Pembahasan Hasil Penelitian

G. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan hasil penelitian, akan dijelaskan mengenai hasil pengujian hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Hubungan antar variabel tersebut yaitu: perceived usefulness dan intention to online purchase, perceived ease to use dan intention to online purchase, perceived innovativeness dan intention to online purchase, perceived risk dan intention to online purchase, perceived usefulness dan intention to online purchase yang dimoderasi oleh motivation, perceived ease to use dan intention to online purchase yang dimoderasi oleh motivation, perceived innovativeness dan intention to online purchase yang dimoderasi oleh motivation, perceived risk dan intention to online purchase yang dimoderasi oleh motivation. Berikut penjelasan untuk setiap hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.

1. Hubungan antara Perceived Usefulness dan Intention to online purchase Hipotesis menjelaskan pengaruh perceived usefulness terhadap niat untuk berbelanja online yaitu semakin tinggi perceived usefulness maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Berdasarkan tabel IV.8, pengaruh perceived usefulness terhadap niat untuk membeli produk secara

online mengindikasikan hubungan yang signifikan dan positif ( b = 0.166095; z = 3.610948; prob < 0,05). Hal ini dapat terjadi karena konsumen

yang mempersepsikan manfaat yang dirasakan dalam berbelanja online yang mempersepsikan manfaat yang dirasakan dalam berbelanja online

2. Hubungan antara Perceived ease o use dan Intention to online purchase

Hipotesis menjelaskan pengaruh perceived ease to use terhadap niat untuk berbelanja online yaitu semakin tinggi perceived ease to use maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Berdasarkan tabel IV. 8, pengaruh perceived ease to use terhadap niat untuk membeli produk secara

online mengindikasikan hubungan yang signifikan dan positif ( b = 0.111030; z = 2.768103; p < 0,05). Hal ini dikarenakan konsumen yang

mempersepsikan kemudahan menggunakan website dalam berbelanja online maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Sehingga perceived ease to use

merupakan variabel yang dianggap penting bagi konsumen dalam membentuk niat untuk berbelanja online. Hasil pengujian yang signifikan ini mendukung regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu (Ramayah dan Ignatius, 2005). Dalam studi tersebut menjelaskan merupakan variabel yang dianggap penting bagi konsumen dalam membentuk niat untuk berbelanja online. Hasil pengujian yang signifikan ini mendukung regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu (Ramayah dan Ignatius, 2005). Dalam studi tersebut menjelaskan

3. Hubungan antara Perceived innovativeness dan Intention to online purchase Hipotesis menjelaskan pengaruh perceived innovativeness terhadap niat untuk berbelanja online yaitu semakin tinggi perceived inovativeness maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Berdasarkan tabel IV. 8, pengaruh perceived innovativeness terhadap niat untuk membeli produk

secara online mengindikasikan hubungan yang tidak signifikan ( b = 0.057790; z = 1.023842; p > 0,05). Hal ini dapat terjadi Hal ini dapat terjadi

mungkin dikarenakan responden penelitian ini adalah mahasiswa yang sudah tidak asing lagi menggunakan internet sehingga menganggap bahwa belanja online bukanlah merupakan hal baru dan inovatif lagi. Hasil pengujian yang tidak signifikan ini tidak mendukung regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu (Blake et al, 2003). Dalam studi tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara perceived innovativeness dan niat untuk berbelanja online.

4. Hubungan antara Perceived risk dan Intention to online purchase Hipotesis menjelaskan pengaruh perceived risk terhadap niat untuk berbelanja online yaitu semakin tinggi perceived risk maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Berdasarkan tabel IV. 8, pengaruh perceived risk terhadap niat untuk membeli produk secara online mengindikasikan

hubungan yang signifikan dan negatif ( b = -0.100746; z = -4.107586; p < 0,05). Hal ini dapat terjadi karena konsumen yang mempersepsikan tingkat

resiko dalam berbelanja online rendah maka semakin tinggi niat untuk berbelanja online. Sehingga perceived risk merupakan variabel yang dianggap penting bagi konsumen dalam membentuk niat untuk berbelanja online . Hasil pengujian yang signifikan ini mendukung regularitas fenomena hubungan positif yang terdapat pada studi terdahulu (Kim Jae, 2004; Kanguno et al., 2005). Dalam studi tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara perceived risk dan niat untuk berbelanja online.

5. Hubungan antara Perceived usefulness dan Intention to online purchase yang dimoderasi oleh consumer shopping motivation

Hipotesis tentang motivasi belanja memperkuat hubungan antara perceived usefulness dengan niat untuk berbelanja online tidak didukung. Hal ini ditunjukkan pada pola hubungan yang tidak signifikan dan negatif

( b = -0.055243, z = 1.1308110, prob > 0.05) yang mengindikasikan bahwa ( b = -0.055243, z = 1.1308110, prob > 0.05) yang mengindikasikan bahwa

6. Hubungan antara Perceived ease to use dan Intention to online purchase yang dimoderasi oleh consumer shopping motivation.

Hipotesis tentang motivasi memperkuat hubungan antara perceived ease to use dengan niat untuk berbelanja online didukung. Hal ini

ditunjukkan pada pola hubungan yang signifikan dan positif ( b = 0.205799, z = 3.759063, prob < 0.05). Hal ini menjelaskan bahwa ada perbedaan

perilaku antara konsumen yang memiliki motivasi belanja dan tidak memiliki motivasi belanja. Konsumen dengan motivasi belanja lebih mementingkan kemudahan yang dirasakan pada saat berbelanja online.

7. Hubungan antara Perceived innovativeness dan Intention to online purchase yang dimoderasi oleh customer shopping motivation

Hipotesis tentang motivasi memperkuat hubungan antara perceived innovativeness dengan niat untuk berbelanja online (H6) tidak didukung. Hal ini ditunjukkan pada pola hubungan yang tidak signifikan ( b =

0.083922, z = 1.308110, prob > 0.05) yang berarti bahwa motivasi tidak memoderasi hubungan antara perceived innovativeness dan niat untuk membeli online. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan perilaku antara konsumen yang memiliki motivasi belanja dengan konsumen yang tidak memiliki motivasi belanja. Hal ini mungkin karena konsumen yang memiliki motivasi belanja lebih mengutamakan tingkat kemudahan yang dirasakan ketika berbelanja online daripada keinovatifan-nya. Walaupun belanja online merupakan hal yang inovatif tetapi jika membeli produk secara online dipersepsikan sulit oleh konsumen, maka akan mengurangi niat konsumen untuk membeli produk secara online. Selain itu, hal ini juga dimungkinkan karena responden penelitian ini yaitu mahasiswa yang sudah tidak asing lagi dengan internet sehingga menganggap bahwa belanja online bukanlah hal yang baru dan inovatif lagi.

8. Hubungan antara Perceived risk dan Intention to online purchase yang dimoderasi oleh consumer shopping motivation

Hipotesis tentang motivasi memperkuat hubungan antara perceived risk dengan niat untuk berbelanja online didukung. Hal ini ditunjukkan pada pola hubungan yang tidak signifikan pada tabel IV.8 ( b = -0.004236, z = -

0.125210, prob > 0.05). Hal ini menjelaskan tidak terdapat perbedaan perilaku antara konsumen yang memiliki motivasi belanja dengan konsumen yang tidak memiliki motivasi belanja. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan bahwa konsumen dengan motivasi belanja lebih mengutamakan kemudahan yang dirasakan ketika berbelanja online. Walaupun belanja online itu resikonya rendah tetapi jika proses pembelian produk secara online itu dipersepsikan sulit oleh konsumen maka akan mengurangi niat untuk membeli produk secara online.