Partisipasi Sekolah

3.6.2. Partisipasi Sekolah

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting penunnjang keberhasilan pembangunan. Pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan mulai dengan pemberian kesempatan yang seluas- luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan terutama pada tingkat dasar hingga pada peningkatan kualitas dan sarana dan prasarana pendidikan.

Indikator partisipasi sekolah digunakan untuk memantau program pendidikan yang telah digulirkan pemerintah. Partisipasi sekolah menggambarkan efektifitas program pendidikan dalam menyerap potensi pendidikan yang ada di masyarakat. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin efektif suatu program. Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan capaian pembangunan di bidang pendidikan antara lain Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

APK merupakan proporsi jumlah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah dengan jenjang pendidikan tersebut. APK mengindikasikan partisipasi sekolah penduduk sesuai jenjang pendidikannya. Sedangkan APM adalah proporsi penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok usianya terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut.

APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu, yang ditunjukkan dengan nilai APM mencapai 100 persen.

Tabel 3.13. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Kabupaten/kota dan Jenis Kelamin, 2013

SM Kabupaten/ kota

Laki- Perem

Laki- Perem

Total laki

Total

Total

laki puan (1)

(8) (9) (10) Kulon Progo

113.41 106.52 110.11 73.90 98.55 85.46 84.97 73.24 79.44 Gunung Kidul

106.18 108.28 107.15 85.76 96.10 91.04 87.19 81.15 84.31 Sleman

108.57 104.36 106.68 88.05 77.21 82.53 92.25 72.19 81.54 Yogyakarta

100.69 109.76 104.91 91.39 99.90 95.46 84.13 81.98 82.97 D.I. Yogyakarta

108.69 105.44 107.13 84.88 93.26 88.99 86.90 79.23 83.09 Sumber: Dinas Pendidikan D.I. Yogyakarta

Susenas 2013 memperlihatkan bahwa APK berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. APK SD tahun 2013 tercatat sebesar 107,13 persen, lebih tinggi daripada APK SMP (84,88%) dan SM (83,09%). Penurunan APK pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi juga terjadi untuk APK perempuan. Di sisi lain, tampak bahwa APK laki-laki memiliki pola yang berbeda. APK SD laki-laki sebesar 108,69, menurun menjadi 84,88 untuk APK SMP laki-laki, namun meningkat kembali untuk APK SM yaitu sebesar 86,90 persen. Selanjutnya, tabel 3.13 juga mencatat angka APK SD antara laki-laki dan perempuan lebih dari 100. Ini berarti murid SD selain mencakup anak yang berusia 7-12 tahun juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak anak yang Susenas 2013 memperlihatkan bahwa APK berbeda-beda untuk setiap jenjang pendidikan. APK SD tahun 2013 tercatat sebesar 107,13 persen, lebih tinggi daripada APK SMP (84,88%) dan SM (83,09%). Penurunan APK pada jenjang pendidikan yang semakin tinggi juga terjadi untuk APK perempuan. Di sisi lain, tampak bahwa APK laki-laki memiliki pola yang berbeda. APK SD laki-laki sebesar 108,69, menurun menjadi 84,88 untuk APK SMP laki-laki, namun meningkat kembali untuk APK SM yaitu sebesar 86,90 persen. Selanjutnya, tabel 3.13 juga mencatat angka APK SD antara laki-laki dan perempuan lebih dari 100. Ini berarti murid SD selain mencakup anak yang berusia 7-12 tahun juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak anak yang

Jika ditinjau sebarannya menurut kabupaten/kota, terlihat bahwa APK SD lebih besar dari 100. APK tertinggi adalah Kabupaten Bantul(110,11) dan terendah di Kabupaten Kulonprogo (103,32). Sementara itu APK jenjang pendidikan SMP umumnya kurang dari 100 persen, kecuali Kabupaten Kulonprogo (102,47).

Perkembangan pembangunan sektor pendidikan menurut angka APM memperlihatkan bahwa selama periode tahun 2013, secara umum nilai APM D.I. Yogyakarta untuk semua jenjang pendidikan nilainya kurang dari 100 persen. APM menurut jenjang pendidikan juga mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Angka APM SD tercatat sebesar 96,03 persen, turun menjadi 72,64 untuk APM SMP dan 64,02 persen untuk APM SM.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara APM laki-laki dan APM perempuan. APM laki-laki sedikit lebih besar daripada APM perempuan untuk jenjang pendidikan SD dan SM, sebaliknya untuk jenjang pendidikan SMP, APM perempuan lebih besar dari APM laki-laki. Fakta tersebut menunjukkan bahwa secara umum kesenjangan gender tidak menjadi masalah dalam pembangunan bidang pendidikan di D.I. Yogyakarta.

Tabel 3.14. menyajikan APM menurut kabupaten/kota. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semua APM SD di kabupaten/kota lebih besar dari 90 persen, dengan APM tertinggi di Kabupaten Bantul (98,63 persen) dan terendah Kabupaten Kulonprogo (90,50 persen). Sementara itu APM SMP secara umum nilainya lebih dari 70 persen, APM SMP tertinggi di Kota Yogyakarta sebesar 74,30 Tabel 3.14. menyajikan APM menurut kabupaten/kota. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semua APM SD di kabupaten/kota lebih besar dari 90 persen, dengan APM tertinggi di Kabupaten Bantul (98,63 persen) dan terendah Kabupaten Kulonprogo (90,50 persen). Sementara itu APM SMP secara umum nilainya lebih dari 70 persen, APM SMP tertinggi di Kota Yogyakarta sebesar 74,30

Tabel 3.14. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Kabupaten/kota dan Jenis Kelamin, 2013

Kabupaten/

SM kota

SD

SMP

Laki- Perem

Laki- Perem

Laki- Perem

Total laki

(9) (10) Kulon Progo

99.32 97.88 98.63 63.70 77.14 70.00 68.30 61.47 65.09 Gunung Kidul

94.54 92.66 93.67 69.96 75.99 73.04 71.71 58.05 65.18 Sleman

99.09 97.13 98.21 78.12 70.62 74.30 65.01 49.84 56.91 Yogyakarta

92.00 93.38 92.64 69.33 82.81 75.78 67.14 71.93 69.73 DI Yogyakarta

97.06 94.91 96.03 70.88 74.48 72.64 67.60 60.39 64.02 Sumber : BPS Provinsi DIY, Susenas 2013 diolah