Tinjauan Kepustakaan United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) 2003 Dalam Kaitannya Dengan Pembentukan Hukum Nasional di Bidang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

8 diperiksa pada arsip bagian departemen Hukum Internasional. Judul yang diangkat dinyatakan disetujui oleh departemen Hukum Internasional pada tanggal 13 November 2014. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan pada bagian departemen Hukum Internasional pada khususnya dan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada umumnya, diketahui bahwa belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 Dalam Kaitannya dengan Pembentukan Hukum Nasional di Bidang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sehingga keaslian penulisan yang dituangkan dapat dipertanggungjawabkan penulisannya.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan- laporan, dan informasi dari internet. Untuk itu, diberikan penegasan dan pengertian dari judul penelitian, yakni yang diambil dari sumber-sumber buku yang memberikan pengertian terhadap judul penelitian ini, ditinjau dari sudut etimologi arti kata dan pengertian-pengertian lainnya dari sudut ilmu hukum maupun pendapat dari para sarjana sehingga mempunyai arti yang lebih tegas. 1. Pengertian perjanjian internasional menurut Prof.Mochtar Kusumaatmadja 4 Perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. 4 Mochtar Kusumaatmadja,dkk, Pengantar Hukum Internasional , Cetakan Pertama, Penerbit PT. Alumni, Bandung, 2003, hal.117 Universitas Sumatera Utara 9 Dari batasan di atas jelaslah bahwa untuk dapat dinamakan perjanjian internasional, perjanjian itu harus diadakan oleh subjek hukum internasional yang menjadi anggota masyarakat internasional. 2. Organisasi dan Organisasi Internasional Beberapa pengertian organisasi menurut para ahli, yaitu 5 : a. Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan- hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama b. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama c. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih d. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan entity sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan Sedangkan pengertian organisasi internasional menurut para ahli antara lain 6 a. Bowwet D.W. : “....tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen sebagai 5 Diakses dari, http:id.wikipedia.orgwikiOrganisasi, diakses pada tanggal 4 Maret 2015 6 Diakses dari, http:Mahendraputra.netMATERI-PERKULIAHAN-HUKUM- INTERNASIONAL-101, diakses pada tanggal 4 Maret 2015 Universitas Sumatera Utara 10 contoh, jawatan pos atau KA yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya” b. Starke hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta wewenang dari lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke be rpendapat : “Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan hukum tata negara sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi nasional” c. Sumaryo Suryokusumo berpendapat bahwa organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut aspek - aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga diperlukan dalam rangka kerja sama menyesuaikan dan mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian yang timbul d. T. Sugeng Susanto menjelaskan yang dimaksud dengan organisasi internasional dalam pengertian luas adalah bentuk kerjasama antar pihak-pihak yang bersifat internasional untuk tujuan yang bersifat internasional. Pihak-pihak yang bersifat internasional itu dapat berupa Universitas Sumatera Utara 11 orang-perorangan, badan-badan bukan negara yang berada di berbagai negara atau pemerintah negara. Adapun yang dimaksud dengan tujuan internasional ialah tujuan bersama yang menyangkut kepentingan berbagai negara e. Boer Mauna menyebutkan bahwa pengertian organisasi internasional menurut Pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian Internasional, yang mana dalam pasal itu disebutkan bahwa organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Menurut Boer Mauna, pengertian yang diberikan konvensi ini sangat sempit karena hanya membatasi diri pada hubungan antar pemerintah. Menurutnya, defenisi inimendapat tantangan dari para penganut defenisi yang luas menurut NGO’s 7 3. Perserikatan Bangsa-Bangsa United NationsUNPBB 8 Tujuan Berdirinya PBB : PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 Oleh negara-negara Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina sekarang Republik Rakyat Tiongkok, Perancis, Uni Soviet sekarang Rusia, dan Inggris. PBB didirikan dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan, untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerjasama antar bangsa dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, 7 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global , 2008, PT. Alumni, Bandung, hal.459 8 Mizwar Djamily,dkk, Mengenal PBB dan 170 Negara Di Dunia , Cetakan Keenam, Penerbit PT. Kreasi Jaya Utama, hal.10 Universitas Sumatera Utara 12 sosial, kebudayaan, dan kemanusiaan, serta memajukan penghormatan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan-kebebasan dasar. Disamping itu PBB juga bertujuan untuk menjadi pusat dalam merukunkan bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan-tujuan bersama diatas. 4. Pengertian korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, maka Tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari 2 dua segi yaitu korupsi aktif dan korupsi pasif 9 . Adapun yang dimaksud dengan korupsi aktif adalah sebagai berikut : a Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009; 10 b Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999; c Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat 9 Prinst Darwan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Cetakan Pertama, Penerbit PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2002, hal.2 10 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Tindak Pidana Korupsi Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Universitas Sumatera Utara 13 pada jabatan atau kedudukan tersebut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009; d Percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak Pidana Korupsi Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999; e Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 5 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999; f Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya Pasal 5 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999; g Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999; h Pemborong ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan Universitas Sumatera Utara 14 perang Pasal 7 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 11 ; i Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a Pasal 7 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; j Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c Pasal 7 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; k Pegawai negeri atau orang lain selain Pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang, atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut Pasal 8 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001. Sedangkan korupsi pasif adalah sebagai berikut : a Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi. Universitas Sumatera Utara 15 yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 5 ayat 2 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001; b Hakim atau Advokat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; c Orang yang menerima penyerahan bahan atau keperluan Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia yang membiarkan perbuatan curang sebagaimana disebut dalam ayat 1 huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; d Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaannya atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya dan menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; e Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan Universitas Sumatera Utara 16 kewajibannya; atau sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; f Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui itu patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili Pasal 12 huruf c Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; g Advokat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili Pasal 12 huruf d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; h Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya Pasal 13 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001. 5. Sedangkan yang dimaksud dengan United Nations Convention Against Corruption UNCAC 2003 12 adalah : United Na tions Convention a ga inst Corruption UNCAC is a multila tera l convention negotia ted by members of the United Na tions. It is the first globa l lega lly binding interna tiona l a nti-corruption instrument. In its 71 Articles divided into 8 Cha pters, UNCAC requires tha t Sta tes Pa rties implement severa l a nti-corruption mea sures which 12 Diakses dari, http:en.wikipedia.orgwikiUnited_Nations_Convention_against_Corruption, diakses pada tanggal 4 Maret 2015 Universitas Sumatera Utara 17 ma y a ffect their la ws, institutions a nd pra ctices. These mea sures a im a t preventing corruption, crimina lizing certa in conducts, strengthening interna tiona l la w enforcement a nd judicia l coopera tion, providing effective lega l mecha nisms for asset recovery, technica l a ssista nce a nd informa tion excha nge, a nd mecha nisms for implementa tion of the Convention, including the Conference of the Sta tes Pa rties to the United Na tions Convention aga inst Corruption CoSP. Konvensi UNCAC 2003 merupakan konvensi multilateral yang dinegosiasikan oleh anggota PBB. Konvensi ini merupakan instrumen hukum intenasional pertama tentang anti - korupsi yang mengikat secara global. Konvensi ini terdiri atas 71 artikel yang terbagi menjadi 8 bab. Dalam konvensi UNCAC 2003 disebutkan bahwa Negara-negara Pihak menerapkan beberapa langkah-langkah anti - korupsi yang dapat mempengaruhi hukum mereka baik secara institusi maupun praktik. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah korupsi, kriminalisasi perilaku tertentu, memperkuat penegakan hukum internasional dan kerjasama yudisial, menyediakan mekanisme hukum yang efektif untuk pemulihan aset, bantuan teknis dan pertukaran informasi, dan mekanisme pelaksanaan Konvensi, termasuk Konferensi Negara-Negara Pihak pada konvensi PBB melawan Korupsi CoSP . 13

G. Metode Penelitian