PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

WASILATUL HIKMAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model example non example terhadap kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretest posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA dan VIIC di MTs

N 3 Lampung Selatan yang dipilih secara purposive sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai tes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji-U. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran example non example yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model example non example berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Indikator memberikan


(2)

iii

argumen dan melakukan induksi mengalami peningkatan dengan berbeda signifikan. Sedangkan melakukan deduksi mengalami peningkatan namun berbeda tidak

signifikan. Selain itu, aktivitas belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata eksperimen = 82,91 %; kontrol = 64,44 %. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran yang digunakan. Dengan demikian, model pembelajaran example non example berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa.

Kata kunci : Aktivitas Belajar Siswa, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Model Pembelajaran Example Non Example.


(3)

PENGARUH MO TERHADAP KE BEL (Studi Ek Lamp Sebagai Jurusan Pen FAKULT

ODEL PEMBELAJARANEXAMPLE NON EMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN A LAJAR SISWA PADA MATERI POKOK

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Nege ampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

WASILATUL HIKMAH

Skripsi

agai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

endidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan

LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ON EXAMPLE AKTIVITAS K egeri 3 5) elar an Alam IKAN


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARANEXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA PADAMATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen pada SiswaKelas VII MTs Negeri 3 Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

WASILATUL HIKMAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 10

2. Desain Tes Awal-Tes Akhir Tak Ekuivalen ... 24

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Example Non Example ... 44

4. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Pretest ... 145

5. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Pretest ... 145

6. Siswa Kelas Eksperimen Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 146

7. Siswa Kelas Kontrol Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 146

8. Kegiatan Belajar Mengajar pada Kelas Kontrol ... 147

9. Siswa Kelas Eksperimen Mempresentasikan LKS Hasil Diskusi... 147

10.Siswa Kelas Eksperimen Mengajukan Pertanyaan ... 148

11.Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Posttest ... 148


(6)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan dan Indikator Berpikir Kritis ... 18

2. Kriteria Peningkatan KBK Siswa... 34

3. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 34

4. Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa ... 35

5. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa ... 35

6. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa ... 36

7. Skor Tiap Pernyataan Tanggapan Siswa ... 36

8. Tabulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Model Pembelajaran Example Non Example ... 37

9. Kriteria Persentase Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ... 37

10.Hasil Analisis Pretest, Posttest, N-gain ... 41

11.Hasil Uji Statistik Terhadap N-gain Indikator KBK Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 42

12.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 43

13.Silabus Kelas Eksperimen ... 58

14.Silabus Kelas Kontrol ... 62

15.RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 67


(7)

xvi

17.RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ... 81

18.RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ... 86

19.Kisi-kisi Soal Tes ... 88

20.Rubrik Penilaian LKS Kelas Eksperimen ... 107

21.Rubrik Penilaian LKS Kelas Kontrol ... 114

22.Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Example Non Example ... 118

23.Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Eksperimen ... 119

24.Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain Kelas Kontrol ... 120

25.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 121

26.Analisis Butir Soal Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 122

27.Analisis Skor Perindikator KBK Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 124

28.Analisis Skor Perindikator KBK Pretest dan Posttest Kelas Kontrol .. 125

29.Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 127

30.Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 128

31.Analisis Data Angket Tanggapan Siswa ... 130

32.Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 131

33.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 132

34.Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 134

35.Hasil Uji Mann-Whitney U Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 135

36.Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 136

37.Hasil Uji Mann-Whitney U N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 137

38.Hasil Uji Normalitas N-Gain Aspek MA Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 138


(8)

xvii

39.Hasil Uji Mann-Whitney U N-Gain Aspek MA Kelas Eksperimen

dan Kontrol ... 139 40.Hasil Uji Normalitas N-Gain Aspek MI Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 140 41.Hasil Uji Mann-Whitney U N-Gain Aspek MI Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 141 42.Hasil Uji Normalitas N-Gain Aspek MD Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 142 43.Hasil Uji Kesamaan Dua Varians dan Kesamaan Dua Rata-Rata


(9)

(10)

(11)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (Q.S Al-Insyirah : 5-6)

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S Ar-Ra`d : 11)

Abu Hurairah r. a. berkata: Rasulallah saw bersabda: siapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga. (Hr. Muslim)

“Keep spirit to do my best, and believe in Allah’s swt plan” (Wasilatul Hikmah)


(12)

(13)

(14)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung…

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan bapakku , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa

terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih saying yang takkan pernah bisa

terbalas, selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan

dan kebahagian.

Mamas & mba ipar, yayuk & kakak ipar, kakang & mba ipar, mbah, dan paman

ku, yang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan, memotivasi ku

dan menyayangiku, serta keponakan-keponakan kesayangan ku yang lucu dan

menyebalkan

Guru dan murobbi, atas doa,

ilmu, nasihat, dan arahan yang telah diberikan…

Sahabat-sahabat terkasihku; Nurmala, S.Pd, Santi Rahayu, Wira Novita Sari,

terimakasih telah berusaha membuat aku tetap tersenyum, menyemangatiku,

membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada, pendengar setia

setiap kegundahanku, yang mampu mengatasi moody-ku; keluarga besar Bio-bio

2010, adik-adik biologi 2011, sahabat-sahabatku dalam Lingkar Cinta,

rekan-rekanku dan kakak-kakak di FPPI, serta teman-teman ku yang tersebut namanya

dalam hati, terimakasih atas doa, rasa kekeluargaan, kebersamaan, ukhuwah

islamiyah yang kalian berikan; ini adalah suatu kesempatan paling berharga

karena pernah ada di jalan yang sama, untuk berjuang bersama…

Almamater tercinta, Universitas Lampung.


(15)

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Ahmad Toha dengan Ibu Titi Khotijah yang dilahirkan di Rawa Selapan pada 26 Juni 1992. Alamat penulis adalah di Desa Rawa Selapan Dusun VI RT. 002 RW. 003 Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan. Nomer handphone penulis adalah 085768765199. Alamat email penulis yaitu wasilatul_hikmah@yahoo.com.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah MI Mathla’ul Anwar Rawa Selapan (1998 -2004), SMP Negeri 1 Candipuro (2004-2007), dan MAN 1 Bandar Lampung (2007-20010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN).

Penulis pernah aktif di organisasi sebagai Gemma FPPI (2010/2011), Anggota bidang Sosial Masyarakat FPPI (2011/2012), Sekertaris bidang Sosial Masyarakat FPPI (2012/2013). Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pugung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Tanggamus (Tahun 2014), dan penelitian pendidikan di MTs Negeri 3 Lampung Selatan untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.


(17)

xi

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku plt. Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik


(18)

xii

5. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., dan Dina Maulina, M.Si., selaku

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

6. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat bermanfaat;

7. Garum S.Pdi, M.Pd., selaku Kepala MTs Negeri 3 Lampung Selatan dan Nurmala Shari, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat bermanfaat;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIC MTs Negeri 3

Lampung Selatan atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 9. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR GAMBAR ...xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example ... 11

B. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 15

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41


(20)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN 1. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 58

2. RPP Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 64

3. Kisi-Kisi Soal Pretest/Posttest ... 88

4. Soal Pretest/Posttest ... 92

5. Rubrik Penilaian Soal Pretest/Posttest ... 95

6. LKS Example Non Example ... 97

7. Rubrik Penilaian LKS ... 107

8. LKS Diskusi ... 108

9. Rubrik Penilaian LKS ... 114

10.Angket Tanggapan Siswa ... 118

11.Data Hasil Penelitian ... 119

12.Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 131


(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal 20 ayat 3 tahun 2003 (Depdiknas, 2003: 4) menyebutkan bahwa

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter bangsa, termasuk dalam mata pelajaran biologi.

Tujuan pendidikan nasional tersebut seharusnya dipahami oleh instansi-instansi pendidikan dan semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Guru


(22)

2

merupakan salah satu pihak yang memegang peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Untuk itu guru dituntut untuk senatiasa melaksana-kan pembelajaran yang berkualitas.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan yaitu siswa atau peserta didik (Rohani, 1997:1).

Depdiknas (2010: 1-2) menyatakan pembelajaran IPA di SMP/MTs lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Dan salah satu keterampilan yang perlu dikembangkan ialah keterampilan dalam berpikir. Keterampilan berpikir ini meliputi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir komplek. Keterampilan berpikir dasar adalah gambaran berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari sederhana menuju kompleks. Adapun keterampilan berpikir kompleks ada empat kelompok meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir tingkat tinggi menurut Klurik dan Rudnik (dalam Rehena, 2010:14) dibedakan menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis yang

melibatkan beberapa kemampuan khusus seperti menganalisis dan mengevaluasi bukti, mengidentifikasi pertanyaan yang relevan dan menyimpulkan. Berpikir kreatif merupakan kecakapan mengolah pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru yang dapat meningkatkan hasil belajar.


(23)

3

Hasil belajar siswa juga dipengeruhi oleh aktivitas belajar siswa. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mempunyai peranan sangat besar dan erat hubungannya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upaya sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut adalah melalui perbaikan proses pembelajaran yang diarahkan pada aktivitas belajar siswa (Sukamto, 2010: 2)

Dalam kegiatan pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses berpikir kritis. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di MTs Negeri 3 Lampung Selatan diketahui bahwa selama proses pembelajaran guru belum banyak

menggunakan model atau metode pembelajaran serta media belajar yang bervariasi. Kegiatan belajar yang berlangsung masih terbatas pada penguasaan konsep yang ada di buku panduan pelajaran. Diduga kondisi pembelajaran tersebut kurang merangsang rasa ingin tahu siswa dan ketertarikan siswa pada materi, dan kemampuan berpikir kritis siswa belum dimunculkan. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah, yaitu dengan nilai rata-rata siswa < 60, sedangkan KKM yang ditentukan oleh sekolah adalah 65.

Strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran example non example yang disajikan dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa gambar diduga memiliki potensi untuk membantu meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran serta mengembangkan


(24)

4

kemampuan siswa dalam berbagai aspek termasuk kemampuan berpikir kritis siswa.

Menurut (Hamalik dalam Sadiman, 2011: 15) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Hasil penelitian Alfianti, Jekti, dan Sulifah (2013: 4) yang dilakukan di MAN 2 Jember, membuktikan bahwa kelas eksperimen yang diperlakukan dengan menggunakan strategi belajar memiliki peningkatan nilai rata-rata berpikir kritis yaitu pada tes awal 32,62 menjadi 68,82 pada tes akhir. Hasil penelitian lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuli, Margareta, dan Bambang (2013: 157) menunjukkan bahwa kelas aktivitas belajar siswa kelas eksperimen yang diperlakukan dengan model example non example jauh lebih tinggi yaitu 91,66 dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 60,93.

Sesuai dengan pernyataan tesebut maka penggunaan media gambar dalam model pembelajaran example non example ini, diduga dapat

membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar siswa sehingga aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa akan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan media yang lain. Untuk itu,

penggunaan model pembelajaran example non example perlu dilakukan pada siswa kelas VII MTs Negeri 3 Lampung Selatan dengan judul


(25)

5

penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Exampel Non Example Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap aktivitas belajar siswa?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran example non example?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Pengaruh penerapan model pembelajaran example non example terhadap aktivitas belajar siswa.

3. Tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran example non example.

D. Manfaat Hasil Penelitian


(26)

6

1. Bagi guru, memberikan informasi megenai model pembelajaran example non example sehingga dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran biologi.

2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga siswa diharapkan mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

3. Bagi peneliti, memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal sebagai calon guru dalam menerapkan model pembelajaran sebagai

pengembangan ilmu yang telah diperoleh.

4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman pada permasalahan yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran example non example yang dimaksud adalah model pembelajaran dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran (Roestiyah, 2008: 73).

2. Kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari hasil pretes dan postes. Kemampuan berpikir kritis ini terdiri dari beberapa aspek yang akan diteliti dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini aspek yang diteliti meliputi: (1) memberikan argumen, (2) melakukan induksi, dan (3) melakukan deduksi (Ennis dalam Marpaung, 2005: 30).


(27)

7

3. Aktivitas siswa yang diukur dalam penelitian ini yaitu (1) kemampuan bertanya, (2) menjawab pertanyaan, dan (3) mengemukakan pendapat (Diedrich dalam Rohani, 2004: 9).

4. Materi pokok dalam penelitian ini ialah materi yang terdapat pada KD 3.9 yaitu “pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi makhluk hidup”.

5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.A (kelas eksperimen) dan VII.C (kelas kontrol) pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di MTs Negeri 3 Lampung Selatan. F. Kerangka Pikir Penelitian

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya disebabkan karena proses pembelajaran monoton yang memungkinkan siswa hanya menerima informasi saja dari guru, kemudian diberikan latihan sebagai penguatan materi, siswa tidak belajar melalui permasalahan-permasalahan baru yang dapat memberikan pengalaman baru, mengolah informasi baru dan membangun suatu konsep sendiri, akibatnya siswa menjadi bosan dan pasif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Kemampuan berpikir kritis bukanlah kemampuan yang dibawa sejak lahir melainkan kemampuan seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan latihan serta harus ditumbuhkembangkan. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, serta membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Namun pengembangan kemampuan berpikir harus


(28)

8

seimbang dengan sikap seseorang sebagai hasil dari proses belajarnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran harus dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mencapai kompetensi secara maksimal.

Tidak hanya kemampuan berpikir kritis yang rendah karena proses pembelajaran yang monoton, tetapi juga aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Peran guru sangat penting untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif akan membuat materi yang dipelajari akan lebih lama di ingat oleh siswa, karena siswa bekerja sendiri sehingga terjadi proses berfikir terhadap materi yang diterima.

Mengingat bahwa kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa yang masih rendah, maka dibutuhkan suatu model atau metode

pembelajaran untuk mengatasinya, dan salah satu alternatif yang bisa digunakan ialah model pembelajaran example non example yang lebih menekankan pada proses berpikir siswa dalam belajar, sehingga siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar, siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar, dan siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

Model example non example adalah model yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan


(29)

9

permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and non-example adalah model yang digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Model ini bertujuan untuk untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan

menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.

Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang akan dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajaran melalui model example non example, siswa diberi kesempatan untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai pembimbing yang memberikan arahan serta pengawasan dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Guru secara langsung mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan seperti aktif dalam mengungkapkan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat mengenai masalah yang akan dipelajari, aktif dalam menggunakan media dengan cara menganalisis gambar, dan


(30)

10

melibatkan siswa dalam menyimpulkan pesan pembelajaran serta

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Keterlibatan siswa secara aktif ini akan membuat materi yang dipelajari akan menjadi bermakna dan lebih lama diingat oleh siswa, karena siswa bekerja sendiri sehingga terjadi proses berfikir terhadap materi yang diterima.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah penggunaan model example non example, dan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan pada diagram berikut ini:

Keterangan: X = model pembelajaran example non example Y1 = kemampuan berpikir kritis

Y2 = aktivitas belajar siswa

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Penerapan model pembelajaran example non example berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan”

Y1 X


(31)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example

Model pembelajaran Example Non Example atau juga biasa disebut example dan non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar (Rusman, dkk. 2012: 67). Menurut Rohani (1997: 76-77) mengemukakan bahwa gambar sangat penting dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Sehingga dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran. Karena gambar, pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik.

Menurut Sadiman, (2011: 29-31) di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Media merupakan bahasa yang


(32)

12

umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Beberapa

kelebihan dari media gambar adalah: (a) sifatnya kongkrit, (b) dapat membatasi ruang dan waktu, (c) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, (d) dapat memperjelas suatu masalah, (e) murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Beberapa kelemahan dari media gambar adalah: (a) hanya menekankan persepsi indra mata, (b) gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegunaan pembelajaran, (c) ukurannya sangat terbatas untuk ukuran besar.

Menurut Sadiman (2011: 32-33) ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan. Keenam syarat itu sebagai berikut:

1. Autentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

2. Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.

3. Ukuran relatif. Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya.

4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.


(33)

13

5. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar siswa sendiri sering kali lebih baik.

6. Gambar hendaknya bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Menurut Roestiyah (2008: 73), example non example merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar den kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, dikusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan

penyimpulan, evaluasi, dan refleksi. Sedangkan menurut Slavin (dalam Djamarah, 2006: 1) dijelaskan bahwa example non example adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar. Adapun langkah-langkah model pembelajaran example non example menurut Suprijono (2010:125) diantaranya:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD/OHP,

jika ada dapat pula menggunakan Proyektor. Pada tahapan ini, guru juga dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat atau sekaligus kelompok siswa.


(34)

14

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan/menganalisi gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang sedang diamati.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika disediakan oleh guru.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-masing.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan pembelajaran yang ingin dicapai.

7. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Menurut Beuhl ( 1996: 219) keuntungan dari model pembelajaran example non example antara lain:

1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.


(35)

15

2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari example dan non example.

3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah di paparkan pada bagian example. Dan kekurangan dari model pembelajaran example non example, antara lain: 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar

2. Memakan waktu yang lama

B.Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Berpikir kritis adalah keterampilan berpikir menggunakan proses mendasar untuk menganalisis argumen, memunculkan wawasan dan interpretasi ke dalam pola penalaran logis, memahami asumsi yang mendasari tiap posisi, memberikan model representasi ringkas dan meyakinkan. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banyaknya kejadian dan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis

merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa

mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyatan orang lain (Johnson, 2007: 183).


(36)

16

Pola pemberdayaan berpikir kritis merupakan suatu pola pemberdayaan penalaran. Penalaran secara terprogram diyakini dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Apabila upaya tersebut dilaksanakan terus menerus maka dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang mempunyai daya saing di tengah-tengah persaingan global.

Siswa dilatih menalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawaban mereka, kemudian pasangan-pasangan yang telah dibentuk tersebut melaporkan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

Reason (dalam Sanjaya, 2006: 228) mengemukakan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat

(remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami”

memerlukan perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.


(37)

17

Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking). Reason (dalam Sanjaya, 2006: 228)

mengemukakan bahwa berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau

komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Hanya berpikir kritislah yang memungkinkan seseorang menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan yang cerdas. Seseorang yang tidak berpikir kritis tidak dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri mengenai apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya, atau bagaimana harus bertindak.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa berpikir kritis hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang berkategori jenius saja dan hanya ada di mata kuliah filsafat di perguruan tinggi, sebaliknya berpikir kritis ini merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Karena berpikir kritis adalah suatu hobi berpikir yang dapat dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini harus diajarkan di sekolah dasar, SMP dan SMA. Hanya dengan latihanlah yang dapat membuat keterampilan menjadi suatu kebiasaan. Setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemikir kritis yang andal (Reason dalam Sanjaya, 2006: 228).


(38)

18

Tujuan berpikir kritis adalah untuk mengevaluasi tindakan yang dipercaya paling baik. Kerangka kerja yang menimbulkan proses berpikir ketika dilakukan penggalian informasi dan penerapan kriteria yang pantas untuk memutuskan cara bertindak atau melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda. Semangat berpikir kritis adalah harus selalu berusaha keras dan tetap terbuka terhadap informasi dan banyak sumber yang dapat dipercaya (Ennis, 1996: 55). Keterampilan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Keterampilan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Keterampilan dan Indikator Berpikir Kritis

No Keterampilan Berpikir Kritis Indikator

1 Merumuskan masalah Memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberikan arah untuk memperoleh jawaban.

2 Memberikan argumen Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.

3 Melakukan deduksi Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.

4 Melakukan induksi Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik; menarik kesimpulan

5 Melakukan evaluasi Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta


(39)

19

memberikan alternatif. 6 Memutuskan dan melaksanakan

diskusi

Memilih kemungkinan solusi dan menetukan kemungkinan - kemungkinan yang akan dilaksanakan.

Sumber: Ennis (dalam Marpaung, 2005: 30).

C.Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis (Holt, dalam Wardani, 2007: 9).

Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal

sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya (Rohani, 2004: 6-7). Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004: 9) terdapat macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa sebagai berikut:

1. Visual activities, membaca,memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.


(40)

20

2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi,musik, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis : cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya.

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani tenang,

gugup dan sebagainya.

Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. .

Menurut Memes (dalam Andra, 2007: 38), terdapat beberapa indikator aktivitas yang relevan dalam pembelajaran, yang meliputi: (1) interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran; (2) kecakapan komunikasi siswa selama mengikuti proses belajar mengajar; (3) partisipasi siswa dalam proses belajar; (4) motivasi dan kegairahan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar; (5) interaksi


(41)

21

antar siswa selama proses belajar mengajar; (6) interaksi siswa dengan guru selama proses belajar mengajar.

Memes (dalam Andra 2007: 39) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, pedoman yang digunakan sebagai berikut: Bila rata-rata nilai ≥75,6 maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ rata-rata nilai < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila rata-rata nilai < 59,4 maka dikategorikan kurang aktif.

Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Dengan melakukan banyak aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka siswa mampu mengalami, memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Adanya peningkatan aktivitas belajar maka akan meningkatkan hasil belajar (Hamalik, 2001: 12).

Mehl–Mills–Douglass (dalam Hamalik, 2001: 171) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran memerlukan beberapa aktivitas dalam sistem saraf seperti melihat, mendengar, mencium, merasa, berpikir, aktivitas fisik atau motorik. Siswa harus secara aktif terlibat dalam pembelajaran, baik dalam keterampilan memperoleh informasi, pemahaman, kebiasaan, sikap, minat, atau sifat tugas. Beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat meningkatkan aktivitas menurut Eggen (1997:271) yaitu:

1. menempatkan konten dalam bentuk masalah untuk dipecahkan, daripada informasi yang harus dihafalkan,


(42)

22

2. mempertanyakan sesuatu yang menuntut siswa untuk menganalisis, bukan mengingat informasi,

3. mewajibkan siswa untuk memberikan bukti dalam menyimpulkan, bukan hanya bentuk kesimpulan,

4. mengembangkan pelajaran dengan contoh-contoh dan aplikasi, bukan definisi, pemberian ujian dengan pertanyaan yang membutuhkan aplikasi, daripada memori hafalan.


(43)

23

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di semester genap pada bulan Mei 2015 tahun pelajaran 2014/2015 di MTs Negeri 3 Lampung Selatan. B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap MTs Negeri 3 Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas VII.a sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 26 siswa dan siswa kelas VII.c sebagai kelas kontrol yang berjumlah 25 siswa.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes dan postes kelompok non equivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan 2 kelas dari 4 kelas yang ada dalam satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran example non example,

sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil tes awal dan tes akhir pada kedua kelompok subyek dibandingkan.


(44)

24

Desain penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = kelas eksperimen; II = kelas kontrol; O1 = tes awal;

O2 = tes akhir;

X = perlakuan eksperimen (menggunakan model pembelajaran example non example); dan

C = perlakuan kontrol (menggunakan metode diskusi) (modifikasi dari Hadjar, 1999: 335).

Gambar 2. Desain tes awal-tes akhir tak equivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah: a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(45)

25

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan LKS bergambar yang sesuai dengan Kompetensi Dasar.

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes-postes untuk mengetahui atau mengukur pengaruh dari penggunaan model pembelajaran example non example terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen dengan cara berhitung 1-6, siswa dengan nomer urut yang sama berkumpul menjadi 1 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Pada kelas eksperimen terdapat 4 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 5 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 1 kelompok beranggotakan 5 siswa.

2. P elaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan, yang meliputi beberapa kegiatan, yaitu:

1. Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model example non example pada kelas eksperimen dan metode diskusi yang

digunakan pada kelas kontrol.

2. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.

Kelas Eksperimen (pembelajaran dengan menggunakan model example non example)


(46)

26

a. Kegiatan pendahuluan

1. Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang pencemaran lingkungan

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru memberikan apersepsi dengan mengambil kertas, kemudian membuangnya ke lantai secara sembarang dan menanyakan kepada siswa apakah tindakan yang guru lakukan adalah benar? Dan apakah yang akan terjadi jika kita terus menerus membuang sampah sembarangan, ke sungai atau ke tempat lainnya?”. kemudian guru

memberikan motivasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari meteri ini kita dapat mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan dan apa saja yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.

b. Kegiatan inti

1. Guru mempersiapkan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menayangkan gambar melalui LCD

3. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

4. Guru membagikan LKS bergambar kepada masing-masing kelompok


(47)

27

5. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar yang ada di LKS.

6. Melalui diskusi 4-5 orang, siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisi gambar dan menjawab pertanyaan, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat pada LKS tersebut.

7. Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

8. Guru mempersilahkan kelompok lain jika ingin memberikan komentar atau bertanya, dan dari

komentar/hasil diskusi tersebut guru mulai menjelaskan materi

9. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Kegiatan penutup

1. Guru memberikan apresiasi dengan memberikan pujian kepada kelompok terbaik, atau dengan cara yang lainnya 2. Guru dan siswa mereview hasil kegiatan pembelajaran 3. Guru memberi tahu materi yang dibahas pada pertemuan

selanjutnya dan mengingatkan siswa agar membaca materi tersebut di rumah.

 Pertemuan kedua a. Kegiatan pendahuluan


(48)

28

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan

pertanyaan mengapa bumi kita ini semakin panas? Apakah ini merupakan akibat salah satu adanya pencemaran? Atau menceritakan fenomena banjir yang sering terjadi

diberbagai wilayah, kemudian menanyakan faktor apa saja yang dapat menyebabkan banjir? Bagaimana cara kita mengatasi masalah pencemaran lingkungan tersebut? Kemudian memotivasi siswa bahwa dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai dampak pencemaran lingkungan dan berbagai upaya untuk

melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi selanjutnya

b. Kegiatan inti

1. Guru mempersiapkan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menayangkan gambar melalui LCD

3. Guru membagi siswa ke dalam 8 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

4. Guru membagikan LKS bergambar kepada masing-masing kelompok

5. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisis gambar yang ada di LKS.


(49)

29

6. Melalui diskusi 4-5 orang, siswa melakukan diskusi kelompok untuk menganalisi gambar dan menjawab pertanyaan, hasil diskusi dari analisis gambar dicatat pada LKS tersebut.

7. Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

8. Guru mempersilahkan kelompok lain jika ingin memberikan komentar atau bertanya, dan dari

komentar/hasil diskusi tersebut guru mulai menjelaskan materi

9. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Kegiatan penutup

1. Guru dan siswa mereview hasil kegiatan pembelajaran 2. Guru memberikan apresiasi dengan memberikan pujian

kepada kelompok terbaik, atau dengan cara yang lainnya 3. Guru mengadakan postes.

Kelas Kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi) a. Kegiatan pendahuluan

1. Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang pencemaran lingkungan

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok, 1 kelompok terdiri dari 5-6 orang


(50)

30

4. Guru memberikan motivasi dan apersepsi.

Pertemuan 1 : Guru memberikan apersepsi dengan

mengambil kertas, kemudian membuangnya ke lantai dan menanyakan kepada siswa apakah tindakan yang guru lakukan adalah benar? Dan apakah yang akan terjadi jika kita terus menerus membuang sampah sembarangan, ke sungai atau ke tempat lainnya?”. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa dengan mempelajari meteri ini kita dapat mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan dan apa saja yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.

Pertemuan 2 : Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengapa bumi kita ini semakin panas? Apakah ini merupakan akibat salah satu adanya pencemaran? Atau menceritakan fenomena banjir yang sering terjadi diberbagai wilayah, kemudian menanyakan faktor apa saja yang dapat menyebabkan banjir? Bagaimana cara kita mengatasi masalah pencemaran lingkungan

tersebut? Kemudian memotivasi siswa bahwa dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai dampak pencemaran lingkungan dan berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi selanjutnya


(51)

31

b. Kegiatan inti

1. Guru menjelaskan materi pembuka pencemaran secara singkat 2. Guru membagikan LKS dan membimbing siswa untuk

mendiskusikan dan mengerjakan LKS

3. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas serta memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk bertanya dan menanggapi

4. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dijelaskan.

c. Kegiatan penutup

1. Guru dan siswa mereview hasil kegiatan pembelajaran

2. Guru memberikan apresiasi dengan memberikan pujian kepada kelompok terbaik, atau dengan cara yang lainnya

3. Pertemuan 1

Guru menginformasikan meteri yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya dan meningatkan untuk membacan materi tersebut di rumah.

Pertemuan 2

Guru mengadakan tes akhir (postes) berupa soal uraian tentang pencemaran lingkungan.


(52)

32

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a) Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu berupa data aktivitas belajar siswa yang relevan dengan model pembelajaran example non example dan angket

tanggapan siswa terhadap model pembelajaran example non example. b) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data hasil belajar untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang di peroleh dari nilai pretes dan postes pada materi pokok pencemaran dan dampaknya bagi makhluk hidup. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor N-gain, lalu dianalisis secara statistik.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek-aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati aktivitas belajarnya yang dilakukan dengan memberi tanda (√) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: (1) kemampuan bertanya, (2) kemampuan menjawab pertanyaan, dan (3) kemampuan mengemukakan pendapat.


(53)

33

b. Pretes dan Postes

Data hasil belajar berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil diakhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol dengan bentuk tes uraian dan jumlah soal yang sama.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

� =

Keterangan :S = nilai yang diharapkan (dicari);

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skormaksimum dari tes tersebut

(modifikasi dari Purwanto, 2008 : 112). c. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang penggunaan model

pembelajaran example non example yang telah dilaksanakan. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Setiap siswa memilih jawaban yang menurut mereka sesuai dengan pendapat mereka pada lembar angket yang telah diberikan. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.


(54)

34

F. Teknik Analisis Data a)Data Kualitatif

1. Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Siswa

Data KBK siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui pretes, postes, dan N-gain. Dari data tersebut ditentukan kriteria KBKnya.

Tabel 2. Kriteria peningkatan KBK siswa

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Colleta dan Philips 2005: 5). 2. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:

100

x n

x

X

i %

Ket: X = Rata-rata skor aktivitas siswa Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum

(dimodifikasi dari Purwanto, 2008 : 102).

Kategori indeks

KBK siswa (%) Interprestasi

0,00-29,99 Sangat Rendah 30,00-54,99 Rendah 55,00-74,49 Sedang 75,00-89,99 Tinggi 90,00-100,00 Sangat Tinggi


(55)

35

Tabel 3. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama Aspek yang diamati

Pert. I Pert. II Rata-rata

a b c a b c a b c

1

2 3 dst.

���

�̅± sd,

Kriteria

Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi dari

Arikunto, 2009: 183)

Adapun keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Kriteria penilaian aktivitas belajar siswa Aspek yang diamati Skor Kriteria A Kemampuan

Bertanya (oral activities)

1 Tidak mengajukan pertanyaan 2 Mengajukan pertanyaan tetapi tidak

relevan dengan materi

3 Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi

B Menjawab pertanyaan (oral activities)

1 Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2 Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak relevan dengan materi

3 Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok yang relavan dengan materi

C Mengemukakan pendapat (oral activities)

1 Tidak mengemukakan pendapat/ide (diam saja).

2 Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pencemaran lingkungan 3 Mengemukakan pendapat/ide sesuai

dengan pembahasan pada materi pencemaran lingkungan


(56)

36

Tabel 5. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber: Hidayati (2011:17)

3. Pengolahan data angket tanggapan siswa terhadap pengunaan metode penugasan dan resitasi

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui

penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.

1) Item pernyataan

Tabel 6. Pernyataan angket tanggapan siswa

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok pencemaran dan dampaknya

bagi makhluk hidup dengan model pembelajaran yang digunakan

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan model

pembelajaran yang digunakan

3 Saya merasa kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan

soal-soal pada LKS bergambar dengan model pembelajaran yang digunakan

4 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih aktif

dalam diskusi kelas dan kelompok

5 Saya merasa tidak diberi kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran

ketika menggunakan model example non example

6 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman saat kegiatan

pembelajaran berlangsung

7 Saya merasa bosan ketika belajar dengan model pembelajaran yang

digunakan

8 Saya memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru tentang materi


(57)

37

2) Skor angket

Tabel 7. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa

Sifat pernyataan

Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = Setuju; TS= Tidak Setuju

3) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100 %    maks S S in X

Keterangan: %Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban;

maks

S = Skor maksimum yang diharapkan (Purwanto, 2008 : 102)

4) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket. Tabel 8. Tabulasi angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran

berbasis proyek No. Pernyataan Angket Pilihan Jawaban

Nomor Responden (Siswa)

Persentase 1 2 3 4 5 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

dst. S

TS Sumber: Rahayu (2010: 31)


(58)

38

5) Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran example non example.

Tabel 9. Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajran example non example

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25 0

Semuanya (A) Sebagian besar (B) Pada umumnya (C) Setengahnya (D) Hampir setengahnya (E) Sebagian kecil (F) Tidak ada (G) Sumber : Hendro (dalam Hastriani, 2006:43) b) Data Kuantitatif

Data penelitian kantitatif berupa nilai pretes dan postes siswa, kemudian dihitung selisih antara pretes dan postes, sehingga diperoleh nilai N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1)

yaitu:

� − ���� =

− �

���− �

×

Keterangan: Spost= skor postes;

Spre= skor pretes;

Smax= skor maksimum

Nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan

eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS versi 17.


(59)

39

H0 = sampel berdistribusi normal

H1 = sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5). 2. Uji homogenitas data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:13). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama


(60)

40

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:13).

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:10).

3.Uji U (Uji Mann Withney U)

Bila data pretest, posttest, N-gain, dan indikator KBK

(Memberikan Argumen, Melakukan Induksi, dan Melakukan Deduksi) tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U. a. Hipotesis

Ho = Rata-rata nilai kedua tidak berbeda secara signifikan H1 = Rata-rata nilai kedua berbeda secara signifikan. b. Kriteria Uji

Jika p-value > 0,05 maka terima Ho Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004 : 36).


(61)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran example non example berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.

2. Model pembelajaran example non example berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.

3. Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 96% siswa (25 siswa) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran example non example pada materi pokok penecemaran lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peneliti yang hendak menggunakan model pembelajaran example non example diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu pada saat pembelajaran berlangsung, karena penggunaan model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup lama.


(62)

53

2. Peneliti yang ingin menggunakan model pembelajaran example non example, hendaknya memilih gambar yang jelas dan menarik bagi siswa, tidak mengandung unsur pornografi dan tidak menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).


(63)

54

DAFTAR PUSTAKA

Alfianti. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Dengan Teknik Example Non Example Terhadap Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa (Siswa Kelas XI MAN 2 Jember). Jurnal. Universitas Jember. Jember.

Andra, D. 2007.Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa Materi Gerak(PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007). Skripsi. Unila. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. BSNP. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Buehl,D. 1996.Keuntungan dari teknik pembelajaran example non example antara lain: (dikutip dari http://www.papantulisku.com/2010/01/model pembelajaran-example-non-example.html. Diakses pada tanggal 7 April 2015. 23.35)

Dasna, I. W. dan Sutisna. 2012.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Malang. Depdiknas. 2010.Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata

Pelajaran Biologi Untuk SMTA. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, Z. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Eggen, P. 1997.Methods for Teaching. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Ennis. R.H. 1996.A Critical Thinking. Freeman. New York.

Hadjar, I. 1999.Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R. 1999. Analyzing chango/gain scores. Indiana University. USA. http://hake.files.wordpress.com/ (online) (5 April 2014).


(64)

55

Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Bandung. Hamzah. 1981.Media Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A.N. 2011.Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Johnson, E. B. 2007.Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung.

Marpaung, R. R. T. 2005.Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Helajar Biologi Siswa.Thesis. Universitas Malang. Malang.

Narbuko, dan Achmadi. 2009.Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Puspita, K. 2013.Efektivitas Metode Examples Non Examples Dalam

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ngemplak Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal. UNY. Yogyakarta.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rehena, J.H. 2010.Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA di Jember. Junal FKIP Universitas Pattimura. Maluku.

Roestiyah, N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Rohani, A. 2004.Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.


(65)

56

.1997.Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman., K. Deni dan R. Cepi. 2011.Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Rajawali pers. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sadiman, A. S. 2011.Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, R.E. 1995.Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston. Amerika.

Setyaningsih, Y., R.Margareta, dan P. Bambang. 2013.Penerapan Metode Example Non Example Dalam Pembelajaran Keanekaragaman Hewan Di SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang. Jurnal FMIPA UNS. Semarang. Sukarmanto. 2011.Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

(TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa (skripsi).FKIP Unila. Bandar Lampung.

Suprijono, A. 2010.Coopperative Learning : Teori Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

UU RI No. 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardani, A. 2007.Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Wena, M. 2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT. Bumi Aksara. Jakarta.


(1)

40

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b. Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

3.Uji U (Uji Mann Withney U)

Bila data pretest, posttest, N-gain, dan indikator KBK

(Memberikan Argumen, Melakukan Induksi, dan Melakukan Deduksi) tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U. a. Hipotesis

Ho = Rata-rata nilai kedua tidak berbeda secara signifikan H1 = Rata-rata nilai kedua berbeda secara signifikan. b. Kriteria Uji

Jika p-value > 0,05 maka terima Ho Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004 : 36).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran example non example berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.

2. Model pembelajaran example non example berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.

3. Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 96% siswa (25 siswa) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran example non example pada materi pokok penecemaran lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peneliti yang hendak menggunakan model pembelajaran example non example diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu pada saat pembelajaran berlangsung, karena penggunaan model pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup lama.


(3)

53

2. Peneliti yang ingin menggunakan model pembelajaran example non example, hendaknya memilih gambar yang jelas dan menarik bagi siswa, tidak mengandung unsur pornografi dan tidak menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).


(4)

54

DAFTAR PUSTAKA

Alfianti. 2013. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Reciprocal Teaching Dengan Teknik Example Non Example Terhadap Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa (Siswa Kelas XI MAN 2 Jember). Jurnal. Universitas Jember. Jember.

Andra, D. 2007.Penerapan Mastery Learning Melalui discovery Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa

Materi Gerak(PTK Pada Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 8 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007). Skripsi. Unila. Bandar Lampung. Arikunto, S. 2009.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta. BSNP. 2006.Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Isi Standar Kelulusan IPA. Depdiknas. Jakarta.

Buehl,D. 1996.Keuntungan dari teknik pembelajaran example non example antara lain: (dikutip dari http://www.papantulisku.com/2010/01/model pembelajaran-example-non-example.html. Diakses pada tanggal 7 April 2015. 23.35)

Dasna, I. W. dan Sutisna. 2012.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Malang. Depdiknas. 2010.Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata

Pelajaran Biologi Untuk SMTA. Depdiknas. Jakarta.

Djamarah, Z. 2006.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Eggen, P. 1997.Methods for Teaching. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Ennis. R.H. 1996.A Critical Thinking. Freeman. New York.

Hadjar, I. 1999.Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R. 1999. Analyzing chango/gain scores. Indiana University. USA. http://hake.files.wordpress.com/ (online) (5 April 2014).


(5)

55

Hamalik, O. 2004.Proses Belajar Mengajar.Bumi Aksara. Bandung. Hamzah. 1981.Media Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A.N. 2011.Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Johnson, E. B. 2007.Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung.

Marpaung, R. R. T. 2005.Penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai Assesment Alternatif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Helajar Biologi Siswa.Thesis. Universitas Malang. Malang.

Narbuko, dan Achmadi. 2009.Metodologi Penelitian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Puspita, K. 2013.Efektivitas Metode Examples Non Examples Dalam

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ngemplak Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal. UNY. Yogyakarta.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada

Kelas VII MTs Guppi Natar.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Rehena, J.H. 2010.Strategi Kooperatif Gabungan Jigsaw IV-Reciprocal Teaching dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA di Jember. Junal FKIP Universitas Pattimura. Maluku.

Roestiyah, N.K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Rohani, A. 2004.Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

56

.1997.Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman., K. Deni dan R. Cepi. 2011.Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Rajawali pers. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sadiman, A. S. 2011.Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slavin, R.E. 1995.Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston. Amerika.

Setyaningsih, Y., R.Margareta, dan P. Bambang. 2013.Penerapan Metode Example Non Example Dalam Pembelajaran Keanekaragaman Hewan Di SMP N 2 Tengaran Kabupaten Semarang. Jurnal FMIPA UNS. Semarang. Sukarmanto. 2011.Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament

(TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep

Matematika Siswa (skripsi).FKIP Unila. Bandar Lampung.

Suprijono, A. 2010.Coopperative Learning : Teori Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

UU RI No. 20 Tahun 2003Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardani, A. 2007.Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas dan Hasil belajar Melalui pembelajaran berbasis Produk (PTK di SMP YBL Natar). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Wena, M. 2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. PT. Bumi Aksara. Jakarta.