ANALISIS SPASIAL STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011 SKRIPSI

Disusun oleh: Andri Yulianto

K5404017

STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011

Oleh: Andri Yulianto K5404017

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakulas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

Tanggal

Andri Yulianto. K5404017. ANALISIS SPASIAL STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. April 2012.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui distribusi spasial SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011, (2) Mengetahui kualitas sarana dan prasarana SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011, (3) Mengetahui tingkat layanan SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif spasial. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan angket. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Distribusi spasial SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011 adalah sebagai berikut: (a) berdasarkan jenis BBM yang dijual di SPBU terdapat 2 macam yaitu premium dan solar sebanyak 73,68%, dan premium, solar adalah 26,32%, (2) berdasarkan Jam Operasional SPBU dibedakan berdasarkan jam operasional 24 jam dan 18 jam (05.00 – 21.00). Persentase SPBU dengan jam opersional 24 jam adalah 68,42% sedangkan persentase operasional

18 jam adalaah 31,58 %, (c) distribusi SPBU berdasarkan jumlah pompa/dispenser dapat bedakan menjadi empat yaitu : SPBU 3 pompa, SPBU 4 pompa, SPBU 5 pompa dan SPBU 6 pompa. SPBU dengan 3 dispenser berjumlah

9 47,37 %, SPBU dengan 4 dispenser berjumlah 7 dengan persentase 36,84 %, SPBU dengan 5 dispenser berjumlah 2 dengan persentase 10,53 % sedangkan SPBU dengan 6 dispenser berjumlah 1 dengan persentase 5,26 % (2) kualitas sarana dan prasarana SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011.Berdasarkan skoring kualitas sarana dan prasaran SPBU di Karanganyar termasuk dalam kualifikasi sangat baik, karena telah lulus kelayakan dan sertifikasi PASTI PAS, (3) tingkat layanan SPBU ini di indikasikan dari omset penjualan BBM di tiap SPBU. Untuk jenis premium SPBU dengan omset tertinggi adalah SPBU 44.577.17 (Bejen, Karanganyar) sebanyak 24.000 liter perhari. Omset penjualan premium terendah adalah SPBU 44.577.03 (Waru, Kebakkramat) sebesar 5000 liter perhari. Dalam penjualan solar SPBU 44.577.01 (Papahan) ialah SPBU dengan omset penjualan solar terendah dengan omset rata-rata 1500 liter perhari. Sedangkan SPBU dengan omset tertinggi adalah SPBU 44.577.08 (SPBU Rosalia Indah) dengan omset rata-rata 38.000 liter perhari. Omset penjualan BBM jenis pertamax sangat minim kecil di tiap-tiap SPBU rata-rata kurang dari 500 liter

Andri Yulianto. K5404017. SPATIAL ANALYSIS OF GENERAL REFUELINGSTATION (GAS STATIONS) IN THE DISTRICT OF KARANGANYAR 2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Universitas Sebelas Maret. April 2012.

The purpose of this study was to: (1) Knowing the spatial distribution of gas stations in Karanganyar District in 2011, (2) Knowing the quality of facilities and infrastructure of gas stations in Karanganyar District in 2011, (3) Knowing the level of service stations in Karanganyar District in 2011.

This study was used descriptive geography. Data was collected through observation, interviews, documentation and questionnaires. Data analysis was done by using secondary data analysis and map analysis techniques.

The results of this study were: (1) the spatial distribution of gas stations in Karanganyar District in 2011 are as follows: (a) by type of fuel sold at gas stations there are 2 kinds of premium and diesel fuel as much as 73.68%, and premium, diesel is 26, 32%, (2) by Operating Hours pump operating hours divided by 24 hours and 18 hours (05:00 to 21:00). The percentage of stations with 24-hour operational hours is 68.42% while the percentage of operating 18 hours adalaah 31.58%, (c) the distribution of the pump based on the number of pumps / dispensers can be differentiated into four, namely: the pump 3 pumps, 4 pump gas station, gas station pumps 5 and 6 pump gas station. Gas station with three dispenser totaling 9 47.37%, with 4 dispenser gas stations amounted to 7 by the percentage of 36.84%, the pump dispenser numbered 2 to 5 with a percentage of 10.53% while the pump dispenser numbered 1 to 6 with a percentage 5.26% ( 2) the quality of facilities and infrastructure of filling stations in the District of 2011.Berdasarkan Karanganyar scoring quality facilities and gas stations in Karanganyar including the very well qualified, having passed the eligibility and certify PAS SURE, (3) the level of service is indicated from this gas station fuel sales turnover on each pump. For this type of premium pump gas station with the highest turnover 44.577.17 (Bejen, Karanganyar) 24,000 liters per day, while turnover of the lowest premium is the pump 44.577.03 (Waru, Kebakkramat) of 5000 liters per day. The sale of diesel pump 44.577.01 (Papahan) is the pump with the lowest turnover of diesel with an average turnover of 1500 liters per day. While the pump is the pump with the highest turnover 44.577.08 (Rosalia Indah gas stations) with an average turnover of 38 000 liters per day. Fuel sales turnover was minimal pertamax small type at each station on average less than 500 liters per day.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi pada saat ini sangat mempengaruhi segi kehidupan manusia dalam bertindak. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat menjadikan persaingan dalam kehidupan bermasyarakat semakin ketat. Tuntutan kebutuhan hidup masyarakat semakin meningkat karena terpengaruh oleh dua kondisi tersebut, sehingga menuntut masyarakat untuk melakukan mobilitas dalam mengejar kebutuhannya. Mobilitas masyarakat yang semakin tinggi memerlukan kebutuhan sarana dan prasarana aksesbilitas yang baik, maka pada saat sekarang ini kebutuhan akan sarana transportasi menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk menjadi pemikiran tersendiri. Transportasi meskipun hanya merupakan satu bagian saja dari suatu proses keseluruhan, mempunyai peran penting dan berpengaruh terhadap sistem kegiatan penduduk yang terpisah-pisah sehingga untuk kenyamannya perlu adanya komunikasi tertentu yang menghubungkan bagian-bagian tersebut (Hobbs, 1987 : 13).

Meningkatnya jumlah pemilikan kendaraan bermotor baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan, dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur peningkatan taraf hidup masyarakat dari segi ekonomi dan juga menunjukkan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk melakukan mobilitas dengan sarana dan prasarana transportasi yang nyaman dan aman. Sebagai contoh kabupaten Karanganyar merupakan kota yang mengalami pertumbuhan dengan pesat. Konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduknya. Di Kabupaten Karanganyar terjadi

meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar minyak yang berupa premium, solar maupun pertamax. Kabupaten karanganyar merupakan wilayah yang di lewati jalur Surakarta-Surabaya yang setiap tahun mengalami peningkatan kepadatan lalu lintas, serta sebagai jalur alternatif dari Surakarta menuju Magetan. Tingkat kepadatan lalu lintas di Kabupaten Karanganyar dari waktu ke waktu semakin tinggi terlihat dari pengguna kendaraan bermotor pribadi yang semakin bertambah. Melihat kenyataan tersebut, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor semakin lama menunjukkan angka yang semakin meningkat. Berbagai sarana transportasi saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak, sehingga kebutuhan akan jenis bahan bakar ini juga semakin meningkat. Sarana transportasi yang pada saat sekarang ini masih menggunakan bahan bakar minyak mendapat sorotan sebagai bahan bakar yang tidak ramah lingkungan, namun pada kenyataannya bahan bakar minyak masih menjadi bahan bakar utama kinerja mesin kendaraan bermotor terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk pula di Indonesia.

Meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar kendaraan bermotor berupa premium, solar serta pertamax, maka jumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) harus ditambah jumlahnya pula. Sehingga kebutuhan akan premium dan solar untuk kendaraan bermotor tercukupi dan peningkatan pelayanan SPBU. SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) mempunyai fungsi sebagai pemasok dan pemasar BBM (Bahan Bakar Minyak) terutama premium, solar dan pertamax, selain itu juga sebagai tempat istirahat yang menunjang kenyamanan para pengguna sarana transportasi.

Penyediaan SPBU saat ini berkecenderungan ditargetkan berdasarkan kepentingan ekonominya. Hal ini dapat dilihat dari lokasi pendirian SPBU yang

SPBU itu sendiri. Seiring kemajuan jaman dan persaingan pasar antar SPBU maka PT. PERTAMINA selaku penyedia BBM bagi SPBU menerapakan standar kualitas dan layanan bagi masyarakat. Untuk menjaga kualitas dan layanan maka PT. PERTAMINA menetapkan sarana dan prasarana standar yang wajib dimiliki oleh setiap SPBU.

Sarana dan prasarana standar tersebut dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap SPBU, yang dulunya kepercayaan terhadap SPBU tercemar karena sarana dan prasarana yang kurang, penakaran yang tidak tepat, pencampuran BBM dengan zat lain, pemberian kembalian yang tidak tepat, serta pelayanan yang asal-asalan dari operator SPBU. Sarana dan prasarana serta pelayanan yang baik dari SPBU dapat mengembalikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap SPBU serta meningkatnya omset penjualan bagi SPBU. Tingkat pelayanan SPBU mengacu pada bagaimana SPBU tersebut dapat memenuhi kebutuhan akan bahan bakar minyak bagi masyarakat sekitar SPBU maupun dari luar daerah.

Dalam penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis data. Sistem Informasi Geografis (SIG) secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi yang mengatur, memanipulasi, dan menganalisa data spasial.

Geographical Information Sistem (GIS) didefinisikan sebagai suatu sistem yang terintegrasi menggunakan perangkat komputer (hardware & software) untuk melakukan proses secara berkelanjutan dan menyeluruh meliputi pengumpulan data, penyimpanan data, pengaksesan data, analisa dan menampilkan data menggunakan posisi obyek di permukaan

kenampakan geografis tersebut. Pengkajian geografi secara umum dibedakan dalam dua hal, pertama obyek yang berkaitan dengan material dan kedua adalah obyek formal. Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmoster, anthroposfer, pedosfer dan biosfer. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memiliki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain, pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach), selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan lingkungan (ecological approach) dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

Dalam penelitian ini pengkajian geografi dilakukan berdasarkan obyek formal yang menggunakan pendekatan analisis keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern) dan proses (spatial proceses). Pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas dari ilmu geografi pada pelaksanaan pendekatan keruangan studi geografi harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Dalam melakukan kajian keruangan diperlukan alat bantu untuk melakukan observasi atau mempelajari fenomena-fenomena geografi yang sangat luas sehingga perlu dikecilkan agar dapat dicakup semua dalam pandangan manusia.

Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang luas sebagian atau seluruh

(analyzing) dan secara umum untuk pemahaman saling hubungan (spatial- relationship). Fungsi peta yang paling penting adalah menempatkan fenomena- fenomena geografis ke dalam batas pandangan manusia (Sinaga, 1999:2).

Dari latar belakang permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Analisis Spasial Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Umum (SPBU) Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah distribusi spasial SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011?

2. Bagaimanakah kualitas sarana dan prasarana SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011 ?

3. Bagaimanakah tingkat layanan SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui distribusi spasial SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

2. Mengetahui kualitas sarana dan prasarana SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

3. Mengetahui tingkat layanan SPBU di Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

kompleks.

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan SPBU.

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya dilapangan.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi para

pembaca yang ingin memulai atau mengembangkan jasa SPBU.

b. Sebagai bahan pustaka bagi pembelajaran siswa SMA kelas XII untuk

semester genap, dalam standar kompetensi analisis wilayah.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ialah sarana pengisian bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar kendaraan bermotor masyarakat umum dimana harga diatur oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah atau undang-undang. Dipandang dari segi manfaatnya, SPBU di dalam penelitian ini adalah SPBU yang menyediakan bahan bakar untuk kepentingan umum bukan merupakan SPBK (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Khusus) yaitu sarana pengisian bahan bakar instansi tertentu. Pemilihan lokasi pembangunan SPBU dilakukan dengan cara menentukan daerah yang sesuai baik dilihat dari segi biaya pembangunan serta pengaruh terhadap masyarakat sekitar SPBU tersebut.

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium, solar, pertamax dan pertamax plus. Dalam pembangunan sebuah SPBU, luas minimal lahan tergantung dari letak lahan yang akan dibangun menjadi sebuah SPBU. Apabila lahan yang akan dibangun SPBU terletak dijalan besar/utama, maka luas lahan yang harus dimiliki minimal 2500 m². Sedangkan untuk akses jalan lokal minimal 700 m². (http://spbu.pertamina.com)

2. Standar Mutu Pelayanan SPBU 2. Standar Mutu Pelayanan SPBU

Gambar 1. Logo Pertamina Way

b. Pasti Pas adalah SPBU yang telah mendapatkan sertifikat Pasti Pas! dari auditor independen dengan jaminan pelayanan terbaik yang memenuhi standar kelas dunia. Konsumen akan mendapatkan kualitas dan kuantitas BBM yang terjamin, pelayanan yang ramah, serta fasilitas yang nyaman. (http://spbu.pertamina.com)

Sarana dan Prasarana Standar yang Wajib dimiliki Oleh Setiap SPBU adalah sebagai berikut :

a. Sarana pemadam kebakaran

b. Sarana lindungan lingkungan:

1) Instalasi pengolahan limbah.

2) Instalasi oil catcher dan well catcher: Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU kedalam tempat penampungan.

3) Instalasi sumur pantau: Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan oleh kegiatan usaha SPBU.

4) Saluran bangunan/drainase.

c. Sistem Keamanan:

1) Memiliki pipa ventilasi tangki pendam

2) Memiliki ground point/strip tahan karat

3) Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman

4) Terdapat rambu-rambu tanda peringatan.

d. Sistem Pencahayaan:

1) SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur pengisian BBM

2) Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah dilihat oleh pengendara.

e. Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina berupa: e. Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina berupa:

1) Toilet

2) Mushola

3) Lahan parkir. l. Instalasi listrik dan air yang memadai m. Rambu-rambu standar PT. Pertamina:

1) Dilarang merokok

2) Dilarang menggunakan telepon seluler

3) Jagalah kebersihan

pemadam kebakaran.

(http://spbu.pertamina.com)

4. Standar bangunan SPBU menurut PT. PERTAMINA

Standar bangunan SPBU menurut PT. PERTAMINA adalah sebagai berikut:

a. Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar

(contoh: letak pintu masuk, pintu keluar, dan lain-lain).

b. Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip penangkal sinar matahari, jendela yang menjorok kedalam, dan penggunaan material dan tekstur yang tepat).

c. Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan sekitar yang dominan.

d. Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan d. Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan

h. Bangunan dibagi-bagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil

untuk menghindari bentuk massa yang terlalu besar.

i. Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut:

1) Integrasi antara kanopi tempat pompa bensin dan bangunan diperbolehkan

2) Ketinggian ambang kanopi dihitung dari titik terendah kanopi tidak lebih dari 13’9’’. Ketinggian keseluruhan kanopi tidak lebih dari 17’

3) Ceiling kanopi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau flat, tidak diperbolehkan menggunakan material yang mengkilat atau bisa memantulkan cahaya

4) Tidak diperbolehkan menggunakan lampu tabung pada warna logo perusahaan.

j. Panduan untuk pump island adalah sebagai berikut:

1) Pump island ini terdiri dari fuel dispenser, refuse container, alat pembayaran otomatis, bollard pengaman, dan peralatan lainnya.

2) Desain pump island harus terintergrasi dengan struktur lainnya dalam lokasi, yaitu dengan menggunakan warna, material dan detail arsitektur yang harmonis.

3) Minimalisasi warna dari komponen-komponen pump island, termasuk dispenser, bollard dan lain-lain.

k. Sirkulasi/jalur masuk dan keluar:

1) Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat

BBM

5) Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 m. (http://spbu.pertamina.com)

5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Lokasi SPBU

Dalam mendirikan sebuah usaha baru, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar usaha yang dijalankan tersebut memperoleh hasil yang maksimal. Faktor yang mempengaruhi lokasi SPBU adalah sebagai berikut :

a. Aksesbilitas Lokasi Adanya jaringan jalan merupakan kunci aksesibilitas suatu lokasi usaha SPBU. Aksesibilitas disini menunjukkan kemudahan dalam jangkauan utamanya jika patokannya dengan jenis jalannya. Hal ini karena berkaitan dengan pergerakan arus lalu-lintas yang menghubungkan berbagai kawasan. Arus lalu-lintas tentunya dipengaruhi oleh adanya hirarki fungsi jalannya. Hirarki fungsi jalan sesuai dengan UU No.13/ 1980 Tentang Jalan yaitu Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan Jalan Lokal. Jenis jalan yang digunakan untuk mengukur kedekatan suatu SPBU dengan jalan yaitu jalan arteri (primer maupun sekunder) dan jalan kolektor (primer maupun sekunder).

b. Jarak SPBU Perhitungan jarak antar SPBU terdekat menjadi salah satu faktor penentu dalam pertimbangan ekonomis karena hal ini menentukan timbulnya persaingan antar SPBU yang satu dengan yang lainnya. Penghitungan jarak antar SPBU ini dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

No. Klas

Kondisi (Km)

1. Sangat dekat

5. Sangat jauh

Sumber : DPU, Bina Marga 2004

6. Pendekatan Keruangan dalam Geografi

Pengkajian geografi secara umum dibedakan dalam dua hal, pertama objek yang berkaitan dengan material dan kedua adalah objek formal. Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memiliki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain, pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regionalcomplexapproach) (http://www.Malang.ac.id/geografi.htm).

Pada penelitian ini pengkajian geografi dilakukan berdasarkan objek formal yang menggunakan pendekatan analisa keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Menurut Yunus dalam Nasrullah (2006: 8) eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Menurut Sumaatmadja (1981 : 11) pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi, pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus Pada penelitian ini pengkajian geografi dilakukan berdasarkan objek formal yang menggunakan pendekatan analisa keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Menurut Yunus dalam Nasrullah (2006: 8) eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Menurut Sumaatmadja (1981 : 11) pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi, pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus

7. Analisis Keruangan

Keruangan adalah segala sesuatu yang memberi ruang bagi obyek materi padat dan memiliki kesatuan utuh dengan lingkungan sekitarnya (UU No. 1 Tahun 1992).

Ruang menurut Blaut dalam Wahyuni (2002: 6) dibedakan menjadi ruang absolut, ruang relatif dan ruang relasional. Ruang absolut atau Euclidian space adalah ruang yang merupakan wadah yang bersifat khas, fisik dan empiris yang ditentukan berdasarkan ukuran geometri, berdimensi 3 yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ruang relatif adalah ruang berlangsungnya suatu relasi kegiatan yang terikat pada proses dan waktu. Pertanyaan utama dalam peneltitian berkenaan dengan ruang relatif adalah : Apa ? Letaknya di mana ? Ruang relasional adalah ruang yang berisi dan mencerminkan dirinya sendiri yang berupa hubungan dengan obyek lain. Suatu proses kegiatan selalu berhubungan dan terikat dengan lokasi. Ruang relasional selalu berkaitan dengan referensi organisasi, keruangan dan interaksi keruangan yang berkaitan dengan lokasi.

Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor- faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting maupun seri sifat-sifat yang penting, dengan pertanyaan mengenai faktor- faktor yang menguasai pola persebaran dan bagaimana pola tersebut diubah agar penyebaran tersebut menjadi lebih efisien dan wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah

a. Kesatuan Keruangan : Dalam hal ini dipelajari tentang unit keruangan, seperti region atau areas. Selain itu juga dianalisis keruangan seperti luas dan sifat wilayah, interaksi antar wilayah, fungsi ruang dan sebagainya.

b. Pola Keruangan : Dipelajari mengenai pola keruangan misalnya mendeteksi daerah surplus dan daerah minus air.

c. Struktur Keruangan Wilayah : Dalam hal ini dipelajari mengenai organisasi atau struktur keruangan (tata ruang) proses perubahannya dan status.

8. Tingkat Layanan SPBU

Menurut Wykof (dalam Tjiptono, 2000: 45) “Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan demikian ada faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu expected service & perceived service. Lebih lanjut Parasuraman, Zithaml & Berry (1985: 48) berpendapat bahwa “jika pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas pelayanan dipersepsi sebagai kualitas yang ideal, sebaliknya jika pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa (pelayanan) dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.

Tingkat layanan SPBU dalam penelitian ini ialah berapa jumlah bahan bakar

Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan diatas bidang datar melalui suatu proyeksi. (Sinaga, 1995 : 5).

Menurut international Cartographic Asociation (ICA) dalam Sinaga (1995:5) mengemukakan peta adalah suatu representasi/gambaran unsure-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan caradan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta serta teknik pencetakan peta. (Subagio, 2003 :12).

Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan data-data secara kualitatif dan atau kuantitatif pada unsur-unsur yang spesifik. Peta tematik dapat membantu secara umum perencanaan suatu daerah, administrasi, manajemen, perusahaan-perusahaan swasta, pendidikan, perencanaan militer, dan lain-lain. (Aziz, 1997: 26). Penyaji data-data dalam peta tematik ini digambarkan dengan memakai pernyataan-pernyataan dan symbol-simbol tertentu. Pernyataan dan symbol tersebut mewakili dan menerangkan data-data yang diperlukan. Symbol yang digunakan itu adalah symbol titik, garis, dan luas/ daerah, sedangkan pernyataan-pernyataan yang mewakili data-data yang bersangkutan (di atas peta tematik) pada dasarnya brhubungan dengan lokasi, posisi, dan luasnya. (Aziz, 1997 :26)

Symbol adalah suatu alat untuk memudahkan komunikasi. Symbol ini

1997:27) Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan dalam mendesain peta meliputi :

a. Desain letak peta/komposisi peta Desain tata letak/komposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset, legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsure-unsur tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas, dan skala peta, oleh karena itu letak dan ukuran huruf atau angka yang ditempatkan pada peta harus Nampak serasi dan harmonis sehingga member kesan yang menarik bagi pengguna/pembaca peta.

b. Desain peta dasar Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Pemilihan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1) Sesuai dengan tujuan pemetaan

2) Tidak banyak data yang dihilangkan

3) Datanya dapat digambarkan dengan jelas

4) Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar dengan jelas.

c. Desain isi peta Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk symbol.titik, garis, dan area akan menentukan ukuran atau nilai. Desain isi peta pada hakekatnya mendesain symbol dalam proses c. Desain isi peta Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk symbol.titik, garis, dan area akan menentukan ukuran atau nilai. Desain isi peta pada hakekatnya mendesain symbol dalam proses

3) Areal data (data luas) : data dua dimensi

4) Volumetric data (data volume) : data tiga dimensi. Dalam simbolisasi suatu peta untuk membedakan bermacam-macam data, harus dibuat bermacam-macam kenampakan agar mudah dimengerti oleh pemakai peta. Kenampakan yang berbeda-beda bisa diperoleh dari warna, value, ukuran, bentuk, spasi, orientasi dan lokasi. (Prihandito,1989 :23). Visual variables disebut juga kenampakan yang berbeda-beda, Variabel visual (Sinaga, 1997 :11-13) ada 6 yaitu :

1) Form (bentuk)

2) Size (ukuran)

3) Orientation (arah)

4) Value (nilai terang gelapnya symbol)

5) Density (ukuran yang berbeda dari value yang sama)

6) Colour (warna) Hubungan antara symbol, variable visual dan persepsi sangat erat. Symbol yang dibuat dengan kenampakan yang berbeda-beda (visual variable) akan menimbulkan persepsi. Persepsi/kesan (Sinaga :1999 :11-13) yaitu bila seseorang melihat peta, segera akan timbul dalam pikirannya bahwa peta tersebut membawa suatu nilai dan pembaca akan mendapatkan kesan (perception) dari peta yang diamatinya.

10. Fungsi dan Jenis Peta

a. Fungsi peta

Semua peta mempunyai suatu hal yang sifatnya umum yaitu menambah Semua peta mempunyai suatu hal yang sifatnya umum yaitu menambah

b. Sebagai suatu alat menganalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

c. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan.

d. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

2. Fungsi peta dalam kegiatan penelitian Dalam suatu kegiatan penelitian peta berfungsi sebagai :

a. Alat bantu sebelum melakukan survey untuk mendapatkan gambaran tentang daerah yang akan diteliti.

b. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan data yan ditemukan dilapangan.

c. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian. Menurut Sinaga (1995 :7) ada 4 fungsi peta, yaitu :

1. Memperlihatkan posisi atau lokasi relative;

2. Memperlihatkan ukuran;

3. Memperlihatkan bentuk;

4. Menghimpun data dan menyeleksi.

b. Jenis peta

Ditinjau dari isinya peta dikelompokkan menjadi peta umum dan peta khusus. Peta umum berisi gambaran umum tentang permukaan bumi, seperti gunung, bukit, sungai, pemukiman dan lain-lain. Peta khusus/tematik adalah peta yang menggambarkan data kualitatif dan kuantitatif tentang kenampakan suatu unsure-unsur yang ada hubungannya dengan detail topografi. (Bos, E.S Ditinjau dari isinya peta dikelompokkan menjadi peta umum dan peta khusus. Peta umum berisi gambaran umum tentang permukaan bumi, seperti gunung, bukit, sungai, pemukiman dan lain-lain. Peta khusus/tematik adalah peta yang menggambarkan data kualitatif dan kuantitatif tentang kenampakan suatu unsure-unsur yang ada hubungannya dengan detail topografi. (Bos, E.S

: skala sangat besar

b) <1:100.000 – 10.000

: skala besar

c) 1:100.000 – 1:1.000.000

: skala sedang

d) >1:1.000.000

: skala kecil

2. Maksud/tujuan (Purpose), dibedakan menjadi :

a) Peta Pendidikan

b) Peta Ilmu pengetahuan

c) Peta Informasi umum

d) Peta Turis

e) Peta Navigasi

f) Peta Aplikasi

g) Peta Perencanaan

3. Isi (Content), dibedakan menjadi :

a) Peta-peta Topografis

b) Peta-peta Tematik

c) Peta-peta Navigasi

Penelitian yang dilakukan Nasrullah (2007) dengan judul “Kajian Pola

Persebaran Keruangan Kantor Cabang Perbankan di Perkotaan Jogjakarta

2007” yang bertujuan mengetahui pola persebaran kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta, mengetahui faktor yang mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta dan menentukan arahan pengembangan lokasi kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode survei atau pengamatan dan pengukuran di lapangan berupa data primer sebagai pelengkap dan sekunder yang didapatkan lewat studi instansi untuk memperkuat hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dengan kuantitatif melalui tabel frekuensi dan tabel silang serta statistik inferensi (regresi dan koefisien kontingensi) yang ditunjang dengan analisis peta (analisis tetangga terdekat), dan analisis kualitatif dengan studi kebijakan pemerintah dan beberapa literatur untuk menjelaskan fenomena secara rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi kantor cabang bank di perkotaan Jogjakarta cenderung mengelompok dipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan utara kota (kecamatan depok) karena pada lokasi tersebut strategis, ramai, aman dan mudah dijangkau. Sebagai tempat terakumulasinya berbagai aktivitas baik ekonomi, sosial maupun pendidikan tercapai. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik nasabah dan kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen usia, jenis kelamin maupun cara mencapai bank. Faktor geografis yang secara signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah indeks persebaran kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus. Kampus perguruan tinggi dinilai memiliki kemampuan untuk mendorong terbentuknya kluster kegiatan bisnis disekitarnya. Arahan pengembangan lokasi 2007” yang bertujuan mengetahui pola persebaran kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta, mengetahui faktor yang mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta dan menentukan arahan pengembangan lokasi kantor cabang bank di Perkotaan Jogjakarta. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode survei atau pengamatan dan pengukuran di lapangan berupa data primer sebagai pelengkap dan sekunder yang didapatkan lewat studi instansi untuk memperkuat hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dengan kuantitatif melalui tabel frekuensi dan tabel silang serta statistik inferensi (regresi dan koefisien kontingensi) yang ditunjang dengan analisis peta (analisis tetangga terdekat), dan analisis kualitatif dengan studi kebijakan pemerintah dan beberapa literatur untuk menjelaskan fenomena secara rasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi kantor cabang bank di perkotaan Jogjakarta cenderung mengelompok dipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan utara kota (kecamatan depok) karena pada lokasi tersebut strategis, ramai, aman dan mudah dijangkau. Sebagai tempat terakumulasinya berbagai aktivitas baik ekonomi, sosial maupun pendidikan tercapai. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik nasabah dan kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen usia, jenis kelamin maupun cara mencapai bank. Faktor geografis yang secara signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah indeks persebaran kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus. Kampus perguruan tinggi dinilai memiliki kemampuan untuk mendorong terbentuknya kluster kegiatan bisnis disekitarnya. Arahan pengembangan lokasi

Penelitian yang dilakukan Eviliyanto (2008) dengan judul “Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Perbankan di Kota Surakarta Tahun 2007” yang bertujuan mengetahui sebaran ATM di Kota Surakarta, mengetahui pola persebaran ATM di Kota Surakarta, mengetahui karakateristik bank dan karakteristik nasabah terhadap distribusi ATM di Kota Surakarta serta mengetahui tingkat layanan ATM di Kota Surakarta. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode diskriptif dengan cara prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian dengan metode deskriptif untuk mendeskripsikan pola persebaran Anjungan Tunai Mandiri (ATM), faktor-faktor yang berpengaruh atau mempengaruhi lokasi Anjungan Tunai Mandiri (ATM), serta tingkat layanan Anjungan Tunai Mandiri terhadap para nasabahnya di Kota Surakarta tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan status bank distribusi ATM banyak terdapat di sektor perdagangan dan jasa dengan persentase ATM milik swasta lebih besar dibandingkan milik pemerintah (BUMN).Distribusi ATM dengan jenis single memiliki persentase lebih banyak dibandingkan jenis double / multiple yang terdapat di sektor perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan dan lain- lain.Berdasarkan letaknya distribusi ATM di kantor bank dan mall memiliki persentase lebih besar dibandingkan di tempat lain, sedangkan distribusi ATM berdasarkan lokasinya mendominasi disektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Eviliyanto (2008) dengan judul “Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Perbankan di Kota Surakarta Tahun 2007” yang bertujuan mengetahui sebaran ATM di Kota Surakarta, mengetahui pola persebaran ATM di Kota Surakarta, mengetahui karakateristik bank dan karakteristik nasabah terhadap distribusi ATM di Kota Surakarta serta mengetahui tingkat layanan ATM di Kota Surakarta. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode diskriptif dengan cara prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian dengan metode deskriptif untuk mendeskripsikan pola persebaran Anjungan Tunai Mandiri (ATM), faktor-faktor yang berpengaruh atau mempengaruhi lokasi Anjungan Tunai Mandiri (ATM), serta tingkat layanan Anjungan Tunai Mandiri terhadap para nasabahnya di Kota Surakarta tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan status bank distribusi ATM banyak terdapat di sektor perdagangan dan jasa dengan persentase ATM milik swasta lebih besar dibandingkan milik pemerintah (BUMN).Distribusi ATM dengan jenis single memiliki persentase lebih banyak dibandingkan jenis double / multiple yang terdapat di sektor perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan dan lain- lain.Berdasarkan letaknya distribusi ATM di kantor bank dan mall memiliki persentase lebih besar dibandingkan di tempat lain, sedangkan distribusi ATM berdasarkan lokasinya mendominasi disektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan

Persamaan penelitian yang dilakukan Eviliyanto (2008) dengan penelitian penulis ialah sama-sama tema dalam penelitiannya adalah distribusi spasial, tetapi berbeda dalam objek kajian serta variabelnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina Rahmawati (2004) dengan judul

“Analisis Wilayah Untuk Lokasi Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di

Pekalongan” yang bertujuan mengetahui kesesuaian distribusi lokasi SPBU di daerash penelitian dengan distribusi arus lalu lintas, mengetahui variasi distribusi lokasi SPBU terhadap jumlah dan jenis penyediaan serta penggunaan bahan bakar di daerah penelitian, mengetahui wilayah yang memungkinkan untuk pembangunan lokasi SPBU baru di daerah penelitian. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode observasi dengan pengamatan dan pengukuran data di lapangan dan analisis data sekunder. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Herlina Rahmawati adalah analisis kesesuaian lokasi SPBU dengan distribusi lalu lintas, variasi distribusi SPBU terhadap jenis penyediaan bahan bakar, pembangunan lokasi baru SPBU.

Persamaan penelitian yang di lakukan Herlina Rahmawati (2004) dengan penelitian penulis ialah sama-sama mengkaji tentang SPBU tetapi berbeda dalam hasil. Peneletian Herlina Rahmawti menentukan kesesuaian lokasi SPBU sedangkan penelitian penulis menentukan distribusi SPBU serta kualitas pelayanan SPBU terhadap konsumen.

No. Judul penelitian

Peneliti, tahun

1. Kajian Pola

1. Lokasi kantor cabang bank di perkotaan jogjakarta cenderung Persebaran

Fahmi

1. Mengetahui pola persebaran kantor

Metode

mengelompok didipusat-pusat perdagangan dan jasa dipusat kota dan utara Keruangan Kantor

Nasrullah,

cabang bank di perkotaan jogjakarta.

survei

kota (Kec. Depok) karema pada lokasi tersebut strategis, ramai, aman dan Cabang Perbankan

mempengaruhi pola sebaran kantor cabang

mudah dijangkau.

di Perkotaan

2. Tidak trdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik nasabah Jogjakarta

bank di perkotaan jogjakarta.

dan kantor cabang yang dikunjungi sehingga tidak terbatas pada segmen usia, (Skripsi)

3. Menentukan arahan pengembangan

lokasi kantor cabang bank di Perkotaan

jenis kelamin maupun cara mencapai bank.

Jogjakarta.

3. Faktor geografis yang secara signifikan mempengaruhi pola sebaran kantor cabang bank adalah indeks persebaran kampus perguruan tinggi dan jarak dengan kampus.

4. Arahan pengembangan lokasi kantor cabang bank diharapkan akan beralih ke luar kota jogjakarta yaitu wilayah pinggiran di utara dan timur laut kota mengikuti arah perkembangan perguruan tinggi dan permukiman.

2. Anjungan Tunai

1. Distribusi ATM di Kota Surakarta berdasarkan status bank distribusi Mandiri

Eviliyanto,

Mengetahui sebaran ATM di Kota Surakarta.

Metode

ATM banyak terdapat di sektor perdagangan dan jasa dengan persentase Perbankan di Kota

(ATM) 2008

Mengetahui pola persebaran ATM di Kota

deskriptif

ATM milik swasta lebih besar dibandingkan milik pemerintah. Distribusi Surakarta

Surakarta.

ATM dengan jenis single memiliki persentase lebih banyak dibandingkan 2007

Tahun Mengetahui

karakteristik nasabah terhadap distribusi ATM

jenis double / multiple yang terdapat di sektor perdagangan dan jasa, (Skripsi)

di Kota Surakarta.

kesehatan, pendidikan. Berdasarkan letaknya distribusi ATM di kantor bank

Mengetahui tingkat layanan ATM di Kota

dan mall memiliki persentase lebih besar dibandingkan di tempat lain,

Surakarta

sedangkan distribusi ATM berdasarkan lokasinya mendominasi disektor

2. Berdasarkan analisis tetangga terdekat pola distribusi spasial ATM BCA, BNI dan Mandiri tiap kecamatan random dan mendekati random. 3. Berdasarkan struktur tata ruang kota, aktivitas sosial ekonomi dan jumlah penduduk sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi ATM oleh pihak bank, sedangkan karakteristik nasabah Bank BRI dan BTN berdasarkan tingkat pendidikan SMA dan S1 memiliki jumlah lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain

3. Analisis Wilayah Herlina

1. Analisis kesesuaian lokasi SPBU dengan distribusi lalu lintas, Untuk

1. Mengetahui kesesuaian distribusi lokasi

Metode

2. Variasi distribusi SPBU terhadap jenis penyediaan bahan bakar, Stasiun

Lokasi Rahmawati

SPBU di daerash penelitian dengan

survei

Pengisian (2004)

distribusi arus lalu lintas,

3. Pembangunan lokasi baru SPBU

Bahan Bakar Umum

2. Mengetahui variasi distribusi lokasi

(SPBU) di

penyediaan serta penggunaan bahan

(Skripsi)

bakar di daerah penelitian, 3. Mengetahui

lokasi SPBU baru di daerah penelitian

4. Analisis Spasial Andri 1. Mengetahui distribusi spasial SPBU Metode Stasiun

Pengisian Yulianto,

di Kabupaten Karanganyar tahun deskriptif

Bahan Bakar Umum 2011 2011.

Karanganyar Tahun

Karanganyar tahun 2011.

3. Mengetahui tingkat layanan SPBU di

(Skripsi)

Kabupaten Karanganyar tahun 2011.

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bahan bakar sejenis premium, solar dan pertamax. Seiring kemajuan jaman dan persaingan pasar antar SPBU maka PT. PERTAMINA selaku penyedia BBM bagi SPBU menerapakan standar kualitas dan layanan bagi masyarakat. Untuk menjaga kualitas dan layanan maka PT. PERTAMINA menetapkan sarana dan prasarana standar yang wajib dimiliki oleh setiap SPBU.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan bahan bakar minyak. SPBU sebagai penyedia bahan bakar minyak harus meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanannya untuk pemenuhan kebutuhan akan bahan bakar minyak kendaraan bermotor. Dalam kuantitas SPBU analisis spasial digunakan untuk mengetahui tingkat keterjangkauan pelayanan bahan bakar terhadap konsumen. Dalam kualitas SPBU dapat diamati dari sarana prasarana berdasarkan standar PERTAMINA dan tingkat pelayanan dapat dilihat dari jumlah penjualan rata-rata bahan bakar minyak untuk pemenuhan bahan bakar minyak bagi masyarakat di dalam wilayah SPBU maupun di luar wilayah SPBU tersebut.

Data persebaran, sarana prasarana dan tingkat layanan SPBU dapat disajikan dalam bentuk peta berupa Peta sebaran SPBU, Peta Sarana dan Prasarana SPBU dan Peta Tingkat Layanan SPBU

Gambar 3. Kerangka Berfikir

Data penjualan SPBU (premium, solar dan pertamax)

Tingkat layanan

Peningkatan jumlah penduduk

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor

SPBU

Sarana dan prasarana : 1.Sarana

pemadam kebakaran 2.Sarana

lindungan lingkungan 3.Sistem Keamanan 4.Sistem Pencahayaan 5.Peralatan dan kelengkapan

filling BBM 6.Duiker 7.Sensor api dan perangkat

Pemadam kebakaran 8.Lambang PT. Pertamina 9.Generator

10. Racun Api 11. Fasilitas umum

12. Instalasi listrik dan air yang memadai

13. Rambu-rambu standar PT. Pertamina

Distribusi SPBU, Kualitas sarana prasrana SPBU dan tingkat layanan SPBU

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah dengan obyek penelitian seluruh SPBU yang secara administratif terletak di wilayah tersebut. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan karena pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor di Kabupaten Karanganyar yang semakin meningkat serta tingkat aksesbilitas yang tinggi, seiring kebutuhan sumber bahan bakar yang tinggi pula.

2. Waktu Penelitian

Jenis kegiatan

Tahun 2011

Juli

Agust Sept

Jan- April ‘12 Tahap Persiapan Penyusunan Proposal Penyusunan Instrument Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data