Sel fagosit memiliki kantung yang disebut lisosom dan mengandung berbagai enzim digestif, zat kimia mikrobisidal dan oksigen radikal yang
toksik. Lisosom kemudian berfusi dengan fagosom mengakibatkan terjadinya destruksi mikroba.
2.5 Peranan Coronin-1 dalam menghambat fagositosis oleh makrofag
Coronin-1 Coronin-1a merupakan anggota dari keluarga protein coronin terekspresi pada vertebrata. Pertama kali dilaporkan peranan Coronin-1 pada
leukosit dalam mekanisme survival bakteri intraseluler M.tuberculosis. Walaupun banyak bakteri setelah mengalami internalisasi oleh makrofag maka secara cepat
akan terjadi fusi antara fagosom dengan lisosom dan akhirnya akan terjadi destruksi bakteri tersebut. Berbeda dengan M.tuberculosis, setelah internalisasi mikobakteria
secara aktif memblok fusi antara fagosom dengan lisosom Pieters, 2008a. Coronin 1 TACO, Tryptophan Aspartate containing Coat protein
merupakan molekul inang yang kemungkinan terlibat dalam blok fusi fagosom dengan lisosom, suatu protein ekslusif menjaga mikobakterial dalam fagosom.
Coronin-1 yang terdapat pada makrofag tidak terinfeksi distribusinya hampir sama antara sitosol dan membran, kemudian secara special menjaga fagosom makrofag
yang terinfeksi M.tuberculosis hidup, sedangkan pada makrofag dengan infeksi M.tuberculosis mati maka Coronin-1 pada tahap awal mengalami ko-internalisasi
namun secara cepat mengalami disosiasi dari fagosom. Setelah terjadi disosiasi, fagosom yang tidak dilapisi coronin-1 mengalami fusi dengan atau matur dalam
lisosom, akhirnya terjadi degradasi M. tuberculosis. Diperkirakan peran penting
coronin-1 dalam mencegah fusi fagosom yang mengandung mikobakteria dengan lisosom. Pada jaringan hati, mikobakteria secara efektif dapat dihancurkan dalam
sel Kuffer, sedangkan makrofag yang terdapat dalam jaringan hati tidak mengekspresikan Coronin-1. Coronin-1 berperan dalam aktivasi Ca-dependent
phosphatase calcineurin. Pada makrofag normal, setelah internalisasi mikobakteria maka fosfatase ini menjadi aktif sehingga memblok fusi fagosom dengan lisosom
dengan mekanisme yang belum diketahui dengan pasti, sehingga meningkatkan survival M.tuberculosis dalam makrofag. Pada keadaan defisiensi coronin-1, tidak
terjadi aktivasi calcineurin sehingga terjadi fusi fagosom dengan lisosom dan membunuh M.tuberculosis dalam makrofag Pieters, 2008b; Constantoulakis et al.,
2010.
Gambar 2.5 Model aktivitas Coronin-1 dalam makrofag
Pada keadaan makrofag istirahat, Coronin-1 Coronin-1A tersebar pada sitoplasma kortex sel. Pada saat masuknya patogen mikobakteria, Coronin-
1 dikerahkan untuk melindungi membran fagosom dan mengaktivasi calcineurin. Aktivasi calcineurin menyebabkan terjadinya blok fusi antara
fagosom yang mengandung M.tuberculosis hidup dengan lisosom. Delesi Coronin-1 atau hambatan aktivitas calcineurin menyebabkan induksi fusi
fagosom dengan lisosom dan akhirnya dapat membunuh M.tuberculosis Pieter, 2008a.
Kode gen Coronin-1A untuk protein tidak hanya mempunyai kemampuan untuk mengikat actin-associated proteins, tubulin dan phospholipase
‘C’, namun juga memiliki peran dalam beberapa proses seluler, termasuk kemotaksis,
fagositosis, pembelahan sel, transduksi sinyal, apoptosis dan regulasi gen. Gen Coronin-1A secara selektif diekspresikan dalam sel limfosit, makrofag dan netrofil
pada jaringan limfa dan thymus. Kemampuan Coronin-1A untuk mengikat bagian C-terminal dari protein P40
phox
, yang membentuk subunit NADPH oxidase, sebagai mekanisme dimana aktivitas bakterisidal yang tergantung generasi superoksida bisa
dibatasi pada vakuola fagositik. Coronin-1A diregulasi oleh protein phox melalui pengerahan protein kinase ‘C’ ke fagosom dan kemudian terjadi fosforilasi P47
phox
dan kompleks Coronin. Coronin terfosforilasi yang melarut dan pembuangan lapisan Coronin menyebabkan terjadi fusi fagosom dengan endosom. Kolesterol,
epigallocatechin-3-galate EGCG, komponen utama polipenol pada teh hijau, vitamin D3 + retinoic acid dan chenodeoxycholic acid + retinoic acid dapat
meregulasi transkripsi gen Coronin-1A. Melalui receptor-C
k
-dependent signalling, kolesterol diketahui dapat meregulasi SREBP dan PPAR-
transcriptional factor. EGCG sekarang diketahui bekerja melalui SP-1 transcription factors, dimana
vitamin D + retinoic acid dan chenodeoxycholic acid + retinoic acid diketahui bekerja melalui VDRRXR dan FXRRXR heterodimers. Tahap ini menunjukkan
bagaimana kontrol epigenomik gen Coronin-1A berperan dalam evolusi fagosom mikobakterial Kaul, 2008
2.6 Diabetes Melitus DM