Hasil dan Pembahasan.

B. Hasil dan Pembahasan.

1. Karakteristik Tata Ruang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

a. Susunan Ruang Keraton Kasunanan Surakarta Kedhaton

1) Kedhaton Kedhaton adalah tempat tinggal raja beserta keluarganya yang dibagi menjadi dua yaitu tempat bersifat sangat pribadi dan tempat yang berfungsi utuk urusan administrai kerajaan. Kedhaton terletak pada koordinat 480694 mT dan 9162430 mU sampai dengan 480988 mT dan 9162510 mU. Bangunan-bangunan dalam Kedhaton memiliki nama sesuai dengan fungsinya. Bangunan-bangunan dalam Kedhaton adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Letak Wilayah Kedhaton di dalam Benteng Baluwarti.

a) Dalem Ageng Prabasuyasa Dalem Ageng Prabasuyasa merupakan bangunan inti dan terpenting dari seluruh Keraton Surakarta Hadiningrat. Di tempat ini disemayamkan pusaka-pusaka dan juga tahta raja yang menjadi simbol a) Dalem Ageng Prabasuyasa Dalem Ageng Prabasuyasa merupakan bangunan inti dan terpenting dari seluruh Keraton Surakarta Hadiningrat. Di tempat ini disemayamkan pusaka-pusaka dan juga tahta raja yang menjadi simbol

b) Sasana Parasdya Sasana Parasdya adalah sebuah peringgitan. Peringgitan adalah tempat untuk melihat pertujukan wayang kulit khusus bagi keluarga raja. Menikmati pertunjukan wayang kulit sebenar dilihat dari bayangan atau siluet dari bentuk wayang dan akan terlihat bayangan yang bergerak dengan karakter masing-masing dari wayang dengan diiringi gamelan, akan terlihat semakin hidup. Rakyat hanya melihat bagian belakang pertunjukan.

c) Sasana sewaka Sasana Sewaka merupakan bangunan peninggalan pendapa istana Kartasura. Tempat ini pernah mengalami sebuah kebakaran di tahun 1985. Di bangunan ini Susuhunan bertahta dalam upacara-upacara kebesaran kerajaan seperti garebeg dan ulang tahun raja.

d) Sasana handrawina Sasana Handrawina digunakan sebagai tempat perjamuan makan resmi kerajaan. Kini bangunan ini biasa digunakan sebagi tempat seminar maupun gala dinner tamu asing yang datang ke Kota Surakarta.

e) Sasana Prabu Sasana prabu merupakan kantor bagi raja. Ruangan ini bersifat

tertutup untuk umum, sehingga informasi kondisi ruang sulit diperoleh.

f) Langen Katong Langen Katong merupakan bangunan yang digunakan raja mencari inspirasi bagi karyanya baik berupa gending, hukum, rencana tahunan bagi kerajaan sampai motif batik. Hasil pikiran yang kemudian ditulis oleh pujangga f) Langen Katong Langen Katong merupakan bangunan yang digunakan raja mencari inspirasi bagi karyanya baik berupa gending, hukum, rencana tahunan bagi kerajaan sampai motif batik. Hasil pikiran yang kemudian ditulis oleh pujangga

h) Masjid Pudyasana Masjid Pudyasana merupakan masjid khusus keluarga raja. Masjid ini selain digunakan untuk sholat lima waktu, saat raja mangkat masjid tersebut digunakan untuk memandikan jenasah khusus bagi raja.

i) Panggung Sangga Buwana Panggung Sangga Buwana merupakan menara yang digunakan sebagai tempat meditasi Raja sekaligus untuk mengawasi benteng Vastenberg milik VOC/Hindia Belanda yang berada tidak jauh dari istana. Bangunan ini memiliki lima lantai yang digunakan untuk melihat posisi bulan untuk menentukan awal suatu bulan. Di puncak atap teratas terdapat ornamen yang melambangkan tahun dibangunnya menara tertua di kota Surakarta.

Gambar 4. Panggung Sangga Buwana.

j) Sasana Putra Sasana Putra merupakan tempat tinggal para Putra Dalem pria yang sudah menggalami akhil balik, untuk dididik dan diperkenalkan olah- keprajuritan. Setelah dewasa dan siap menikah para putra raja tersebut diberi hak untuk memiliki sebuah tempat tinggal yang disebut Dalem Pangeran.

k) Kaputren Kaputren terletak di sebelah barat Sasana Prabasuyasa. Sasana Prabasuyasa sebagai batas untuk membedakan pria dan wanita keraton. Sisi kedhaton dibagi dua tempat untuk pembedaan tersebut yaitu kaputren untuk tempat wanita dan kesatriyan untuk pria. Kaputren merupakan tempat yang diperuntukan bagi garwo ampeyan atau selir beserta putra-putrinya yang belum akhil balik. Jika sudah mengalami akhil balik, putra laki-laki sudah tidak diijinkan untuk tinggal di kaputren tetapi harus pindah ke tempat khusus pria yaitu kesatriyan. Bagi putri yang sudah mengalami akhil balik tetap diijinkan tinggal di kaputren sampai menunggu utuk dipinang.

2) Bangunan administrasi Keraton yang berada di dalam Kedhaton Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki kantor administrasi untuk mengatur semua urusan seperti layaknya sebuah negara, nama-nama kantor administrasi tersebut sesuai fungsinya yaitu sebagai berikut :

a) Sidhikara Sindhikara adalah kantor pengadilan untuk hukum perdata, selain itu juga digunakan untuk mengurus administrasi hak waris dari putra-putra raja.

b) Panti Pidana Dari Bangsal Marcukundha disisi timur terdapat bangunan panjang yang membujur kearah selatan, bangunan tersebut digunakan untuk penjara bagi yang melanggar hukum keraton bangunan itu disebut Panti Pidana.

c) Sasana Wilapa Sasana Wilapa digunakan untuk menghadap abdi dalem berpangkat Carik Sepuh yang bertugas mengkoreksi surat-surat administrasi Keraton.

d) Sasana Pustaka

Sasana Pustaka digunakan untuk menyimpan surat-surat administrasi bagi kerajaan.

e) Magangan Magangan terletak pada koordinat 480962 mT dan 9162220 mU digunakan oleh para calon prajurit kerajaan untuk diseleksi dan nantinya akan mengabdi pada kerajaan. Di tempat ini terdapat sebuah pendapa di tengah- tengah halaman.

3) Sarana Pendidikan untuk kerabat dekat raja. Pendidikan sangat diutamakan bagi para Sentana Dalem ( kerabat dekat raja) dikarenakan mereka adalah keturunan dan kerabat dekat raja, maka harus memiliki kecakapan intelektual dan ilmu pengetahuan yang memadai. Sekolah hanya diperuntukan khusus bagi Sentana Dalem. Lembaga pendidikan ini memiliki dua pemakaian yang berbeda yaitu sekolah khusus putri dan sekolah khusus putra.

a) Pamardi Putri Parmadi Putri terletak pada koordinat 480675 mT dan 9162330 mU berdiri pada bulan Januari tahun 1927 atas prakarsa pemerintahan kasunanan. Peruntukan awal bangunan untuk pendidikan HIS (Hollandsch Inlandsch School). Pamardi Putri terletak di sebelah timur dari lingkungan Kraton, tepatnya di Jalan Beteng Kalurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon

Surakarta dengan luas bangunan 1000 m 2 .

b) Sekolah Kesatriyan Sekolah Kesatriyan terletak pada koordinat 48111 mT dan 69162460 mU sekolah tersebut digunakan khusus untuk sentana dalem yang berjenis kelamin laki-laki untuk mengenyam pendidikan, yang patut disayangkan tidak diketahui kapan sekolah tersebut dibangun.

3) Pintu Poros Utara-Selatan Kedhaton memiliki dua pintu masuk yaitu dari arah selatan dan arah utara,

Daliman (2001) menyebut Pintu Poros utara selatan. Pintu poros tersebut dilengkapi halaman dan bangunan sebagai berikut:

a) Poros selatan (1) Alun-alun Kidul Alun-alun Kidul terletak pada koordinat 480708 mT dan 9161750 mU sampai dengan 480998 mT dan 9162050 mU. Alun-alun kidul memilik makna filosofis mengingatkan asal-usul manusia dan ke mana ia akan kembali. Konsep awang-uwung atau suasana serba kosong adalah simbol yang mengingatkan manusia untuk siap menghadapi kematian.

(2) Siti Hinggil Kidul Siti Hinggil terletak pada koordinat 480861 mT dan 9162010 mU sampai dengan 480940 mT dan 9162100 mU memiliki sebuah bangunan kecil. Kini kompleks ini digunakan untuk memelihara pusaka keraton yang berupa kerbau albino yang disebut dengan Kyai Slamet.

(3) Sri Manganti Kidul dan Kamandungan Kidul Pintu selatan terdiri dari Sri Manganti Kidul dan Kemandungan Kidul. Sri Manganti Kidul dan Kemandungan Kidul terletak pada koordinat 480933 mT dan 9162170 mU berupa halaman yang digunakan saat upacara pemakaman raja maupun permaisuri. Di sisi kanan kiri komplek ini terdapat bangunan Kamstin yang tidak diketahui kegunaannya.

b) Poros utara (1) Alun-alun Lor Alun-alun Lor terletak pada koordinat 480997 mT dan 9162590 mU sampai dengan 481218 mT dan 9162830 mU Kompleks ini meliputi Gladhag, perempatan Gladhag di Jalan Slamet Riyadi. Pada zaman dulu digunakan sebagai tempat mengikat binatang buruan yang ditangkap dari hutan. Alun-alun merupakan tempat diselenggarakannya upacara-upacara kerajaan yang melibatkan rakyat. Selain itu alun-alun menjadi tempat

Ringin Kurung di tengah-tengah alun alun terdapat dua batang pohon beringin (Ficus benjamina; Famili Moraceae) yang diberi pagar. Kedua batang pohon ini disebut Waringin Sengkeran (harifah: beringin yang dikurung) yang diberi nama Dewodaru dan Joyodaru.

Di komplek alun-alun lor terdapat Masjid Agung. Masjid agung dalam denah kosmis sebagai Tanah Suci Mekah. Di sebelah barat Alun-alun Lor berdiri Mesjid Ageng (Masjid Raya) Surakarta. Masjid raya ini merupakan masjid resmi kerajaan dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono

III (Sunan PB III) pada tahun 1750 (Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan Islam). Bangunan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk.

(2) Siti Hinggil Lor Siti Hinggil Lor terletak pada koordinat 481050 mT dan 9162540 mU Dinamakan Siti Hinggil Lor karena dalam bahasa jawa siti berarti tanah hinggil berarti tinggi dan lor adalah arah utara. Sitihinggil Lor terletak pada bagian utara Komplek Kedhaton yaitu tempat raja beserta keluarganya tinggal. Sitihinggil Lor merupakan suatu komplek yang dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Komplek ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang disebut dengan Kori Wijil dan satu disebelah selatan yang disebut dengan Kori Renteng.

Pada tangga Sitihinggil sebelah utara terdapat sebuah batu yang digunakan sebagai tempat pemenggalan kepala Trunajaya yang disebut dengan Selo Pamecat. Trunajaya adalah pemberontak yang berasal dari Madura yang bekerja sama dengan Sunan Kuning untuk meruntuhkan keraton Kasunanan saat berada di Kartasura.

Di Sitihinggil terdapat Sasana Sumewa, tempat tersebut digunakan untuk menghadap para punggawa (pejabat menengah ke atas) dalam upacara resmi kerajaan. Di kompleks ini terdapat sejumlah meriam diantaranya diberi nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung. Kompleks ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang disebut dengan Kori Wijil dan satu disebelah selatan

Disebelah timur Sasana Sumewa terdapat Bangsal Manguntur Tangkil, tempat tahta Susuhunan, dan Bangsal Witono, tempat persemayaman Pusaka Kebesaran Kerajaan. Bangsal yang terakhir ini memiliki suatu bangunan kecil di tengah-tengahnya yang disebut dengan Krobongan Bale Manguneng yang merupakan tempat persemayaman pusaka keraton Kangjeng Nyai Setomi, beruapa sebuah meriam yang dirampas oleh tentara Mataram dari VOC saat menyerbu Batavia. Sisi luar timur-selatan- barat kompleks Sitihinggil merupakan jalan umum yang dapat dilalui oleh masyarakat yang disebut dengan Supit Urang (harfiah=capit udang).

(3) Sri Manganti Lor dan Kamandungan Lor Pintu utara terdiri dari Sri Manganti Lor dan Kemandungan Lor. Kori Sri Manganti terletak pada koordinat 480985 mT dan 9162240 mU sampai dengan 481079 mT dan 9162470 mU Dinamakan Siti Hinggil menjadi pintu untuk memasuki kompleks Kedhaton dari utara. Kata Sri Manganti berarti Sri adalah raja dan Manganti yaitu menunggu. Kori ini memiliki pintu dengan gaya Semar Tinandu, yang digunakan untuk menunggu tamu-tamu resmi kerajaan. Bagian kanan dan kiri pintu ini memiliki cermin dan sebuah ragam hias di atas pintu, yang terdiri dari senjata dan bendera yang ditengahnya terdapat lambang kerajaan. Hiasan ini disebut dengan Bendero Gulo Klopo. Dibangun oleh Susuhunan Pakubuwono IV pada 1792 ini disebut juga dengan Kori Ageng. Bangunan ini memiliki kaitan erat dengan Pangung Sangga Buwana secara filosofis. Di halaman Sri Manganti terdapat dua bangunan utama yaitu Bangsal Smarakatha disebelah barat dan Bangsal Marcukundha di sebelah timur. Kamandungan lor merupakan halaman yang digunakan saat upacara jumenengan (naik tahta).

Di komplek Kamandungan lor terdapat bangunan bertingkat dua dengan ketinggian 15 meter yang digunakan untuk penjagaan keamanan

Kedhaton terletak disebelah utara tembok Kedhaton selab barat Kamandungan yang disebut Panggung Indra.

4) Dalem Pangeran Dalem dalam bahasa Jawa disebut rumah dan dibelakangnya adalah nama dari seorang pangeran yang memiliki daerah tersebut.

Setelah dewasa dan menikah putra raja memiliki hak untuk tinggal pada sebuah rumah yang bersifat mendiri yang disebut Dalem Pangeran. Bangunan tersebut dibangun menggelilingi rumah ayahandanya atau rumah raja yaitu di dalam wilayah kedhaton.

a. Dalem Sasonomulyo (1) Sejarah

Pada masa PB IV Dalem Sasonomulyo digunakan untuk tempat berkumpulnya raja beserta bawahanya. Perkembangan berikutnya Dalem Sasonomulyo menjadi Dalem Ngabean karena diperuntukan bagi pangeran Hanggabehi yang dibangun oleh Sri Susuhunan. Dalem Sasonomulya berbeda dengan dalem-dalem yang lain karena mempunyai bangunan pendukung berupa rumah bergaya arsitektur Belanda.

(2) Peruntukan awal Bangunan ini pada awalnya menjadi kediaman Pangeran Hangabehi dan kerabatnya.

(3) Peruntukan sekarang Saat ini Sasonomulyo didiami oleh GPH Dipokusumo dan kerabatnya. Terdapat pula pendopo yang sampai saat ini masih dipakai untuk acara pertemuan.

(4) Kondisi situs

Dalem Sasonomulyo terawat dengan baik.

(5) Analisis Situs Dalem Sasonomulyo terletak pada koordinat 480884 mT dan 9162460 mU sampai dengan 480957 mT dan 9162580 mU. Berlokasi di Jln. Beteng, Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta dengan

luas bangunan 1012m 2 . Latar belakang penentuan lokasi selain sesuai dengan luas bangunan 1012m 2 . Latar belakang penentuan lokasi selain sesuai dengan

b. Dalem Suryo Hamijayan (1) Sejarah Dibangun pada masa pemerintahan PB III sebagai rumah kediman putra dalem.

(2) Peruntukan awal Bangunan tersebut digunakan sebagai kediaman putra raja (pangeran Surya Hamijayan).

(3) Peruntukan sekarang Digunakan sebagai rumah kediaman bagi keturunan Pangeran Surya Hamijayan.

(4) Kondisi situs Kurang terawat dan terlihat pemeliharaan yang kurang terawat, dibeli oleh keluarga Almarhum mantan Presiden Republik Indonesia H. Mohammad Soeharto. Pernah digunakan sebagai Sekolah Menenggah Kejuruan dan saat ini pada bagian timur pendopo digunakan sebagai lapangan Tenis.

(5) Analisis situs Dalem Suryohamijayan terletak pada koordinat 480757 mT dan 9162470 mU sampai dengan 480882 mT dan 9162600 mU dibangun oleh Sri Susuhunan Paku Buwana III sebagai kedian putranya yaitu pangeran Surya

Hamijayan, dengan luas bangunan 806m 2 . Menghadap ke arah selatan sesuai dengan arah hadap Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

c. Dalem Purwodiningratan (1) Sejarah

Dibangun pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwono

IV, dasar peruntukan bagi Pangeran (putra dalem). (2) Peruntukan Awal

Pada awal didirikannya bangunan(dalem) ini diperuntukkan bagi putra raja, saat itu didiami oleh Pangeran Purwodiningrat.

(3) Peruntukan Sekarang Saat ini bangunan (dalem) masih didiami oleh keturunan Pangeran Purwodiningrat.

(4) Kondisi Situs Kondisi bangunan saat ini kurang terawat melihat usia bangunan yang lebih dari satu abad ditambah dengan perawatan yang seadanya.

(5) Analisis Situs Dalem Purwodiningratan terletak pada koordinat 480718 mT dan 9162490 mU sampai dengan 480794 mT dan 9162620 mU. Berlokasi disebelah barat Kraton Surakarta Kalurahan Baluwarti Kecamatan Pasar

Kliwon Surakarta, dengan luas area 806 m 2 . Latar belakang penentuan lokasi tidak ada, hanya memperhatikan arah berdirinyabangunan yaitu arah selatan

(wawancara dengan GPH Puger, B.A). Di sebelah timur dan barat bangunan hanya terdapat bangunan pringgitan untuk kerabat dekat.

d. Dalem Ngabean (1) Sejarah Dibangun untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi putra raja, yang bernama Pangeran Hangabehi.

(2) Peruntukan awal Merupakan bangunan tempat tinggal Pangeran Hangabehi.

(3) Peruntukan Sekarang Saat ini bangunan dalem Ngabean tidak dihuni.

(4) Kondisi Situs

Kondisi bangunan rusak.

(5) Analisis Situs Dalem Ngabean terletak pada koordinat 480723 mT dan 9162180 mU sampai dengan 480819 mT dan 9162280 mU. Terletak secara

Kalurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon. Dalem ini memiliki keruangan yang sama dengan bangunan dalem lainnya di kraton.

e. Dalem Brotodiningratan (1) Sejarah Dibangun khusus untuk kediaman putra dalem (raja)

(2) Peruntukan awal Diperuntukkan sebagai rumah kediaman putra Sinuhun bernama pangeran Brotodiningrat.

(3) Peruntukan Sekarang Saat ini status bangunan sudah beralih kepemilikan menjadi milik keluarga mantan Presiden Soeharto.

(4) Kondisi Situs

Kondisi bangunan terawat.

(5) Analisis Ruang Dalem Brotodiningratan terletak pada koordinat 480576 mT dan 9162210 mU sampai dengan 480644 mT dan 9162320 mU. Terletak di Jalan Baluwarti no.4 Kalurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta,

dengan luas bangunan 806 m 2 . Latar belakang penentuan lokasi bangunan tidak ada, hanya memperhatikan arah menghadapnya bangunan yaitu arah

selatan (wawancara dengan GPH Puger, B.A). Adapun dalem-dalem pangeran yang kurang diketahui keterangannya

dikarenakan terbatasnya literatur dan narasumber yang mengkaji Dalem tersebut yaitu, Dalem Suryodiningratan, Dalem Cakradiningratan, Dalem Tursinapuri, Dalem Mangkuyudan dan Dalem Wiryodiningratan.

6) Tempat tinggal abdi dalem

Raja memiliki Abdi Dalem (orang yang bekerja pada raja) yang berjumlah besar, dan para Abdi Dalem tersebut dibuatkan perumahan yang berbentuk kampung- kampung yang sesuai antara nama kampung dengan jenis pekerjaan Abdi Dalem.

a) Wirengan terletak pada koordinat 480576 mT dan 9162210 mU sampai dengan 480644 mT dan 9162320 mU berasal dari kata Wireng (penari wayang orang atau tarian Jawa Klasik). Dahulu merupakan tempat tinggal abdi dalem yang mengurusi persoalan tari-menari wayang orang dan sejenis.

b) Tamtaman terletak pada koordinat 481057 mT dan 9162080 mU sampai dengan 481377 mT dan 9162490 mU adalah tempat tinggal dari penggawal pribadi raja dan penjaga keamanan istana.

c) Lumbung terletak pada koordinat 480930 mT dan 9161980 mU sampai dengan 481053 mT dan 9162140 mU merupakan tempat penyimpanan bahan makanan untuk istana.

d) Carangan terletak pada koordinat 481039 mT dan 9162080 mU sampai dengan 481264 mT dan 9161970 mU tempat tinggal abdi dalem prajurit.

e) Gambuhan terletak pada koordinat 480581 mT dan 9162510 mU sampai dengan 480717 mT dan 9162640 mU merupakan tempat abdi dalem niyaga istana dan ahli gending.

a) Gondorasan terletak pada koordinat 481009 mT dan 9162130 mU sampai dengan 481086 mT dan 9162240 mU merupakan tempat bagi abdi dalem yang menyediakan masakan dengan jumlah besar, biasanya dibutuhkan untuk pesta rakyat, seperti pada saat merayakan Garebeg Mulud. (Radjiman 2002)

Adapun perkampungan yang tidak diketahui penggunaanya, seperti : Hordenasan, Sekullangen, Ngelos.

7) Kestalan Langensari Kestalan Langensari terletak pada koordinat 480672 mT dan 9162410 mU

sampai dengan 480751 mT dan 9162480 mU. Bangunan yang digunakan sebagai kandang kuda kesayangan milik raja, yang digunakan sebagai penarik kereta kebesaran bangunan-bangunan tersebut dipresentasikan pada peta 3 pada halaman 53.

b. Filosofi Keraton Kasunanan Surakarta Di Jawa, konsep mengenai raja dan kekuasaan dipengaruhi oleh konsep spiritual yang berasal dari kultur India yaitu kepercayaan adanya kesejajaran antara makrokosmos b. Filosofi Keraton Kasunanan Surakarta Di Jawa, konsep mengenai raja dan kekuasaan dipengaruhi oleh konsep spiritual yang berasal dari kultur India yaitu kepercayaan adanya kesejajaran antara makrokosmos

Berhubung jagat raya yang menurut kosmologi Brahman atau Budhis berpusat di gunung Meru, maka kerajaan yang merupakan jagat kecil harus memiliki Gunung Meru pada pusat kotanya dan Meru dalam jagat mikrokosmos tersebut adalah raja sendiri. Berhubung raja adalah pusat dari konsep konsentris jagat mikrokosmos dan raja disimbolkan sebagai junjungan yang harus memiliki tempat yang paling tinggi maka raja identik dengan Panggung Sangga Buwana, jadi siapapun saat tidak diperbolehkan mendirikan bangunan yang lebih tinggi dari Panggung Sangga Buwana.

c. Pembagian enam lingkaran yang menggambarkan wilayah administrasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadinigrat secara Makrokosmos.

Lingkaran pertama, yaitu Kraton yang disebut juga Negara. Istana raja dan tempat kediaman yang dihuni bersama keluarganya, beserta bangunan-bangunan tempat pangeran dan bangsawan bekerja, termasuk dalam pusat negara. Pusat negara diurus oleh Paprentahan Lebet yang dibantu oleh empat pegawai utama yang disebut Wedana Lebet. Para Wedana Lebet dibantu seorang Kliwon, seorang Kebayan dan empat puluh orang Mantri Jajar .

Lingkaran kedua mengitari Kraton yaitu ibukota yang disebut Kutanegara. Untuk urusan pemerintahan diserahakn kepada dua orang Tumenggung. Di Kutanegara tersebut ditinggali kaum bangsawan serta priyayi tingkat tinggi.

Lingkaran ketiga yang mengitari Kutanegara disebut Negara Agung yang dibagi menjadi delapan yang masing-masing dikepalai oleh wedana jawi. Secara administratif Negara Agung terdiri dari desa-desa yang dibagi kepada para patuh.

Lingkaran keempat yang melingkari Negara Agung disebut dengan Mancanegara yang dipimpin oleh bupati yang bergelar Tumenggung atau Raden Aria. Lingkaran kelima yang melingkari mancanegara disebut dengan Pasisir yaitu pantai utara Jawa meliputi Pasisir Wetan dan Pasisir Kulon. Lingkaran keenam Samudra dalam bahasa jawa yang berarti lautan dan Tanah Sabrang berarti daerah di seberang lautan atau pulau. Pada tahun 1709 sampai dengan tahun 1749 yang saat itu Sunan Paku Buwana II

Keraton Kasunanan Surakarta Hadingrat yang meliputi daerah-daerah yang saat itu disebut sebagai Mancanegara yaitu

1. Madiun : Jogorogo, Ponorogo dan Pacitan

2. Kediri : Blitar, Srengat, Lodoyo, Nganjuk dan Berbek

3. Surabaya : Wirosobo (Mojoagung)

4. Rembang : Blora

5. Banyumas : Pamerden (Banyumas timur), dan Jayaluhur (Banyumas barat laut)

6. Surakarta : Keduwang Setiap Mancanegara dipimpin oleh seorang bupati yang tunduk kepada Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang lebih tepatnya Sunan Paku Buwana III.

Gambar 5. Pembagian kekuasaan antara Kasunanan dan Kasultanan pada masa Paku Buwono II.

d. Pembagian enam lingkaran yang menggambarkan wilayah administrasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadinigrat secara Mikrokosmos.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dibangun dengan enam lingkaran yang merupakan miniatur dari daerah kekuasaanya (Makrokosmos).

Lingkaran pertama pertama yaitu dalem Ageng Prabasuyasa yang disebut juga Kraton, diibaratkan sebagai puncak Mahameru (atau gunung semeru di Jawa). Bertujuan untuk menunjukan kekuasaan dan wibawa raja.

Lingkaran kedua disebut Kutanegara, batas luarnya adalah pelataran dalem Ageng Prabasuyasa berupa halaman berpasir hitam yang berasal pantai laut selatan pulau Jawa dan ditanami pohon Sawo Kecik.

Lingkaran ketiga disebut Negara Agung adalah bangunan-bangunan yang mengelilingi halaman dalem Ageng Prabasuyasa, yang fungsinya digunakan untuk kepentingan administrasi, hukum dan Kori (pintu gerbang masuk Dalem Ageng Prabasuyasa).

Lingkaran keempat disebut Mancanegara belum keluar dari teras Dalem Ageng Prabasuyasa, digunakan untuk raja menerima tamu.

Lingkaran kelima disebut dengan Pasisir, batas luarnya mencapai Siti Hinggil. Lingkaran Keenam adalah Samudra dan Tanah Sabrang, alun-alun merupakan

simbol dari Samudra dalam bahasa jawa disebut lautan dan tanah Sabrang disimbolkan dengan bangsal-bangsal untuk pertemuan para Bupati yang memimpin kadipaten- kadipaten.

2. Penyimpangan terhadap Karakteristik Tata Ruang Keraton Kasunanan