Latar Belakang Prosedur Penugasan Personal Polri Menjadi Pengajar Pendidikan Kepolisian Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara (Studi Sampali Medan)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepolisian Negara Republik Indonesia POLRI adalah lembaga eksekutif dalamhal keamanan negara di seluruh wilayah negara Indonesia.POLRI memiliki peran untukmewujudkan keamanan dalam negeri Indonesia yang meliputi terpeliharanya keamanandan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat denganmenjunjung tinggi hak asasi manusia. Demikian pada prinsipnya pengaturan ketentuanPasal 2, Pasal 4, dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik Indonesia. POLRI dalam pengertian di atas, dapat dilihat secara organisasional maupunpersonal.Aspek organisasional melihat pada kelembagaan dari POLRI itu sendiri,sedangkan aspek personal melihat pada anggota POLRI yang menjalankan peran, fungsi,tugas, dan tanggung jawab dari organisasi.Pertanggungjawaban dari wujud visi, misi,tugas, wewenang, kedudukan, dan fungsi POLRI secara organisasional dan secarapersonal dapat dilihat dari sisi akuntabilitas dan responsibilitas.Sisi akuntabiltasbermakna bahwa realisasi dari otorisasi yang diperoleh sedangkan sisi responsibilitasyang bermakna bahwa kewajiban hukum yang harus dilakukan dan bentuk otoritas yangdiberikan untuk melaksanakan kebijakan.Berdasarkan kedua makna pertanggungjawabantersebut, sistem 1 pertanggungjawaban hukum bagi aspek organisasional dan aspekpersonal berbeda dan memiliki bentuknya masing-masing. 4 Pendidikan pada dasarnya adalah proses kumunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat life long process, dari generasi ke generasi. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia.Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia.Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan itu diberikan atau diselenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia ke arah yang positif. 5 Pola Pendidikan Kepolisian Negara RepublikIndonesia merupakan alat negara yang berperan dalammemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalamrangka terpeliharanya keamanan dalam negeri videPasal 5 1 UU 22002. Untuk menjalankan fungsitersebut, pola pendidikan yang baik menjadi salah satucara untuk membentuk polisi yang handal. Polapendidikan polisi saat ini mengacu pada PeraturanKepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4Tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan 4 Maria Ulfah, dkk, “sistem pertanggungjawaban hukum kepolisian negara republik ndonesia secara organisasional maupun personal”penelitian dan pengabdian masyarakat Bandung:univesitas khatolik parayangan, 2013, Hlm, 1 5 Halim Malik, “ Dasar Hukum Pendidikan Di Indonesia”, Opini, 20 Februari 2011, Hlm 1 KepolisianNegara Republik Indonesia. Dijelaskan bahwa jalurpendidikan polisi, meliputi: 6 a Jalur Pendidikan Formal, merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan di dalam system pendidikan Polri; b Jalur Pendidikan Non Formal, dilaksanakan secara terstruktur dan atau tidak terstruktur sesuai dengan kebutuhan, dalam bentuk, antara lain: 1 Pelatihan dan Kursus yang diselenggarakan di lingkungan Polri; 2 Penugasan Pendidikan di luar lingkungan Polri vide Pasal 7-9 Perkap 42010. Pendidikan Polri merupakan suatu proses untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap yang dibutuhkan dalam pemenuhan tuntutan tugas-tugas kepolisian. Selain itu pendidikan Polri juga merupakan suatu rangkaian kegiatan dari siklus pembinaan manajemen sumber daya manusia sehingga penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Polri tetap berpegang pada prinsip keterpaduan dengan tujuan untuk mengakomodir system pendidikan yang diterapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas.Prinsip keterpaduan ini dapat dilihat dengan adanya ketentuan bahwa semua system dan jenjang kependidikan Polri berada dalam satu institusilembaga yaitu Lemdikpol sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 21 tahun 2010, yang mengarah pada sistem pendidikan satu pintu. 7 6 Dian Agung Wicaksono,” Revitalisasi Sumber Daya Manusia POLRI untuk Sinergitas Kinerja dalam Integrated Criminal Justice System” Yogyakarta:UGM, 2012, Hlm, 140 7 Tri Suryanti, “Mewujudkan Lembaga Pendidikan POLRI Sebagai Centre Of Excellence” Makalah, Jakarta, 2010, Hlm 3 Kepala lembaga pendidikan polri adalah pimpinan satuan pendidikan pada Polri yang terdiri dari gubernurkasespimkapusdikka sekolah.Tenaga Pendidik yang selanjutnya disingkat Gadik adalah seseorang yangberkualifikasi sebagai guru, pelatih, dosen, konselor, widyaiswara, instruktur,fasilitator, dan tutor.Peserta didik adalah setiap orang yang berusaha mengembangkan potensi dirimelalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan Polri. 8 Menurut Soekidjo Notoadmodjo Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu interaksi antara pendidikpelatih dengan para peserta didiklatih untuk mencapai suatu tujuan daripada diklat.Oleh karena adanya suatu interaksi untuk mencapai tujuan pendidikan, terdapat tiga 3 komponen utama yang penting dan membentuk sebuah trianglesegitiga. Dalam hubungan segitiga tersebut jika salah satu sisi terganggu atau hilang maka akan terganggu atau hilang pula hakikat daripada pendidikan tersebut. Hakikat pendidikan selalu dihubungkan dengan hakikat manusia yang memiliki aspek personal dan aspek sosial, yaitu proses pemberdayaan. Sedangkan dalam pendidikan profesi hakikatnya adalah upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia dalam suatu organisasi untuk melaksanakan serangkain pekerjaan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. 9 pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka dapat melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sedangkan menurut Marzuki 10 8 Pasal 1 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2010 9 Soekidjo Notoatmodjo,” pendidikan dan prilaku kesehatan”, Jakarta:PT.Rineka Cipta, 2003, Hlm 16 10 Marzuki, “Pendidikan Nonformal”, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2010, Hlm 102 pendidikan sebagai usaha sadar, sistematik, dan terencana untuk menjadikan individu, kelompok, dan masyarakat menjadi sosok yang bertanggungjawab untuk memperbaiki dirinya. Lebih lanjut Nugroho 11 Pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan isu yang terus menerus berkembang.Dewasa ini pengembangan sumberdaya manusia berbasis ekonomi telah berhasil mewujudkan kemakmuran, tetapi gagal mewujudkan kesejahteraan yang merata di segala aspek, bahkan sebaliknya menimbulkan permasalahan yang sulit dicari penyelesaiannya. Pendidikan mengatakan pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Pendidikan bagi personal POLRI dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pendidikan bagi calon personal POLRI baru, yaitu untuk mengenal dan menguasai pekerjaannya sedangkan bagi personal POLRI lama, yaitu untuk meningkatkan hasil pekerjaanoutcomes baik sekarang maupun di masa datang, meningkatkan kinerja personal apabila mendapatkan promosi. Pendidikan untuk personal POLRI lama juga menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan organisasi, personal-personal lain, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dalam organisasi dan lingkungan.Pendidikan bagi personal POLRI merupakan suatu persyaratan pekerjaan untuk memperbaiki keterampilan, keahlian dan pengetahuan berdasarkan aktivitas-aktivitas rutin agar dapat menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. 11 Nugroho, “Kebijakan pendidikan”, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008, Hlm 19 dikembangkan sebagai salah satu cara untuk menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang muncul akibat perkembangan zaman. Menurut Kamil 12 Seiring perkembangan zaman, institusi kepolisian sebagai institusi yang melaksanakan tugas-tugas profesional dituntut untuk lebih menjadi pelayan publik yang profesional dalam melaksanakan tugas kesehariannya.Untuk menjadi pelayan publik yang profesional dibutuhkan upaya-upaya pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya polisi yang berkualitas.Oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dalam institusi kepolisian merupakan suatu upaya meningkatkan kualitas sumberdaya polisi dalam profesinya.Berbeda dengan masalah-masalah baru, prosedur-prosedur baru, peralatan-peralatan baru, pengetahuan-pengetahuan baru, jabatan-jabatan baru selalu timbul dalam organisasi yang dinamis, dan merupakan kebutuhan manajemen untuk menghadapinya dengan mengembangkan sumberdaya manusia yang dimilikinya. Pemimpin-pemimpin yang progresif harus menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkelanjutan. Penyelenggaraan pendidikan mempunyai tujuan-tujuan tertentu, baik bagi peserta maupun bagi kepentingan organisasi. Oleh karena itu tujuan pendidikan perlu diperhatikan karena tujuan tersebut merupakan landasan penetapan metode pendidikan mana yang akan diadopsi untuk diterapkan, materi-materi selama pendidikan, peserta pendidikan serta siapa tenaga pengajar yang cocok menyampaikan subjek tersebut, sehingga pendidikan tersebut sejalan dengan tujuan, visi dan misi organisasi. 12 Kamil,”Homeschooling Pendidikan Multikultural untukk remaja”, Yogyakarta:UII, 2010, Hlm 104 pendidikan pada umumnya, Pendidikanpada institusi kepolisian merupakan pendidikan yang lebih menekankan aspek profesionalitas. Akan tetapi sama dengan pendidikan profesional lainnya pendidikan kepolisian mempunyai tujuan untuk mewujudkan sumberdaya manusia profesional berdaya saing tinggi dan bermoral di lingkungan organisasi dan lingkungan global. Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat berdampak pada polarisasi, rasionalisasi baru pada lingkup kejahatan modern sehingga berpengaruh kepada profesionalisme Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002, dengan dampak tersebut anggota Polri dituntut untuk meningkatkan kualitasnya melalui proses pendidikan yang menggunakan teknologi informasi. 13 13 Kepala Pusat Pendidikan Administrasi, “Kerangka Grand Design Pendidikan Polri”, Bandung, 2011, Hlm 2-3 Sistem pendidikan Polri yang ada harus mampu menciptakan personel Polri atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang unggul, mempunyai kebribadian yang baik dan semangat yang tinggi.Untuk dapat mewujudkan personil Polri yang berkualitas tersebut maka harus dibuat terobosan-terobosan baru dalam dunia kependidikan Polri. Salah satunya yaitu menjadikan Lembaga Pendidikan Polri sebagai centre off excellence pusat keunggulan. Dengan menjadi pusat keunggulan diharapkan Lemdikpol akan dapat menjadi motor penggerak dalam upaya peningkatan kinerja Polri untuk menjadi organisasi yang unggul melalui sumber daya manusianya yang berkualitas. Sebagai salah satu contoh tujuan pendidikan POLRI sebagaimana termuat dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI Perkap nomor 4 tahun 2010 tentang Sistem Pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dimana dalam pasal 3 disebutkan bahwa; “Tujuan Sisdik POLRI meliputi: a terwujudnya hasil didik yang profesional, bermoral, dan modern sesuai tuntutan kompetensi POLRI; b terbentuknya potensi peserta didik yang bermoral tinggi, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku yang sesuai dengan etika profesi patuh hukum, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan c terbentuknya kemampuan potensi kesamaptaan jasmani dan keterampilan peserta didik yang mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok POLRI”. Sejalan dengan tujuan pendidikan POLRI, tujuan pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Pelatihan adalah membentuk individu berkarakter polisi yang memiliki mental dan moral yang baik, serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menciptakan semangatkebersamaan dalam melaksanakan tugas pelayanannya.Melalui pendidikanpersonal POLRI diharapkan mampu menjadi pelayan publik yang professional dalam mencegah dan mengatasi masalah keamanan.Sebagai institusi publik personal POLRI dituntut mempunyai tanggungjawab moral serta pengetahuan kepolisian yang cukup, sehingga mereka mampu membuat keputusan yang tepat ketika berhadapan dengan situasi ril di lapangan. Sebab situasi di lapangan akan selalu berubah, bahkan perubahan itu akan membuat tindakan polisi menjadi kaku apabila hanya berpegang pada teori-teori dan aturan-aturan secara kaku. Dalam menghadapi situasi-situasi tertentu polisi dituntut profesionalitasnya yang bertanggungjawab melakukan diskresi terhadap aturan yang berlaku. Untuk itu maka pendidikan diharapkan tidak hanya menekankan pada konsep dan teori kepolisian tetapi juga bagaimana membentuk moral dan mental sesuai konteks dimana mereka akan bertugas. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka akan dilakukan pembahasan dan penelitian dengan judul “PROSEDUR PENUGASAN PERSONAL POLRI MENJADI PENGAJAR PENDIDIKAN KEPOLISIAN DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA STUDI SAMPALI MEDAN”

B. Perumusan Masalah