Surakarta Hadiningrat

Surakarta Hadiningrat

Dilihat dari perkembanganya tata ruang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak langsung terbentuk seperti sekarang. Dimulai pada masa Paku Buwana

II yang kemudian mengalami banyak perubahan yang ditandai dengan penambahan bangunan selama periode pemerintahan raja yang berkuasa. Paku Buwono X adalah raja yang sangat terkenal karena pada masa pemerintahannya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengalami puncak kejayanya yang ditandai dengan pembangunan yang signifikan didalam Keraton. Berikut adalah perkembangan tata ruang Keraton kasunanan Surakarta Hadiningarat dimulai dari Paku Buwana II tahun 1749 sampai dengan Paku Buwana XII tahun 2004

a. Paku Buwana II pada tahun 1749 Masa Paku Buwana I sudah berdiri tambok Cepuri yang diapit dengan dua alun-alun bangunan yang pertama kali dibangun adalah dalem Ageng Prabasuyasa dan Tratag Rambat didekat alun-alun Lor.

b. Paku Buwana III pada tahun 1788

Dibangun Tembok Baluwarti yang menjadi benteng pertahanan Keraton selain itu juga dibangun perumahan-perumahan bagi abdi Dalem.

c. Masa Paku Buwana IV pada tahun 1820 Meneruskan pembangunan dan pemerintahan, kemudian menambahkan tiga dalem pangeran yaitu Dalem Sindusenan, Dalem dalem Sasonomulyo dan Dalem Suryo Hamijayan.

d. Masa Paku Buwana V pada tahun 1823 Paku Buwana V memerintah hanya tiga tahun membangun Bangsal Ijo sekarang Sasana Hendrawina digunakan sebagai tempat gala dinner tamu asing.

e. Masa Paku Buwana VI 1830 Masa Paku Buwana VI berkuasa hanya melakukan sedikit perbaikan pada Masjid Agung, dikarenakan saat itu terjadi peperangan yang dikenal dengan perang Diponegoro pada tahun(1825-1830).

f. Masa Paku Buwana VII 1858 Masa Paku Buwana VII melakukan perbaikan pada Masjid Agung, paseban Lor dan PasebanKidul.

g. Masa Paku Buwana VIII 1861 Masa Paku Buwana VIII tidak terjadi penambahan ataupun berbaikan, dikarenakan hanya memerintah tiga tahun.

h. Masa Paku Buwana IX pada tahun 1830 Masa Paku Buwana IX melakukanperbaikan pada panggung Sangga Buwana dan mendirikan Maligi, selain itu terjadi penambahan pada Dalem Pangeran yaitu Dalem Mloyosuman dan Dalem Purwodiningratan.

i. Paku Buwana X Tahun 1938 Perbedaan yang mencolok pada masa pemerintahan PB X adalah tebal tembok Baluwarti yang mengalami penambahan, pada masa ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengalami puncak kejayaan, PB X mendirikan tujuh dalem pangeran pada masa pemerintahanya yaitu, Dalem Tursinapuri, Dalem Kusumabratan, Dalem Ngabean, Dalem Suryanegaran, Dalem Mangkuyudan, i. Paku Buwana X Tahun 1938 Perbedaan yang mencolok pada masa pemerintahan PB X adalah tebal tembok Baluwarti yang mengalami penambahan, pada masa ini Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengalami puncak kejayaan, PB X mendirikan tujuh dalem pangeran pada masa pemerintahanya yaitu, Dalem Tursinapuri, Dalem Kusumabratan, Dalem Ngabean, Dalem Suryanegaran, Dalem Mangkuyudan,

k. Masa Paku Buwana XII pada tahun 1965 Masa Paku Buwana XII memerintah dapat dilihat perubahan bentukAlun-alun Lor yang disebabkan karena pembangunan jalan lingkar Alun-alun tahun 1952, yang berdampak penyamaan bentuk Alun-alun Kidul. Selain terjadi penambahan luasan lahan terbangun pada perumahan-perumahan abdi dalem dan rumah-rumah di sekitar dalem-dalem pangeran, juga terjadi dengan berubahnya lahan terbuka hijau yang merupakan kandang kuda (Langensari dan Kestalan) menjadi perumahan penduduk, sejak paska peristiwa G 30S/PKI. Selain itu, akibat peristiwa kebakaran menyebabkan hilangnya bangunan inti Keraton.

l. Masa Paku Buwana XII pada tahun 2004 Selanjutnya bangunan inti keraton yang terbakar tersebut (Dalem Agung Prabasuyasa, Pendapa Ageng Prabasuyasa, Sasana Hendrawina) dibangun kembali karena merupakan elemen fisik penting bagi Keraton. Dipresentasikan pada gambar

6 pada halaman 61, gambar 7 pada alaman 62, gambar 8 pada halaman 63 dan gambar 9 pada halaman 64.

a. Alih Fungsi Bangunan

Kota Surakarta yang mengalami berbagai sistim pemerintahan yaitu sistim Kerajaan, pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sampai terbentuk Republik Indonesia. Kebijakan yang awal yang sangat mempengaruhi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa revolusi kemerdekaan Republik Indonesia yang kemudian memunculkan gerakan Swapaja dan berujung pada Land reform.

Gerakan Swapaja tidak mengakui daerah istimewa Surakarta (DIS) dan memutuskan untuk menolak bentuk pemerintahan feodal Susuhunan maupun Mangkunegaran. Gerakan ini menginginkan pemerintahan kembali pada rakyat. 17 Oktober 1945, terbentuk gerakan Swapraja/anti monarki/anti Feodal di Surakarta, yang salah satu pimpinannya adalah Tan Malaka, tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Tujuan gerakan ini adalah pembubaran DIS, dan penghapusan Mangkunegara dan Susuhunan. Motif lain adalah perampasan tanah-tanah pertanian yang dikuasai Mangkunegara dan Susuhunan untuk dibagi-bagi dalam rangka kegiatan Landreform oleh gerakan komunis. Sejak terjadi land reform Keraton Kasunanan Surakarta tidak memiliki posisi tawar dalam mengambil kebijakan pada wilayahnya.

Geografi adalah panggung sejarah, keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak lepas dari dinamika yang ikut andil dalam perubahanya hingga penelitian ini ditulis. Dalem Sindsenan berubah menjadi Pusat Pendidikan Topografi Geografi adalah panggung sejarah, keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat tidak lepas dari dinamika yang ikut andil dalam perubahanya hingga penelitian ini ditulis. Dalem Sindsenan berubah menjadi Pusat Pendidikan Topografi

Dari hasil wawancara dengan GPH. Puger pada tanggal 5 Maret 2009 telah terjadi penyimpangan di dalam perkampungan Benteng Baluwarti yaitu berupa bangunan berlantai dua yang menyamai dan bahkan lebih tinggi dari Sitihinggil. hal ini dianggap meyimpang karena pada Sitihinggil terdapat bangsal Manguntur Tangkil, tempat tahta Susuhunan, dan Bangsal Witono, tempat persemayaman Pusaka Kebesaran Kerajaan. Bangsal tersebut memiliki suatu bangunan kecil di tengah-tengah yang disebut dengan Krobongan Bale Manguneng yaitu, tempat persemayaman pusaka keraton Kangjeng Nyai Setomi, sebuah meriam yang dirampas oleh tentara Mataram dari VOC saat menyerbu Batavia.

1) Alih fungsi bangunan yang diakibatkan dari segi Politik Alih fungsi bangunan pada keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebenarnya sudah terjadi pada masa revolusi kamerdekaan republik Indonesia 17 agustus 1945 yang kemudian berujung pada land reform yang melucuti kekuasaan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan menjadikan raja beserta keturunannya menjadi trah biasa.

Penyimpangan ditinjau dari Politik

a) Taman Hijau Keraton berubah menjadi Kantor Kalurahan Baluwarti pada tahun 1950.

b) Sekolah Mamba‟ul Ulum berubah menjadi Pendidikan formal Islam setingkat SMP tahun 1972.

c) Dalem Sindusenan berubah menjadi Pusdik Topografi TNI-AD pada tahun 1967.

d) Bangsal Palalon berubah menjadi Polsekta Pasar Kliwon pada tahun 1968.

e) Bangunan Paseban pekapalan berubah menjadi SDN 27 Kauman pada tahun 1972 dan pasar cinderamata sampai pada tahun 2009.

f) Dalem Kadipaten berubah menjadi Museum Keraton Surakarta pada tahun 1953.

g) Sekolah Parmadi Putri berubah menjadi SMK Parmadi Putri pada tahun 1950.

h) Bangunan Kamslin berubah menjadi SDN Kasatriyan pada tahun 1958 dan SDN Parmadi Siwi tahun 1960.

i) Sekolah Kesatriyan berubah menjadi SMP Kasatriyan pada tahun 1960. j) Sitihinggil Lor digunakan sebagai tempat bazzar dan latihan karate Dan

POM IV/ SKA.

2) Alih fungsi bangunan yang diakibatkan dari segi Ekonomi Keraton Kasunanan Surakarta berpotensi untuk kegiatan ekonomi dan sering menjadi incaran para investor, di antaranya adalah adanya pembangunan Pasar Klewer, Pasar Gading, Pasar Seni, serta Komplek perkiosan cenderamata; selain itu juga pernah diincar sebagai lokasi untuk dibangun hotel bintang lima, yakni di Dalem Brotodiningratan (namun tidak terjadi, karena menyalahi hukum adat bangunan dalam kawasan, yakni tidak diperkenankan mendirikan bangunan pelestarian. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ekonomi dapat dikategorikan sebagai salah satu variabel yang sangat berpengaruh terhadap penyebab terjadinya penyimpangan.

Penyimpangan ditinjau dari segi Ekonomi

a) Sisi timur gapura Gladag berubah menjadi pusat perbelanjaan dengan gaya

arsitektur Posh Modern yaitu Pusat Grosir Solo dan Beteng Trade Center.

b) Bangunan Kadipaten Anom pada tahun 2002 berubah fungsi menjadi perkiosan cinderamata, pusat kerajinan wayang kulit dan gong, serta tempat kursus pedalangan.

c) Sisi selatan kidul berubah menjadi Pasar Gading.tahun 2009.

d) Gedong Pemajegan berubah menjadi perkiosan cinderamata pada tahun 2003- 2004

e) Pakretan Masjid Agung berubah menjadi perkiosan cinderamata dan taman parkir tahun 2003-2009.

3) Alih fungsi bangunan ditinjau dari segi Sosial Perubahan sosial yang ada menyebabakan lunturnya kebudayaan asli tata ruang keraton.

a) Kestalan Langensari berubah menjadi permukiman penduduk setelah peristiwa

G 30 S/PKI pada tahun1965.

b) Kestalan berubah menjadi permukiman penduduk setelah peristiwa G 30 S/PKI pada tahun1965.

c) Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat berolahraga murid SDN 27 Kauman dan SMP Kasatriyan, serta kegiatan bazaar (BSF, Solo Expo dan Sekaten Bazaar).

d) Alun-alun Kidul tidak lagi berfungsi sebagai tempat latihan prajurit, tetapi tetap digunakan sebagai jalur pemakaman raja.

b. Perubahan Arsitektur Bangunan

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk-penduduk asli Baluwarti, adat yang dapat mendukung kekhasan kawasan adalah adanya aturan bangunan secara adat di dalam kawasan Baluwarti (bangunan-bangunan selain keraton dan dalem pangeran), sebagai berikut:

• Bangunan tidak boleh bertembok; • Bangunan berwarna cat putih; • Pagar rumah berupa tumbuhan jamu; dan • Bangunan tidak boleh bertingkat.

Perubahan arsitektur bangunan diimplementasikan pada permukiman yang dahulunya difungsikan untuk abdi dalem kerajaan dan sekarang sebagai permukiman umum. Pada kajian ini difokuskan pada bangunan tidak boleh bertingkat. Bangunan bertingkat merusak langgam bangunan terdahulu yang berbentuk joglo. Distribusi bangunan bertingkat dipresentasikan dalam Peta 5 halaman 70.

Gambar 10. Bangunan berlantai dua pada Kp. Gondorasan dan Kp. Tamtaman

c. Penyimpangan terhadap Konsep Konsentris

1) Lingkaran pertama, yaitu Kraton yang disebut juga Negara. tidak ada penyimpangan meskipun ada peneliti tidak akan mengetahui karena wilayah tersebut sangat tertutup.

2) Lingkaran kedua mengitari Kraton yaitu ibukota yang disebut Kutanegara. Penulis menemukan alih fungsi yaitu wilayah ini bisa dimasuki siapa saja melalui pintu masuk museum dengan membayar tiket masuk.

3) Lingkaran ketiga yang mengitari Kutanegara disebut Negara Agung. Penyimpangan di wilayah ini berupa alih fungsi bangunan dan perubahan arsitektur bangunan yaitu

a) Dalem Kadipaten berubah menjadi Museum Keraton Surakarta pada tahun 1953 sampai dengan tahun 2009.

b) Dalem Sindusenan berubah menjadi Pusdik Topografi TNI-AD pada tahun 1967 sampai denga tahun 2009.

c) Dalem Surya Hamijayan dibeli oleh keluarga Almarhum mantan Presiden Republik Indonesia H. Mohammad Soeharto. Pernah digunakan sebagai Sekolah Menenggah Kejuruan dan saat ini pada bagian timur pendopo digunakan sebagai lapangan Tenis.

d) Sekolah Parmadi Putri berubah menjadi SMK Parmadi Putri pada tahun 1950.

e) Kestalan Langensari berubah menjadi permukiman penduduk setelah peristiwa G 30 S/PKI pada tahun1965.

f) Kestalan berubah menjadi permukiman penduduk setelah peristiwa G 30 S/PKI pada tahun1965.

g) Sekolah Kesatriyan berubah menjadi SMP Kasatriyan pada tahun 1960.

h) Bangunan Kamslin berubah menjadi SDN Kasatriyan pada tahun 1958 dan SDN Parmadi Siwi tahun 1960.

i) Taman Hijau Keraton berubah menjadi Kantor Kalurahan Baluwarti pada tahun 1950.

4) Lingkaran keempat yang melingkari Negara Agung disebut dengan Mancanegara . Penyimpangan di wilayah ini berupa alih fungsi bangunan dan

perubahan arsitektur bangunan yaitu

a) Sitihinggil Lor digunakan sebagai tempat bazzar dan latihan karate Dan POM IV/ SKA.

b) Pakretan kulon berubah menjadi Pasar Klewer pada tahun 1970.

d) Bangunan Paseban pekapalan berubah menjadi SDN 27 Kauman pada tahun 1972 dan pasar cinderamata sampai pada tahun 2009.

e) Sekolah Mamba‟ul Ulum berubah menjadi Pendidikan formal Islam setingkat SMP tahun 1972.

5) Lingkaran kelima yang melingkari mancanegara disebut dengan Pasisir. Penyimpangan di wilayah ini berupa alih fungsi bangunan dan perubahan arsitektur bangunan yaitu