utama  penyakit  kardiovaskular  pada  pasien  GGK.  Resorpsi  tulang  yang  meningkat dan  terus  menerus  dapat  menyebabkan  fibrosis  dan  pembentukan  kista  pada  tulang.
Kondisi  ini  juga  dapat  menyebabkan  gejala  seperti  nyeri  tulang  bahkan  tumor  pada kasus yang berat. Hormon paratiroid merupakan toksin uremia dan apabila kadarnya
meningkat  dalam  darah  dapat  menyebabkan  kelemahan  otot  dan  fibrosis  pada jaringan  otot.  Sebaliknya,  pada  pasien  dialisis,  lebih  banyak  mengalami
turnover
tulang yang rendah dengan penurunan hormon paratiroid. Hal ini akan menyebabkan akumulasi  dari  matriks  tulang  yang  tidak  termineralisasi,  penurunan  volume  tulang,
peningkatan insidensi fraktur dan berhubungan dengan peningkatan vaskularisasi dan kalsifikasi.
21,23
3. Penyakit jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab dan komplikasi  GGK. Komplikasi ini sering dikaitkan dengan hiperfosfatemia dan hiperkalsemia yang dapat menyebabkan
kalsifikasi  vaskular.  Komplikasi  pada  jantung  sering  sekali  berkembang  menjadi gagal jantung kongestif.
21,22
4. Dislipidemia
Dislipidemia  merupakan  faktor  risiko  utama  kesakitan  dan  kematian kardiovaskular  dan  komplikasi  ini  paling  sering  dijumpai  pada  penderita  GGK.
Secara  umum,  penurunan  fungsi  ginjal  sejalan  dengan  peningkatan  hiperlipidemia, hipertrigliseridemia dan  LDL  kolestrol. Hal  ini disebabkan oleh penurunan aktivitas
lipoprotein  lipase  dan  trigliserida  lipase.  Beberapa  penelitian  menemukan  bahwa hiperparatiroid juga dapat meningkatkan keparahan dislipidemia.
21,23
2.1.5  Perawatan
Perencanaan  tatalaksana  GGK  disesuaikan  dengan  derajat  penyakit yang diderita oleh pasien seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Rencana tatalaksana GGK sesuai derajatnya.
3
Universitas Sumatera Utara
Derajat LFG
mlmnt1,73m
2
Rencana tatalaksana
1 ≥ 90
Diagnosis dan perawatan, perawatan pada kondisi komorbid, intervensi
untuk memperlambat perkembangan penyakit, memperkecil faktor risiko
kardiovaskular 2
60 – 89
Perkiraan perkembangan penyakit dan menghambat penurunan atau
kerusakan fungsi ginjal 3
30 – 59
Evaluasi dan perawatan komplikasi yang muncul
4 15
– 29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal
dialisis atau transplantasi 5
15 Terapi pengganti ginjal jika terjadi
uremia
Dialisis  adalah  suatu  perawatan  untuk  membersihkan  darah  penderita ketika fungsi  ginjal  tidak dapat  berfungsi  secara optimal. Fungsi  dari dialisis
adalah  untuk  membuang  zat-zat  sisa  berbahaya,  garam  mineral  berlebih  dan cairan cairan yang dihasilkan oleh tubuh dalam darah. Dialisis juga berfungsi
untuk mengatur tekanan darah dan membantu mempertahankan jumlah cairan normal  pada  tubuh.  Perawatan  dialisis  dapat  memperpanjang  usia  penderita
GGK,  tetapi  perawatan  ini  bukan  merupakan  pengobatan  untuk  penderita GGK.
24
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua jenis perawatan dialisis, yaitu: 1.
Hemodialisis Hemodialisis  merupakan  metode  umum  yang  digunakan  untuk  merawat
pasien  penderita  GGK.  Hemodialisis  pertama  kali  digunakan  sebagai  terapi  gagal ginjal pada tahun 1960an dan telah banyak penelitian penelitian yang dilakukan untuk
membuat  terapi  hemodialisis  menjadi  lebih  efektif  dengan  efek  samping  seminimal mungkin.  Meskipun  belakangan  ini  telah  dibuat  alat  dialisis  yang  lebih  sederhana,
hemodialisis  tetap  merupakan  terapi  yang  rumit  dan  kurang  nyaman  bagi  penderita, yang  membutuhkan  koordinasi  pasien,  keluarga  pasien  dan  tim  medis  dokter
spesialis ginjal, perawat, teknisi dan pekerja lainnya.
25
Hemodialisis biasanya disediakan di rumah sakit atau di klinik dialisis. Selama  prosedur  berlangsung,  darah  pasien  berpindah  dari  alat  kateter  yang
dipasangkan  pada  pembuluh  darah  arteri  pada  lengan  dan  dihubungkan  ke tabung  dari  suatu  mesin  yang  merupakan  tempat  pertukaran  sisa-sisa
pembuangan,  cairan,dan  elektrolit.  Membran  semipermeabel  memisahkan darah  pasien  dari  larutan  dialisis  dialisat  dan  konstituen  bergerak  diantara
kedua kompartemen tersebut. Misalnya, sisa sisa pembuangan berpindah dari darah  ke  larutan  dialisat,  sementara  ion  bikarbonat  bergerak  ke  dalam  darah
dari larutan dialisat  tersebut.  Sel  darah dan protein  tetap berada dalam darah karena  tidak  dapat  melewati  membran  semipermeabel.  Pertukaran  terjadi
secara ultrafiltrasi, difusi  dan osmosis. Setelah pertukaran telah selesai, darah dikembalikan  ke  vena  pasien.  Heparin  atau  antikoagulan  lainnya  diberikan
dan  tetap  dilakukan  pemantaun  agar  tidak  terjadi  pembekuan  darah. Hemodialisis  pada  pasien  GGK  biasanya  dilakukan  tiga  kali  seminggu  dan
membutuhkan  tiga  sampai  empat  jam  setiap  sesinya.  Pasien  akan  merasakan perasaan  yang  sangat  tidak  nyaman  karena  terjadi  perubahan  drastis  pada
keseimbangan  cairan  dan  elektrolit  dalam  tubuh,  tetapi  pasien  akan  merasa lebih  baik  setelah  perawatan.  Perasaan  lebih  baik  tersebut  akan  menghilang
secara  bertahap  karena  sisa  sisa  pembuangan  akan  kembali  menumpuk sebelum dilakukan perawatan selanjutnya.
26
Universitas Sumatera Utara
Alat  yang  digunakan  pada  hemodialisis  adalah  sebuah  alat  penyaring yang  disebut
dialyzer.  Dialyzer
berfungsi  untuk  membuang  zat  zat  sisa  dan cairan  berlebih  pada  darah  dalam  sebuah  tabung,  kemudian  darah  di  dalam
tabung tersebut  akan dimasukkan ke dalam tabung lainnya sehingga menjadi darah bersih yang akan dimasukkan kembali ke dalam tubuh penderita.
25
Gambar 2. Proses hemodialisis
25
Universitas Sumatera Utara
Indikasi hemodialisis adalah sebagai berikut:
27
1. Asidosis metabolik
2. Uremia  200 mgdL
3. Hiperkalemia  7 mEqL
4. Kelebihan cairan
5. Encephalopati uremikum
6. Intoksikasi obat
7. LFG  15 mLmenit1,73 m
2
Masalah yang paling sering dialami oleh pasien hemodialisis berkaitan dengan akses  vaskuler  seperti  thrombosis  fistula,  pembentukan  aneurisma  dan  infeksi
terutama  dengan  graft  sintetik  atau  akses  vena  sentral  sementara.  Infeksi  sistemik dapat  timbul  pada  lokasi  akses  atau  didapat  dari  sirkuit  dialisis.  Transmisi  infeksi
yang  ditularkan  melalui  darah  seperti  hepatitis  dan  HIV  merupakan  suatu  potensial yang  berbahaya.  Pada  dialisis  jangka  panjang,  deposit  protein  amiloid  dialisis  yang
mengandung  mikroglobulin  dapat  menyebabkan  sindrom  terowongan  karpal  dan artropati  destruktif  dengan  lesi  tulang  kistik.  Senyawa  pengikat  fosfat  yang
mengandung aluminium dan kontaminasi aluminium dengan larutan dialisat sehingga dapat  terjadi  toksisitas  aluminium  yang  dapat  menyebabkan  demensia,  mioklonus,
kejang dan penyakit tulang.
23
2. Dialisis peritoneal
Dialisis  peritoneal  adalah  suatu  perawatan  pada  GGK  dengan  cara memasukkan  larutan  dialisat  ke  dalam  rongga  peritoneum.  Dialisat
menyebabkan sisa sisa pembuangan dan  cairan  yang berlebih  ditarik melalui membran  peritoneal  kedalam  rongga  peritoneum.  Setelah  proses  tersebut
selesai, cairan akan dikeringkan dan diganti.
28
Dialisis  peritoneal  dapat  dilakukan  di  unit  dialysis  ataupun  di  rumah. Perawatan ini dapat dilakukan pada malam hari disaat tidur dan dapat dilakukan terus
menerus  pada  saat  rawat  jalan  biasanya  disebut
Continuous  Ambulatory  Peritoneal Dialysis,
atau CAPD. Dalam prosedur ini, membran peritoneum,  yang sangat besar
Universitas Sumatera Utara
di  daerah  permukaan,  tipis    dan  bervaskularisasi  tinggi,  berfungsi  sebagai  membran semipermeabel. Sebuah kateter dengan titik masuk dan keluar tertanam dalam rongga
peritoneal.  Larutan  dialisat  dimasukkan  ke  dalam  rongga  melalui  kateter,  yang memungkinkan pertukaran zat zat sisa dan elektrolit dengan cara difusi dan osmosis.
Kemudian,  cairan  dialisat  dikeringkan  dari  rongga  oleh  gravitasi  ke  dalam  sebuah wadah.  Proses  ini  membutuhkan  waktu  yang  lebih  lama  jika  dibandingkan  dengan
hemodialisis. Namun, proses pertukaran ini lebih kontinu, sehingga dapat mencegah perubahan  cairan  dan  elektrolit  yang  berlebihan  dan  mendadak  di  dalam  tubuh  dan
komponen-komponen  yang  terdapat  di  dalam  larutan  dialisis  dapat  disesuaikan dengan kebutuhan individu. Komplikasi utama dialisis peritoneal adalah infeksi yang
dapat mengakibatkan peritonitis.
25,28
Gambar 3. Proses dialisis peritoneal
25
2.2 Pengecapan