ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

SOFY HIDAYANI
Penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang melanggar norma hukum,
moral, dan agama. Dampak kejahatan ini terhadap pelaku dan masyarakat adalah
menimbulkan kerugian secara fisik, ekonomi, dan menggangu kehidupan sosial.
Selain itu sebagai seorang pegawai negeri sipil yang seharusnya menjadi pelayan
masyarakat akan mencoreng instansi tempatnya bekerja dan mengurangi rasa
kepercayaan masyarakat terhadap pegawai negeri sipil. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara. Bagaimanakah upaya dalam
menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil di
Kabupaten Lampung Utara.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Responden penelitian adalah Kasipidum Kejaksaan Negeri

Lampung Utara, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional
Provinsi Lampung, Akademi hukum pidana Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan narapidana penyalahgunaan Narkotika pada Rutan Kelas 2B
Kotabumi. Data dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) Faktor
penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil yaitu faktor intern
(dalam), yaitu rasa ingin tahu serta coba-coba, mental yang lemah dan gangguan
mental yang dimiliki oleh seseorang dan ekstern (luar) dari pegawai negeri sipil
sebagai individu pelaku kejahatan penyalahgunaan narkotika, yaitu lemahnya
keimanan, pengaruh lingkungan yang buruk, perkembangan teknologi yang tidak
disikapi dengan bijak, dan efek media massa yang banyak menayangkan tentang

Sofy Hidayani
penyalahgunaan narkotika. (2) Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika
dilakukan secara preventif dan represif, dengan serana penal dan non penal.
Upaya preventif yang dilakukan ialah melakukan razia rutin dan pemasangan
reklame atau spanduk tentang bahaya narkotika di setiap instansi pemerintahan.
Upaya represif yang dilakukan yaitu penindakan hukum secara tegas bagi
Pegawai Negeri sipil yang melakukan penyalahgunaan narkotika.

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Adanya pendanaan secara khusus untuk
melakukan tes urine secara berkala bagi Pegawai Negeri Sipil. (2) Perlu
dilakukannya penyeleksian yang ketat dalam penerimaan Pegawai Negeri Sipil.
(3) Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dan instansi pemerintahan harus
saling bekerja sama untuk menanggulangi pelanyalagunaan narkotika oleh
pegawai negeri sipil.(4) Pemberian sanksi yang tegas bagi Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan penyalahgunaan narkotika.
Kata kunci: Kriminologis, Narkotika, Pegawai Negeri Sipil

ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(Skripsi)

Oleh
SOFY HIDAYANI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG
2016

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

SOFY HIDAYANI
Penyalahgunaan narkotika merupakan perbuatan yang melanggar norma hukum,
moral, dan agama. Dampak kejahatan ini terhadap pelaku dan masyarakat adalah
menimbulkan kerugian secara fisik, ekonomi, dan menggangu kehidupan sosial.
Selain itu sebagai seorang pegawai negeri sipil yang seharusnya menjadi pelayan
masyarakat akan mencoreng instansi tempatnya bekerja dan mengurangi rasa
kepercayaan masyarakat terhadap pegawai negeri sipil. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah: Apakah faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara. Bagaimanakah upaya dalam

menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil di
Kabupaten Lampung Utara.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan
yuridis empiris. Responden penelitian adalah Kasipidum Kejaksaan Negeri
Lampung Utara, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional
Provinsi Lampung, Akademi hukum pidana Fakultas Hukum Universitas
Lampung, dan narapidana penyalahgunaan Narkotika pada Rutan Kelas 2B
Kotabumi. Data dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan
penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) Faktor
penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil yaitu faktor intern
(dalam), yaitu rasa ingin tahu serta coba-coba, mental yang lemah dan gangguan
mental yang dimiliki oleh seseorang dan ekstern (luar) dari pegawai negeri sipil
sebagai individu pelaku kejahatan penyalahgunaan narkotika, yaitu lemahnya
keimanan, pengaruh lingkungan yang buruk, perkembangan teknologi yang tidak
disikapi dengan bijak, dan efek media massa yang banyak menayangkan tentang

Sofy Hidayani
penyalahgunaan narkotika. (2) Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika
dilakukan secara preventif dan represif, dengan serana penal dan non penal.

Upaya preventif yang dilakukan ialah melakukan razia rutin dan pemasangan
reklame atau spanduk tentang bahaya narkotika di setiap instansi pemerintahan.
Upaya represif yang dilakukan yaitu penindakan hukum secara tegas bagi
Pegawai Negeri sipil yang melakukan penyalahgunaan narkotika.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Adanya pendanaan secara khusus untuk
melakukan tes urine secara berkala bagi Pegawai Negeri Sipil. (2) Perlu
dilakukannya penyeleksian yang ketat dalam penerimaan Pegawai Negeri Sipil.
(3) Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dan instansi pemerintahan harus
saling bekerja sama untuk menanggulangi pelanyalagunaan narkotika oleh
pegawai negeri sipil.(4) Pemberian sanksi yang tegas bagi Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan penyalahgunaan narkotika.
Kata kunci: Kriminologis, Narkotika, Pegawai Negeri Sipil

ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh
SOFY HIDAYANI


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Hukum

Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Sofy Hidayani, penulis dilahirkan
di kota Bandar Lampung pada tanggal 8 Juni 1994. Penulis
adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan alm.
Suparno dan Nur Fitri.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Pertiwi Gading Rejo yang

diselesaikan pada tahun 2000, lalu melanjutkan ke SD Negeri 1 Gading Rejo
diselesaikan pada tahun 2006, SMP Negeri 1 Natar diselesaikan pada tahun 2009,
dan SMA Negeri 1 Natar yang diselesaikan pada tahun 2012.
Selanjutnya pada tahun 2012 penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Lampung, program pendidikan strata 1 (S1) melalui Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tertulis dan mengambil
bagian hukum pidana. Selama menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas
Lampung penulis mendapatkan beasiswa BIDIKMISI.

MOTTO

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan.
Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain).
Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S. Al Insyirah: 6-8)

Untuk mendapatkan kesuksesan,
keberanianmu harus lebih besar dari pada ketakutanmu.
(Sofy Hidayani)


Bersikaplah kukuh seperti batu karang
yang tidak putus-putusnya dipukul ombak.
Ia tidak saja tetap berdiri kukuh,
bahkan ia menenteramkan amarah ombak dan gelombang itu.
(Marcus Aurelius)

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim
Atas Ridho Allah SWT dan segala kerendahan hati
kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Kedua orang tuaku Alm. Suparno dan Nur Fitri yang telah mencurahkan begitu banyak kasih sayang,
selalu melindungi, merawat, dan mencurahkan perhatian yang begitu tulus dalam membesarkanku hingga
saat ini. Terkhusus untuk ibu tercinta yang telah begitu kuat mendidikku seorang diri, yang selalu berdoa
dan menanti keberhasilanku dalam menjalani kehidupan dunia maupun akhirat, memberikan dukungan
moral maupun materil dalam pembuatan skripsi ini. Aku sangat mencintai dan menyayangi kalian serta
selalu berdoa untuk kebahagian kita dunia akhirat. Aku sangat berterima kasih kepada ayah dan ibu, akan
kubuktikan suatu saat nanti aku akan membuat kalian tersenyum bangga atas keberhasilanku.


Kepada kedua adikku Faisal Nugraha dan Muhammad Zakky Al-Hakim yang selalu memberikan keceriaan,
kehangatan, dan dukungan dalam segala sesuatu yang aku lakukan, termasuk dalam pembuatan skripsi
ini.

Almamaterku tercinta Unversitas Lampung

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan

Skripsi

yang

berjudul

“Analisis


Krimilogis

Terhadap

Penyalahgunaan Narkotika Oleh Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Lampung
Utara”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Lampung di bawah bimbingan dari dosen
pembimbing dan dosen pembahas serta bantuan dari pihak-pihak lain. Shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moril maupun materil
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
3. Bapak Dr. Maroni S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Lampung;


4. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini;
5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini;
6. Ibu Diah Gustinianti M, S.H., M.Hum. selaku Pembahas I yang telah
memberikan kritikan, saran, dan masukan terhadap penulis;
7. Bapak Damanhuri WN, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan
kritikan, saran, dan masukan terhadap penulis;
8. Ibu Dr. Yusnani Hasyim Zum, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing
Akademik selama penulis menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan
di Fakulatas Hukum Unila;
10. Seluruh staff dan karyawan di Fakultas Hukum Unversitas Lampung;
11. Yang teristimewa untuk Ayahanda Alm. Suparno dan Ibunda Nur Fitri atas
segala doa dan kasih sayang yang selalu menguatkan, serta perjuangan dan
pengorbanan yang tidak akan pernah terbalas sampai kapanpun;
12. Adik-adikku Faisal Nugraha dan Muhammad Zakky Al-Hakim atas segala
doa, dukungan, dan keceriaan yang menambah semangat bagiku;

13. Bang Zai terimakasih atas waktu yang diberikan untuk selalu memberikan
semangat, doa, dukungan, kecerian dan menemani kemana pun baik dalam
pembuatan skripsi ini maupun dalam hal lain.
14. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Hukum Universitas Lampung dan
seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang telah membantu
penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga amal dan kebaikan serta ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan
dan rahmat dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengaharapkan semoga skirpsi
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung,

Penulis

Desember 2016

DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……..…………………………………….. ......

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup………………………………… ......

5

C. Tinjauan dan Kegunaan Penelitian………………………………… ......

6

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual………………………………… ......

7

E. Sistematika Penulisan………………………………………………. .....

11

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Kriminologi………………………………………………… ....

13

B. Kebijakan Penanggulangan Kejahatan…………………………….. .....

16

1. Kebijakan Pidana Menggunakan Penal…………………………......

16

2. Kebijakan Pidana Menggunakan Non-Penal……………………. ....

20

C. Narkotika…………………………………………………………… ....

20

1. Pengertian Narkotika……………………………………………......

20

2. Jenis-Jenis Narkotika…………………………………………… .....

21

3. Dampak Penyalahgunaan Narkotika……………………………. .....

23

4. Faktor Penyebab Penyahgunaan Narkotika……………………... ....

24

D. Pegawai Negeri Sipil………………………………………………. ....

28

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil……………………………….. .....

28

2. Jenis-Jenis Pegawai Negeri Sipil……………………………….. ....

28

3. Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil………………………. ....

29

III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah……………………………………………… .....

32

B. Sumber Data……………………………………………………… .....

33

C. Penentuan Populasi dan Sampel…………………………………. ......

35

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data………………….. .......

36

E. Analisis Data…………………………………………………….........

38

IV. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Penyalahgunaan Narkotika Oleh
Pegawai Negeri Sipil ............................................................................
B. Penyebab Penyalahgunaan Narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil. ......

39
42

C. Upaya Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika Oleh
Pegawai Negeri Sipil ............................................................................

58

V. PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………… ..................

73

B. Saran .....................................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika tak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa
hingga orang tua. Tidak pula memandang profesi mulai dari pengangguran,
mahasiswa, dokter, pengusaha, hingga Pegawai Negeri Sipil sekalipun tak luput
dari

jeratan

penyalahgunaan

narkotika

ini.

Masalah

peredaran

dan

penyalahgunaan narkotika ini juga tak kalah mengkhawatirkan, tidak hanya di
kota-kota besar saja namun sampai merambah ke pelosok Indonesia, bahkan
Provinsi Lampung.

Penyalahgunaan narkotika ini dapat menyebabkan ketergantungan, mengganggu
sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan gangguan fisik, jiwa, sosial dan
keamanan. Kerugian yang ditimbulkan juga sangatlah besar. Kerugian terhadap
pribadi sendiri dapat terlihat dari perubahan perilakunya, yang awalnya normal
menjadi lebih pemarah, tidak peduli dengan sekitar hingga akhirnya akan
menyakiti

diri

kecenderungan

sendiri
akan

akibat
mengidap

gejala

ketergantungan.

penyakit

mengkonsumsi narkotika ini juga semakin besar.

menular

Selain

itu

berbahaya

juga
akibat

2

Bagi keluarga selain berdampak pada kerugian ekonomi, korban penyalahgunaan
narkotika ini secara tidak langsung telah mencoreng nama baik keluarga di mata
masyarakat, kehidupan sosialnya pun akan terganggu. Korban penyalahgunaan
narkotika ini akan cenderung untuk melanggar norma yang berlaku dimasyarakat
sehingga memungkinkan dirinya untuk melakukan tindakan melawan hukum
hanya untuk memenuhi hasratnya untuk kembali mengkonsumsi narkotika seperti
mencuri, merampok bahkan membunuh sekalipun. Kerugian yang akan diterima
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah semakin rusaknya generasi muda
penerus bangsa yang akan membuat bangsa ini mengalami kemunduran secara
kualitas yang bisa mengancam kestabilan nasional.

Sejarah peredaran dan penyalahgunaan obat terlarang di Indonesia bermula jauh sebelum
pecahnya Perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Ganja (Cannabis Sativa)
banyak tumbuh di Aceh dan daerah Sumatera lainnya, dan telah sejak lama digunakan
oleh penduduk sebagai bahan ramuan makanan sehari-hari. Tanaman Erythroxylon Coca
(Cocaine) banyak tumbuh di Jawa Timur dan pada waktu itu hanya diperuntukkan bagi
ekspor. Untuk menghindari pemakaian dan akibat-akibat yang tidak diinginkan,
Pemerintah Belanda membuat undang-undang (Verdovende Middelen Ordonantie) yang
mulai diberlakukan pada tahun 1927 (State Gazette No.278 Juncto 536). Meskipun
demikian obat-obatan sintetisnya dan juga beberapa obat lain yang mempunyai efek
serupa (menimbulkan kecanduan) tidak dimasukkan dalam perundang-undangan
tersebut1.

Kemajuan teknologi dan perubahan-perubahan sosial yang cepat, menyebabkan
Undang-Undang Narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah tidak memadai
1

http://www.bnn.go.id/read/page/8005/sejarah-bnn diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul
20:12 WIB

3

lagi. Maka pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1976 tentang Narkotika, dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan
narkoba di Indonesia, maka Undang-Undang Anti Narkotika mulai direvisi.
Sehingga disusunlah Undang-Undang Anti Narkotika Nomor 22 Tahun 1997,
menyusul dibuatnya Undang-Undang Psikotropika Nomor 5 Tahun 1997.
Undang-Undang Narkotika yang paling baru adalah Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009. Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, Pemerintah (Presiden
Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional
(BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah
suatu badan koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi
Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) secara exofficio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personil dan alokasi
anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. BKNN sebagai badan
koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya
narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan
Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan
tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan
kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan
instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional

4

penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan
nasional penanggulangan narkoba2.

Saat ini penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sangat merajalela. Hal ini
terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkotika dari semua kalangan dan
peredaran narkotika yang terus meningkat. Namun yang lebih memperihatinkan,
penyalahgunaan narkotika akhir-akhir ini justru banyak dari kalangan Pegawai
Negeri Sipil khususnya di Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2015 terdapat
67 kasus penyalahgunaan narkotika yang ditangani oleh Polres Lampung Utara
dan terdapat 3 Pegawai Negeri Sipil yang menjadi tersangka 3 . Seperti yang
terjadi beberapa waktu lalu, Aparat Satuan Narkoba (Satnarkoba) Polres
Lampung Utara menangkap dua orang Pegawai Negeri Sipil yang sedang
berpesta sabu 4 . Selain kasus tersebut terdapat beberapa kasus lainnya seperti
tertangkapnya PNS Badan Pertanahan Nasional Lampung Utara ditangkap karena
membawa sabu, PNS Dinas Pasar Simpang Perpau yang ditangkap saat
melakukan transaksi sabu, dan kasus-kasus lainnya baik yang masih dalam proses
penyidikan, peradilan bahkan yang telah mendapat putusan pengadilan maupun
dalam proses peradilan.

Kondisi ini kontras mengingat Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya menjadi
contoh yang baik sebagai aparatur negara, yang saharusnya bersikap melayani
dan memberi contoh yang baik kepada masyarakat malah mencoreng dan
merusak citra institusinya, akan tetapi asa itu akan runtuh seketika manakala
2

Ibid
http://poskotanews.com diakses pada tanggal 17 Maret 2016 pukul 20:16 WIB
4
http://seputarlampung.co.id/konsumsi-narkoba-dua-oknum-guru-diamankan-polres-lampura/
diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 20:30 WIB
3

5

narkotika justru menjadi konsumsi keseharian dalam aktivitas kerja kaum
intelektual. Pegawai Negeri Sipil seharusnya memiliki peran dan andil yang besar
dalam upaya untuk membendung dan menekan peredaran dan penyalahgunaan
narkotika dilingkungan masyarakat dan yang paling utama adalah di lingkungan
institusi masing-masing.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat bahwa banyak sekali faktor-faktor
yang mendasari seseorang melakukan tidak pidana penyalahgunaan narkotika.
Untuk itu penulis membuat suatu penelitian ilmiah yang berjudul: “Analisis
Kriminologi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Pegawai Negeri
Sipil Di Kabupaten Lampung Utara”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:

a. Apakah faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri
Sipil di Kabupaten Lampung Utara?
b. Bagaimanakah upaya dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara?

6

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam skripsi ini menggunakan kajian ilmu hukum pidana secara
kriminologis, serta menggunakan ilmu kriminologi yang merupakan salah satu
ilmu bantu dalam ilmu hukum pidana. Substansi skripsi ini ialah menitikberatkan
pada faktor penyebab tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai
Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2014 sampai dengan 2015.
Daerah penelitian juga penulis hanya membatasi di wilayah Polres Lampung
Utara.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, yakni:
a. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika
oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara.
b. Untuk mengetahui upaya yang akan dilakukan untuk menanggulangi
penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung
Utara.

2. Kegunaan Penelitian
Agar hasil penelitian dapat tercapai, maka setiap penelitian berusaha untuk
mencapai manfaat yang sebesar-besarnya. Adapun kegunaan yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

7

a.

Secara teoritis, untuk memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan hukum dan memperluas wawasan keilmuan penulis bagi
penerapan dan pengembangan ilmu hukum yang dipelajari.

b.

Secara praktis, dapat memberikan masukkan dan sumbangan pikiran bagi
aparat

penegak

hukum

untuk

mencari

solusi

yang

tepat

dalam

menanggulangi masalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika oleh
Pegawai Negeri Sipil.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan
abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan
untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap
relevan untuk penelitian.5
Untuk membahas permasalahan skripsi ini penulis menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Abdul Syani 6 tentang teori faktor penyebab terjadinya
kejahatan , yaitu:
1) Faktor intern, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Sifat khusus dari individu, seperti: sakit jiwa, daya emosional,
rendahnya mental dan anatomi.

5
6

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum dan Surve, Jakarta, UI Pers, 1986. hlm.123.
Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Bandung, Remadja Karya, 1987. hlm. 44.

8

b) Sifat umum, dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu: umur,
gender, kedudukan dalam masyarakat, pendidikan, dan hiburan.
2) Faktor ekstern, antara lain:
a) Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun
ekonominya rendah.
b) Faktor agama, dipengaruhi rendahnya pengetahuan agama.
c) Faktor bacaan, dipengaruhi oleh buku yang dibaca.
d) Faktor film, dipengaruhi oleh film yang disaksikan, dll.

Berdasarkan pada teori G.P. Hoefnagels seperti yang dikutip oleh Barda Nawai
Arief tentang usaha penanggulangan tindak pidana atau biasa dikenal dengan
istilah “politik kriminal” (Criminal Policy).
G.P. Hoefnagels menyatakan bahwa upaya penanggulangan kejahatan dapat
ditempuh dengan:
a. Penerapan hukum pidana (criminal law application);
b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment); dan
c. Memengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and
punishment/mass media)7.

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
peradilan pidana (SPP), atau disebut juga penanggulangan secara penal.
Disamping itu penanggulangan lain dapat juga dilakukan dengan non sistem
peradilan pidana atau disebut juga non penal.

7

Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010.
hlm. 41.

9

Hukum pidana lebih menerapkan pada tindakan represif, yaitu segala perbuatan
berupa tindakan yang dijatuhkan sebagai konsekuensi terhadap seseorang yang
melakukan tindakan pidana oleh aparat penegak hukum dengan sarana penal.
Pencegahan secara preventif yang lebih menekankan kepada upaya untuk
mencegah terjadinya tindak pidana sebelum terjadi, dilakukan melalui
pendekatan media massa baik cetak maupun elektronik, yang bertujuan untuk
merubah mindset masyarakat agar tidak melakukan tindak pidana. Namun
didalam upaya penanggulangan tindak pidana tersebut ditemui faktor-faktor
penghambat seperti kesadaran masyarakat yang kurang, penegakan hukum yang
tidak tegas dan substansi hukum yang lemah dan tidak kuat.

2. Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara
konsep-konsep khusus, yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan
dengan istilah yang ingin tahu dan diteliti8.
Untuk

menghindari

terjadinya

kesalahpahaman

terhadap

pokok-pokok

permasalahan dalam penulisan ini, maka penulis akan memberikan konsep yang
bertujuan untuk menjelaskan berbagai istilah yang digunakan dalam penulisan
ini.

8

Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm. 132.

10

Adapun batasan pengertian dan istilah yang dipergunakan dalam penulisan
skripsi ini adalah:
a. Analisis adalah suatu proses berfikir manusia tentang suatu kejadian atau
peristiwa untuk memberikan jawaban atas kejadian atau peristiwa
tersebut9.
b. Kriminologi adalah sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki
gejala kejahatan seluas-luasnya10.
c. Kejahatan secara praktis adalah pelanggaran atas norma-norma agama,
kebiasaan, kesusilaan yang hidup dalam masyarakat11.
d. Penyalahgunaan adalah perbuatan atau cara penyelewengan atau
penyimpangan12.
e. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan13.
f. Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan pada pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah menjalankan tugas
pemerintah dan pembangunan14.

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia
Topo Santoso, Kriminologi, Jakarta, Rajawali Pers, 2009. hlm. 9.
11
Firganefi, Hukum Kriminologi, Bandar Lampung, PKKPUU FH UNILA, 2013. hlm. 11.
12
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1999. hlm. 853.
13
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009.
14
Victor M Situmorang, Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil, Jakarta, Rineka Cipta, 1990. hlm.
26.
10

11

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari lima bab, yaitu:

I.

PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang, permasalahan, perumusan masalah dan
ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual
serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bab yang membahas tentang pengertian tindak pidana secara
umum, pengertian umum tentang penyalahgunaan narkotika, dan pengertian
umum Pegawai Negeri Sipil.
III. METODE PENELITIAN
Merupakan bab yang membahas tentang pendekatan masalah, sumber dan
jenis data, populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data,
serta analisis data.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pembahasan terhadap permasalahan yang terdapat dalam
penulisan ini dengan menggunakan data yang diperoleh dilapangan baik
berupa data primer maupun data sekunder mengenai faktor penyebab dan
upaya penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara.

12

V. PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang merupakan kesimpulan tentang hal-hal
yang telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu, guna menjawab permasalahan
yang telah diajukan. Dalam bab ini diberikan juga sumbangan pemikiran
serta saran-saran terhadap permasalahan dalam penulisan ini.

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Kriminologi

Kehidupan di dunia terdapat suatu nilai-nilai mengenai apa yang dianggap baik
dan mana yang dianggap tidak baik. Namun, masih saja banyak yang melakukan
penyimpangan dengan mengikuti nilai yang dianggap tidak baik tersebut. Hal
inilah yang mendasari seorang manusia melakukan kejahatan. Abdul Syani dalam
teorinya mengatakan ada dua faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan,
yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri individu (intern) dan faktor yang
bersumber dari luar diri individu (ekstern)15.

Istilah kriminologi sendiri apabila dilihat dari sudut bahasa berasal dari dua kata
yaitu crimen dan logos. Crimen berarti kejahatan dan logos berarti ilmu
pengetahuan, sehingga secara sederhana kriminologi dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang kejahatan. Berdasarkan ensiklopedia kriminologi diartikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan.

Kriminologi (sebagai ilmu pengetahuan) mempelajari sebab-sebab timbulnya
kejahatan dan keadaan-keadaan yang turut mempengaruhinya, serta mempelajari
cara pemberantasannya. Kriminologi merumuskan kejahatan sebagai setiap

15

Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas,Bandung, Remadja karya, 1987. hlm. 44.

14

tingkah laku yang merusak dan tidak susila (dalam arti luas), yang menimbulkan
keresahan dalam masyarakat tertentu, karena masyarakat tidak menyukai tingkah
laku tersebut. Jadi, kriminologi mengartikan kejahatan sebagai gejala dalam
masyarakat yang tidak pantas dan termasuk tidak/belum terikat kepada ketentuanketentuan yang telah tertulis16. Adapun yang menjadi tugas kriminologi dalam
mempelajari kejahatan adalah:

a. Apa yang dirumuskan sebagai kejahatan dan fenomenanya yang terjadi
didalam kehidupan masyarakat, kejahatan apa dan siapa penjahatnya
merupakan bahan penelitian para ahli kriminologi
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya atau dilakukannya
kejahatan17.

Menurut W. A. Bonger kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menyelidiki kejahatan seluas-luasnya, pengertian kejahatan seluas-luasnya berarti
mencakup seluruh gejala patologi sosial, seperti pelacuran, narkotika, korupsi,
kolusi, pemalsuan identitas dan lain sebagainya. Penelitian gejala-gejala
kejahatan meliputi penelitian sebab-sebab dari gejala tersebut18.

Wolfgang Savitr dan Jahnston merumuskan pengertian kriminologi adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempergunakan metode ilmiah dalam mempelajari dan
menganalisa keteraturan, keseragaman, pola-pola dan fakta sebab musabab yang

16

SR. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta, Alumni, 1996.
hlm. 34.
17
Soedjono Dirjosisworo, Pengantar Penelitian Kriminologi, Bandung, Remaja Karya, 1984.
hlm. 11.
18
B. Simanjuntak, Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, S.I:S.n., 1981. hlm. 2.

15

berhubungan dengan kejahatan dan penjahat serta reaksi sosial terhadap keduaduanya19.

Ruang lingkup kriminologi seperti yang telah dikemukakan oleh Edwin H.
Sutherland dan Donal R Cressey, bertolak dari pandangan bahwa kriminologi
adalah kesatuan pengetahuan mengenai kejahatan sebagai gejala sosial,
mengemukakan ruang lingkup kriminologi yang mencakup proses-proses
pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum20.
Menurut Sutherland, kriminologi dapat dibagi dalam tiga bagian utama, yaitu21:
a) Sosiologi hukum sebagai analisa ilmiah atau kondisi-kondisi
berkembangnya hukum pidana.
b) Etiologi kriminal, yang mencoba melakukan analisa ilmiah mengenai
sebab-sebab kejahatan.
c) Penologi yang menaruh perhatian pada pengendalian kejahatan, sebelum
kejahatan itu terjadi.

Objek bahasan kriminologi sangatlah luas karena itu kriminologi memerlukan
sumbangan dari berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Adapun ilmu pengetahuan
bagian dari kriminologi merupakan kumpulan dari banyak ilmu pengetahuan
yang dikutip dari pendapat W. A. Bonger dari buku Soedjono Dirdjosisworo,
yaitu terdiri dari22:
a) Antropologi kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat,
b) Sosiologi kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu
gejala masyarakat,
c) Psikologi kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang
dari sudut ilmu jiwa,
d) Psycho dan Neuro- Phathologi kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang
penjahat yang sakit jiwa,
e) Penology ialah ilmu pengetahuan tentang timbul dan bertumbuhnya
hukum,
19

Ibid, hlm. 5.
Mulyana W. Kusumah, Kejahatan dan Penyimpangan, Jakarta, YLBHI, 1981. hlm. 3
21
Ibid, hlm. 3
22
Soedjono Dirjosisworo, Pengentar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997. hlm. 28

20

16

f) Kriminologi yang dilaksanakan adalah hugiene kriminil dan politik
kriminal,
g) Kriminalistik ialah ilmu pengetahuan untuk dilaksanakan yang
menyelidiki teknik dan pengusutan kejahatan.
Herman Mannheim mengemukakan bahwa arti penting penelitian kriminilogi
sedikitnya mencakup23:
a) Akan menelusurkan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan yang
salah terutama yang menyangkut sebab-sebab kejahatan serta mencari
berbagai cara pembinaan narapidana yang baik,
b) Dalam sisi positifnya suatu penelitian dapat bermanfaat untuk
meningkatkan pembinaan pelanggaran hukum dan lebih jauh
menggantikan cara dalam pembinaan pelanggaran hukum.
c) Karena hasil penelitian kriminologi lambat laun memberikan hasil
terutama melalui penelitian kelompok kontrol dan penelitian ekologis
yang menyediakan bahan keterangan yang sebelumnya tidak bersedia
mengenai non dilikuen dan mengenai ciri-ciri berbagai wilayah tempat
tinggal dalam hubungan dengan kejahatan.

B. Kebijakan Penanggulangan Kejahatan

1. Kebijakan Pidana Menggunakan Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan (hukum) pidana atau
penal merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu sendiri.
Adapula yang menyebutnya sebagai “older philosophy of crime control”. Dilihat
sebagai suatu masalah kebijakan, maka ada yang mempermasalahkan apakah
perlu kejahatan itu ditanggulangi, dicegah, atau dikendalikan, dengan
menggunakan sanksi pidana.

Sementara ada pendapat bahwa terhadap pelaku kejahatan atau para pelanggar
hukum pada umumnya tidak perlu dikenakan pidana. Menurut pendapat ini

23

Soedjono Dirjosisworo, Op.Cit. hlm. 156.

17

pidana merupakan “peninggalan dari kebiadaban kita masa lalu” yang seharusnya
dihindari. Pendapat ini nampaknya didasari atas pandangan bahwa pidana
merupakan tindakan perlakuan atau pengenaan penderitaan yang kejam.

Dasar pemikiran lain adalah adanya paham determinisme yang menyatakan
bahwa orang tidak mempunyai kehendak bebas dalam melakukan suatu
perbuatan karena dipengaruhi oleh watak pribadinya, faktor-faktor biologis
maupun lingkungan kemasyarakatannya. Dengan demikian, kejahatan sebenarnya
merupakan manifestasi dari keadaan jiwa seseorang yang abnormal. Oleh karena
itu si pelaku kejahatan tidak dapat dipersalahkan atas perbuatannya dan tidak
dapat dikenakan pidana. Karena seorang penjahat merupakan jenis manusia
khusus yang memiliki ketidaknormalan organik dan mental, maka bukan pidana
yang seharusnya dikenakan kepadanya tetapi yang diperlukan adalah tindakantindakan perawatan yang bertujuan memperbaiki24.

H.L.

Packer

juga

membicarakan

masalah

pidana

ini

dengan

segala

keterbatasannya, menyimpulkan antara lain sebagai berikut25:
a) Sanksi pidana sangatlah diperlukan; kita tidak dapat hidup, sekarang
maupun dimasa yang akan datang, tanpa pidana.
b) Sanksi pidana merupakan alat atau saran terbaik yang tersedia, yang
dimiliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dengan
segera, serta untuk menghadapi ancaman-ancaman dari bahaya.
c) Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama atau terbaik
dan suatu ketika merupakan pengancam yang utama dari kebebasan
manusia. Ia merupakan penjamin apabila secara cermat-cermat dan secara
manusiawi, ia merupakan pengancam apabila digunakan secara
sembarangan dan secara terpaksa.

24
25

Ibid, hlm. 156.
Ibid, hlm. 158.

18

Penggunaan upaya penal dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan
pada hakekatnya merupakan bagian dari satu langkah untuk menanggulangi
kejahatan. Sistem peradilan pidana merupakan suatu proses penegakan hukum
pidana oleh karena itu sistem peradilan pidana berhubungan erat sekali dengan
perundang-undangan pidana itu sendiri baik yang tercantum dalam KUHP dan
KUHAP karena perundang-undangan pidana pada dasarnya merupakan sistem
penegakan hukum pidana “In abstracto” yang akan diwujudkan dalam penegakan
hukum “In concreto”26.
Mengingat

kebijakan

perundang-undangan

merupakan

tahap

awal

dari

perencanaan penanggulangan kejahatan maka wajar apabila kebijakan legislatif
merupakan bagian dari kebijakan kriminal (crime policy). Kebijakan tersebut
dapat dikatakan efektif apabila mampu mengurangi kejahatan (reducing crime)
baik dalam arti mampu melakukan perbaikan terhadap pelaku kejahatan itu
sendiri (rehabilitation of criminals).

Menurut Sudarto terdapat keterbatasan kemampuan hukum pidana didalam
penanggulangan

pidana

karena

penggunaan

hukum

pidana

merupakan

penanggulangan suatu gejala dan bukan suatu penyelesaian dan menghilangkan
sebab-sebab kejahatan tersebut. Jadi, keterbatasan kemampuan pidana disebabkan
oleh sifat dan fungsi dari hukum pidana itu sendiri.

Dalam sistem pemidanaan yang struktural, pertangungjawaban dan pemidanaan
tidak hanya tertuju secara sepihak pada pelaku kejahatan saja tetapi lebih

26

Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2005. hlm. 54.

19

ditekankan pada fungsi pemidanaan yang bersifat totalitas dan struktural. Artinya,
pemidanaan tidak hanya berfungsi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan
pelaku kejahatan tetapi berfungsi pula untuk memulihkan atau mengganti akibat
dan kerugian yang timbul pada diri korban.

Menurut Roeslan Saleh bahwa pembentuk undang-undang seharusnya berhemat
dengan jenis pidana penjara, terlalu banyak faktor kondusif didalam kebijakan
perundang-undangan pidana di

Indonesia

yang memberi peluang dan

memperbesar kemungkinan dijatuhkannya pidana penjara. Faktor-faktor kondusif
yang kurang menunjang kebijakan selektif dan limitatif itu, antara lain:
a. Pidana penjara merupakan jenis pidana yang paling banyak diancamkan
dalam perumusan delik kejahatan.
b. Tidak ada ketentuan perundang-undangan sebagai katup pengaman yang
memberikan pedoman dan kewenangan kepada hakim untuk menghindari
penerapan pidana penjara.
c. Lemahnya ketentuan mengenai pidana bersyarat sehingga kurang dapat
mengatasi sifat kaku dari perumusan pidana penjara.
d. Lemahnya kebijakan legislatif dalam mengefektifitaskan pidana denda
yang sering dirumuskan secara alternatif dengan pidana penjara.
e. Tidak ada pedoman penjatuhan pidana penjara yang dirumuskan eksplisit
didalam perundang-undangan.
f. Tidak ada ketentuan yang memberi kewenangan kepada hakim untuk
mengubah atau menghetikan sama sekali pelaksanaan putusan pidana
penjara yang telah berkekuatan tetap.

Sehingga dapat diperkirakan bahwa banyak orang yang dijatuhi denda bukan
semata-mata karena yang bersangkutan memang patut dijatuhi hukuman pidana
penjara melainkan justru karena lemahnya kebijakan perundang-undangan yang
berhubungan dengan sistem pidana dan pemidanaan khususnya mengenai pidana
penjara27.

27

Roeslan Saleh, Sisi Lain Hukum Pidana, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984. hlm 19.

20

2. Kebijakan Pidana Menggunakan Non-Penal

Telah diketahui bahwa dalam upaya penanggulangan kejahatan dan penegakan
hukum lewat sarana penal mempunyai beberapa kelemahan, kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, sepatutnya diimbangi dengan upaya non-penal
yang

harus

digali,

dimanfaatkan

dan

dikembangkan.

Penggalian

dan

pengembangan upaya non-penal lewat program-program kegiatan polisi yang
berorientasi pada pelayanan masyarakat, jelas merupakan keharusan karena hal
ini pun merupakan tugas atau amanat yuridis yang digariskan juga oleh undangundang untuk Polri28.

C. Narkotika

1.

Pengertian Narkotika

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, pengertian
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak
sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat
28

Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm. 15.

21

merugikan bagi perseorangan atau masyarakat secara luas. Hal ini akan lebih
merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika
yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilainilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan
nasional.

Penggolongan narkotika berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009, yaitu:
a. Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
c. Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

2. Jenis-Jenis Narkotika

a) Opodia (heroin/putaw, black heroin, brown sugar)

Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak
murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah opium poppy yang
diolah menjadi morfin kemudian dengan proses tertentu menghasilkan
putaw, yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid
sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opioid
disalahgunakan dengan cara disuntik (ngipe, nyipet, ive, cucaw) atau
dihisap ( ngedrag, dragon). Karena dipakai melalui suntikan maka dapat

22

menyebabkan penyakit hepatitis C dan HIV/AIDS. Reaksi dari pemakaian
ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri untuk
menikmati efeknya dan pada taraf kecanduan si pemakai akan kehilangan
rasa

percaya

diri

sehingga

tidak

mempunyai

keinginan

untuk

bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka sendiri dan merasa
bahwa lingkungan adalah musuh, mulai melakukan kebohongan karena
harus selalu menggunakan opioid. Mereka juga mengalami kesulitan
keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan penipuan, pencurian
atau tindak kriminal lainnya. Efek pemakaian putau adalah mata menjadi
sayu dan ngantuk, cadel/ bicara tidak jelas/ tidak dapat berkonsentrasi.

b) Kokain (koka,coke, happy dust, Charlie, srepet, snow/salju)

Kokain berupa kristal putih yang disalahgunakan dengan cara menghirup
yaitu membagi setumpuk mejadi beberapa bagian berbaris lurus diatas
permukaan kaca atau benda-benda yang memiliki permukaan datar
kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas,
cara lain adalah dibakar bersama tembakau atau sering disebut cocopulf.
Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup
asapnya yang popular disebut freebasing. Penggunaan dengan menghirup
akan berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek dari
pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, hilang nafsu
makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit
dan lelah.

23

c) Canabis (ganja, cimeng, gelek, hasish, marijuana, grass, ghang)

Ganja berasal dari tanaman cannabis sativa dan cannabis indica. Cara
penggunaannya adalah dengan dihisap yaitu dipadatkan menyerupai
rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek ganja tergolong cepat
yaitu

cenderung

merasa

lebih

santai,

sering

berfantasi,

aktif

berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitif, kering pada mulut dan
tenggorokan. Akibat jangka panjangnya adalah gangguan memori
otak/pelupa, sulit berfikir dan konsentrasi, dan suka melamun.

d) Psylocybin mushroom (Magic Mushroom)

Psylocybin mushroom yaitu sebuah tanaman berbentuk jamur,
merupakan genik narkotika bergolongan 1 sangat diatur oleh perundangundangan di negara kita. Yang mengatur bahwasannya bagi siapapun
untuk penjual dan pengguna dapat diancam hukuman pidana. Sifat jamur
ini termasuk zat adiktif serta mempunyai dampak halusinasi, sistem
penyerangan zat ini yaitu menyerang saraf otak dan sel-sel dalam tubuh
lainnya.

3. Dampak Penyalahgunaan Narkotika

a. Dampak Fisik

Daya tahan tubuh terhadap macam-macam penyakit menurun; terkena penyakit
paru-paru, jantung, ginjal, hati, pencernaan, kelainan darah; gagal ginjal;
perlemakan hati, pengkeretan hati, kanker hati; rentan terhadap berbagai penyakit

24

hepatitis B, C dan HIV/AIDS; cacat janin; impotensi; gangguan menstruasi; pucat
akibat kurang darah (anemia); penyakit lupa ingatan; kerusakan otak; pendarahan
lambung; radang pankreas; radang syaraf; mudah memar; dan menyebabkan
kematian29.

b. Dampak Mental/Psikologis

Emosi tidak terkendali; curiga berlebihan sampai pada tingkat waham (tidak
sejalan antara pikiran dengan kenyataan); selalu berbohong; tidak merasa aman;
tidak mampu mengambil keputusan yang wajar; tidak memiliki tanggung jawab;
kecemasan yang berlebihan dan depresi; ketakutan yang luar biasa; dan hilang
ingatan (gila)30.

c. Dampak Sosial

Hubungan dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungan terganggu;
mengganggu ketertiban umum; selalu menghindari kontak dengan orang lain;
merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan positif; tidak peduli dengan
norma dan nilai yang ada; melakukan hubungan seks secara bebas; melakukan
tindakan kekerasan, baik fisik, psikis maupun seksual; dan mencuri.

4. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika

Penyalahgunaan narkotika adalah pemakainan obat atau zat-zat berbahaya
lainnya dengan tujuan bukan untuk pengobatan. Terlibatnya seseorang dalam
29
30

Soekedy, Menyiram Bara Narkoba, Jakarta, Mapeksi, 2002. hlm. 98
Edy Karsono, Mengenai Kecanduan Narkoba, Bandung, Irma Widya, 2004. hlm. 28.

25

penyalahgunaan narkotika, menurut Dr. Harun Sitompul, M.Pd didalam modul
pencegahan narkotika ada 2 faktor umum penyebab penyalahgunaan narkotika31:

1. Faktor Internal

a. Adanya gangguan kepribadian

Penyebabnya terjadi didalam diri pengguna narkotika itu sendiri yaitu adanya
gangguan kepribadian yaitu emosi yang labil, kurangnya percaya diri atau malah
terlalu percaya diri. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan kepribadian
menjadi takut kehilangan teman walaupun dia tahu kalau orang tersebut dapat
menjerumuskannya kedalam kejahatan.

b. Faktor usia

Pada saat usia remaja, seringkali mengalami perasaan ketidakpastian antara
apakah dirinya masih anak-anak atau sudah dewasa. Disaat inilah remaja lebih
senang bergaul dengan teman sebayanya yang ingin menjadi anak gaul yang
diterima dalam lingkungannya dan mulai mencari identitas dirinya. Perasaan
ingin mendapat pengakuan dari lingkungan dan rasa ingin tahu yang besar dan
ingin coba-coba, sedangkan mereka kurang mengerti resiko yang disebabkan
karena kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan ini, biasanya
remaja mudah dijebak ke dalam kenakalan remaja ataupun penyalahgunaan
narkotika.

31

Dinda Virgina, Skripsi Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Terhadap pelajar
SMA, Bandar Lampung, 2006, hlm. 21-23.

26

c. Pandangan yang salah

Ada remaja yang mempunyai pandangan yang menganggap enteng hal-hal yang
membahayakan dan menganggap dirinya paling benar dan tidak mau tahu
pendapat orang lain sehingga terjerumus kedalam penyalahgunaan narkotika.

d. Religius yang rendah

Anak yang tumbuh dan berkembang didalam keluarga yang dasar-dasar
agamanya rendah bahkan tidak pernah diajarkan tentang agama akan mudah
sekali terlibat penyalahgunaan narkotika. Hal ini disebabkan tidak adanya
patokan dan kontrol perilakunya sehinga takut kepada Tuhan untuk berbuat salah.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor keluarga

Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak harmonis ataupun mempunyai
tuntutan terlalu tinggi, tidak ada pendidikan keluarga, tidak ada bimbingan dan
dorongan bagi anak-anaknya, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang, kurang
perhatian dari orang tua, keuangan yang berlebihan atau keadaan kekurangan hal
ini dapat menjadikan salah satu faktor yang menyebabkan anak secara kejiwaan
atau emosi tidak berkembang secara baik sehingga pada saa