c. Laporan keuangan publikasi bulanan, yaitu laporan keuangan yang disusun
berdasarkan laporan bulanan bank umum yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia dan dipublikasikan setiap bulan.
d. Laporan keuangan konsolidasi. Bank Indonesia dapat menetapkan tambahan
cakupan perusahaan yang laporan keuangannya wajib dikonsolidasikan dengan laporan keuangan bank. Penyertaan bank yang mengakibatkan
timbulnya pengendalian namun hanya bersifat sementara, dapat dikecualikan dari penyusunan laporan keuangan konsolidasi.
2.5 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sugiono dan Untung 2008:56 yang dimaksud dengan analisis rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam
laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Disebut rasio karena yang dilakukan pada dasarnya adalah
membandingkan membagi antara satu item tertentu dalam laporan keuangan dengan item lainnya Syahyunan, 2013:91.
Analisis rasio keuangan dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan
berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga
untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan Usman, 2003.
Rasio keuangan yang digunakan untuk melihat kinerja bank swasta dan bank pemerintah dalam penelitian ini adalah:
1. Capital Adequacy Ratio CAR
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan perbandingan antara selisih modal dan harta tetap equity capital-fixed assets dengan pinjaman macet
estimated risk in loans. CAR digunakan untuk mengukur kemampuan dana internal menutup kredit macet. Semakin besar nilai rasio ini, semakin baik
performa perkreditan cabang tersebut karena semakin besar dana yang tersedia untuk menutup kredit macet Rivai, 2012:306.
CAR menunjukkan kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan kegiatan
operasional bank. Penilaian rasio ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya.
Apabila CAR perusahaan perbankan cukup tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut memiliki kecukupan modal, sehingga
kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat. Apabila perusahaan perbankan telah go public, peningkatan kepercayaan itu tercermin melalui
kenaikan harga sahamnya. Peningkatan harga saham akan meningkatkan nilai perusahaan dan return saham. Perhitungan CAR didasarkan pada prinsip bahwa
setiap penanaman dana bank yang mengandung resiko harus disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu dari jumlah penanamannya Angel, 2014.
Dalam praktiknya, perhitungan CAR oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank KPMM.
Tabel 2.1 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat CAR
Peringkat 1 Peringkat 2
Peringkat 3 Peringkat
4 Peringkat
5 Rasio
KPMM lebih tinggi sangat
signifikan dibandingkan
dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam
ketentuan Rasio
KPMM lebih tinggi cukup
signifikan dibandingkan
dengan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam
ketentuan Rasio KPMM
lebih tinggi secara marginal
dibandingkan rasio KPMM yang
ditetapkan dalam ketentuan
8
≤KPMM≤9 Rasio
KPMM di bawah
ketentuan yang
berlaku Rasio
KPMM di bawah
ketentuan yang
berlaku dan bank
cenderung tidak
solvabel
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
2. Non Performing Loan NPL
Non Performing Loan NPL menunjukkan kualitas aktiva kredit yang jika kolektibilitasnya kurang lancar, diragukan dan macet dari kredit secara
keseluruhan, maka bank tersebut mengalami kredit bermasalah Maharani, 2012. Non Performing Loan NPL merupakan rasio yang berhubungan dengan aktiva
produktif bermasalah.
Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan memungkinkan pencapaian laba semakin rendah Octifane, 2014.
Tabel 2.2 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat NPL
Peringkat 1 Peringkat 2
Peringkat 3 Peringkat 4
Peringkat 5
Sangat baik atau rasio
NPL2 Baik atau
rasio berkisar antara
2-5 Cukup baik
atau rasio berkisar
antara 5-8
Kurang baik atau rasio
berkisar antara
8- 12 Tidak baik
atau rasio NPL12
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
3. Return on Assets ROA
Return on Assets ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba sebelum pajak yang
dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total
aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva Maharani, 2012.
Tabel 2.3 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat ROA
Peringkat 1 Peringkat 2
Peringkat 3 Peringkat 4
Peringkat 5
Perolehan laba sangat
tinggi atau rasio
ROA1,5 Perolehan
laba tinggi atau rasio
berkisar antara
1.25-1,5 Perolehan
laba cukup tinggi, atau
rasio berkisar antara 0,5-
1,25 Perolehan
laba bank rendah, atau
rasio berkisar antara 0-
0,5 Bank
mengalami kerugian
yang besar atau
ROA
≤0
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
4. Return on Equity ROE
Return on Equity ROE merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal
sendiri. Kenaikan risiko ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya berkaitan dengan peluang kemungkinan
pembayaran dividen terutama bagi bank yang go public Rivai, 2012:481.
Return on Equity ROE dapat diperbesar di samping meningkatkan jumlah penjualan perusahaan dan dapat pula ditempuh melalui pengubahan
struktur finansial perusahaan, yaitu dengan cara menambah kredit dalam membelanjai kegiatan-kegiatan perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang lebih
menekankan keamanan dalam sistem pembelanjaannya cenderung memperoleh ROE yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang lebih banyak
menggunakan kredit dalam membelanjai kegiatan-kegiatannya Purba, 2002:118- 119.
Tabel 2.4 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat ROE
Peringkat 1 Peringkat 2
Peringkat 3 Peringkat 4
Peringkat 5
Perolehan laba sangat
tinggi, atau ROE15
Perolehan laba tinggi,
atau rasio berkisar
antara 12,5-15
Perolehan laba cukup
tinggi, atau rasio berkisar
antara 5- 12,5
Perolehan laba bank
rendah, atau rasio berkisar
antara 0- 5
Bank mengalami
kerugian yang besar,
atau ROE
≤0
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
5. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dalam mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga beban dan hasil bunga merupakan porsi terbesar bagi
bank Rivai, 2012:482.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan
biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan Almilia dan Herdiningtyas, 2005.
Tabel 2.5 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat BOPO
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3
Peringkat 4 Peringkat 5
Tingkat efiiensi
sangat baik atau rasio
BOPO
≤94 Tingkat
efisiensi baik atau
rasio berkisar
antara 94- 95
Tingkat efiiensi cukup baik atau
atau rasio berkisar antara
95-96 Tingkat
efisiensi buruk atau
atau rasio berkisar
antara 96 - 97
Tingkat efisiensi
sangat buruk atau rasio
BOPO97
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
6. Net Interest Margin NIM
Rasio Net Interest Margin NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih dari kegiatan operasional bank. Untuk perhitungan pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara pendapatan bunga
dan beban bunga, sedangkan untuk aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga Maharani, 2012.
Semakin besar rasio Net Interest Margin NIM, maka meningkat pula pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil Angel, 2014.
Tabel 2.6 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat NIM
Peringkat 1 Peringkat 2
Peringkat 3 Peringkat 4
Peringkat 5
Margin bunga
bersih sangat
tinggi, atau NIM3
Margin bunga bersih
tinggi, atau rasio berkisar
antara 2- 3
Margin bunga bersih
cukup tinggi atau rasio
berkisar antara 1,5-
2 Margin
bunga bersih rendah, atau
rasio berkisar antara 1-
1,5 Margin
bunga bersih sangat
rendah, atau NIM
≤1
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
7. Loan to Deposit Ratio LDR
Loan to Deposit Ratio LDR menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya atau dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit.
Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas suatu bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar Rivai, 2012:153.
Tabel 2.7 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat LDR
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3
Peringkat 4 Peringkat 5
50Rasio ≤75
75Rasio ≤
85 85Rasio
≤10 0 atau
Rasio ≤50
100Rasio ≤
12 Rasio 120
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
8. Posisi Devisa Neto PDN
Rasio Posisi Devisa Netto PDN dapat didefinisikan sebagai rasio yang menggambarkan tentang perbandingan antara selisih aktiva valas dan passiva
valas ditambah dengan selisih bersih off balance sheet dibagi dengan modal, selain itu dapat pula diartikan sebagai angka yang merupakan penjumlahan dari
nilai abosolut untuk jumlah dari selisih bersih aktiva dan passiva dalam neraca untuk setiap valuta asing, ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban
baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif untuk setiap valas, yang semuanya dinyatakan dalam rupiah Mayasari dan
Setiawan, 2013. Semakin rendah Posisi Devisa Netto PDN, maka semakin baik pula
risiko dalan memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar Maharani dan Afandy, 2012.
Tabel 2.8 Penetapan Kriteria Penilaian Tingkat PDN
Peringkat 1
Peringkat 2 Peringkat 3
Peringkat 4 Peringkat 5
Tidak ada pelanggara
n rasio PDN.
Pernah melakukan
pelanggaran, pelanggaran
tersebut telah
diselesaikan pada masa
triwulanan penilaian.
0pelanggaran rasio PDN10
Frekuensi pelanggaran
rendah. 10pelang
garan rasio PDN25
Frekuensi pelanggaran
cukup tinggi. Pelanggaran
rasio PDN
≥25 Frekuensi
pelanggaran tinggi.
Sumber: SEBI No. 623PDNPTahun 2004
2.6 Penelitian Terdahulu