Perkembangan IPM Daerah Istimewa Yogyakarta

4.1. Perkembangan IPM Daerah Istimewa Yogyakarta

Secara umum perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 2004 –2013 mengalami peningkatan setiap tahunnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 sekitar 72,90 mengalami peningkatan menjadi 77,37 pada tahun 2013. Posisi IPM Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 berada pada peringkat ke 3 (tiga), sedangkan sejak tahun 2005 sampai dengan 2012 pada posisi ke 4 (empat) dari 33 provinsi di Indonesia. Pada tahun 2013 posisi Daerah Istimewa Yogyakarta berada pada peringkat 2 dari 34 provinsi di Indonesia. Posisi pertama adalah DKI Jakarta (tahun 2013 sebesar 78,59).

Hal ini diduga karena adanya kesadaran masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta akan pentingnya kesehatan yang tercermin pada meningkatnya angka harapan hidup, kesadaran akan pentingnya pendidikan yang tercermin pada meningkatnya angka melek huruf, dan daya beli masyarakat yang semakin tinggi. Berdasarkan kriteria United Nations Development Programe (UNDP), nilai IPM kurang atau sama dengan 50 digolongkan rendah, nilai IPM antara 51 sampai dengan 79 (51-79) digolongkan menengah, dan nilai IPM 80 ke atas digolongkan tinggi. Sesuai dengan kriteria tersebut, IPM Daerah Istimewa Yogyakarta tergolong IPM menengah, proses menunju kriteria tinggi, baik dari tahun 2004 sampai tahun 2013.

Gambar 4.1 Perkembangan IPM Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2004 – 2013

DIY

Indonesia

Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu tersebut menunjukkan bahwa usaha Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah berada pada jalur yang benar (on the track). Perkembangan IPM menunjukkan trend yang positif dan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Usaha meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta memang tidak semudah membalik telapak tangan. Karena investasi dalam pembangunan manusia tidak langsung terwujud seketika namun memerlukan waktu dan cost yang panjang dan mahal serta berkesinambungan.

Jika kita memperhatikan secara rinci, pada dasarnya trend positif pada besaran IPM di Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan pada masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun 2011 besaran IPM Daerah Istimewa Yogyakarta 76,26 dan meningkat menjadi 76,75 pada tahun 2012 dan kembali meningkat secara signifikan pada tahun 2013 menjadi 77,37.

Selain dilihat dari besaran IPM-nya, pola perkembangan IPM dapat diperhatikan dari nilai idealnya (100) yang direpresentasikan dengan ukuran reduksi shortfall. Pola dan perkembangan reduksi shortfall IPM Daerah Istimewa Yogyakartadapat dilihat dari Gambar 4.2. Perkembangan reduksi shortfall IPM Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa shortfall berada pada nilai positif yang artinya bahwa dalam periode tersebut IPM semakin mendekat ke arah nilai idealnya. Suatu hal yang menggambarkan bahwa kualitas hidup penduduk pada periode tersebut semakin membaik. Reduksi shortfall relatif rendah pada tahun-tahun periode 2005-2006; 2008- 2009; 2011-2012 yang memberi indikasi bahwa meski kualitas penduduk sudah Selain dilihat dari besaran IPM-nya, pola perkembangan IPM dapat diperhatikan dari nilai idealnya (100) yang direpresentasikan dengan ukuran reduksi shortfall. Pola dan perkembangan reduksi shortfall IPM Daerah Istimewa Yogyakartadapat dilihat dari Gambar 4.2. Perkembangan reduksi shortfall IPM Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa shortfall berada pada nilai positif yang artinya bahwa dalam periode tersebut IPM semakin mendekat ke arah nilai idealnya. Suatu hal yang menggambarkan bahwa kualitas hidup penduduk pada periode tersebut semakin membaik. Reduksi shortfall relatif rendah pada tahun-tahun periode 2005-2006; 2008- 2009; 2011-2012 yang memberi indikasi bahwa meski kualitas penduduk sudah

Gambar 4.2 Perkembangan Reduksi Shortfall IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 - 2013

Pada tahun 2012-2013 perkembangan positif pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dibanding pada periode tahun 2010-2012 yang ditunjukkan dengan naiknya reduksi shortfall menjadi 2,67 persen dari semula 2,27 dan 1,82 persen pada tahun 2010-2011 atau 2011-2012. Perkembangan angka IPM yang terlihat lebih fluktuatif dibanding angka IPM nasional yang tampak perubahannya lebih landai. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta menggeliat lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Indeks kesehatan dan pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan indeks pembentuk dari IPM tahun 2013 yang cukup menonjol yaitu mencapai 81,03, kemudian Pada tahun 2012-2013 perkembangan positif pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dibanding pada periode tahun 2010-2012 yang ditunjukkan dengan naiknya reduksi shortfall menjadi 2,67 persen dari semula 2,27 dan 1,82 persen pada tahun 2010-2011 atau 2011-2012. Perkembangan angka IPM yang terlihat lebih fluktuatif dibanding angka IPM nasional yang tampak perubahannya lebih landai. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta menggeliat lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Indeks kesehatan dan pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan indeks pembentuk dari IPM tahun 2013 yang cukup menonjol yaitu mencapai 81,03, kemudian

Secara teoritis, berdasarkan data Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa pada data-data empiris kenaikan angka harapan hidup dalam satu tahun tidak melebihi dari satu tahun. Hal ini berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) merupakan komponen yang bergerak lambat. Demikian halnya di Daerah Istimewa Yogyakarta kenaikan angka harapan hidup berjalan secara perlahan namun pasti.

Untuk rata-rata lama sekolah tergantung dari partisipasi sekolah untuk semua kelompok umur. Yang paling memungkinkan dari komponen-komponen IPM untuk cepat berakselerasi adalah komponen daya beli masyarakat. Namun bukan berarti akselerasi percepatan beberapa komponen-komponen IPM yang berkategori lambat bergerak tidak mungkin dilakukan karena pada beberapa negara di dunia data empiris menunjukkan ada yang dapat berakselerasi dengan cepat. Dibutuhkan perencanaan pembangunan dan sinergi yang baik dari berbagai stakeholder pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta.