Proses Fagositosis dan Fusi Fagolisosom

IFN  disekresikan oleh sel NK, sel T CD4+, dan sel T CD8+ pada pengeluaran IL- 12 dan IL-18 endogen oleh makrofag dan sel dendritik. Ditunjukkan bahwa individu yang mengalami defisiensi reseptor IFN  atau IL-12 terjadi peningkatan kepekaan terhadap infeksi mikobakterium Kleinnijenhuis et al., 2011. Beberapa subset makrofag telah diidentifikasi dengan berbagai peran penting masing-masing. Dua subset utama yaitu classical phenotype dan nonclassical alternative phenotype. Diferensiasi melalui jalur klasik diinduksi oleh produk mikroba atau IFN  menghasilkan induksi efek antimikroba dan produksi sitokin proinflamasi seperti TNF , IL-1β, IL-12 p40, dan IL-23 Verreck et a.l, 2004; Verreck et al., 2006. Keadaan yang berbeda dijumpai pada subset makrofag nonclassical yaitu gangguan aktivitas antimikroba dan produksi IL-12. Subset ini memiliki kapasitas presentasi antigen yang jelek dan dapat menekan imunitas seluler dengan memproduksi IL-10 Verreck et al., 2006.

2.4 Proses Fagositosis dan Fusi Fagolisosom

Interaksi antara M.tuberculosis dengan berbagai reseptor menyebabkan terjadinya proses fagositosis. Proses fagositosis memiliki beberapa tahap, antara lain Kaiser, 2002: a. Aktivasi Makrofag non aktif diaktivasi oleh berbagai mediator inflamasi seperti produk mikroba, protein komplemen, sitokin proinflamasi dan prostaglandin. Sebagai akibatnya makrofag memproduksi reseptor glikoprotein permukaan yang meningkatkan kemampuan mereka menangkap dan mengenali mikroba. Komponen mikroba yang dideteksi oleh reseptor ini dapat berupa peptidoglikan, teichoic acid, lipopolisakarida dan mannose. Selain reseptor mereka juga meningkatkan metabolisme dan efek mikrobisidalnya dengan jalan meningkatkan produksi ATP, enzim- enzim lisosom dan oksidan letal. b. Kemotaksis Kemotaksis adalah pergerakan sel fagosit karena adanya zat penarik attractant seperti bakteri protein, kapsul, fragmen dinding sel, endotoksin, komplemen C5a, kemokin IL-8, produk fibrin, kinin dan fosfolipid dari sel inang yang rusak. c. Penangkapan attachment Proses penangkapan ini dapat terjadi melalui opsonisasi terlebih dahulu maupun tidak. Beberapa zat seperti peptidoglikan, teichoic acid, lipopolisakarida, mannan dan glukan pada dinding mikroba yang tidak ditemukan pada sel manusia dapat menyebabkan attachment tanpa opsonisasi. Sedangkan attachment mikroba melalui jalur opsonisasi dengan menggunakan antibodi IgG atau protein komplemen C3b dan C4b. Opsonisasi akan meningkatkan kemampuan attachment dari sel fagosit. d. Penelanan ingestion Begitu terjadi attachment, filamen aktin membentuk pseudopodia yang melingkupi kemudian menelan mikroba dan menempatkannya pada suatu fagosom. Di dalam fagosom terjadilah proses survival dari kuman ini. Inang memerlukan zat besi sebagai kofaktor untuk menimbulkan mekanisme degradasi kuman yang terfagosit, sedangkan M.tuberculosis memerlukan zat besi untuk kelangsungan hidupnya. Sel inang mendapatkan zat besi yang dibutuhkan melalui transferrin receptor TfR yang membawa zat besi dari ekstraseluler sebagai transferin dan laktoferin. Kompleks ini kemudian dibawa dalam endosom awal tempat pelepasan zat besi dari reseptornya dalam suasana sedikit asam. M.tuberculosis membuat beberapa strategi agar kebutuhan zat besinya dapat terpenuhi. Yang paling penting adalah mencegah maturasi dari fagosom pada kondisi endosom awal sehingga kuman ini dapat mengakses langsung zat besi yang ada pada endosom tersebut. Strategi lain adalah memproduksi enzim siderophores yang memiliki afinitas tinggi terhadap zat besi intraseluler dan memindahkannya dari protein inang ke enzim mycobactin pada dinding selnya Collins dan Kaufmann, 2001; Vergne et al., 2004; Ulrichs and Kaufmann, 2004. Fagosom yang mengandung mikroba selain M.tuberculosis akan meneruskan maturasinya sehingga menjadi semakin asam. Kondisi yang asam ini akan memicu terjadinya fusi dengan lisosom yang banyak mengandung enzim hidrolisa, disamping itu fagosom yang matur juga menghasilkan oksigen dan nitrogen reaktif yang fatal bagi mikroba. Dengan menghambat proses maturasi ini akan menyebabkan M.tuberculosis selamat dari degradasi oleh lisosom Collins and Kaufmann, 2001; Vergne et al., 2004; Ulrichs dan Kaufmann, 2004. e. Destruksi Sel fagosit memiliki kantung yang disebut lisosom dan mengandung berbagai enzim digestif, zat kimia mikrobisidal dan oksigen radikal yang toksik. Lisosom kemudian berfusi dengan fagosom mengakibatkan terjadinya destruksi mikroba.

2.5 Peranan Coronin-1 dalam menghambat fagositosis oleh makrofag