Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, Dan Makna)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
FEBRIANAWATI
C0107023
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
commit to user
commit to user
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Febrianawati NIM : C0107023
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan.
Febrianawati
commit to user
MOTTO
Jatuh berkali-kali bukan berarti kita harus tersungkur dan menyingkir dari jalan kesuksesaan, ingat Tuhan tak akan membawa kita di sini hanya untuk meninggalkan kita sendiri.
Percaya dan yakini
(Penulis)
Sejernih-jernihnya air di dalam gelas pasti ada debu yang menempel di atasnya. (Latana)
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Kedua orang tua saya yang saya cintai. Kakak-kakak saya Gunarso, Gunarsih, Gunarti, Sri Martini yang memberi
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Mochamad Novianto yang setia mendukung dan sabar menunggu hingga
skripsi ini selesai. Alamamaterku
commit to user
KATAPENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna) ini.Di dalam penyusunan skripsi ini penulis sering menemui hambatan, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Suparjo, M.Hum selaku ketua jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakartayang telah memberikan kesempatan dan kemudahan bagi penulis dalam menyusun skripsi.
3. Drs. Endang T.W, M.Hum selaku pembimbing akademik yang sabar membimbing dan memberi nasehat kepada penulis dari awal hingga akhir kuliah.
4. Drs. Sujono, M.Hum selaku pembimbing pertama yang telah berkenan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan penuh perhatian dan kesabaran
5. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum selaku pembimbing kedua dengan sabar dan perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Paina Partana, M. Hum (Alm) yang membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
7. Bapak dan ibu dosen jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ilmu dan bekal kepada penulis.
commit to user
8. Seluruh staf perpustakaan, baik perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta maupun perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, yang telah memberikan pelayanan dan menyediakan referensi yang diperlukan.
9. Keluarga besar yang ada di Ngawi yang telah memberikan aku senyum kebahagiaan dan tangis kesedihan.
10. Teman-temanku linguistik 2007, dan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007 (Iffa,Astri, Indah W, Ika Dewi, Wisnu, Ucup, Aris “Nyahpo”,
Sulung, Rara, Ilafi, Nuryantini, Rizki, Novi).
11. Para penghuni Kost Modern (Kak Ruth, Asti,Lidya, Ditta, Cime) yang sudah mendukung dengan memberi semangat tanpa bosan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari, bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya.Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan pemerhati masalah linguistik.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user
DAFTARTABEL
Tabel 1 Q Potensial-Potensial, Q Delimitatif-Delimitatif ................................... 37 Tabel 2 Q Negatif-Potensial ................................................................................ 39 Tabel 3 Q Negatif-obligatif ................................................................................. 42 Tebel 4 Q Negatif-Future .................................................................................... 45 Tabel 5 Q Negatif-Delimitatif ............................................................................. 46 Tabel 6 Q Perfektif-Simultatif ............................................................................ 50 Tabel 7 Q Delimitatif-Perfektif ........................................................................... 53 Tabel 8 Q Dubitatif-Negatif-Future-Potensial .................................................... 56
commit to user
Daftar Tanda dan Singkatan
A. Daftar Tanda
: menandai ketidakgramatikalan atau katidakberterimaan
Ø : menandai sebuah pelesapan ()
: menandai nomor data +
: menandai hubungan antarsatuan lingual : menandai proses perubahan
„…‟ : menandai bahwa formatif yang ada di dalamnya makna atau glos sebuah
satuan lingual - : menandai keterikatan morfem tertentu ….
: terdapat tuturan sebelumnya
B. Daftar Singkatan
: Frasa verba kompleks modifikatif
FN
: frasa nomina
FSM
: frasa verba simpleks modifikatif FV : frasa verba
JB
: JayaBaya
Ket
: keterangan
Konj
: konjungsi
commit to user
: Qualifier desideratif
Qdub
: Qualifier dubitatif
Qfut
: Qualifier future
Qint
: Qualifier interogatif
Qneg
: Qualifier negatif
Qobg
:Qualifier obligatif
Qperf
: Qualifier perfektif
Qpot
: Qualifier potensial
Qsim
: Qualifier simulatif
: subjek
V : verba
commit to user
ABSTRAK
Febrianawati. C0107023. 2013. Qualifier Ganda Bahasa Jawa (kajian Bentuk, Fungsi, dan makna). Skripsi: Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini difokuskan pada tiga pokok permasalahan yaitu: (1) bagaimanakah bentuk qualifier ganda bahasa Jawa?, (2) bagaimanakah fungsi qualifier ganda bahasa Jawa?, dan (3) bagaimanakah makna kalimat yang mengandung qualifier ganda bahasa Jawa?
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk qualifier ganda bahasa Jawa, (2) mendeskripsikan fungsi qualifier ganda bahasa Jawa, dan (3) mendeskripsikan makna kalimat yang mengandung qualifier ganda bahasa Jawa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Sumber data berasal dari majalah Jaya Baya dan Panjebar Semangat. Jenis data penelitian ini adalah data tulis yang berupa kalimat maupun klausa yang mengandung formatif Q ganda dalam fungsi verba bahasa Jawa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak.Adapun teknik dasar yang dipakai adalah teknik pustaka dan dilanjutkan dengan teknik catat.Metode analisis data yang digunakan metode distribusional (agih).Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL) dengan teknik lanjutan teknik permutasi, teknik lesap, dan teknik ganti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk qualifier ganda bahasa Jawa yaitu Q ganda sejenis yang terdiri dari 2 Formatif dan Q ganda tidak sejenis yang terdiri dari 2 maupun 3 formatif yaitu: a. Qnegatif-Qpotensial-verba, b. Qnegatif-Qobligatif-verba, c. Qnegatif-Qfuture-verba, d. Qnegatif-Qdelimitatif- verba,e. Qperfektif-Qsimultatif-verba,f. Qdelimitatif-Qperfektif-verba. (2) Fungsi qualifier ganda bahasa Jawa yaitu a. pengingkaran, b. pembatasan,c. penentuan antara lain 1) Penentuan waktu, 2) penentuan kemampuan, 3) penentuan keharusan. (3) maknaqualifier ganda bahasa Jawa, sesuai dengan qualifier yang dikandung yaitu delimitative-perfektif, obligatif-perfektif, perfektif-negatif, negative-future, delimitatif-obligatif-potensial, optatif - ketergesa-gesaan.
commit to user
SARI PATHI
Febrianawati. C0107023. 2013. Qualifier Rangkep Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna). Skripsi: Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.
Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitên punika (1) Kados pundi wujudipun qualifier rangkêp basa Jawi? (2) Kados pundi fungsi qualifier rangkêpbasa Jawi? (3) Kados pundi makna qualifiêrrangkêpbasa Jawi?
Ancas panalitên punika (1) angandharakên wujudipun qualifier rangkêp basa Jawi, (2) angandharakên fungsi qualifier rangkêp basa Jawi, (3) angandharakên makna qualifier rangkêp basa Jawi.
Wujuding panalitên inggih punika panalitên deskriptif kualitatif. Sumbêr dhatanipun saking Jaya Baya kaliyan Panjêbar Semangat. Wujud dhatanipun inggih punika ukara-ukara ugi klausa ingkang ngandhut formatif qualifer rangkêp wontên ing fungsi verba basa Jawi. Teknik pengumpulan dhata migunakakên metode simak kanthi teknik dasar pustaka. Salajêngipun dhata ingkang tinêmu kasêrat wonten kretu dhata migunakakên teknik catat. Metode analisis dhata kanthi metode distribusional (agih). Teknik analisis dhata migunakakên teknik dasar bagi unsure langsung kaliyan teknik permutasi, teknik lesap, kaliyan teknik ganti. Penyajian hasil analisis data migunakakên metode penyajian informal kaliyan formal.
Dudutan wontên panalitênpunika (1) bentuk qualifier rangkêp basa Jawi inggih punika qualifier rangkêp sakjenis : 2 Formatif kaliyan qualifier rangkêp boten sakjênis ingkang kalêbêt 2 ugi 3 formatif yaiku : a. Qnegatif-Qpotensial- verba , b. Qnegatif-Qobligatif-verba, c. Qnegatif-Qfuture-verba, d. Qnegatif- Qdelimitatif -verba, e. Qperfektif-Qsimultatif-verba, f. Qdelimitatif-Qperfektif- verba .(2) Fungsi qualifier rangkêp basa Jawi inggih punika a. pengingkaran, b. pembatasan , c. penentuan inggih menika 1) penentuan waktu, 2) penentuan kemampuan , 3) penentuan keharusan. (3) makna qualifier rangkêp basa Jawi, sami kaliyan makna ingkang dipunkandhut qualifier kasêbat antawisipun delimitative-perfektif, obligatif-perfektif, perfektif-negatif, negative-future, delimitatif-obligatif-potensial, optatif - ketergesa-gesaan.
commit to user
ABSTRACT
Febrianawati. C03107023. 2013. Javanese Multiple Qualifier (A study on the Form, Function, and Meaning). Thesis: Faculty of Letters and Fine Arts Sebelas Maret University of Surakarta.
This research is focused on three problems. They are: (1) What is the form of Javanese Multiple Qualifier?, (2) What is the function of Javanese Multiple Qualifier?, and (3) What is the meaning of sentences which consist of Javanese Multiple Qualifier?
The objectives of this research are to describe: (1) the form of Javanese Multiple Qualifier, (2) the function of Javanese Multiple Qualifier, and (3) the meaning of sentences which consist of Javanese Multiple Qualifier.
This is a descriptive qualitative research. Data were taken fromJaya Baya and Panjebar Semangat magazines. Data used in this research were written data in the form of sentences or clauses consisting of multiple Q formative in Javanese verbal function. Data collection techniques used in this research included content analysis, library technique, and note-taking technique. Technique of analysis in this research was distributional method from the direct components using continued
technique,
permutation
technique,delesitechnique, and changingtechnique .
Results of this research indicate the following: (1) the form of Javanese multiple qualifier is the same kind of multiple Q comprising 2 formative and multiple Q which is not of the same kind which consists of two or three formative. They are: (a) negative Q – potential Q – verba; (b) negative Q – obligative Q – verba; (c) negative Q – future Q – verba; (d) negative Q – deliminative Q – verba, (e) perfective Q – simulative Q – verba, (f) delimitative Q – perfective Q – verba. (2) the functions of Javanese multiple qualifier are: (a) peningkaran; (b) restriction; (c) determinant, they are 1) time determinant,2) capacity determinant, and 3) obligation determinant. (3) the meaning of Javanese multiple qualifier includes delimitative-perfective, obligative-perfecive, perfective-negative, negative future, delimitative-obligative-potential, optative-haste.
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya bahasa di dunia memiliki tipe bahasa yang hampir sama sehingga ada pengelompokan bahasa tipe VO dan OV dari prespektif tipologi struktural. Hal ini sesuai dengan tipologi Lehmann yaitu “bahasa –bahasa di dunia
hanya dibedakan menjadi bahasa yang bertipe (i) ajeg VO, (ii) ajeg OV dan (iii) tidak ajeg VO dan O
V, yang disebut “ambivalent” (Lehmann dalam Sudaryanto,
1993: 29). Terjadi pola baru bila ada modifier mendahului V (kadang mengikuti
V) yang berperan khusus hanya untuk menerangkan arti konstituen inti yang mengisi V predikat. Modifier itu biasa disebut qualifier (Q) atau pendesak. Qualifer adalah pembatas bagi verba pengisi P jika berupa kata dan dapat terpadu dengan konstituen pengisi P jika berupa afiks (Sudaryanto dalam Siti Nur Insani, 1995: 21). Letak Q biasanya berada sebelum V pada bahasa VO dan setelah V dalam bahasa OV, jadi Q-V-O dan O-V-Q.
Pidato pengukuhan Verhaar sebagai guru besar pada Universitas Indonesia tahun 1970 yang diterbitkan oleh Yayasan Kanisisus Jakarta (1980) dalam bentuk buku yang berjudul Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia berpendapat bahwa secara prinsip berdasarkan tipologi tradisi Greenberg-Lehmann, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang berpola urutan VO secara amat konsisten, yaitu dalam hampir segala keselarasan infraklausalnya, maka peluasan ke kanan tidak hanya berlaku untuk tataran klausa, tetapi juga untuk tataran frasa dan tataran morfemis (Verhaar dalam Roni, 2001:19). Bahasa Jawa merupakan bahasa tipe VO, karena
commit to user
bahasa Jawa tidak jauh beda dengan dengan bahasa Indonesia. Letak Q dalam bahasa bertipe VO biasanya di depan atau mendahului V (praverba), sehingga membentuk pola Q-V-O. Kehadiran objek dalam kalimat dipandang sebagai unsur peserta pertama bagi verba, sehingga kehadirannya tergantung dari verba yang mengisi fungsi predikat. Artinya O dibutuhkan dalam kalimat transitif hingga berpola Q-V-O sedangkan pola dalam kalimat intransitive atau tidak membutuhkan kehadiran objek yaitu Q-V. pada struktur kalimat tipe VO, V selalu mengisi fungi predikat (P). P (V) kadang diisi oleh bentuk verba bisa juga bentuk adjektiva.
Kehadiran Q dalam kalimat sangat penting walaupun tidak menempati salah satu fungsi dalam kalimat, namun kehadiran qualifier dapat mengubah struktur kalimat dan mempengaruhi makna kalimat yang bersangkutan, baik makna sebagian maupun seluruhnya. Jadi Q dapat mempengaruhi tanggapan dan tindakan mitra bicara dalam suatu peristiwa bahasa – khususnya bahasa Jawa. Hal ini dapat di lihat pada contoh kalimat berikut:
(1) Bintang sinetron Fauziah Shahab, utawa kang luwih dikenal kanthi Zee Zee Shahab, sajake ora seneng nguntal vitamin sasuwene njaga kesehatane ing wulan pasa iki. (PS/35/27/08/11) „Bintang sinetron Fauziah Shahab, atau yang lebih dikenal de
ngan Zee Zee Shahab, kelihatannya tidak suka mengkonsumsi vitamin selama menjaga kesehannya di bulan puasa ini. ‟
Berdasarkan pertalian sintaksisnya, penanda ora yang merupakan penanda qualifier negative dan penanda seneng yang merupakan penanda qualifier habitual menjadikan kalimat pada contoh kalimat (1) baik sebagian maupun secara keseluruhan ditolak dan dibantah. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat contoh kalimat berikut:
commit to user
(1a) Bintang sinetron Fauziah Shahab, utawa kang luwih dikenal kanthi Zee Zee Shahab, sajake nguntal vitamin sasuwene njaga kesehatane ing wulan pasa iki.
„Bintang sinetron Fauziah Shahab, atau yang lebih dikenal dengan Zee Zee Shahab, kelihatannya mengkonsumsi vitamin selama menjaga kesehannya
di bulan puasa Kita melihat contoh kalimat (1a) di atas, penanda qualifier negatif dan
penanda habitual dilesapkan menjadikan kalimat memuat informasi yang berbeda dengan kalimat yang menggunakan penanda qualifier. Hal ini menunjukan bahwa kehadiran qualifier berpengaruh dalam stuktur sintaksis dan semantik.
Penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari masyarakat pengguna bahasa memakai formatif Q secara bersama-sama. Pengguanaan formatif Q secara bersama-sama mempengaruhi pola keketatan urutan suatu kalimat yang bersangkutan. Penggunaan formatif Q bersama-sama atau qualifier ganda dapat dikelompokan dalam dua jenis yaitu, Q ganda sejenis yaitu gabungan dari satu jenis Q tertentu, dapat dilihat dari contoh data sebagai berikut,
(2) Surti saguh bisa nggarap PR saka gurune. „Surti sanggup bisa mengerjakan PR dari gurunya.‟
Data di atas menunjukan hadirnya dua Q sejenis yaitu Q potensial yang ditandai dengan morfem bebas saguh „sanggup‟ dan bisa „bisa‟. Q ganda tidak sejenis yaitu gabungan lebih dari satu jenis Q, contoh sebagai berikut
(3) Kita isih bisa nglatih sawenehing perangan otot awak utawa cukup nindakake cardio wae. (PS/35/27/08/11/16) „Kita masih bisa melatih semua otot bagian tubuh atau cukup melakukan cardio saja.‟
commit to user
Data di atas menunjukan hadirnya dua formatif Q tidak sejenis yaitu Q progresif
isih „masih‟ dan Q potensial yaitu bisa „bisa‟. Dalam penelitian ini penulis mengkaji struktur kalimat berformatif Q
ganda dari segi bentuk ,fungsi dan makna.
Penelitian ini mengambil data dari majalah berbahasa Jawa karena peneliti menganggap majalah bahasa Jawa merupakan cerminan dari masyarakat pengguna bahasa Jawa yang ada di pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I Yogyakarta. Penggunaan bahasa tulis dalam majalah Panjebar Semangat maupun Jaya Baya tidak jauh berbeda dengan bahasa lisan yang digunakan masyarakat pengguna bahasa Jawa. Kalimat-kalimat yang digunakan sedikit banyak terdapat formatif qualifier ganda sehingga peneliti mencoba mengangkatnya untuk dianalisis hingga dapat diketahui bagaimana proporsi qualifier ganda terhadap V dalam kalimat.
Penelitian bahasa yang berkaitan dengan penilitian ini adalah,
1. Skripsi yang berjudul “Qualifier Potensial dan Kualitas“ tahun 1995 yang disusun oleh Siti Nur Insani . Skripsi ini mengkaji bentuk, fungsi dan makna dari dua jenis qualifier yaitu qualifier potensial dan kualitas.
2. Skripsi yang disusun oleh Romlah pada tahun 1998 dengan judul “Qualifier Kausatif dalam Bahasa Jawa” yang mengkaji tentang ciri formal qualifier
kausatif bahasa Jawa, bentuk qualifier kausatikf dan pengaruh qualifier kausatif dalam pola keketatan urutan predikat-objek dalam kalimat bahasa Jawa.
commit to user
3. Tesis yang berjudul “Pendesak dalam Bahasa Jawa: Kajian Tipologis” disusun oleh Roni pada tahun 2001. Tesis ini mengakaji seluruh pendesak bahasa Jawa namun hanya terbatas pada pengelompokan pendesak menurut tipe yang sama.
4. Sujono (2006) dalam Linguistika Jawa dengan judul “Qualifier Interogatif” membahas secara mendalam tentang qualifier interogatif.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, menunjukan bahwa penelitian tentang qualifier ganda Verba bahasa Jawa belum pernah dilakukan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Adapun penelitian ini
diberi judul “Qualifier Ganda Verba Bahasa Jawa (Kajian Bentuk, Fungsi, dan Makna).
Q adalah suatu kategori khusus yang sangat unik karena dapat mengubah suatu struktur kalimat serta mengubah makna. Karena keunikan yang dimiliki Q tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Q khususnya Q ganda bahasa Jawa. Selain alasan tersebut kajian tentang Qualifier masih belum banyak dilakukan karena dianggap terlalu kompleks maka penulis merasa tertantang untuk melakukan penelitian ini. Penulis ingin mengkaji bentuk fungsi dan makna quailifier ganda pada Verba bahasa Jawa.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dilakukan agar penelitian data terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi, dan makna Q ganda Verba bahasa Jawa.
commit to user
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut ada tiga masalah pokok yang akan dianalisis dalam penelitian ini ialah:
1. Bagaimanakah bentuk qualifier ganda bahasa Jawa?
2. Bagaimanakah fungsi qualifier ganda bahasa Jawa?
3. Bagaimanakah makna kalimat yang mengandung Q ganda?
D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan bentuk qualifier ganda bahasa Jawa.
2. Mendeskripsikan fungsi qualifier ganda bahasa Jawa.
3. Mendeskripsikan makna kalimat yang mengandung Q ganda (gramatikal atau tidak gramatikal).
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah teori dalam bidang ilmu linguistik khususnya linguistik Jawa.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan wawasan tentang qualifier bahasa Jawa.
b. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran kuliah khususnya di bidang linguistik.
c. Dapat menambah perbendaharaan penelitian linguistik, khususnya lingustik bahasa Jawa.
commit to user
d. Dapat dijadikan sebagai model untuk penelitian selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi tiga bab yaitu sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, yang meliputi pengertian sintaksis, struktur sintaksis, pengertian qualifier, ciri qualifier, jenis qualifier, bentuk qualifier, dan fungsi.
Bab III Metode Penelitian, meliputi jenis penelitian, data dan sumber data, alat penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, analisis data,
metode analisis data, metode penyajian hasil analisis.
Bab IV Hasil Analisis mengenai bentuk qualifier ganda bahasa Jawa, fungsi qualifier ganda bahasa Jawa, dan makna qualifier ganda bahasa Jawa.
„ Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Daftar Pustaka
Lampiran
commit to user
G. Kerangka Pikir
Qualifier ganda Bahasa Jawa
Wacana tulis Berbahasa Jawa dalam majalah “Panjebar Semangat dan Jaya
Baya ”
Kalimat yang mengandung Qualifier ganda Bahasa Jawa
Bentuk qualifier ganda bahasa Jawa
Fungsi qualifier ganda bahasa Jawa
Makna qualifier ganda bahasa Jawa
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sintaksis
Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu sun „dengan‟ dan kata tattein „menempatkan‟ sehingga sintaksis berarti menempatkan secara bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Abdul Chaer, 2003: 206). Istilah sintaksis diambil langsung dari bahasa Belanda Syntaxis dan dalam bahasa Inggris menggunakan istilah syntax. Sintaksis adalah (1) pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa, (2) subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatika; bagian lain ialah morfologi), (3) cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut (Harimurti Kridalaksana, 2001: 199). Menurut Ramlan sintaksis ialah bagian atau cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (1987: 21). Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan antara kata dengan kata serta hubungan dengan satuan yang lebih besar dengan sistem bahasa.
1. Struktur Sintaksis
Struktur adalah organisasi berbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna (Harimurti Kridalaksana, 2001: 203). Menurut
commit to user
Sudaryanto struktur sintaksis meliputi bentuk, fungsi, kategori, dan peran (1983: 13-14). Dalam penelitian ini dibahas bentuk, dan fungsi.
a. Bentuk
Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang dapat dibedakan menjadi dua satuan yaitu satuan fonologik dan satuan gramatik. Satuan fonologik meliputi fonem dan suku kata, sedangkan satuan gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, dan morfem (Ramlan, 1996: 25). Bentuk adalah penampakan satuan bahasa atau rupa/wujud dari satuan gramatikal. Bentuk dibedakan menjadi lima yaitu bentuk asal, bentuk dasar, bentuk kata, bentuk bebas, dan bentuk terikat (Harimurti Kridalaksana, 2001: 28-29). Bentuk atau satuan lingual di dalam tata kalimat atau sintaksis, yaitu kalimat, klausa, frasa, dan kata (Wedhawati, 2006: 31). Dalam penelitian ini bentuk yang dimaksud adalah kalimat dan klausa karena formatif Q ganda yang menduduki fungsi bersama dengan verba akan membentuk bentuk lingual setidak-tidaknya frasa. Sedangkan frasa merupakan satuan lingual yang membentuk klausa atau kalimat.
1) Kalimat
Kalimat merupakan satuan sintaksis dasar dan maksimal di dalam tataran gramatikal. Kalimat merupakan abstraksi dari tuturan, yaitu apa yang dituturkan oleh manusia atau satuan lingual maksimal yang disertai intonasi, nada, dan tekanan tertentu sebagai hasil aktivitas organ bicara. Di dalam bahasa tulis kalimat diawali dengan spasi, huruf awal yang berupa huruf kapital, dan diakhiri dengan pungtuasi atau tanda baca yang berupa tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!) di samping diikuti oleh spasi. Pada umumnya kalimat dibentuk dari satuan
commit to user
lingual yang lebih kecil (Wedhawati dkk, 2006: 31). Selain tanda baca yang mengawali dan mengakhiri kalimat dalam bahasa tulis ada pula yang mendefinisikan kalimat menurut intonasinya. Ramlan (1996, 25) sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukannya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Kalimat adalah ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh turunnya suara (Fokker, 1983: 11).
Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan (Anton M Moeliono, dkk., 1988:30). W.J.S. Poerwadarminta (1984:437-438) memberi definisi kalimat sebagai sepatah kata atau sekelompok kata yang merupakan suatu kesatuan yang mengutarakan suatu pikiran atau perasaan (atau pikiran dan perasaan) dan perkataan. Menurut Anton M Moeliono, dkk. (1988:254) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Sedangkan dalam kamus Linguistik disebutkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari klausa (Kridalaksana, 1993: 92).
Kalimat dalam wujud lisan ialah abstraksi tuturan yang dilontarkan dengan intonasi jelas sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan dengan jeda dan pemenggalan kalimat sesuai agar informasi yang diterima mitra tutur tidak berbeda dengan apa yang ingin disampaikan penutur serta diakhiri dengan
commit to user
kesenyapan yang menandakan kalimat yang diucapkan telah selesai. Sedangkan dalam bentuk tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Jadi kalimat adalah satuan terkecil dalam wacana yang dibentuk dari satuan lingual yang lebih kecil sehingga dapat menyampaikan informasi. Contoh kalimat yang berwujud tulis adalah sebagai berikut.
(4) Propinsi Aceh kang saiki diganti Nangru Aceh Darussalam (NAD) pancen wis kondhang kaonang-onang kapatriotane nalika merangi Penjajah Walanda lan uga dhaerah mau dikenal Serambi Mekah, amarga dianggep sumebare agama Islam ing Indonesia kawiwitan ing Aceh. (PS/34/20/08/11/25) „Propinsi Aceh yang sekarang diganti Nangru Aceh Darussalam (NAD)
memang sudah terkenal kepahlawanannya ketika melawan penjajah Belanda dan juga daera itu dikenal Serambi Mekah, karena dianggap penyebaran agama Islam di Indonesia berawal dari Aceh.
2) Klausa
Klausa yaitu satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat tunggal (Wedhawati dkk, 2006: 32). Klausa adalah satuan gramatikal predikatif. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan menjadi klausa utama atau klausa induk klimat dan klausa subordinatif atau anak kalimat. Klausa bebas atau klausa utama adalah klausa yang potensial utuk menjadi kalimat tunggal yang mandiri. Sedangkan klausa subordinatif atau klausa teikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat karena keterkaitannya dengan klausa utama.
Ramlan menjelaskan dalam Sintaksis klausa disini dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak. Dengan ringkas, klausa ialah S P (O) (Pel) (Ket). Tanda kurung menandakan
commit to user
bahwa apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada. Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban (Ramlan, 1996: 89).
b. Kategori
Kategori sintaksis atau kelas kata dan di dalam tata bahasa Jawa disebut jinising tembung (Wedhawati, 2006: 46). Berdasarkan keanggotaanya, kategori sintaksis dibedakan menjadi dua, kategori sintaksis terbuka dan kategori sintaksis tertutup.
1) Kategori Sintaksis Terbuka
Kategori sintaksis terbuka dalam arti jumlah katanya dapat berkembang. Yang tergolong kategori ini ada empat yaitu (1) verba (V) atau kata kerja (bahasa Jawa: tembung kriya), (2) adjektiva (Adj) atau kata keadaan (sifat) (bahasa Jawa: tembung kaanan ), (3) nomina (N) atau kata benda (bahasa Jawa: tembung aran), (4) adverbial (Adv) atau kata keterangan (bahasa Jawa: tembung katrangan) (Wedhawati, 2006: 46-47).
2) Kategori Sintaksis Tertutup
Kategori sintaksis tertutup, dalam arti jumlah keanggotaannya relatif terbatas dan sulit berkembang. Kategori ini ada tujuh, yaitu (1) pronominal (Pron) atau kata ganti (bahasa Jawa: tembung sesulih), (2) numeralia (Num) atau kata bilangan (bahasa Jawa: tembung wilangan), (3) preposisi (Prep) atau kata depan (bahasa Jawa: tembung ancer-ancer), (4) konjungsi (Konj) atau kata penghubung
commit to user
(bahasa Jawa: tembung panggndheng), (5) interjeksi (Itj) atau kata seru (bahasa Jawa: tembung panguwuh), (6) partikel (Ptk), dan (7) artikula (Atk) atau kata sandang (bahasa Jawa: tembung penyilah). Preposisi, konjungsi, dan partikel lazim disebut kata tugas (Wedhawati dkk, 2006: 47). Contoh sebagai berikut,
(5) Anggone omah omah duwe anak loro wadon kabeh yakuwi Sinta Dewi Purwanti lan Rizki Rahma Nurwahyuni.(PS/35/27/08/11/17)
‟Dalam kehidupan rumah tangga punya dua anak perempuan yaitu Sinta Dewi Purwanti dan Rizki Rahma Nurwahyuni.
D ata di atas menunjukan adanya numeralia yang jumlahnya terbatas pada bilangan yang sudah disepakati. Bilangan hanya dirangkaikan dari 0 (nol) hingga
9 (Sembilan) dan tidak ada bilangan lain. Maka numeralia merupakan salah satu
dari kategori sintaksis tertutup.
C. Fungsi
Menurut Harimurti Kridalaksana fungsi adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dilihat dari sudut penyajiannya dalam ujaran (2001: 62). Fungsi memiliki sifat relasional artinya adanya fungsi yang satu tidak dapat dibayangkan tanpa hubungan dengan fungsi yang lain. Konsep fungsi sintaksis mencakupi subjek (S), predikat (P), Objek (O), pelengkap (Pl), dan keterangan (K). Di dalam tata bahasa Jawa subjek disebut jejer, predikat disebut wasesa, objek disebut lesan, pelengkap disebut geganep, dan keterangan disebut katrangan (Wedhawati dkk, 2006: 49).
1) Subjek/ jejer
Subjek/jejer adalah bagian dari klausa berwujud nomina atau frase nomina yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara.
commit to user
2) Predikat/ wasesa
Predikat/wasesa adalah bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan pembicara tentang subjek.
3) Objek/ lesan
Objek/lesan adalah nomina atau kelompok nomina yang melengkapai verba-verba tertentu dalam klausa. Objek, secara semantik adalah konstituen yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat/wasesa. Kehadiran objek/lesan ditemukan dalam kalimat aktif berpredikat verba transitif, baik yang ekatransitif maupun dwitransitif.
4) Pelengkap/ geganep
Pelengkap/geganep adalah bagian kalimat yang berguna melengkapi predikat.
5) Keterangan/ katrangan
Keterengan/katrangan adalah kata atau kelompok kata yang dipakai untuk meluaskan atau membatasi makna subjek atau predikat dalam klausa.
Adapun ciri dari fungsi menurut Ramlan (2001:80-93) adalah sebagai berikut.
a. S (Subjek) dan P (Predikat)
1) Berdasarkan intonasi, antara S dan P secara potensial terdapat jeda
sedang.
2) Berdasarkan strukturnya S dan P dapat dipertukarkan tempatnya.
commit to user
3) P terdiri dari golongan verba transitif, verba intransitif, dan
(mungkin) dari golongan kata lain.
4) Unsur yang menduduki fungsi S berkategori Nomina dan P diduduki kata berkategori Nomina, Verba, Bilangan, dan FD.
b. O (Objek) dan Pel (Pelengkap)
1) O selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verba transitif.
2) Jika klausa diubah dari klausa aktif menjadi klausa pasif, maka kata atau frasa yang berkedudukan sebagai O menduduki fungsi S.
3) Pel terletak dibelakang P tetapi tidak bisa dijadikan bentuk pasif.
4) Kata yang menduduki fungsi O termasuk kategori Nomina dan Pel diduduki kata berkategori Nomina, Verba, dan Bilangan.
c. K (Keterangan)
1) Pada umumnya mempunyai letak yang bebas.
2) Kata yang menduduki fungsi K termasuk kategoti Keterangan, FD,
dan Nomina. Menurut Anton M Moeliono, dkk. (1988:30) fungsi bersifat sintaksis artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis yang dimaksud adalah.
a. S (Subyek)
1) Berwujud nomina atau kata benda.
2) Terletak di muka P.
commit to user
b. P (Predikat)
1) Dapat berwujud FV, Adjektiva atau kata sifat, Nomina atau kata
benda, dan preposisional.
c. O (Objek)
1) Berwujud FN atau Nomina.
2) Berada di belakang P yang berupa FV transitif aktif.
3) O berubah menjadi S dalam kalimat pasif.
d. Pel (Pelengkap)
1) Umumnya berupa frasa nomina berada di belakang P verba.
2) Pel tidak dapat menjadi S.
3) Wajib hadir untuk melengkapi konstruksi.
e. K (Keterangan)
1) Letak dari K bebas.
2) Dapat berupa kata yang bermakna alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan.
B. Pengertian Qualifier
Menurut Lehmann Qualifier itu sebagai salah satu unsur abstrak pembentuk kalimat (yang bias dilambangkan dengan sigma), disamping proposisi (P). Pernyataan ini dapat diartikan kurang lebih demikian qualifier lingkup jangkauannya adalah seluruh klausa. Qualifer adalah pembatas bagi verba pengisi P jika berupa kata dan dapat terpadu dengan konstituen pengisi P jika berupa afiks (Sudaryanto, 1983: 161). Sudaryanto menyebut qualifier sebagai pendesak karena
kehadirannya dalam kalimat “mendesak” terhadap makna kalimat yang bersangkutan, sehingga makna kalimat itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi,
commit to user
dibatasi, diubah atau ditambah (1993: 161). Dijelaskan pula dalam tipologi Lehmann bahwa inti klausa adalah Verba –yang di dalam bahasa Jawa diisi oleh verba atau adjektiva; pendesak verba atau adjektiva. Karena mendesak makna Verba maka keberadaan formatif Q harus menyatu dengan Verba dalam kalimat artinya berada dalam satu fungsi bersama Verba menduduki predikat. Dalam kamus Longman Dictionary of Contempory English ditulis qualifier “an adjektiva or adverb wich the meaning of another word” artinya qualifier adalah kata sifat atau keterangan yang membatasi makna kata yang lain (Prokter dalam Romlah, 1998: 902).
Menurut Roni (2001: 152) dalam tesisnya yang berjudul Pendesak dalam Bahasa Jawa , pendesak merupakan hiponim atau salah satu bagian dari penunjuk interogatif; dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendesak pasti merupakan penunjuk interogatif tetapi tidak sebaliknya. Qualifier adalah konstituen kategori tata bahasa (gramatikal) yang memberi kualitas secara tata bahasa pula terhadap arti konstituen inti yang terdapat dalam slot predikat (blogspot Roni posted 31 Agustus 2009).
Qualifier menurut peneliti adalah morfem yang tidak memiliki fungsi sendiri dalam suatu konstruksi bahasa namun menyatu dengan verba maupun adjektiva pengisi fungsi predikat sehingga membentuk frasa (frasa verba atau frasa adjektiva) yang memiliki peran penting berkaitan dengan semantiknya yaitu memberi kualitas secara gramatikal terhadap arti konstituen inti yang mengisi fungsi predikat.
commit to user
Dari pengertian qualifier diatas, qualifier ganda dapat diartikan sebagai pembatas verba pengisi fungsi predikat yang berupa adjektiva atau verba yang digunakan secara bersama-sama dalam satu konstruksi bahasa dan tetap sama- sama menduduki fungsi predikat tanpa disisipi fungsi lain dan letaknya bisa di kiri maupun di kanan morfem pengisi P.
C. Ciri Qualifier
Dengan menyesuaikan dengan tipologi Lehmann dapat ditentukan ciri pendesak dalam bahasa Jawa yaitu (1) mempunyai perilaku sintaksis seperti interogatif dan negatif yaitu mendahului Verba atau praverba, (2) keberadaannya harus menyatu dengan Verba mengisi fungsi predikat, (3) tidak boleh ada konstituen lain yang berstatus “fungsi” menghalangi atau menyisipi di antara formatif pendesak dan Verba (Roni, 2001: 151-152).
D. Ciri Qualifier Ganda
Hasil tipologi Lehmann telah diuji kembali oleh Roni hingga dalam tesis tahun 2006 terdapat kesimpulan yang dibuatnya tentang ciri qualifier ganda antara lain, (1 ) tidak boleh ada konstituen lain yang berstatus “fungsi” menghalangi atau menyisipi diantara formatif Q dan Verba, (2) memiliki prilaku sintaksis seperti interogatif dan negatif yaitu mendahului Verba atau biasa disebut praverba dalam bahasa tipe VO –bahasa Jawa termasuk tipe VO, (3) bila terdapat sekaligus bersama-sama dalam satu kalimat, konstituen itu mengikuti kaidah taraf kedekatan dalam pola urutan tertentu (Roni, 2001: 125).
commit to user
E. Jenis Qualifier
Ada dua buah wujud primer Q yang ada dalam setiap bahasa yaitu interogatif dan negatif. Disebut primer Q maka ada indikasi adanya Q lain yang keberadaanya ditentukan oleh kesamaan watak dengan interogatif dan negatif yang bersangkutan. Pada setiap bahasa memiliki jenis Q yang berbeda – kecuali primer Q yang ada dalam semua bahasa. Sudaryanto menyebutkan dalam bahasa Indonesia ada lima belas macam Q yaitu: (1) interogatif, (2) negatif, (3) potensial, (4) desideratif, (5) resiprokal, (6) keserempakan, (7) keberuntunan, (8) refleksif, (9) iteratif, (10) kausatif, (11) intensitas, (12) kualitas, (13) habitual, (14) delimitative, (15) dubitative (Sujono, Materi Kuliah Seminar Linguistik).
Menurut Roni pendesak sekunder dalam bahasa Jawa ada 34 jenis yang terdiri dari kurang lebih 210-an formatif Q yang ia kelompokan menjadi tiga yaitu: (1) kelompok modal yang terdiri dari Q interogatif, negative , desiderative, potensial, komisif, obligatif, dubitatif, imperatif, pemastian, optatif dan irealis; (2) kelompok aspek yang terdiri dari Q habituatif, inkoatif, futur, perfektif, imperfektif, progresif,
iteratif,semelfaktif,
simulatif;
(3) kelompok
nonaspek/modal terdari dari Q kualitatif, superlatif, delimitatif, penolakan, penerimaan, komparatif, keterlanjuran, ketergesa-gesaan, kepura-puraan,
kesungguhan, “eksesif”, “intensitas”, kondisional, resiprokal, dan kausatif (Roni, 2001, 153). Sedangkan menurut posisinya terhadap Verba formatif Q dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu (1) yang konsisten mendahuli Verba atau praverba, (2) konsisten mengikuti Verba atau postverba, (3) mengambang yaitu dapat
commit to user
menduduki posisi sebelum maupun sesudah Verba, namun cenderung posisi praverba yang sering dijumpai (Roni, 2001: 154).
F. Bentuk Qualifier
Bentuk adalah penampakan satuan bahasa atau rupa/wujud dari satuan gramatikal. Dalam bahasan ini yang dimaksud bentuk adalah bentuk dari pendesak itu sendiri. Bentuk pendesak dibedakan menjadi dua yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat terdiri dari (1) aspek yaitu formatif Q yang biasanya terdapat dalam dialog, (2) afiksasi yang melekat padu pada V. Morfem bebas yang berwujud kata contohnya mbok menawa dan frasa –pendesak berada di depan V (Dyah Padmaningsih, Materi kuliah Sintaksis).
Pola urutan formatif Q bila digunakan bersama-sama dalam suatu konstruksi memiliki urutan antar qualifier itu sendiri adalah tidak tetap tetapi keseluruhan formatif Q memenuhi kaidah urutan QV, QQV, dst dalam posisi praverba. Sedangkan dalam primer Q yaitu Q interogatif dan negatif pola urutannya bila bergabung dalam tipe VO membentuk Q ganda dengan hipotesis urutannya adalah interogatif – negatif – (akar) Verba. Pola urutan ini sudah terbukti keberadaannya dalam bahasa Jawa (Roni, 2001: 156).
Gabungan dari V dengan beberapa Q secara bersama-sama membentuk sebuah frasa verba yang menduduki fungsi predikat dalam sebuah satuan lingual yang lebih besar. Frasa verba yang memiliki pola seperti ini disebut dengan Frasa Verba Kompleks Modifkatif adalah frasa verbal yang salah satu konstituen langsungnya berupa frasa verbal simpleks modifikatif sebagai konstituen inti dan
commit to user
konstituen lain sebagai modifikator. Posisi modifikator dapat berada di depan atau di belakang konstituen inti (Wedhawati dkk, 2006: 164).
Frasa Verba Simpleks Modifikatif itu sendiri adalah frasa verba simpleks – frasa verb yang konstituennya berupa kata- yang salah satu konstituennya merupakan inti dan konstituen langsung lainnya merupakan modifikator. Frasa verba simpleks modifikatif terdiri atas satu konstituen inti berupa verba dan modifikator. Verba yang menjadi konstituen inti dapat berupa verba aktif (ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, intransitif), dan pasif (Wedhawati dkk, 2006: 161).
G. Makna
Makna adalah salah satu aspek bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari aspek bentuk bahasa. Dengan kata lain bahasa adalah satuan bentuk dan makna. Satuan bentuk tertentu tidak dapat digunakan di dalam komunikasi tanpa makna tertentu. Makna tanpa bentuk juga belum dapat digunakan di dalam komunikasi (Wedhawati dkk, 2006: 45).
Makna lingual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal atau makna strukltural. Makna leksikal adalah konsep yang disenyawakan secara struktural di dalam bentuk lingual kata sebagai satuan leksikal (Wedhawati dkk, 2006: 45). Makna structural berkaitan dengan makna unsure satuan lingual yang berhubungan secara sintagmatis. Makna structural adalah makna yang timbul akibat hubungan sintagmatis.
commit to user
Makna yang ditekankan dalam penelitian ini adalah berterima atau tidak konstruksi yang dibentuk oleh beberapa pendesak apabila diubah urutannya.
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
Menurut Edi Subroto (1992: 32) istilah metode di dalam penellitian linguistik dapat ditafsirkan sebagai strategi kerja berdasarkan ancangan tertentu sedangkan teknik dapat ditafirkan sebagai langkah dan kegiatan yang terdapat dalam kerangka strategi yang dilakukan yang tedapat dalam kerangka strategi tertentu. Metode mencakup kesatuan dan serangkaian proses penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik pengumpulan data, dan analisis data (Sudaryanto, 1992: 31-32). Dalam metode penelitian ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal antara lain: (A) jenis penelitian, (B) data dan sumber data, (C) alat penelitian, (D) populasi dan sampel, (E) metode pengumpulan data, (F) metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian kajian “Qualifier Ganda Bahasa Jawa (Kajian Bentuk dan Makna)” ialah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang kerjanya
menyajikan data berdasarkan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada (Sudaryanto, 1992: 5). Penulis mencoba menggambarkan dan mengintrepetasi objek sesuai dengan apa adanya. Data yang terkumpul berupa kata-kata dalam bentuk kalimat dan bukan angka dan menyajikan data dalam bentuk kata-kata dengan bahasa sekarang berdasarkan fakta yang ada dan dengan memanfaatkan metode ilmiah.
commit to user
B. Alat Penelitian
Alat penelitian berguna untuk memperoleh data dan meperlancar jalannya penelitian. Penelitian ini menggunakan alat tulis manual seperti ballpoint, pensil, penghapus, penghapus ballpoint (tip-ex), buku catatan, kertas HVS, dan kartu data. Alat elektronik yang digunakan adalah komputer
C. Data dan Sumber Data
Data adalah fenomena lingual khusus yang mengandung dan berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud (Sudaryanto, 1992: 5). Data dalam penelitian ini adalah data tulis yang berupa kalimat maupun klausa yang mengandung formatif Q ganda dalam fungsi verba bahasa Jawa dalam media cetak bahasa Jawa. Data yang diidentifikasi yang berupa morfem bebas yang termasuk dalam formatif Q. Data tulis dipilih sebagai data dalam penelitian ini serta mempertimbangkan data lisan namun data utama dalam penelitian ini adalah data tulis. Peneliti memilih data tulis karena peneliti menganggap bahwa data tulis lebih konsisten dan struktur tata bahasa (dalam hal ini kalimat dan klausa) yang digunakan untuk penelitian ini lebih terlihat sehingga bisa mempermudah peneliti dalam menganalisis data.
Sumber data berasal dari majalah berbahasa Jawa. Hal ini bertujuan untuk mencari kalimat ataupun klausa berformatif Q ganda baik dalam ragam ngoko maupun krama. Adapun sumber data yang dimaksud adalah 1. Panjebar Semangat edisi 42, 17 Oktober 2009, 2. Panjebar Semangat edisi 52, 25 Desember 2010, 3. Panjebar Semangat edisi 32, 6 Agustus 2011, 4. Panjebar Semangat edisi 33, 13 Agustus 2011, 5. Panjebar Semangat edisi 34, 20 Agustus 2011, 6. Panjebar Semangat edisi 35, 27 Agustus 2011, 7. Panjebar Semangat
commit to user
edisi 46, 12 November 2011, 8. Panjebar Semangat edisi 47, 19 November 2011,
9. Panjebar Semangat edisi 40, 6 Oktober 2012, 10. Panjebar Semangat edisi 41,
13 Oktober 2012, 11. Jaya Baya edisi 45 minggu II bulan Agustus 2010, 12. Jaya Baya edisi 49 minggu II bulan Agustus 2010 , 13. Jaya Baya edisi 50 minggu III bulan Agustus 2010, 14. Jaya Baya edisi 13 minggu IV bulan November 2010 ,
15. Jaya Baya edisi 12 minggu III bulan November 2011, 16. Jaya Baya edisi 14 minggu I bulan Desember 2011, 17. Jaya Baya edisi 48 minggu I bulan Agustus 2012, 18. Jaya Baya edisi 49 minggu II bulan Agustus 2012.
Peneliti memilih wacana tulis tersebut di atas sebagai sumber data dengan berbagai pertimbangan antara lain (1) sumber data tersebut menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko (dan sedikit ragam krama)dalam terbitannya, (2) sumber data tersebut merupakan majalah berbahasa Jawa yang telah terbit sejak lama dan masih bertahan hingga saat ini. Mengandung kalimat ataupun klausa berformatif Q ganda yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah objek penelitian yang pada umumnya merupakan keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32). Populasi dalam penelitian ini adalah semua quailifier bahasa Jawa yang terdapat pada sumber data.