Pembangunan Pulau Mursala Sebagai Obyek Dan Daya Tarik Wisata Bahari Di Kabupaten Tapanuli Tengah

(1)

LAMPIRAN 1. DATA INFORMAN

• Nama : Sapwan Poham, SE

Alamat: Jalan Damai, No. 35, kecamatan Sibolga Selatan kota Sibolga Umur : 51 tahun

Pekerjaan :Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah

No. Hp : -

Lama tinggal dilokasi : 51 tahun

• Nama : Mey Syarah Nauli Sitompul Amd.

Alamat: Jalan Napitupulu Komplek Griya Matauli Sejahtera blok A, No, 50

Umur : 31 tahun

Pekerjaan: Staff Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

No. Hp : 0812 6446 1718 Lama tinggal dilokasi : 31 tahun


(2)

Alamat: Jalan Sutan Singengu, No. 23 Kecamatan Pandan Umur :28 tahun

Pekerjaan: Staff bidang pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah

Lama tinggal dilokasi : 28 tahun

No. Hp : 0821 6853 4777

• Nama : Noverius Gea, S.Pd

Alamat:Desa Bondarisihudon Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli Tengah

Umur : 22 tahun

Pekerjaan:Guru Sekolah Dasar dan Duta WisataKabupaten Tapanuli Tengah 2012

Lama tinggal dilokasi : 22 tahun


(3)

DAFTAR PUSATAKA

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta

Penggabean, Hamid. 1995 Bunga Rampai Tapian Naui.Jakarta : Tapian Nauli Tujuh Sekawan

Zulfidah, Halima.2014. Pengembangan Pulau Salah Namo Sebagai Wisata Bahari di

Kabupaten Tapanuli Tengah.Medan : USU

Yoeti, Oka A. 2002.Tours and Travel Marketing,Jakarta : PT. Pradnya Paramita Yoeti, Oka A, dkk 1996. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya.Jakarta :

Pradnya Paramita

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

Nur, Dian, 2014. Pendidikan Untuk Penduduk Pulau Terpencil, Kasus Pendidikan di

Pulau Mursala. Malang :Imadiklus.com

Wardiyanta, 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : Garis Buku

Darmadji Tjipto, dkk. 2001. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta : Salemba Emapat, Soekadijo. 2002. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic

Linkage).Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum

Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia

Kusmaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik

Wisata di Kota Palembang. Tesis PS Magister Kajian Pariwisata :

Universitas Gadjah Mada


(4)

Purnomowati, R. 2003 :Menuju Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis

Masyarakat. Makalah disampaikan pada Pelatihan ICZPM. Kerjasama

PKSPL-IPB dengan Ditjen P3K,DKP. Bogor).

Koko, Irawan. 2010. Potensi Obyek Wisata Air Terjun Serdang Sebagai Daya Tarik

Wisata di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Kertas Karya. Program

Pendidikan Non Gelar Pariwisata. Universitas Sumatera Utara Nasution, Solahuddin.2006. “Keterpurukan Pariwisata”. Medan : USU Press

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah.2014.“Brosur Negeri

Wisata Sejuta Pesona”, Tapanuli Tengah : Disparbud

Yahya, Arie. 2014. Seminar Nasional Pariwisata Bahari Indonesia. Jakarta : www.indonesiatravel

Undang – Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata Undang – Undang, No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan Permenbudpar, No.KM.67/UM.001/MKP/2004

Permenbudpar,No. PM.96/HK.501/MKP/2004

The Archipelago Journal : Sibolga – Majalah Colours Januari 2015 Garuda Indonesia,


(5)

travel.kompas.com. 15 Agustus 2015

http://www.coremap.or.id. 16 September 2015

dian4anggreani.wordpress.com. 16 September 2015

6 Oktober 2015

www.campatour.com.6 Oktober 2015 www.dinamikarakyat.com,.6 Oktober 2015


(6)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah

Wilayah Tapanuli Tengah dahulu dikuasai oleh Kolonial Inggris.Namun dengan Traktat London tanggal 17 Maret 1824, Inggris menyerahkan Sumatera kepada Belanda, dan sebagai imbalannya Belanda memberikan Semenanjung Melayu.Pada saat itulah Inggris menyerahkan Barus dan Singkil kepada Belanda.Selanjutnya Belanda memasukkan Teluk Tapian Nauli dalam Wilayah Residen SumateraBarat yang beribukota di Padang.

Pada tahun 1859 daerah jajahan Belanda meluas ke daerah Silindung, dan meluas lagi ke daerah Toba pada tahun 1883. Oleh karena adanya perluasan wilayah tersebut, pemerintah Belanda mengeluarkan Staadblad No.193 tahun 1884 yang menentukan teritorial baru di Keresidenan Tapanuli untuk lebih memperkokoh strategi pembagian dan perluasan wilayah.

Keresidenan Tapanuli pada saat itu dibagi atas empat afdeling. Salah satu diantaranya ialah Afdeling Sibolga yang meliputi empat onder afdeling, yaitu :

1. Sibolga dan daerah sekitarnya 2. Distrik Batang Toru

3. Barus dan Pakkat 4. Singkil


(7)

Sejak keluarnya Staadblad No. 496 tahun 1906 status Tapanuli yang tadinya bagian dari Sumatera Barat beralih menjadi di bawah Gubernur Sumatera yang berkedudukan di Medan. Selanjutnya wilayahKeresidenan Tapanuli dibagi dalam 5 (lima) afdeling, yaitu :

1. Afdeling Natal dan Batang Natal 2. Afdeling Sibolga dan Batang Toru 3. Afdeling Padang Sidempuan 4. Afdeling Nias

5. Afdeling Tanah Batak

Afdeling Sibolga diperintah oleh seorang Contraleur dengan wilayah meliputi 13 Kakurian yang masing‐masing dipimpin oleh Kepala Kuria.Pada saat itu Onder Afdeling Barus masih termasuk AfdelingTanah Batak.Dengan keluarnya Staadblad No.93 tahun 1933 maka sebagian Onder Afdeling Barus digabung ke Afdeling Sibolga dan sebagian lagi masuk Afdeling dataran‐dataran Tinggi Toba. Selanjutnya dengan Staadblad No. 563 tahun 1937 Onder Afdeling Barus keseluruhannya dimasukkan ke Afdeling Sibolga dimana berdasarkan Staadblad tersebut keresidenan‐keresidenan Tapanuli dibagi atas 4Afdeling, yaitu:

1. Afdeling Sibolga 2. Afdeling Nias

3. Afdeling Sedempuan 4. Afdeling Tanah Batak


(8)

yang termasuk dalam Afdeling Sibolga adalah: 1. Onder Distrik Sibolga

2. Onder Distrik Lumut 3. Onder Distrik Barus

Sedang Sorkam berada dalam lingkungan Onder Distrik Barus. Pada kenyataannya, apa yang disebut Daerah Tingkat II Tapanuli Tengah adalah pencerminan dari pembagian wilayah yang diatur dengan Staadblad No. 563 tahun 1937 tersebut diatas.

Pada zaman Jepang khususnya sistem pemerintahanKeresidenan Tapanuli lebih dititikberatkan pada strategi pertahanan misalnya Heiho, Gyugun, Kaygon Heiho dan badan‐badan lainnya.Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, maka pada tanggal 15 Oktober 1945 oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd.Hasan menyerahkan urusan pembentukan daerah otonom bawahan dan penyusunan pemerintahan daerah kepada masing‐masingresiden.Bahkan telah dipertegas lagi dengan PP No.8 tahun 1947 yang menetapkan bahwa kabupaten yang dibentuk oleh residen sekaligus menjadi daerah otonom. Pada permulaan kemerdekaan, ResidenTapanuli Dr. F.L Tobing yang berkedudukan di Tarutung, dengan dasar telegram Gubernur Sumatera tanggal 12 Oktober 1945 tentang pembentukan kepalakepala Luha (Bupati) Sibolga.

Selanjutnya pada bulan Juni 1946 melalui sidang Komite Nasional Daerah Keresidenan Tapanuli dibentuk Kabupaten Tanah Batak. Khususnya untuk Kota Sibolga, dengan Surat KeputusanGubernur pada tanggal 17 Mei 1946, Kota Sibolga


(9)

dijadikan kota administratif yang dipimpin oleh seorang walikota yang pada saat itu dirangkap oleh Bupati Kabupaten Sibolga, maka pada tangga 17 Nopember 1947 dibentuk sebuah Dewan Kota.

Pada tahun 1946 di Kabupaten Tapanuli Tengah mulai dibentuk kecamatan‐kecamatan untuk menggantikan Sistem Pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa pemerintahan Belanda.Kecamatanpertama sekali dibentuk ialah Kecamatan Sibolga, kemudian Lumut dan Barus.Sedangkan Kecamatan Sorkam ditetapkan kemudian berdasarkan perintah Residen Tapanuli pada tahun 1947.Kecamatan Sorkam dipisah dari Barus didasarkan kepada ketentuan yang menyatakan bahwa setiap kabupaten harus minimal mempunyai dua kewedanaan sedang satu kewedanaan minimalmempunyai dua kecamatan. Demikianlah sejarahnya maka Tapanuli Tengah mempunyai empat kecamatan ketika itu. Saat ini Kabupaten Tapanuli Tengah telah memiliki 20 kecamatan, yakni : Kecamatan Pinangsori, Kecamatan Badiri, Kecamatan Sibabangun, Kecamatan Lumut, Kecamatan Sukabangun, Kecamatan Pandan, Kecamatan Tukka, Kecamatan Sarudik, Kecamatan Tapian Nauli, Kecamatan Sitahuis, Kecamatan Kolang, Kecamatan Sorkam, Kecamatan Sorkam Barat,Kecamatan Pasaribu Tobing, Kecamatan Barus, Kecamatan Sosor Gadong, Kecamatan Andam Dewi, Kecamatan Barus Utara, Kecamatan Manduamas, dan Kecamatan Sirandorung.


(10)

Pada masa Undang‐Undang Dasar 1945, Konstitusi RIS dan Undang‐Undang Sementara 1950, sistem pemerintahan yang ada tidak mengadakan perubahan atas bentuk dan batas‐batas wilayah TapanuliTengah yang ada sebelumnya. Dengan Undang‐Undang Darurat No. 7 Tahun 1956, Sumatera Utara dibentuk Daerah Otonom Kabupaten, kecuali Kabupaten Dairi (yang dibentuk berdasarkan PeraturanPemerintah Pengganti UndangUndang No.4 Tahun 1964). Salah satu kabupaten yang disebutkan dalam Undang‐Undang darurat tersebut ialah Tapanuli Tengah yang pada saat itu masih meliputi Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga sekarang ini.Tetapi dengan UndangUndang Darurat No. 8 Tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kota‐kota besar terbentuklah KotaprajaSibolga yang pada saat ini dikenal sebagai Kotamadya Sibolga. Bupati Kepala Daerah Tingkat II yang pernah bertugas di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut:

1. Z.A. Gir St.Komala Pontas 24‐08‐1945 s.d. 31‐01‐1946 2. Prof. Mr.Dr. M. Hazairin 01‐02‐1946 s.d. 13‐04‐1946 3. A.M. Djalaluddin 13041946 s.d. 10121947

4. Mangaraja Sorimuda 10121947 s.d. 11081952 5. Ibnu Sa'adan 11‐08‐1952 s.d. 20‐01‐1954

6. Raja Djunjungan 20‐01‐1954 s.d. 31‐07‐1958

7. Matseh Gir. St. Kajasangan 01‐08‐1958 s.d. 23‐07‐1959 8. M.Samin Pakpahan 14071959 s.d. 09101965


(11)

9. Sutan Singengu Paruhuman 15‐10‐1965 s.d. 28‐08‐1967

10.Ridwan Hutagalung 28‐08‐1967 s.d. 05‐09‐1975 Letkol CHB. Nrp.13482 11.Bangun Siregar 05091975 s.d. 05091980 Letkol Inf.Nrp.12206

12.Lundu Panjaitan, SH 05‐09‐1980 s.d. 05‐09‐1985

13.Abd. Wahab Dalimunthe, SH 05‐09‐1985 s.d. 05‐09‐1990 14.Drs. Amrun Daulay 05‐09‐1990 s.d. 05‐09‐1995

15.Drs. Panusunan Pasaribu 05091995 s.d. 05042001 16.Drs. Tuani Lumbantobing 05042001 s.d.12062011 17.Raja Bonaran Situmeang, SH,M.Hum 29‐08‐2011 s.d. 2014 18.H. Sukran Jamilan Tanjung, SE 2014 - sekarang


(12)

3.2 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera Utara, dan ibukota Pandan.Beberapa daerah terdapat dataran tinggi sebagai perpaduan unik antara atsmosfer pesisir dengan pegunungan. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak diantara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Tapanuli Selatan.Letak wilayah yang strategis, keanekaragaman potensi sumber daya alam yang besar menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai destinasi pariwisata yang mengagumkan dengan sentuhan percepatan pembangunan dan peningkatkan investasi.

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tapanuli Tengah


(13)

Daerah Tapanuli Tengah adalah bagian dari wilayah pengembangan pembangunan I (Pantai Barat) memiliki daerah yang memanjang pada kaki pegunungan Bukit Barisan, dengan luas seluruh wilayahnya 6.194,98 kilometer persegi (km2), darat 2.194,98 km2dan laut 4.000 km2. Secara geografis kabupaten Tapanuli Tengah terletak pada koordinat 1o11’00”-2 o 22’0” Lintang Utara dan 98 o 07’ - 98 o12 Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.194,98 km dan terletak di atas permukaan laut antara 0 – 1266 m.

Secara administratif, wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan:

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara

 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

 Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Secara administratif Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 20 kecamatan, 30 kelurahan 147 desa, yaitu meliputi Kecamatan Manduamas, Sirandorung, Andam Dewi, Barus, Barus Utara, Sosorgadong, Sorkam Barat, Sorkam, Pasaribu Tobing, Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pandan, Tukka, Badiri, Pinangsori, Lumut, Sibabangun, dan Suka Bangun. Pada bulan Desember 2007 jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah bertambah satu lagi yaitu Kecamatan Sarudik sehingga jumlah kecamatan seluruhnya 20 kecamatan.


(14)

3.3 Demografi Penduduk

Keadaan penduduk secara langsung akan mempengaruhi berbagai aspek seperti : sosial, politik, ekonomi. Dalam hubungannya dengan ekonomi, keadaan penduduk merupakan salah satu faktor utama atas kemajuan dan kemunduran tingkat hidup masyarakat itu sendiri, sebab penduduk adalah faktor produksi yang sangat dominan baik sebagai tenaga kerja ahli ataupun lobour.

Penduduk Tapanuli Tengah tahun 2006 berjumlah 297.846 jiwa dengan kepadatan penduduk 136 jiwa per km². Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2000-2005 sebesar 1,86% per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,20% laki-laki dan 49,80% perempuan. Pada tahun 2009, berjumlah 323.563 jiwa dengan kepadatan penduduk 147 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk periode tahun 2004 – 2008 sebesar 2,79 % per tahun. Komposisi penduduk di Tapanuli Tengah yaitu 50,30% laki – laki dan 49, 70% perempuan. Pada tahun 2011 sebanyak 314,142 jiwa terdiri atas 157.881 laki – laki dan 156.261 perempuan. Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera, sebagain kecil di pulau – pulau kecil dan sebagian masih dalam kategori daerah tertinggal. Pembangunan yang saat ini dilaksanakan mendorong peningkatanan taraf hidup masyarakat yuntuk maju, sejahtera dan bermartabat sehingga dapat keluar dari kondisi daerah tertinggal.


(15)

Penduduk Tapanuli Tengah terdiri atas multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain, dengan mayoritas suku Batak. Kerukunan, keamanan, ketertiban dan toleransi dalam semangat gotong-royong yang terjalin dan terbina selama ini membuat Tapanuli Tengah semakin kondusif dan tangguh secara sosial kemasyarakatan dalam menyikapi globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu cepat.

3.4 Keadaan Alam dan Iklim. 3.4.1 Kondisi Iklim

Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong teriklim tropis.Dalam periode Januari – Desember 2009, suhu udara maksimum dapat mencapai 31,07oC dan suhu minimum mencapai 21, 51oC.Rata – rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2009 adalah 23,80oC. pada tahun 2009, curah hujan rata – rata 4.227,7 mm, hari hujan 229,00 hari, kecepatan angina rata – rata 7,40 knot dan penguapan rata – rata 4,90 mm, kelembapan udara rata – rata 95,00 %.

3.4.2 Kondisi Topografi

Topografi Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit – bukit dengan ketinggian 0 – 1.266 meter di atas permukaan laut, dengan panjang garis


(16)

pantai 200 km. Sebagian daerahnya adalah dataran dan rawa serta banyak aliran sungai. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43, 90 % berbukit dan bergelombang.

Adapun keterbatasan yang melingkupi persoalan tersebut adalah topografi wilayah Tapanuli Tengah yang berbukit (Bukit Barisan), keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan pengelolaan sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur, keterbatasan akses informasi dan keterbatasan arus modal. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan percepatan pembangunan dan menaikkan pertumbuhan ekonomi daerah terutama melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta untuk menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan konsep pembangunan TAPANULI GROWTH.

3.4.3 Kondisi Hidrologi

Potensi hidrologi cukup penting dalam menunjang pembangunan baik untuk kepentingan irigasi, air minum (sanitasi) transportasi maupun untuk kepentingan lainnya. Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dipengaruhi oleh 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Tapus, DAS Aek Sirahar, DAS Aek Sibundong, DAS Aek Kolang, dan DAS Batang Toru. Daerah hulu sungai berasal dari pegunungan Bukit Barisan dan bermuara ke Pantai Barat Sumatera Utara.Sebagian sungai telah dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik seperti aliran Sungai Sibuluan untuk PLTA Sipan Sihaporas danuntuk air minum, steiger perhubungan laut, tempat sandar kapalperikanan maupun irigasi.Kondisi hidrologi wilayah


(17)

Kabupaten Tapanuli Tengah adalah dengan curah hujan yang tidak teratur disepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi dibulan November (798 mm), sedang hari hujan terbanyak berada di bulan Desember (26 hari).

3.5 Potensi Pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Pantai Barat Sumatera Utara, yang beribukota Pandan.Kabupaten Tapanuli Tengah terletak anatara Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan.

Secara umum potensi pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah sangat besar, dengan panjang garis pantai di Pesisir Barat Pulau Sumatera + 200 km memiliki 31 pulau dan beberapa diantaranya tiga pegunungan / bukit, 48 pantai, 22 air terjun, 2 danau, 2 obyek wisata buatan dan 19 tempat bersejarah. Daya tarik wisata utama di daerah ini adalah Teluk Tapian Nauli, pesona keindahan pantai dan alam bawah laut, peninggalan budaya dan atraksi budaya. (sumber : travel.kompas.com).

Selain itu, objek wisata sejarah atau cagar budaya di sekitar daerah Barus dan sekitarnya kaya dengan bahan-bahan arkeologi dan makam-makam yang menjadi bukti sejarah kebesaran masa lampau dimana Barus menjadi salah satu pelabuhan besar di Pantai Barat Pulau Sumatera. Alam pegunungan bukit barisan, air terjun dan sungai yang banyak terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah serta Danau Pandan menambah daya saing wisata Kabupaten Tapanuli Tengah.


(18)

Pulau – pulau tersebut memiliki keindahan pantai dan terumbu karang dengan berbagai ekosistem bawah laut yang mempesona dengan panorama yang sangat indah, ini merupakan potensi objek wisata bahari dan dapat dijadikan sebagai lokasi kegiatan olahraga menyelam (diving), memancing

(fishing),snorkling,khususnya di Pulau Mursala.Kabupaten Tapanuli Tengah terus

dengan giat mempromosikan kekayaan alam dan budaya yang tersembunyi di wilayah ini dengan semangat “Tapanuli Tengah, Negeri Wisata Sejuta Pesona”.

Tabel : 3.1 Daftar Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Tapanuli Tengah No. Obyek dan Daya Tarik

Wisata Jenis Wisata Lokasi

1. Makam Mahligai Wisata Sejarah Desa Sihorbo, kecamatan Barus

2. Makam Papan Tinggi Raja Wisata Sejarah Desa Penanggahan, Kecamatan Barus

3. Batu Ping Wisata Sejarah Desa Sihorbo, Kecamatan Barus Utara

4. Sumur Nomensen Wisata Sejarah Desa Sihorbo, Kecamatan Barus

5. Tugu Perjuangan Tapanuli Wisata Sejarah Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sitahuis 6. Batu Lubang Wisata Sejarah Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sitahuis 7. Pulau Bakkar Wisata Bahari Kecamatan Badiri 8. Pulau Mursala Wisata Bahari Kecamatan Tapian Nauli 9. Pulau Putih Wisata Bahari Kecamatan Tapian Nauli 10. Pulau Situngkus Wisata Bahari Kecamatan Tapian Nauli


(19)

11. Pulau Ungge Wisata Bahari Kecamatan Badiri 12. Pantai Bosur Wisata Bahari Kecamatan Tapian Nauli 13. Pantai Kahona Wisata Bahari Kecamatan Andam Dewi 14. Pantai Indah Kalangan Wisata Bahari Kecamatan Pandan 15. Pantai Pandan Wisata Bahari Kecamatan Pandan 16. Pantai Sitiris - Tiris Wisata Bahari Kecamatan Andem Dewi 17. Pantai Sipaubat Wisata Bahari Kecamatan Andem Dewi 18. Pantai Pandan Carita Wisata Bahari Kecamatan Pandan 19. Pantai Hajoran Wisata Bahari Kecamatan Pandan 20. Pantai Kute Wisata Bahari Desa Mela, Kecamatan

Tapian Nauli 21. Pantai Muara Kolang Wisata Bahari Kecamatan Sorkam 22. Pantai Binasi Wisata Bahari Kecamatan Sorkam Barat 23. Pantai Pulau Panei Wisata Bahari Kecamatan Sorkam 24. Pantai Bottot Wisata Bahari Kecamatan Badiri 25. Pantai Monyet Wisata Bahari Kecamatan Badiri 26. Pantai Muara Tapus Wisata Bahari Desa Tapus, Kecamatan

Sirandorung

27. Pantai Simanukmanuk Wisata Bahari Kecamatan Manduamas 28. Air Terjun Silak – Lak Wisata Alam Desa Unte Mungkur II,


(20)

29. Air Terjun Sihobuk Wisata Alam Desa Sibulan Dua, Kecamatan Pandan 30. Air Terjun Mursala Wisata Alam Kecamatan Tapian Nauli 31. Air Terjun Aek Nabobar Wisata Alam Desa Aek Nabobar,

Kecamatan Pinangsori 32. Air Terjun Golkar Wisata Alam Desa Mela Dolok,

Kecamatan Tapian Nauli 33. Air Terjun Tujuh Tingkat Wisata Alam Kecamatan Tukka 34. Air Terjun Aloban Bair Wisata Alam Desa Bair, Kecamatan

Tapian Nauli 35. Bukit Anugerah Wisata Alam Desa Bonan Dolok,

Kecamatan Sitahuis 36. Sungai Sibuluan Wisata Alam Desa Sibuluan Dua, Kecamatan Pandan

Sumber : Dimodifikasi dari Brosur Wisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah, 2014)


(21)

BAB IV

PEMBANGUNAN PULAU MURSALA SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BAHARI DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH 4.1 Sejarah Pulau Mursala

Pulau Mursala merupakan pulau yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah, nama Mursala tidak lahir begitu saja, ada serangkaian cerita bergulir dibelakangnya. Pada abad VII, banyak bangsa Arab datang ke Pantai Barus untuk singgah dan melakukan pertukaran komoditi.Pintu masuk bangsa Arab ke Pantai Barus melalui pelabuhan niaga samudera, Barus (Lobu Tua) diperkirakan sudah ada sejak 3.000 tahun sebelum masehi.Bahkan, ada yang memperkirakan hingga 5.000 tahun sebelum masehi.Perkiraan ini didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai

mummyFir’aun Mesir kuno salah satu pengawetnya menggunakan kamper atau kapur

barus. Getah kayu yang paling baik kualitasnya, saat itu hanya ditemukan di sekitar Barus. Sejarawan era kemerdekaan Prof. Mr. Mhd. Yamin, S.H memperkirakan perdagangan rempah – rempah di antaranya kamper, sudah dilakukan pedagang Nusantara sejak 6.000 tahun lalu ke berbagai penjuru dunia.Lebih kedepan dari perkiraan itu, berdasarkan arsip – arsip tua berasal dari kitab suci, misalnya di Injil perjanjian lama, menceritakan raja Sulaiman (Solomon) atau dalam keyakin agama Islam di kenal dengan nabi Sulaiman, memerintahkan rakyatnya melakukan perdagangan dan membeli rempah – rempah hingga ke Ophir.


(22)

Ophir patutu diduga sebagai Barus / Lobu Tua.Perkiraaan itu mempunyai jejak spiritual berbentuk kepercayaan Monotheisme.Misalnya Ugamo Parmalim yang menjadi agama asli etnis Batak, meyakini Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutzan Ompu Mulajadi Na Bolon.Peradaban lain sempat menyentuh emporium Barus, adalah Yunani yang diperkirakan para pedagangnya mengunjungi Barus di awal-awal Masehi. Seorang pengembara Yunani Claudius Ptolomeus mencatat perjalanannya hingga ke Barousai, sekira tahun 70 M.Pencatat sejarah Yunani itu menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab dan Tiongkok juga lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah.Lalu pada arsip tua India "Kathasaritsagara" sekira tahun 600 M, mencatat perjalanan seorang Brahmana mencari anaknya hingga ke Barus. Brahmana itu mengunjungi Keladvipa (pulau kelapa diduga Sumatera) dengan rute Ketaha (Kedah), menyusuri pantai Barat hingga ke Karpuradvipa (Barus).

Bangsa Tiongkok sejak lama mengenal Barus sebagai Po Law Che. Misalnya, dari catatan Hsuan Tsang dari era Dinasti Tang tahun 645 M dan pengembara I Tcing, tahun 685 M .Selain itu, sekelompok penyebar ajaran Kristen Sekte Nestorian dari Konstantinopel, pusat Kerajaan Byzantium Timur, menjejakkan kakinya di Barus. Kelompok itu diperkirakan datang sekira tahun 600 M dan mendirikan gereja pertama di Desa Pancuran, Barus. Lalu di tahun itu juga, pedagang Arab memasuki Barus sekira 627-643 M atau sekira tahun 1 Hijriah, dan menyebarkan agama Islam di daerah itu. Diantaranya Wahab bin Qabishah mendarat di Pulau Mursala pada 627


(23)

M. Ada juga utusan Khulafaur Rasyidin, bernama Syekh Ismail akan ke Samudera Pasai dan singgah di Barus, sekira tahun 634 M.Sebelum memasuki Barus, mereka kerap melakukan ibadah di ujung sebuah pulau besar.Kebiasaan ini berlangsung lama, sehingga nelayan menamai pulau tersebut dengan rangkaian dari kata Mur dan Shalat, yaitu “Mursala”. Mur merupakan sebutan lain untuk orang Arab. Sejak itu, tercatat bangsa Arab (Islam) mendirikan koloni di Barus. Bangsa Arab menamakan Barus dengan sebutan Fansur atau Fansuri, misalnya oleh penulis Sulaiman pada 851 M dalam bukunya “Silsilatus Tawarikh”.(Sumber :

Berikutnya Dinasti Syailendra dari Champa (Muang Thai) menaklukkan emporium Barus sekira 850 M dan menamakan koloni itu sebagai Kalasapura.Setelah penaklukan itu, di pelabuhan itu berdiri koloni terdiri dari berbagai bangsa terpisah dengan masyarakat asli.Tercatat, tahun 1088 ada perkumpulan dagang Tamil (India) di koloni itu.Namun sekali lagi, koloni Barus di bumi hanguskan sekira tahun 1127 M oleh Kerajaan Marina dari Madagaskar, Afrika.

Seabad setelah itu, Bangsa Eropa menemukan koloni Barus baru. Penjelajah terkenal bangsa Italia Marcopolo menjejakkan kakinya di bandar perniagaan itu pada 1292 M. Sedangkan sejarawan muslim ternama Ibnu Bathuthah mengunjungi Barus pada 1345 M. Berikutnya pelaut Portugis berdagang di Barus pada 1469 M.Sedangkan pedagang dari berbagai belahan dunia lain menyinggahi Barus, tercatat dari Ceylon (Sri Lanka), Yaman, Persia, Inggris dan Spanyol.


(24)

Berdasarkan catatan dari berbagai arsip bangsa-bangsa dunia, emporium Barus bertahan hingga abad 17 M. Setelah itu, pusat perniagaan Barus secara perlahan kehilangan perannya, hingga kini.Berbagai jejak para pendatang dari penjuru dunia itu, sebagian ada yang sudah ditemukan melalui penggalian arkeologis oleh para arkeolog nasional dan internasional, misalnya temuan artefak, keramik, batu bertulis pada tahun 1872 atau pada penggalian tahun 1978 dan 1995 di situs Lobu Tua. Temuan itu sudah banyak mengisi berbagai museum dalam dan luar negeri.

Banyak sejarawan Islam dalam mau pun luar negeri mengakui arti penting pantai Barat Pulau Sumatera (Andalas) sebagai salah satu daerah awal masuknya Islam ke Nusantara.Namun, belum ada kesepakatan di antara mereka, apakah Barus merupakan lokasi pertama masuknya Islam. Pandangan itu setidaknya mengemuka dalam Seminar I "Masuknya Islam di Nusantara”, diselenggarakan di Medan pada 17-20 Maret 1963. Dalam seminar itu, seorang sejarawan lokal, bernama Dada Meuraxa berkeyakinan Islam masuk ke Barus pada tahun 1 Hijriah, berdasarkan penemuan batu nisan Syekh Rukunuddin, di komplek pemakaman Mahligai.Batu nisan itu menginformasikan Syekh Rukunuddin wafat dalam usia 100 tahun, 2 bulan dan 22 hari pada tahun "ha"-"mim" Hijratun nabi. Meuraxa, menerjemahkan "ha"-"mim" itu 8 - 40 yang kemudian dijumlahkan menjadi 48 H. Perhitungan itu berdasarkan Ilmu Falak (Astronomi) dari Kitab Tajul Muluk. Namun di seminar itu, pandangan Meuraxa disangkal ulama terkenal Sumatera Utara saat itu, Ustadz HM


(25)

Arsyad Thalib Lubis. Menurut ulama pendiri Al Jam’iyatul Washliyah itu, bukti nisan tidak dapat dijadikan dasar penentuan.Alasannya, dua huruf ‘Ha’ dan ‘mim’ yang menunjukkan tahun di batu nisan itu bukan 48 H melainkan 408 Hijriah. Menurut ulama terkenal itu, untuk nama memang harus dijumlah, tapi untuk tahun harus dipadukan, sehingga menjadi 408 Hijriah. Akhirnya, seminar pertama itu memutuskan Islam pertama kali masuk ke Nusantara memang di PantaiBarat Sumatera tanpa menentukan di mana pastinya lokasi masuknya agama Islam.

Perbedaan pandangan itu terus berlangsung hingga belasan tahun kemudian. Baru pada tahun 1978, sejumlah arkeolog dipimpin Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary melakukan penelitian terhadap berbagai nisan makam yang ada di sekitar daerah Barus.Pada penelitian terhadap nisan Syekh Rukunuddin, arkeolog juga pengajar di Universitas Airlangga Surabaya dan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, meyakini Islam sudah masuk sejak tahun 1 Hijriah. Hal itu berdasarkan pada perhitungan yang menguatkan pendapat pertama oleh sejarawan lokal Dada Meuraxa yang didukung sejumlah sejarawan lainnya.

Pengukuhan itu dikuatkan lagi dalam seminar sama pada 29-30 Maret 1983 di Medan menyimpulkan Barus merupakan daerah pertama masuknya Islam di Nusantara. Perhitungan masuknya Islam di Barus itu, didukung pula dengan temuan 44 batu nisan penyebar Islam di sekitar Barus bertuliskan aksara Arab dan Persia, sekarang dikenal sebagai Makam Mahligai. Misalnya juga batu nisan Syekh Mahmud di Papan Tinggi. Makam dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut itu,


(26)

menurut Ustadz Djamaluddin Batubara, hingga kini ada sebagian tulisannya tidak bisa diterjemahkan.Hal itu disebabkan tulisannya merupakan aksara Persia kuno yang bercampur dengan aksara Arab.Seorang arkeolog dan ahli kaligrafi kuno Arab dari Prancis Prof. Dr. Ludwig Kuvi mengakui Syekh Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman merupakan ulama besar. Sedangkan batu nisan menjadi pertanda makam itu banyak ditemukan di India.Makam Syekh Mahmud sekarang dikenal sebagai Makam Papan Tinggi.

Makam Mahligai yang terletak di areal seluas 3 hektare di atas perbukitan Desa Dakka, Kecamatan Barus Induk. Jumlah makam yang terdapat di tempat di tempat bersejarah ini, diperkirakan lebih kurang 215 makam dengan batu nisan yang besar dan kecil. Nisan makam – makam tersebut dihiasi dengan kaligrafi ukiran Arab kuno dan Persia. Seluruh makam ini menunjukan fakta sejarah sekitar abad ke 7 Masehi, agama Islam telah ada di kota tua Barus, jauh lebih tua dari sejarah Wali Songo di Pulau Jawa.

Situs makam papan tinggi dikenal sebagai pintu masuknya agama Islam di Nusantara terdapat makam Syech Mahmud Fil Hadratul Maut sebagai orang yang membawa syiar Islam pertama di Indonesia yang ditahrikhkan pada tahun 34 H sampai 44 H yang berarti hidup pada masa Umar Bin Khattab sebagai khalifah. Makan Syech Mahmud terletak di Desa Penanggahan kecamatan Barus kompleks pemakaman yang disebut makam Papan tinggi yang letaknya di salah satu puncak Bukit Barisan. Menuju makam ini harus menaiki 780 anak tangga.


(27)

Gambar 4.1 Makam Mahligai

(Sumber : Arafat, 2015)

Gambar 4.2 Batu Nisan di Makam Mahligai


(28)

Gambar 4.3Makam Papan Tinggi


(29)

Gambar 4.4 Penziarah Makam Papan Tinggi

(Sumber : Arafat, 2015)

Gambar 4.5 Jalur Tangga Menuju Makam Papan Tinggi


(30)

Mengenai makam Syekh Mahmud itu, sejarawan Belanda Dr. Ph. S. Van Roenkel menyatakan Syekh Mahmud merupakan penyebar Islam pertama sekira 1.000 tahun lalu berhasil mengajak masuk Islam Raja I etnis Batak, yakni Raja Guru Marsakkot. Namun, karena hal itu tidak disukai kalangan kerabat Raja Batak itu, ulama itu kemudian dibunuh, sehingga terjadi huru – hara besar di daerah itu. Akan halnya Ustadz Djamaluddin Batubara sendiri, memiliki teori lain tentang keberadaan makam Syekh Mahmud terpencil dan berada di ketinggian bukit Papan Tinggi.

Menurut Djamaluddin, Syekh Mahmud berasal dari Hadramaut, Yaman, diperkirakan datang lebih awal dari Syekh Rukunuddin, yakni pada era 10 tahun pertama dakwah Rasulullah Muhammad SAW di Makkah. Masa kedatangan ulama diduga kerabat dan sahabat nabi itu, membawa ajaran Islam Tauhid tanpa Syari’at. "Itu sebabnya di makam itu belum ada penanggalan, melainkan sabda Nabi bermakna tauhid," tegas dia. Selain itu, ketinggian makam itu dibanding 43 makam bersejarah lainnya, menjadi alasan terdahulunya kedatangan Syekh Mahmud ketimbang para penyebar Islam lainnya."Dulu, Barus sekarang ini laut dan pantainya di perbukitan itu (menunjuk bukit Papan Tinggi sekira 200 meter di atas permukaan laut).Atau paling tidak dulunya daratan ini masih rawa-rawa dalam.Seiring dengan perubahan ekologis, laut atau rawa-rawa itu jadi daratan", kata Djamaluddin.Bukti pendukung teori itu disebutkan banyaknya ditemukan batu karang di daratan Barus sekarang, jika penggalian dilakukan hanya semeter dari permukaan tanah.


(31)

Dengan demikian, Syekh Mahmud merupakan penyebar Islam pertama, sedangkan 43 ulama lainnya merupakan pengikut dan murid-muridnya, kata Ustadz Djamaluddin yang merupakan tamatan Pesantren Purba Barus. Ke43 makam ulama penyebar Islam itu di antaranya, makam Syekh Rukunuddin, Tuanku Batu Badan, komplek Bukit Hasang, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ahmad Khatib Siddiq, dan makam Imam Mua’azhamsyah. Selanjutnya makam Imam Chatib Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muhammadsyah Chaniago, dan makam Tuan Digaung, serta beberapa makam lainnya. Kesemua makam dari 43 ulama itu berada di Barus dan sekitarnya.

Selain itu, keberadaan Islam di Barus, berhubungan langsung dengan Islam di Aceh.Beberapa temuan arsip kuno menunjukkan adanya tiga ulama Islam terhubungkan antara Barus dan Aceh.Misalnya, keberadaan ulama terkenal Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh Syamsuddin as Sumatrani paham keagamaan mereka berseberangan dengan Syekh Abdul Rauf as Singkili.Diyakini banyak sejarawan Islam, kedua ulama terdahulu bermukim dan menyebarkan pahamnya di Barus, setelah paham Wujudiah mereka mendapat serangan dari Syekh Abdur Rauf as Singkili dan tidak diakui di Kerajaan Islam Samudera Pasai Aceh. Hal sama terjadi juga terhadap keberadaan Islam di Minangkabau (Sumatera Barat). Misalnya keberadaan seorang penguasa Islam asal Minangkabau bernama Sultan Muhammadsyah Chaniago disebut-sebut berasal dari Indrapuri merupakan pusat


(32)

Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau.Namun, diakui, Islam sendiri tidak menyebar ke pedalaman Tano Batak, karena adanya penolakan keras dari masyarakat setempat kental memegang adat istiadat.

Menurut Ustadz Djamaluddin Batubara, etnis Batak dikenal sangat memegang teguh adat istiadat melebihi apa pun. Sedangkan adat istiadat mereka pegang diperkuat dengan ajaran lokal Parmalim.Namun, patut dicatat, awal masuknya Islam (di masa Syekh Mahmud dan 43 ulama lainnya, diperkirakan tidak ada penolakan, malah terjadi sinkretisisme simbolik.Namun, pada periode kedua masuknya Islam (sekira abad 17 M), ajaran itu ditolak, karena berlawanan dengan adat kebiasaan masyarakat setempat."Jelasnya, ketika Islam Tauhid/Sufistik datang, tak ada penolakan.Baru ketika Islam Syari’at datang, masyarakat menolak," tegas

Djamaluddin.(Dimodifikasi dari

Pulau Mursala sejak lama dijadikan sebagai persinggahan para nelayan mencari ikan untuk beristirahat.Namun belakangan, pulau ini tidak saja sebagai tempat persinggahan, tapi sebagai tempat tinggal tidak diketahui persis, mulai kapan pulau tersebut mulai dijadikan sebagai tempat tinggal.

Tahun 2007, pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah melakukan kunjungann untuk melakukan pendataan jumlah penduduk di pulau tersebut.Pendataan bertujuan apakah pulau ini sudah dapat dijadikan desa atau tidak.Dari hasil pendataan tersebut,


(33)

pulau ini telah dihuni 120 kepala keluarga berasal dari perantauan pulau Nias korban Tsunami tahun 2005.Tahun 2008, pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah menetapkan pulau ini menjadi desa Mursala kecamatan Tapian Nauli.Sejak lama pulau ini dijadikan sebuah desa, fasilitas yang tersedia masih memprihatinkan.

Mata pencaharian penduduk di pulau Mursala diantara bertani menanam sayur, nelayan, mencari tripang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.Dalam berkomunikasi sehari – hari penduduk menggunakan bahasa Nias sementara untuk berbahasa Indonesia jarang sekali terdengar, ini karena penduduk disana tidak akti berbahasa Indonesia, kalau pun ada, hanya pasif.


(34)

4.2 Letak dan Batas Wlayah Administratif Pulau Mursala

Pulau Mursala yang sering disebut Mansalaar Island, merupakan pulau terbesar di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.Secara administratif pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Sumatera Utara yang terletak di sebelah Barat Daya kota Sibolga dan berjarak 22,5 km darierletak pada koordinat 010.38’6,09” Lintang Utara dan 98035’7,22” Bujur Timur.

Gambar 4.6 Letak Pulau Mursala

(Sumber : dian4anggreani.wordpress.com)

Pulau Mursala mempunyai luas ± 8.000 Ha yang dihuni oleh puluhan kepala keluarga. Pulau Mursala merupakan daerah perbukitan yang indah, terdapat beberapa aliran sungai berbatu dengan aliran cukup deras yang mengalir membelah Pulau Mursala.Perairan pulau Mursala dijadikan konservasi teurmbu karang.


(35)

4.3 Sarana dan Prasaran Pulau Mursala 4.3.1 Aksesibilitas Menuju Pulau Mursala

Aksesibilitas merupakan salah satu prasarana pariwisata yang harus dimiliki suatu obyek dan daya tarik wisata, agar dapat dikatakan sebagai obyek dan daya tarik wisata (ODTW).Sarana transportasi sangat dibutuhkan dalam menuju suatu obyek dan daya tarik wisata, seperti penyediaan sarana angkutan umum yang baik dan murah dan dengan jumlah armada yang cukup.

Aksesibilitas menuju Pulau Mursala sudah tersedia dan cukup baik, menuju Pulau Mursala melalui jalur laut dengan menggunakan kapal lambat dan kapal cepat (speed boat), dengan jarak tempuh memerlukan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan kapal cepat, sementara untuk kapal lambat jarak tempuh memerlukan waktu 3 jam dari dermaga di pesisir kota Pandan.Perjalanan menuju pulau Mursala wisatawan dapat melihat keindahan laut dengan air yang biru, dengan pasir putih dan pulau – pulau yang tersebar di perairan laut Tapanuli Tengah, hal ini menjadikan perjalanan menuju pulau Mursala sangat menyenangkan.

Untuk mencapai kabupaten Tapanuli Tengah sudah tersedia penerbangan komersial dari Medan, dengan waktu tempuh dari Bandara Kuala Namu Internasional ke Bandara FL Tobing Pinangsori, Kabupaten Tapanuli sekitar 45 menit, hingga saat ini tersedia penerbangan dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dan Wings Air, sedangkan untuk jalur darat menuju kabupaten Tapanuli Tengahdari kota Medan dapat menggunakan bus umum seperti bus Makmur, Bus Bintang Utara, Bus


(36)

Berlian, dan beberapa pilihan lainnya dari stasiun bus Amplas ataupun taksi travel dari loket masing - masing dengan memerlukan waktu sekitar 10 jam. Dalam perjalanan darat wisatawan dapat melihat panorama keindahan alam kabupaten Tapanuli Tengah, dengan alam yang hijau dan beberapa obyek dan daya tarik wisata dapat dilihat dalam perjalanan menuju kabupaten Tapanuli Tengah, seperi Batu Lobang dan Bukit Anugerah dan beberapa obyek dan daya tarik wisata lainnya.

Gambar 4.7 Kapal Berada di Pulau Mursala


(37)

Gambar 4.8 Tepi Pantai Menuju Pulau Mursala - di samping Hotel Bumi Asih

(sumber : rosidasitumeang.blogspot.com)

4.3.2 Akomodasi

Selain dihubungkan dengan fasilitas angkutan, obyek wisata juga harus menyediakan akomodasi. Selama di tempat obyek wisata, para wisatawan juga mempunyai kebutuhan – kebutuhan hidup (tourist needs) yang harus disediakan. Akomodasi atau jasa pelayanan itu yang terpenting ialah fasilitas untuk beristirahat apabila mereka lelah.Juga harus tersedia kamar kecil atau toilet untuk melayani keperluan bunga air atau untuk menyegarkan diri.Juga harus ada fasilitas untuk maan dan minum.Di samping itu juga harusdiusahakan adanya petugas – petugas penerangan yang diperlukan oleh wisatawan dan tidak boleh dilupakan harus ada petugas keamanan.Semua fasiitas dan petugas itu harus sesuai dengan kebutuhan wisatawan.Jumlahnya harus diperhitungkan berdasarkan jumlah dan lamanya


(38)

wisatawan tinggal di tempat obyek wisata.Lamanya wisatawan tiggal di suatu obyek dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan mereka.

Maka dari itu, demi kelancaranan dalam memberikan pelayanan yang prima kepada wisatawan dan upaya dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan untuk datang ke obyek dan daya tarik wisata bahari pulau Mursala, maka perlu diperhatikan akomodasi yang memadai, agar mempermudah segala aktivitas pengunjung, dan hingga saat ini sudah ada penginapan , diantaranya :

• Hotel Bumi Asih (***), terletak di kecamatan Pandan, dari hotel ini bisa langsung menggunakan kapal menuju pulau Mursala, karena lokasi dermaga dekat berada di belakang hotel ini.

• Hotel Pandan Carita (**) terletak di kecamatan Pandan

• Hotel Marina, terletak di jalan P. Sidempuan Pusat Kota Pandan

• Cafe Lapo Harabir, terletak di Hotel Bumi Asih

Tetapi untuk penginapan langsung di pulau Mursala belum ada, hanya rumah – rumah masyarakat (homestay), yang dapat disewa untuk menginap. Ini juga sudah menjadi rencana pemerintah untuk membangun penginapan di Pulau Mursala. Tetapi ini sudah menjadi rancangan pemerintah dalam Pertemuan pimpinan dan anggota DPRD Prov. Sumatera Utara dengan Bupati Tapanuli Tengah dan Pimpinan SKPD PEMKAB TAPANULI TENGAH Terkait Realisasi Kegiatan Pembangunan Bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Utara, Ruang Cendrawasig Kantor Bupati Tapanuli Tengah, Selasa 9 Juli 2013.


(39)

Gambar 4.9 Rancangan Pembangunan Kawasan Pulau Mursala

(Sumber : slideshare.net)

4.3.3 Fasilitas Kegiatan Wisata Bahari

Menyelam merupakan wisata bahari yang sangat potensial dalam usaha wisata tirta. Pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari belum didukung dengan fasilitas peralatan menyelam yang lengkap. Keindahan alam bawah laut berupa berbagai jensi terumbu karang, padang lamun dan biota laut atau terumbu karang. Aktifitas wisata bahari yang sesuai dengan potensi bahari pulau Mursala dan memiliki nilah lebih adalah aktifitas wisata pantai dan laut seperti berenang, snorkling, memancing, dipinggiran pantai, di pelabuhan maupun diatas batu, menelusuri pantai, bermain pasir maupun rekreasi keluarga dengan menggelar lesehan serta aktifitas bakar ikan hasil pancingan. Aktifitas wisata di laut yang biasa


(40)

dilakukan adalah memancing dengan menggunakan perahu bermotor dan menyelam di dasar laut yang tidak begitu dalam untuk menyaksikan panorama bawah laut.Snorkling atau yang dikenal dengan selam permukaan kegiatan mengamati pemandangan alam bawah lau yang dilakukan dari permukaan dengan menggunakan alat masker selam, snorkel dan alat bantu gerak berupa kaki katak.

Untuk penyedia kegiatan wisata bahari, di pulau Mursala belum tersedia, karenasaat ini yang memiliki alat untuk kegiatan wisata bahari hanya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga jika mau melakukan snorkling ataupun diving harus membawa alat sendiri atau melakukan peminjaman kepada pihak dinas terkait. Ini menjadi salah satu kekurangan Pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata Bahari

Gambar 4.10 Snorklingdi Gugus Pulau Mursala


(41)

4.4 Potensi Pulau Mursala sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Bahari di Kabupaten Tapanuli Tengah

Pulau – pulau kecilmerupakan kumpulan pulau-pulau (gugusan pulau) yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial, dan budaya, baik secara individual maupun secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumber dayanya. (Permenbudpar, No.67/UM.001/MKP/2004).

Gambar 4.11 Keindahan Air Terjun Pulau Mursala


(42)

Pulau Mursala(Mansalaar Island)yang termasuk sebagai pulau – pulau kecil, adalah pulau terbesar yang berada di kabupaten Tapanuli Tengah, yang memiliki perairan dangkal dengan Terumbu Karang dan aneka jenis ikan termasuk ikan hias disekitar pulau Jambe. Teluk Labuan Hunik yang cocok untuk kegiatan menyelam dan terdapat beberapa keunikan yaitu :

1. Batu Garuda atau batu yang menjorok berbentuk burung pada ketinggian ± 70 m diatas permukaan laut di pantai curam Pulau Silabu Na Menek

2. Bonsai Pinang Merah alam diatas bebatuab curam sekitar Pulau Silabu Na Menek

3. Gugusan komposisi batu curam di sekitar Pulau Silabu-labu Na Godang 4. Laguna dengan hamparan pantai pasir putih yang menyatu antara Pulau

Silabulabu Na Godang dengan Pulau Kalimantung Na Menek.

5. Hamparan pantai pasir putih di Pulau Puti (Pulau Putih) yang kesemuanya ini sangat berdekatan dengan Pulau Mursala.

Pulau Mursala yang pernah menjadi lokasi film Skull Island pada semifinal Hollywood film King Kong tahun 1933, bergenre science fiction yang merupakan satu film yang pernah populer didunia. Pulau terbesar ini yang letaknya tak jauh dari kota Sibolga ini juga menjadi lokasi syuting film Indonesia yang berjudul sama dengan nama pulau ini yang dirilis pada tanggal 18 April 2013, yang produksi oleh Raj’s Production.


(43)

Gambar 4.12 Cover Film Mursala

(Sumber :id.wikipedia.com).

Pulau dengan air terjun yang langsung jatuh langsung ke laut hanya ada beberapa di dunia, diantaranya adalah Kilt Rock Waterfall di Scotlandia, Falls Saunds

Mildfrod di Fjord Selandia Baru, dan Jeongbang di Pulau Jeju, Korea Selatan, dan

dua ada di Indonesia yaitu Air Terjun Kahatola di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara dan Pulau Mursala di kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Pulau Mursala adalah pulau yang memiliki air terjun yang jatuh langsung ke permukaan laut, meski berada di tengah laut dan berhadapan dengan Samudera Hindia, namun air terjun yang jatuh ke laut ini tetap tawar, tidak heran jika keindahan pulau ini dapat menginspirasi dalam pembuatan film.


(44)

Gambar 4.13 Keindahan Pulau Mursala

(sumber : www.metrosiantar.com)

Pemandangan air terjun Mursala ini sungguh indah untuk dilihat, obyek wisata yang merupakan ikon pulau ini. Sumber airnya adalah sungai terpendek di Indonesia, yang mengalir sepanjang 700 meter sebelum airnya jatuh dari tebing granit setinggi 35 meter dan menuju ke laut. Sungguh pemandangan tersebut persis seperti salah satu adegan di film King Kong. Disekitar Pulau Mursala terdapat beberapa titik yang cocok untuk kegiatan menyelam dan snorklling, salah satunya adalah Teluk Labuah Hunik.


(45)

Pesona Pulau Mursala tidak hanya berhenti pada air terjunya, panorama bawah lautnya tidak kalah menakjubkan. Terumbu karang disekitar air terjun dapat dilihat secara jelas dari atas permukaan laut dan mengundak siapapun untuk melakukan snorkeling. Di perairan ini, 700 macam ikan tropis akan menghibur kegiatan snorkling dan diving. Kawasan terumbu karang di Pulau Mursala ini merupakan tempat konservasi terumbu karang yang di kelola oleh COREMAP (Coral Reef

Rehabilition and Management Program).

Di kabupaten Tapanuli Tengah dilaksanakan program rehabilitasi dan pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) yang merupakan program jangka panjang (15 tahun). Tujuan dari program ini adalah melindungi, merehabilitasi, dan memanfaatkan secara lestari terumbu karang Indonesia termasuk di kabupaten Tapanuli Tengah, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lokasi kegiatan COREMAP di Tapanuli Tengah yaitu desa Sitarda dan Jago Jago kecamatan Badiri, Desa Kinalo dan Desa Kedai Gedang di kecamatan Barus, serta Tapian Nauli I dan Mursala di Tapian Nauli. Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki keindahan terumbu karang di Pulau Mursaka dan Pulau Unggas.


(46)

Gambar 4.14 Keindahan Terumbu Karang Pulau Mursala

(Sumber : www.slideshare.net) Gambar 4.15Diving di Pulau Mursala


(47)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten di kawasan Pantai Barat Pulau Sumatera, sebagian besar wilayahnya berada di Pulau Sumatera dan sebagian kecil merupakan pulau-pulau kecil.Pulau Mursala merupakan salah satu pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik wisata bahari yang terdapat di Kabupaten Tapanui Tengah. Pulau Mursala yang terletak di Kecamatan Tapian Nauli memiliki keindahalan panorama alam, memiliki biota laut yang sangat indah serta memiliki air terjun yang langsung jatuh ke laut.Ini merupakan potensi yang sanga besar yang dimiliki Pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari.

Kabupaten Tapanuli Tengah menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD, dengan brand tourism

”Horas Tapteng, Minapolitan ”Negeri Wisata Sejuta Pesona”. Pemanfaatan

potensi alam maupun budaya yang dimiliki kabupaten Tapanuli Tengah menjadi daerah ini sebagai destinasi pariwisata yang mengagumkan, yang berbasis lingkungan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.


(48)

5.2 Saran

Pengelolaan Pulau Mursala sebagai daya tarik wisata bahari,harus perlu ada peningkatkan, terutama dalam sarana dan prasarana di Pulau Mursala dengan catatan tetap menjaga kelestarian alam dan tidak merusak ciri khas dari pulau tersebut dengan konsep pengelolaan lingkungan hidupPulau Mursala merupakan daya tarik wisata bahari, yang mana perlu adanyanya fasilitas penyedia kegiatan bahari, seperti memancing, snorkling, dan diving. Selain itu, promosi Pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata dengan poten bahari yang sangat besar, perlu peningkatan promosi-promosi Pulau Mursala baik itu dari segi media dan jangkauan wilayah promosi.Disamping itu perlu adanya jangkauan lebih luas dalam mensosialisasikan “Sadar Wisata” kepada masyarakat setempat, agar siap dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berkunjung.

Dalam pengelolaan Pulau Mursala, perlu adanya kerja sama yang baik dengan masyarakat setempat, dan pihak swasta baik itu penyelenggara tour yang membantu memperkenalkan daya tarik wisata ini, dengan membuat suatu paket perjalanan wisata maupun investor, serta perhatian khusus pemerintah dalam pengelolaan Pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga keberadaan daya tarik wisata ini dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan


(49)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Umum dalam Sistem Kepariwisataan

Pariwisata bila ditinjau secara harfiah berasal dari asal kata wisata dengan kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-senang.Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.(UU RI No. 10 Tahun 2009).

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata.Pari berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut :

a. Menurut Burkart, dkk pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan – kegiatanmereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut.(Soekadijo,2000:3).


(50)

b. Menurut Hunzieker,dkk, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan jaringan dan gejala – gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara. (Soekadijo,2000:12).

c. Menurut Kuntowijoyo, pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli yakni wisatawan.(Wardiyanta, 2006 : 49)

d. Kepariwisataan adalah segala usaha, kegiatan dan macam lalu lintas wisata antar negara, atau dengan kata lain yang dilakukan dan diselenggarakan oleh wisatawan – wisatawandi luar negara asalnya. (Darmadji, 2001 : 73)


(51)

2.2 Pengertian Wisatawan

Segmentasi permintaan wisata, wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspektasi, karakteristik, social, ekonomi, budaya dan sebagainya. Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan (tourist). Batasan mengenai wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang umum sampai dengan yang sangat tekhnis spesifik.Adapun pengertian wisatawan antara lain:

1. Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

2. Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam tiga bagian yaitu:

a. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.

b. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga.


(52)

c. Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.

d. Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “…wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.”

e. U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan,

2010:12), menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori :

1. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.

2. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang

dikunjunginya tanpa bermalam.

f. Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam

Irawan, 2010:12), “…setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama”.


(53)

g. Di dalam UU No. 10 tahun 2009 (Ismayanti, 2010:3) dijelaskan bahwa Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari – hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor. (Kusumaningrum, 2009: 17).

Sementara itu menurut sifatnya, wisatawan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Wisatawan modern idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual.

2. Wisatawan modern materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok.

3. Wisatawan tradisional idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.

4. Wisatawan tradisional materialis, wistawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.(Kusumaningrum, 2009:18)

Swarbrooke, dkk mengidentifikasi empat jenis wisatawan yaitu: a. Wisatawan Massal Kelompok atau Organized Mass Tourist


(54)

b. Wisatawan Massal Individu atau Individual Mass Tourist c. Penjelajah atau Explorer

d. Petualang atau Drifter

Wisatawan adalah aktor dalam kegiatan wisata.Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa didalam kehidupan. (Ismayanti, 2010 : 3)


(55)

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Untuk mengembangkan pariwisata diperlukan sarana dan prasarana kepariwisataan (Tourist Supply), Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata, yang dapat diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dansebagainya serta prasarana jalan dan tranportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan.Tim Peneliti PMB–LIPI (2006:339).

2.3.1 Sarana Pariwisata

Adapun sarana kepariwisataan, terbagi atas :

a. Sarana Pokok Kepariwisataan(Main Tourism Superstructures)

Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut menentukan keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata.Banyak perusahaan yang menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau orang yang melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan manca-negara maupun wisatawan nusantara.

Sarana pokok kepariwisataan ialah perubahan-perubahan yang hidup dan kehidupannya sangat bergantung pada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya. Fungsinya adalah untuk menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatngan wisatawan. Sarana pokok kepariwisataan terbagi atas :


(56)

Receptive Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang

mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour seperti Travel

Agent, Tour Operator, Tourist Transportation (bus turis, taxi dan

sebagainya)

Residential Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang

memberikan pelayanan untuk menginap, menydeiakan makanan / minuman di daerah tujuan : Hotel, Motel, Bar, Restaurant, Coffe Shop dan sebagainya.

b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan(Suplementing Tourism Superstructures) Sarana pelengkap adalah fasilitas – fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok, fungsinya adalah untuk mengusahakan agar wisatawan dapat lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi. Fungsi yang terpenting adalah untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu ODTW. Contoh : olahraga seperti main ski dan berenang sehingga diusahakan agar tamu tidak mudah merasa bosan.

c. Sarana Penunjang Kepariwisataan(Supporting Tourism Superstructure)

Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan. Fungsinya adalah sebagai berikut :

• Melengkapi sarana pokok


(57)

• Melengkapi sarana diatas agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya ditempat yang dikungjunginya.

Ketiga sarana – sarana diatas, pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih banyak menarik wisatawan dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa negara dari sektor pariwisata dapat lebih banyak dihasilkan. Yang termasuk sarana penunjang kepariwisataan ini adalah :

Night Club

Casino

Steambath

2.3.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21).

Lothar A. Kreck dalam bukunya Internasional Tourism dalam Yoeti (1996:186) membagi prasarana atas dua bagian yang penting, yaitu:


(58)

a. Prasarana Perekonomian(Economy Infrastructures) dibagi atas :

Pengangkutan (Transportation)

Pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara dimana ia biasanya tinggal ketempat atau negarayang merupakan daerah tujuan wisata.

Komunikasi (Commication Infrastructures)

Tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan untuk mengadakanperjalanan jarak jauh. Dengan demikian wisatawan tidak ragu -ragu meninggalkan rumah dan anak - anaknya. Termasuk dalam kelompok ini diantaranya telepon, telegraph, radio, TV, surat kabar, internet, kantor pos.

Kelompok yang termasuk Utilities

Sarana Utilities adalah penerangan listrik, persediaan air minum, sistem irigasi dan sumber energi.

• Sistem Perbankan

Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti bahwa wisatawan mendapat jaminan mutu dengan mudah menerima atau mengirim uangnya dari dan negara asalnya tanpa mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan untuk pembayaran lokal, wisatawan dapat menukarkan uangnya pada tempat – tempat penukaran valuta asing (money changer)setempat.


(59)

b. Prasarana Sosial(Social Infrastructure)

Prasarana sosial adalah semua faktor yangmenunjang kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam kelompok ini adalah :

Sistem pendidikan (School System)

Adanya lembaga - lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam, pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.

Pelayanan kesehatan (Health Service Facilities)

Harus ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi suatu penyakit yang mungkin akan diderita dalam perjalanan.

Faktor keamanan (Safety Factor)

Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak wajar dari penduduk setempat seakan – akan wisatwan yang datang mengganggu ketentraman.

Petugas yang langsung melayani wisatawan (Government Apparatus)

Termasuk dalam kelompok ini antara lain petugas imigrasi, petugas bea cukai, petugas kesehatan, polisi, dan pejabat - pejabat lainnya yang berkaitan dengan pelayanan para wisatawan.


(60)

c. Prasarana Kepariwisataan, diantaranya adalah

Receptive Tourist Plan

Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usahatani atau organisasi

yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata.

Recidental Tourist Plan

Recedintal tourist plan adalah semua fasilitas yang dapat menampung

kedatangan para wisatawan untk menginap dan tinggal untuk sementraa waktu di daerah tujuan wisata.

Recreative and Sportive Plan

Recreative and Sportive Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga.

Prasarana kepariwisataan sesungguhnya perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekenomian juga. Prasaranaadalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsi prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Yang termasuk prasarana adalah :


(61)

a. Prasarana Umum :

• Sistem penyediaan air bersih

• Pembangkit tenaga listrik

• Jaringan jalan raya dan jembatan

• Airport, pelabuhan laut, terminal, stasiun

Kapal tambang (ferry), kereta api, dan lain – lain

• Telekomunikasi

b. Kebutuhan Masyarakat Banyak

Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak, yang termasuk dalam hal ini adalah : Rumah Sakit, Apotek, Bank, Kantor Pos, Pompa Bensin,

Administration Office (Pemerintah Umum, Polisi, Pengadilan, Badan Legislatif, dan

sebagainya ).

Tanpa prasarana yang baik, sarana – sarana kepariwisataan tidak dapat memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan.Berdasarkan prasarana dan sarana yang telah diuraikan, maka untuk lebih jelas dapat lihat tabel berikut ini :


(62)

Tabel 2.1Standar Kelayakan menjadi Daerah Tujuan Wisata

(Sumber : Lothar A.Kreck dalam Yoeti,1996)

Sektor kepariwisataan menunjukkan perkembangan dan kontribusi ekonomi yang signifikan, dalam mendukung kegiatan pariwisata diperlukan sarana dan prasarana pariwisata (tourist supply). Bila disusun dengan jelas sarana dan prasarana pariwisata sebagai tourist supply, dapat terlihat berbagai sub sektor industri maupun jasa lainnya ikut terhubung dalam kegiatan pariwisata.


(63)

Skema 2.2Tourist Supply

(Sumber : Dimodifikasi dari hasil penelitianSyarah, 2006)

T

O

U

R

I

S

T

S

U

P

P

L

Y

Kebutuhan Masyarakat Banyak Prasarana Umum Prasarana Receptive Tourist Plan Sarana Pokok Residential Tourist Plan Sarana Pelengkap Sarana Sarana Penunjang Travel Hotel - Restauran Olahraga Night Club, Casino, Bioskop, Souvenir, dan lain Air Bersih

Tenaga Listrik

Jalan Raya dan Jembatan Jalur Transportasi

Transportasi Telekomunikasi

Rumah Sakit dan Apotek Bank

Kantor Pos Pompa Bensin Kantor Polisi

Kantor Pemerintahan Kantor Pengadilan


(64)

2.4 Pengertian Industri Pariwisata dan Produk Wisata

Industri pariwisata memberikan kontibusi langsung terhadap devisa negara. Dalam perkembangannya pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun, diketahui dari banyaknya produk wisata yang tercipta dan terhubung dalam industri ini.Dalam industri pariwisata keseluruhan rangkaian kegiatan tercipta dalam usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan wisatawan.

2.4.1 Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian kata industri disini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri disini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama – sama menghasilkan barang dan jasa (good

and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan biro perjalanan wisata

pada umumnya.Industri pariwisata adalah industri yang menyediakan jasa, daya tarik dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit – unit usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi, diantaranya adalah Daerah Asal Wisatawan (DAW), Daerah Transit (DT), Daerah Tujuan Wisata (DTW), sebagai contoh biro perjalanan wisata bisa ditemukan baik itu daerah asal wisatawan maupun daerah transit, dan akomodasi bisa ditemukan di daerah tujuan wisata. (Ismayanti, 2010, 3)


(65)

Menurut Damardjati, industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan pelayanan

(service) yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanan. Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang mempunyai cerobong asap dengan menggunakan mesin dalam proses produksinya. (Karyono 1997 : 24)

Dalam UU Kepariwisataan No. 10 tahun 2009, industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan / atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.Pariwisata merupakan kegiatan yang sifatnya dinamik, banyak memerlukan prasarana dan sarana untuk kemudahan. Karena sifatnya sementara, maka tiap waktu kemungkinan besar sering berganti pengujung yang berbeda atau mungkin saja orang / kelompok yang sama untuk menikmati kembali suasana wisata ditempat tersebut. Citra baik dari daya tarik wisata adalah membuat rasa puas orang lain sehingga orang tersebut merasa ingin kembali pada obyek wisata tersebut pada kesempatan lain. Bahkan terkadang suka mempromosikan kepada orang lain atau kerabatnya untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut, agar dapat menikmati kesenangan yang sama ditempat tersebut.


(66)

Dengan demikian secara tidak langsung mereka telah bertindak sebagai agen promosi (agent of promotion) dengan menyampaikan pengalaman yang menarik dalam kunjungan wisata yang mereka lakukan kepada orang lain di daerah atau negaranya. Bahkan terkadang pengalaman mereka akan mereka tulis pada media cetak yang ada di negerinya. Suasana demikian akan dapat menumbuh kembangkan citra wisata daerah dan akan sangat membawa dampak positif terhadap kemajuan dan perkembangan pariwisata, sehingga dalam proses modernisasi, dinamika Industri Pariwisataan akan berkembang dalam suatu konsep pendekatan dalam kegiatan ke pariwisataan yang dikategorikan menjadi salah satu kegiatan Industri jasa pariwisata, dengan jangkauan ruang lingkup yang lebih luas untuk memperkaya output dari pariwisata.

Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.Pembangunan pariwisata perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan.

Adapun yang menjadi tujuan kepariwisataan diantaranya adalah : a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. Menghapus kemiskinan;

d. Mengatasi pengangguran;


(67)

f. Memajukan kebudayaan; g. Mengangkat citra bangsa; h. Memupuk rasa cinta tanah air;

i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. Mempererat persahabatan antar bangsa. (UU Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009).

2.4.2 Pengertian Produk Wisata

Dalam hal pariwisata, produk yang dipasarkan itu adalah dalam arti jasa atau pelayanan (service). Produk pariwisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu daerah tujuan wisata, fasilitas, dan transportasi (Yoeti, 2002 : 128).

Menurut Burkart dan Medlik“The tourist product may be seen as a composite

product, as an amalgam of attractions, transport, accommodation and of entertainment”. Dikatakan bahwa produk industri pariwisata merupakan suatu

susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (angkutan), akomodasi dan hiburan, di mana tiap unsur dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah. (Karyono, 1997 : 25).


(68)

Menurut Ngafenan dalam kamus pariwisata : “Produk wisata (tourist

product), segala aspek wisata yang dialami oleh wisatawan selama mengadakan suatu

perjalanan wisata, meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata, dan kemudahan-kemudahan yang didapatkannya. (Karyono, 1997 ; 25)

Menurut batasan ini produk wisata adalah semua bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan dari mulai berangkat meninggalkan tempat tinggalnya hingga kembali pulang. Adapun unsur-unsur dari produk wisata yang merupakan suatu paket yang tidak terpisah, yaitu :

1. Tourist Objects yang terdapat pada daerah daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang – orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2. Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, restoran, bar, entertainment, dan rekreasi.

3. Transportsi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata seperti transportasi ditempat tujuan ke objek-objek wisata.

Ciri-ciri produk pariwisata adalah sebagai berikut : 1. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipisahkan

2. Calon konsumen tidak dapat mencicipi produk yang akan dibeli 3. Hasil atau produk wisata tidak dapat ditimbun

4. Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia


(69)

6. Peranan perantara tidak diperlukan kecuali biro perjalanan (travel agent) atau operator perjalanan (tour operator)

7. Dari segi kepemilikan usaha penyediaan produk wisata memerlukan biaya yang besar, resiko tinggi dan permintaan sangat peka.

Produk pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana setiap unsure persiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara terpisah.Berdasarkan batasan – batasan industri pariwisata itu maka secara umum dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang – barang dan jasa jasa (good and servis) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveler pada umumnya, selama dalam perjalanan”.

Menurut Damardjati (Karyono, 1997 : 24), industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama – sama menghasilkan produk – produk maupun jasa – jasa, yang nantinya baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya. Usaha – usaha pariwisata, dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, sebagai berikut :


(70)

a. Transportasi 1. Dengan kapal 2. Dengan kereta api 3. Dengan mobil dan hus 4. Pesawat terbang

b. Akomodasi dan perusahaan pangan

1. Jenis akomodasi yaitu hotel, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok, perkemahan, pusat peristirahatan dan sebagainya

2. Jenis perusahaan pangan yaitu restoran, rumah makan, cafe, warung, kantin, bar, pub dan sebaginya

c. Perusahaan jasa khusus

Dapat berupa birp perjalanan, agen perjalanan, pelayanan wisata, pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau (porter), perusahaan hiburan, penukaran uang, asuransi wisata dan lain sebagainya

d. Penyediaan barang

Barang disini adalah sesuatu benda ataupun hasil bumi yang dapat ditawarkan yang mempunyai keterkaitan dengan lokasi daerah tujuan wisata.Barang tersebut berupa souvenir, kerajinan tangan, patung seni dari kayu dan batu, soseki, papan selancar, buah – buahan dan sebagainya.


(71)

Jadi produk yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dalam bentuk jasa yang diperlukan oleh wisatawan dapat merupakan paket wisata yang perjalanannya dapat dilaksanakan oleh Biro Perjalan Wisata (BPW).Dalam uraian diatas, maka jelas bahwa komitmen (pemakai) adalah wisatawan, sedangkan produsennya adalah Kantor Pariwisata untuk daerah dan Direktorat Jenderal Pariwisata untuk seluruh Indonesia.

2.5 Pengertian Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk dating ke suatu daerah atau tempat tertentu.Obyek dan daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi.Dalam arti, obyek dan daya tarik wisata sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Contoh wisatawan akan mendatangi pesisir pantai yang memiliki ombak tinggi, pasir putih dan air biru sebagai daya tarik. Daya tarik wisata juga menjadi fokus orientasi bagi pembangunan wisata terpadu. Misalnya dengan ditemukannya situs sejarah purbakala, wisatawan yang tertarik akan datang mengunjungi dan masyarakat setempat menyediakan berbagai fasilitas untuk kebutuhan wisatawan selama berlibur, seperti akomodasi, fasilitas makan minum, dan transportasi. (Ismayanti , 2010 : 147),


(72)

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daya tarik wisata adalah sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.Daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungannya dan kesinabungannya terjamin. Adapun daya tarik wisata sebagai berikut :

a. Daya tarik wisata ciptaan tuhan yang maha esa yang berwujud keadaan alam flora dan fauna.

Daya tarik alam merupakan daya tarik alami yang telah ada dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia

b. Daya tarik wisata hasil ciptaan manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, seni budaya dan tempat hiburan. daya tarik buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami, seperti wisata argo, wisata buru.

Daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut : a. Cipataan Tuhan yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan

fauna seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang – binatang langka.

b. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata argo, wisata tirta, wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.


(73)

c. Saran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat – tempat ibadah dan tempat-tempat ziarah.

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.(Ismayanti, 2010)

Beberapa elemen dari komponen sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi objek dan daya tarik wisata terdiri dari cuaca iklim,bentang alam,flora dan fauna,pantai,keindahan alam,keanekaragaman biota laut dan lain sebagainya. Beragam kombinasi dari elemen sumber daya alam tersebut dapat menjadi suatu daya tarik dalam mendatangkan wisatawan, yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan wisatawan.Daya tarik merupakan padanan dari kata atraski yang dapat didasarkan pada objek - objek wisata.Suatu objek mempunyai potensi daya tarik, tetapi daya tarik tersebut dari terbentuk bila objek tadi ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti aksesibilitas dan fasilitas penujang.Jadi obyek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi seseorang meninggalkan daerah asal untuk mengunjungi suatu daerah wisata.


(74)

2.6 Wisata Bahari

Bidang - bidang Usaha Pariwisata (sesuai Pasal 14, UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata) diantaranya adalah : Daya Tarik Wisata, Kawasan Pariwisata, Jasa Transportasi Wisata, Jasa Perjalanan Wisata, Jasa Makanan dan Minuman, Penyediaan Akomodasi, Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Rekreasi, MICE, Jasa Informasi Pariwisata, Jasa Konsultan Pariwisata, Jasa Pramuwisata, Wisata Tirta, dan Spa.

Wisata Tirta merupakan kawasan perairan yang dapat digunakan, baik untuk rekreasi maupun untuk kegiatan olahraga air. Dalam bidang usaha wisata tirta, salah satu jenis usaha wisatanya adalah wisata bahari yang merupakan penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial diperairan laut.

Adapaun jenis usaha wisata bahari, sebagai berikut :

• Wisata selam;

• Wisata perahu layar;

• Wisata memancing;

• Wisata selancar;

• Dermaga bahari;

• Sub – jenis usaha lainnya ditetapkan oleh bupati, walikota dan / atau gubernur.(Permenbudpar No.PM.96/HK.501/MKP/2010)


(75)

Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistem nya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut (Suwantoro, 2000:2)

Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional dengan arah pengembangan yang terdiri dari pengenalan destinasi diving, surfing, cruise, dan mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari serta peningkatan wisata budaya bahari (Menteri Pariwisata Arief Yahya pada pembukaan Seminar Nasional Pariwisata Bahari, 8 – 9 Desember 2014).

Secara umum sumberdaya pesisir dapat dibagi menjadi : (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resource) seperti : ikan, udang, rumput laut, kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut; (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non renewable

resource) meliputi : mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas; (3) energi

kelautan, seperti : OTEC, pasang surut, gelombang; (4) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental service) seperti : pariwisata dan perhubungan laut (Purnomowati, 2003)

Pengembangan pariwisata bahari pada hakikatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata bahari di kawasan pesisir dan lautan Indonesia berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias.Objek wisata bahari lainnya yang berpotensi besar adalah wilayah pantai.Pada umumnya, Indonesia memiliki kondisi pantai yang indah dan alami.Diantaranya adalah pantai barat


(76)

Sumatera, Pesisir Sibolga, Pulau Simeuleu, Nusa Dua Bali dan pantai terjal berbatu di selatan Pulau Lombok.Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah, tempat pemandian yang bersih dan juga tempat untuk melakukan kegiatan berselancar air atau surfing.Terutama pada pantai yang landai, memiliki ombak yang besar dan berkesinambungan.

Obyek dan daya tarik wisata bahari Pulau Mursala merupakan lingkungan yang didasarkan pada daya tarik kawasan yang di dominasi perairan laut, dengan keindahan dan keunikan pulau di wilayah perairan laut serta kegiatan – kegiatan wisata bahari yang menunjangbaik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut maupun di dalam laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut,. Pulau Mursala memiliki potensi wisata bahari yang cukup besar sehingga perlu pembangunan dengan konsep wisata bahari.Pembangunan pulau mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari saat ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Pulau Mursala dengan air terjun tawar yang jatuh ke permukaan laut berada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Pulau Sumatera berhadapan dengan Samudera Hindia memiliki panorama yang indah, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar daerah pulau Mursala sebagai obyek dan daya tarik wisata bahari. Kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan di Pulau Mursala seperti berperahu, berenang, snorkling, diving, mancing serta piknik menikmati atmosfer pemandangan wilayah laut dan pesisir.


(1)

v

Akhir kata penulismengucapkanterima kasih yang

sebesar-besarnyakepadasemuapihak yang telahmembantupenulisdalammenyelesaikankertaskaryaini.Semogakertaskaryainiberm

anfaatbagipenulisdansemuapihak yang membacanya. Dan kepada Engkauya Allah segalakesempurnaandan kami mohonatassegalakeridhoan-Mu ya Allah.

Alhamdullilahirabil’alamin.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

NIM. 122204025 Yaser Arafat


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………...…... ii

DAFTAR ISI ………...…. vi

DAFTAR GAMBAR ………...……...…. ix

DAFTAR TABEL ………..…...… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 AlasanPemilihanJudul ……….………...…... 1

1.2 PembatasanMasalah ………...…..………...…….. 5

1.3 TujuanPenelitian ………..………...…...……… 6

1.4 MetodePenelitian ……….………..……...………. 7

1.5 SistematikaPenulisan ……….………...…………..… 8

BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 PengertianUmumdalamSistemKepariwisataan ……… 10

2.2 PengertianWisatawan ……….……… 12


(3)

vii

3.2.1 Sarana Pariwisata ……….. 16

3.2.2 Prasarana Pariwisata ……….. 18

2.4 PengertianIndustridanProdukWisata ……… 25

2.4.1 Pengertian Industri Pariwisata ……….……….. 25

2.4.2 Pengertian Produk Wisata ………. 28

2.5 Obyek dan DayaTarikWisata ……….. 32

2.6 WisataBahari ………..,.… 35

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1 SejarahKabupatenTapanuli Tengah ……… 40

3.2 LetakGeografisdan Batas Wilayah Administratif Kabupaten Tapanuli Tengah .………. 46

3.3 DemografiPenduduk ………...……….… 48

3.4 KeadaanAlamdanIklim 3.3.1 KondisiIklim ….………. 49

3.3.2 KondisiTopografi ……….. 49

3.3.3 KondisiHidrologi …….……….. 50


(4)

viii

BAB IV PEMBANGUNAN PULAU MURSALA SEBAGAI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA BAHARI DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

4.1 SejarahPulauMursala ………... 55

4.2 Letak Geografis dan Batas Wilayah AdministratifPulau Mursala ………..……….……. 68

4.3 Sarana dan Prasarana Pulau Mursala ………... 62

4.3.1 Aksesibilitas Menuju Pulau Mursala ……….…….. 69

4.3.2 Akomodasi ……….……….. 71

4.4.3 Fasilitas Kegiatan Wisata Bahari ……….……… 73

4.4 PotensiPulauMursala Sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Bahari di Kabupaten Tapanuli Tengah …………...………. 75

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………...……… 81

5.2 Saran ……….………...……. 82

DAFTAR PUSTAKA ………... 83


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tapanuli Tengah 46

Gambar 4.1 Makam Mahligai 61

Gambar 4.2 Batu Nisan di Makam Mahligai 61 Gambar 4.3 Makam Papan Tinggi 62 Gambar 4.4 Penziarah Makam Papan Tinggi 63 Gambar 4.5 Jalur Tangga Menuju Makam Papan Tinggi 63 Gambar 4.6 Letak Pulau Mursala 68 Gambar 4.7 Kapal berada di Pulau Mursala 70 Gambar 4.8 Tepi Pantai Menuju Pulau Mursala , di samping Hotel

Bumi Asih 71

Gambar 4.9 Rancangan Pembangunan Kawasan Pulau Mursala 73 Gambar 4.10 Snorkling di Gugus Pulau Mursala 74 Gambar 4.11 Keindahan Air Terjun Pulau Mursala 75 Gambar 4.12 Cover Film Mursala 77 Gambar 4.13 Keindahan Pulau Mursala 78 Gambar 4.14 Keindahan Terumbu Karang 80 Gambar 4.15 Diving di Pulau Mursala 80


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

Tabel 2.1 Standar Kelayakan menjadi Daerah Tujuan Wisata 23

Skema 2.2 Tourist Supply 24

Tabel 3.1 Daftar Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten