjukan kalimat yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Qdelemitatif uga „juga‟ dan Q perfektif wis „sudah‟. Jika Q dipermutasi untuk mengetahui kegramatikalan kaliamat berqualifier ganda maka menjadi

(34a) *Apa maneh rakyat Ngastina wis uga kangen regenerasi. (34b) *Apa maneh rakyat Ngastina uga kangen wis regenerasi. (34c) *Apa maneh rakyat Ngastina kangen uga wis regenerasi. Data (34a-34c) adalah hasil permutasi dari frasa berformatif Q ganda. Makna

yang dihasilkan semua tidak gramatikal. Jadi ketegaran letak formatifnya kuat diposisi praverba sedangkan posisi antar Q tetap.

2. Obligatif-perfektif

(33) Sakdurunge jam pitu kudu wis bali lan age-age menyang sekolahan, mulang. (JB/48/I/08/10/10) „Sebelum jam tujuh harus sudah pulang dan cepat-cepat berangkat ke sekolah,

mengajar‟.

Sakdurunge jam pitu kudu wis bali lan age-age menyang sekolahan, mulang.

FV FKM

kudu wis bali

• obl perf verba

commit to user

Data (33) menunjukan kalimat yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Q obligatif kudu „harus‟ dan Q perfektif wis „sudah‟. Jika Q dipermutasi untuk mengetahui

kegramatikalan kaliamat berqualifier ganda maka menjadi

(33a) Sakdurunge jam pitu wis kudu bali lan age-age menyang sekolahan, mulang.

„Sebelum jam tujuh sudah harus pulang dan cepat-cepat berangkat ke sekolah, mengajar‟.

(33b) *Sakdurunge jam pitu wis bali kudu lan age-age menyang sekolahan, mulang. (33c) *Sakdurunge jam pitu bali wis kudu lan age-age menyang sekolahan, mulang. (33d) *Sakdurunge jam pitu bali kudu wis lan age-age menyang sekolahan, mulang.

Data (a-d) adalah hasil permutasi dati frasa berformatif Q ganda. Makna yang dihasilkan gramatikal pada data (a) namun makna yang dibentuk bergeser atau lingkup jangkauan keharusannya berubah yaitu dari kalusa Sakdurunge jam pitu kudu wis bali „Sebelum jam tujuh harus sudah pulang‟ menjadi Sakdurunge jam pitu wis kudu bali „Sebelum jam tujuh sudah harus pulang‟. Pada data (b),(c) dan (d) tidak gramatikal. Tingkat ketegaran letak formatifnya kuat yaitu pada posisi praverba sedang letak antar formatifnya fleksibel.

3. Perfektif-negatif

(26) Angin wengi kang satemene atis wis ora dirasakake. (PS/41/13/10/12/51) „Angin malam yang sangat dingin sudah tidak dirasakan.‟

Angin wengi kang satemene atis wis ora dirasakake.

FV

commit to user

FKM

Wis ora dirasakake

perf neg verba

Data (26) menunjukan kalimat yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Q perfektif wis „sudah‟ dan Q negatif ora „tidak‟. Jika Q dipermutasi untuk mengetahui kegramatikalan kaliamat berqualifier ganda maka menjadi

(26a) *Angin wengi kang satemene atis ora wis dirasakake. (26b) *Angin wengi kang satemene atis dirasakake ora wis. (26c) *Angin wengi kang satemene atis wis dirasakake ora. (26d) *Angin wengi kang satemene atis dirasakake wis ora.

Data (26a-26d) adalah hasil permutasi dati frasa berformatif Q ganda. Makna yang dihasilkan tidak gramatikal. Tingkat ketegaran letak formatifnya kuat yaitu pada posisi praverba sedang letak antar formatifnya tetap tidak berubah.

4. Negatif- Future

(35) Aku ora arep nglawan kowe. (JB/14/I/12/11/1) „Aku tidak akan melawan kamu.‟

Aku ora arep nglawan kowe

FV FKM

commit to user

ora arep nglawan

Neg fut verba

Data (35) menunjukan kalimat yang terdiri dari dua formatif Q yaitu Q negatif ora „tidak‟ dan Q future arep‟akan‟. Jika Q dipermutaasi untuk mengetahui kegramatikalan kalimat yang mengandung Q ganda.

(35a) Aku arep ora nglawan kowe. „Aku akan tidak melawan kamu‟. (35b) *Aku nglawan arep ora kowe. (35c) *Aku nglawan ora arep kowe. Data (35a-35c) adalah hasil permutasi dati frasa berformatif Q ganda. Makna

yang dihasilkan gramatikal yang memiliki makna future-negatif pada data (35a) sedangkan pada data (35b) dan (35c) tidak gramatikal. Tingkat ketegaran letak formatifnya kuat yaitu pada posisi praverba.

5. Ketergesa-gesaan - potensial

(36) Ketara banget yen dheweke kepingin enggal bisa ngrampungi mungsuhe. (PS/47/19/10/11/1)

„Kelihatan sekali kalau dia ingin segera bisa memusnahkan musuhnya.‟

Ketara banget yen dheweke kepingin enggal bisa ngrampungi mungsuhe.

FV FKM

commit to user

Enggal bisa ngrampungi

ketrgsn pot verba

Data (36) menunjukan kalimat tersebut memiliki dua formatif Q yaitu Q ketergesa-gesaan enggal „segera‟ dan Q potensial bisa „bisa‟. Lalu dipermutasi sebagai berikut

(36a) Ketara banget yen dheweke kepingin bisa enggal ngrampungi mungsuhe „ Terlihat sekali kalau dia ingin bisa segera memusnahkan musuhnya.‟ (36b)* Ketara banget yen dheweke kepingin enggal ngrampungi bisa mungsuhe..

(36c) *Ketara banget yen dheweke kepingin ngrampungi enggal bisa mungsuhe.

Data (37a-37c) adalah hasil permutasi dati frasa berformatif Q ganda. Makna yang dihasilkan gramatikal pada data (37a) sedang pada data (37b) dan (37c) tidak gramatikal. Tingkat ketegaran letak formatifnya kuat yaitu pada posisi praverba sedang letak antar formatifnya tetap.

6. Delimitatif-Obligatif-Potensial

(37) Panguwasa uga kudu bisa njaga rasa pangrasane rakyat. (JB/49/II/8/10/5)

“Penguasa juga harus bisa menjaga perasaan rakyat.” Panguwasa uga kudu bisa njaga rasa pangrasane rakyat

. FV FKM

commit to user

Uga kudu bisa njaga

del obl pot verb

Data (37) merupakan kalimat yang mengandung Q ganda yaitu Q delimitative uga „juga‟, Q obligatif kudu „harus‟, dan Q potensial bisa „bisa‟.

(37a) Panguwasa kudu uga bisa njaga rasa pangrasane rakyat. „Penguasa harus juga bisa menjaga perasaan rakyat.‟ (37b)Panguwasa kudu bisa uga njaga rasa pangrasane rakyat. „Penguasa harus bisa juga menjaga perasaan rakyat.‟ (37c) *Panguwasa uga bisa kudu njaga rasa pangrasane rakyat. (37d) *Panguwasa bisa uga kudu njaga rasa pangrasane rakyat. (37e) *Panguwasa uga njaga kudu bisa rasa pangrasane rakyat (37f) *Panguwasa kudu bisa njaga uga rasa pangrasane rakyat (37g) *Panguwasa bisa njaga uga kudu rasa pangrasane rakyat.

Data (37a-37g) adalah hasil permutasi kalimat yang mengandung Q ganda. Makna yang dihasilkan gramatikal pada data (37a dan 37b) sedang pada data (37c- 37g) tidak gramatikal. Tingkat ketegaran letak formatifnya kuat yaitu pada posisi praverba sedang letak antar formatifnya bisa diubah.

7. Optatif-Ketergesa-gesaan

(38)Wis ngger, muga-muga enggal kasembadan sedyamu.(JB/49/II/8/10/1) „Sudah nak, semoga segera tercapai keinginanmu.‟

commit to user

Wis ngger, muga-muga enggal kasembadan sedyamu.