Latar Belakang Tujuan Modul GP Sosiologi KK H

2 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK.

B. Tujuan

1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai Standar Kompetensi yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 2. Memenuhi kebutuhan guru dalam peningkatan kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. C. Peta Kompetensi Melalui modul PKB diharapkan peserta diklat dapat meningkatkan kompetensi antara lain : 1. Memahami Penyimpangan Sosial 2. Membuat rancangan pembelajaran Kriminalitas 3. Membuat rancangan pembelajaran kemiskinan

D. Ruang Lingkup

1. Penyimpangan Sosial 2. Kriminalitas 3. kemiskinan

E. Saran Cara Penggunaan Modul

1. Bacalah modul dengan seksama sehingga bisa dipahami 2. Kerjakan latihan tugas 3. Selesaikan kasuspermasalahan pada kegiatan belajar kemudian buatlah kesimpulkan

4. Lakukan refleksi

3 Kegiatan Pembelajaran 1 Penyimpangan Sosial A. Tujuan Melalui diskusi dan tanya jawab, peserta diklat mampu: 1. Menjelaskan pengertian perilaku menyimpang 2. Mengidentifikasi faktor penyebab perilaku menyimpang 3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku menyimpang

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pengertian perilaku menyimpang 2. Mengidentifikasi faktor penyebab perilaku menyimpang 3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk perilaku menyimpang

C. Uraian Materi 1. Konsep Penyimpangan Sosial

Penyimpangan deviance adalah istilah yang digunakan para sosiolog untuk merujuk pada tiap pelanggaran norma, mulai dari pelanggaran kecil, misalnya, memetik bunga hias dari halaman tetangga, sampai pada pelanggaran yang serius seperti pembunuhan. Norma adalah kaidah, aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman dan menyenangkan Kartono, 2005:14. Dalam masyarakat primitif yang terisolasi dan sedikit jumlahnya, masyarakatnya secara relatif terintegrasi dengan baik, norma-norma untuk mengukur tingkah laku menyimpang terlihat jelas dan tegas. Sedangkan tingkah laku menyimpang itu sendiri mudah dibedakan dengan tingkah laku normal atau konform. Sedang untuk masyarakat urban di kota-kota besar dan masyarakat teknologi- industri yang serba kompleks, dengan bermacam-macam subkebudayaan yang selalu berubah dan terus membelah diri dalam satuan yang lebih kecil, norma-norma sosial yang dipakai sebagai standar kriteria pokok untuk mengukur tingkah laku orang sebagai menyimpang atau tidak