dengan Undang –Undang Nomor 12 Tahun 1994, ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 13 Mei 2002 Nomor 22 Tahun
2002 tentang penetapan besarnya NJKP untuk penghitungan PBB, besarnya NJKP adalah sebagai berikut:
1. Objek Pajak Perkebunan adalah 40
2. Objek Pajak Kehutanan adalah 40
3. Objek Pajak Pertambangan adalah 20
4. Objek Pajak Lainnya Pedesaan Perkotaan
a. Sebesar 40 empat puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajak apabila
Nilai Jual Objek Pajaknya Rp. 1.000.000.000 satu miliar rupiah atau lebih,
b. Sebesar 20 dua puluh persen dari Nilai Jual Objek Pajak apabila Nilai
Jual Objek Pajaknya kurang dari RP. 1.000.000.000 satu miliar rupiah.
B. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
Dalam pasal 5 Undang –Undang Pajak Bumi dan Bangunan, Tarif Pajak yang dikenakan atas objek pajak adalah sebesar 0.5 Lima persepuluh persen
C. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP
Selain terdapat NJOP, terdapat pula Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP yang ditetapkan untuk setiap daerah KabupatenKota setinggi-
tingginya Rp. 12.000.000 sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 201KMK.042000. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah KabupatenKota,
ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama
Universitas Sumatera Utara
Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah Setempat.
Dalam pasal 3 ayat 3 Undang –Undang Nomor 12 Tahun 1994 menyatakan bahwa besarnya NJOPTKP ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00
untuk setiap wajib pajak dan apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
NJOPTKP hanya salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar, sedangkan Objek Pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi Nilai Jual
Objek Pajak Tidak Kena Pajak.
D. Contoh Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.
PBB = Tarif Pajak X NJKP
= 0.5 x {Persentase NJKP x NJOP – NJOPTKP}
1 Jika NJKP = 40 untuk objek pajak perkebunan, kehutanan, pertambangan,
pedesaan dan perkotaan yang NJOP = Rp. 1 milyar Sebagai contoh :
Wajib Pajak A memiliki sebidang tanah dan bangunan yang NJOP Rp. 2.000.000.000,00
Besarnya pajak terutang adalah : PBB =
0.5 x {40 x Rp 2.000.000.000,00 – Rp 8.000.000,00}
Universitas Sumatera Utara
= Rp 3.984.000,00
2 Jika NJKP = 20 untuk objek pajak pedesaan perkotaan yang NJOP Rp 1
milyar Sebagai contoh :
Wajib Pajak B memiliki sebidang tanah dan bangunan yang NJOP-nya Rp 15.000.000,00
Besarnya pajak terutang adalah PBB =
0.5 x {20 x Rp 15.000.000,00 – Rp 8.000.000,00 =
Rp. 7.000.000,00 3
Seorang wajib pajak mempunyai dua objek pajak berupa bumi dan bangunan masing – masing di Desa A dan di Desa B dengan nilai sebagai berikut :
a. Desa A.
Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 8.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 5.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk peghitungan pajak : Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp 8.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
Rp 5.000.000,00 + Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan
Pajak Rp 13.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 -
Nilai Jual Objek Pajak untuk penghitungan Pajak Rp 5.000.000,00
b. Desa B
Universitas Sumatera Utara
Nilai Jual Objek Pajak Bumi = Rp 5.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan = Rp 3.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk Penghitungan Pajak : Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp 5.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
Rp 3.000.000,00 +
Nilai Jual Objek Pajak sebagai dasar pengenaan Rp 8.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp 0,00 -
Nilai Jual Objek Pajak untuk penghitungan pajak Rp 8.000.000,00 Jadi PBB terhutang untuk Desa A dan Desa B adalah :
Desa A, PBB = 20 x 0.5 x Rp 5.000.000,00 = Rp 5.000,00
Sedangkan Desa B, PBB = 20 x 0.5 x Rp 8.000.000,00 = Rp 8.000,00
4. Pendaftaran dan Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan A. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak