D. Keaslian Penelitian
Adapun judul tulisan ini adalah prosedur penugasan personal POLRI menjadi pengajar pendidikan kepolisian ditinjau dari hukum administrasi negara
studi sampali medan . Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul
yang sama dengan mahasiswa hukum Universitas Sumatera Utara, karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka. Dengan
demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulis melakukan tinjauan kepustakaan berdasarkan referensi dari buku- buku.BerdasarkanUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
KepolisianNegara Republik Indonesia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 UU Kepolisian dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara
RI Perkap nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa;
“Tujuan Sisdik POLRI meliputi: a terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai tuntutan kompetensi POLRI; b
terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi patuh hukum, dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan c terbentuknya kemampuan potensi
kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”.
Kepolisian berasal dari istilah polisi yang beragam penyebutannya di setiapnegara.Istilah polisi pertama kali berasal dari Yunani yakni politeia dari
tokoh Plato yangberlatar belakang pemikiran bahwa suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan citacitanya,suatu negara yang bebas dari pemimpin negara
yang rakus dan jahat, tempatkeadilan dijunjung tinggi.
14
Keragaman istilah lain dapat dilihat di Inggris dengan police,Jerman polizei, dan Belanda dengan
politie.
15
Sebagaimana diketahui Indonesia dahulu pernah dijajah oleh Belanda, maka secara historis istilah polisi di Indonesia dapat dikatakan mengikuti istilah
polisi Negara Belanda yaitu politie.Makna politie menurut Van Vollenhoven
adalah “organ pemerintah yang bertugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-
larangan perintah”.
16
Polisi sebagai bagian dari organ pemerintah dapat dikatakan secara jelas bahwa polisi adalah organisasi dan alat pemerintah.Selain itu, polisi
adalah birokrasi tanpa loket dan sekat yang memisahkannya dengan masyarakat, hubungan polisi dengan masyarakat itu bagai air dengan ikan di dalamnya.Tidak
ada masyarakat tanpa polisi ubi society ubi politie.
17
14
Azhari, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur- Unsurnya, Jakarta:UI Press,,1995, Hlm. 19.
15
Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, , Yogyakarta:LaksBang PRESSSindo, 2010, Hlm. 1
16
Ibid, Hlm. 3
17
Ismantoro Dwi Yuwono, Memahami Berbagai Etika Profesi Pekerjaan, Yogyakarta:Pustaka Yustisia,2011, Hlm. 64.
Kepolisian di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sebagai hal yang bertalian dengan polisi.Pengertian polisi itu sendiri adalah badan pemerintah
yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum menangkap orang melanggar undang-undang dan sebagainya, serta diartikan sebagai anggota badan
pemerintah pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan dan sebagainya.
18
Selanjutnya Momo Kelana mengatakan bahwa istilah polisi
memiliki dua arti.Pertama, polisi dalam arti formal yang mencakup organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian.Kedua, polisi dalam arti material yang
memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan tugas danwewenang dalam menghadapi gangguan ketertiban dan keamanan berdasarkan peraturanperundang-
undangan.
19
POLRI secara personal bermakna sebagai anggota POLRI yang telah melaluipersyaratan yang ditentukan UU Kepolisian untuk mengisi dan
mengoperasionalkanorganisasi POLRI.Anggota POLRI tersebut adalah pegawai negeri yang diberi pangkatyang mencerminkan peran, fungsi, kemampuan POLRI
serta sebagai keabsahanwewenang dan tanggung jawab dalam penugasannya.Sebagaimana telah diketahuibahwa POLRI memiliki dua fungsi
yakni fungsi preventif yang dilaksanakan dalamrangka memberi perlindungan, pengayoman, pelayanan pada masyarakat dan fungsirepresif yaitu sebagai
penegak hukum.
20
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2008, Hlm. 1091
19
Momo Kelana, Hukum Kepolisian Perkembangan di Indonesia Suatu Studi Historis Komperatif, Jakarta:PTIK,, 1972, Hlm. 22.
20
Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance, Surabaya:Laksbang Mediatama, 2008,Hlm. 61.
Hukum pidana adalah salah satu hukum yangdapat
dipergunakan sebagai pijakan sistem pertanggungjawaban hukum POLRI secarapersonal.
21
Asas-asas Hukum Administrasi Relevan Mengenai Pertanggungjawaban
POLRImenurut J.M. Baron de Geraldo adalah peraturan-peraturanyang
mengatur hubungan timbal balik antara pemerintah denganrakyat.
Ketika anggota POLRI sebagai subjek hukum melaksanakan kedua fungsitersebut dengan menyalahgunakan wewenang yang diberikan untuk
tujuan lain melaluiwujud perbuatan aktif dan pasif yang dilarang atau diperintahkan oleh perundang-undanganpidana yang memiliki sanksi pidana
tindak pidana, maka berlaku lah hukumpidana dalam arti material dan formal pada diri anggota POLRI tersebut.
22
sedangkanBelifante berpendapat bahwa hukum administrasi
adalahkaidah-kaidah hukum yang mengatur fungsi pemerintahan yang merupakan tugaspenguasa yang tidak termasuk pembentukan undang-undang maupun
peradilan.Secara ringkas, hukum administrasi adalah serangkaian asas-asas hukum, kaidah-kaidahhukum, pranata-pranata hukum yang berkenaan dengan
aspek yakni:
23
a. kekuasaan eksekutif;
b. fungsi penyelenggaraan pemerintahan;
c. badan, lembaga, jabatan, struktur pemerintahan tingkat Pusat dan Daerah;
d. hubunganantara pemerintah dengan warga negara.
21
Hukum lain yang dapat digunakan adalah hukum perdata
22
Philipus M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih,Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum Unair, 1994, hlm. 5.
23
Asep Warlan Yusuf, Hukum Administrasi, di dalam Diktat Pengantar Hukum Indonesia, Bandung:Universitas Katolik Parahyangan, 2005, Hlm. 118.
Adapun objek studi Hukum Administrasi adalah:
24
a. keseluruhan kegiatan pemerintahan yang dijalankan oleh pemegang
kekuasaan eksekutif, kecuali di bidang pembentukan undang-undang yang dijalankan olehkekuasaan legislatif dan peradilan yang dijalankan oleh
kekuasaan yudikatif; b.
Keseluruhan aturan hukum yang relevan dengan penyelenggaraan urusanpemerintahan, kecuali diatur oleh norma hukum pidana maupun
perdata; c.
Keseluruhan fungsi dan tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahanyang dilakukan organ-organ, badan-badan, dan jabatan-
jabatan pemerintah.
Dalam proses pengembangan pendidikan, menurut Hasibuan
25
24
Ibid, Hlm. 119 .
25
Hasibuan, “Proses Pengembangan pendidikan”, Yogyakarta:UII, 2007, Hlm, 75-76
, harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut; a Sasaran, yaitu ditetapkan
berdasarkan kebutuhan jabatan atau pekerjaan karyawan yang bersangkutan; b Kurikulum, yaitu harus ditetapkan secara sistematis, jumlah jam pertemuan,
metode pengajaran, dan system evaluasi harus jelas agar sasaran dari pendidikan itu optimal; c Sarana, yaitu penyediaan tempat dan alat-alat harus didasarkan
pada prinsip ekonomi dan berpedoman pada sasaran pendidikan yang akan dicapai; d Peserta, yaitu menetapkan syarat-syarat dan jumlah peserta yang akan
mengikuti pendidikan; e Pelatih, yaitu menetapkan para instruktur yang memenuhi syarat untuk mendidikan dan melatih, sehingga sasaran pendidikan
tercapai; dan f Pelaksanaan, yaitu para instruktur mendidik dan melatih sesuai bidangnya, terjadi proses belajar mengajar yang diakhiri dengan evaluasi untuk
mengukur pencapaian sasaran pendidikan. Langkah-langkah yang telah ditetapkan tersebut akan berjalan dengan baik
dan berhasil, apabila didukung dengan aspek-aspek lain yaitu; kurikulum yang dipakai dalam pendidikan, sarana prasarana fisik, peserta pendidikan,
pelatihinstuktur, dan dukungan dari piha-pihak lain yang relevan.
F. Metode Penelitian