TINJAUAN PUSTAKA

B. Kerangka Pemikiran

UU No. 32 Tahun 2004

Kewenangan Otonomi Daerah Daerah

Pemerintah Kota

SATPOL PP SKPD

Peraturan Daerah Propinsi No. 11 Tahun 2004 dan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1988

Masalah Sosial

Hunian Liar

Upaya Penanganan

Gambar1. Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran diatas, penulis ingin memberikan gambaran guna menjawab perumusan masalah dalam penelitian hukum ini. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur mengenai kewenangan daerah dan otonomi daerah, dimana hal tersebut ditandai dengan adanya penyerahan sebagian besar kewenangan pemerintah Pusat atau Daerah tingkat atasnya kepada pemerintah Daerah dibawahnya untuk menjadi urusan rumah tangganya sendiri yang didasarkan pada keadaan dan faktor-faktor yang nyata di suatu daerah ( kemampuan, keadaan, dan kebutuhan daerah ). Pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta yang telah memberlakukan otonomi di daerahnya sejak tahun 2000, untuk menjalankan tugas-tugas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan serta perlindungan terhadap masyarakat telah membentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk melaksanakan tugas pelayanan masyarakat di Kota Surakarta, maka Pemerintah Kota Surakarta menunjuk Satpol PP sebagai Penegak Peraturan Daerah. Selain itu, untuk lebih menjamin perlindungan dan kepastian hukum, maka pemerintah daerah Kota Surakarta membentuk sebuah Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1988 tentang Bangunan di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta serta dalam penertibannya digunakan pula Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan.

Dari berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat terdapat beberapa permasalahan yang ditangani oleh Pemerintah Kota Surakarta, salah satunya adalah permasalahan mengenai hunian liar, dimana dalam masalah ini banyak terdapat hunian liar bantaran sungai di Kota Surakarta.

Pemerintah Kota Surakarta, telah membentuk suatu tim penanganan untuk mengatasi permasalahan mengenai hunian liar khusunya di bantaran Kali Gajah Putih, yang terdiri dari Satpol PP,

DPU, LPMK, Babinsa, dan Polmas setempat. Tim yang dibentuk tersebut saling bekerjasama dan bantu-membantu untuk menangani permasalahan hunian liar agar tidak terus berkembang di Surakarta, paling tidak untuk mengurangi atau memperkecil masalah-masalah yang muncul akibat hunian liar itu sendiri. Dalam penelitian ini Penulis lebih khusus akan menyoroti upaya penertiban yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja ( Satpol PP ) dalam upaya penertiban hunian liar di Kota Surakarta melalui Pelaksanaan Penertiban Hunian Liar di Bantaran Kali Gajah Putih Manahan Surakarta.