DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN Perubahan Terhadap Hukum
Perubahan-Perubahan Sosial
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perubahan Social Hubungan Antara Perubahan-Perubahan Social Dengan Hukum
Pengaruh Budaya Hukum Terhadap Fungsi Hukum BAB III PENUTUP
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak awal sejarah pembentukan umat manusia dalam konteks interaksi dalam masyarakat persoalan kaidah atau norma merupakan jelmaan yang
dibutuhkan dalam upaya mencapai harmonisasi kehidupan. Secara empirik sosiologis kaidah atau norma adalah tuntunan atau kunci dalam mencapai
stabilisasi interaksi sehingga pelanggaran akan kaidah atau norma akan dijatuhi bersifat hukuman atau sanksi sosial.
Kaidah agama maupun kaidah hukum yang bersumber pula dari kaidah sosial merupakan payung kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat yang tidak beradab
adalah masyarakat yang tidak mempunyai kaidah agama maupun kaidah sosial, atau masyarakat yang mengingkari atau menyimpang dari kedua kaidah tersebut.
Dalam sejarah kehidupan manusia hal ini telah banyak dibuktikan. Interaksi kehidupan manusia dalam masyarakat dalam sepanjang perjalanan
hidup tidak ada yang berjalan lurus, mulus dan aman-amam saja. Sepanjang kehidupan manusia, yang namanya persengketaan, kejahatan, ketidakadilan,
diskriminasi, kesenjangan sosial, konflik SARA dan sebagainya adalah warna-warni
dari realitas yang dihadapi. Persoalan-persoalan tersebut semakin berkembang dalam modifikasi lain akibat pengaruh teknologi globalisasi akan semakin canggih
setua usia bumi. Manusia pun menyadari bahwa ketenangan dan ketentraman hidup tidak
akan tercapai tanpa kesadaran pada diri untuk berubah, memperbaiki perilaku selain dukungan masyarakat untuk memulihkannya. Secara kodrati, hal essensial
ini akan dicapai apabila masyarakat “menyediakan” perangkat kontrol, pengawasan sosial, baik itu berupa peraturan tertulis maupun tidak tertulis,
kelembagaan penerap sanksi maupun bentuk-bentuk kesepakatan masyarakat yang menjalankan fungsi tersebut. Secara realitas unsur-unsur pengawasan sosial
ini akan mengalami perubahan-perubahan, baik secara evolusi maupun revolusi sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Interaksi perubahan sosial di satu sisi dan perubahan hukum di sisi lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan seperti dua sisi sekeping mata
uang. Interaksi tersebut membawa konsekuensi ilmiah karena akan dilihat dari sudut
pandang yang
berbeda. Paradigma atau yang disebut model atau cara pandang yang bersifat ilmiah adalah
cara pandang yang tidak bersifat individual melainkan kolektif, peers group, teman sejawat yang telah mengalami uji “laboratorium sosial”. Oleh sebab itu perjalanan
paradigma adalah perjalanan otodidak, tidak diciptakan dan diuji keabsahannya oleh kaum ilmuwan dan masyarakat.
Apa yang kita sebut sebagai paradigma telah mengalami proses berfikir secara metodologis keilmuan yang akan dibuktikan keterandalannya melewati
ruang dan waktu. Sebagai bentuk pegangan dalam menganalisis, paradigma bukan merupakan hasil akhir tetapi sebuah tawaran akademik yang memberikan jalan
berfikir pada pengamat untuk mengevaluasi kembali pola pikir yang telah dianut orang banyak. Sejalan dengan hal ini maka yang dihindari adalah penganutan
paradigma secara “kultus individu”, yang berpegang pada satu paradigma dan membelanya mati-matian, tanpa berfikir bahwa persoalan hukum adalah
persoalan sosial, maka kerap kali yang dihadapi adalah memberikan penjelasan yang mudah dan dapat diterima semua pihak.
Paradigma dalam proses berfikir merupakan sebuah tawaran saja bagi proses pembelajaran suatu kaidah keilmuan, bukan tawaran akhir. Sepanjang perjalanan
umat manusia untuk terus berfikir, maka terbuka banyak sekali kemungkinan untuk timbul paradigma-paradigma baru dengan setting social yang berbeda.
Adapun paradigma yang berkembang dalam memberikan format atas hubungan interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum adalah :
Hukum melayani kebutuhan masyarakat, agar supaya hukum itu tidak akan menjadi ketinggalan oleh karena lajunya perkembangan masyarakat
Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma pertama ini adalah : Perubahan yang cenderung diikuti oleh sistem lain karena dalam kondisi
ketergantungan Ketertinggalan hukum di belakang perubahan sosial.
Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada keadaan baru. Hukum sebagai fungsi pengabdian.
Hukum berkembang mengikuti kejadian berarti ditempatnya adalah dibelakang peristiwa bukan mendahuluinya.
Paradigma pertama ini kita sebut sebagai Paradigma Hukum Penyesuaian Kebutuhan. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa hukum akan
bergerak cepat untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Kebutuhan akan peraturan perundang-undangan yang baru,
misalnya adalah yang nampak jelas dalam paradigma ini. Kita tidak bisa menghindari bahwa kebutuhan masyarakat akan suatu pengaturan sedemikian
besar tidak disertai oleh pendampingan hukum yang maksimal. Lajunya perubahan sosial yang membawa dampak pada perubahan hukum
tidak serta merta diikuti dengan kebutuhan secara langsung berupa peraturan
perundang-undangan. Persoalan ini sudah masuk dalam ranah mekanisme dalam lembaga perwakilan rakyat. Tetapi kebutuhan masyarakat agar hukum mampu
mengikuti sedemikian besar agar jaminan keadilan, kepastian hukum dapat terus terpelihara.
Sebagai contoh dalam paradigma ini adalah kejahatan teknologi canggih seperti computer, internet cyber crime, pengaturan pernikahan beda agama,
cloning, perbankan syari’ah, santet dan sejenisnya, pornografi, terorisme, status hukum waria, legalitas pernikahan lesbian dan homo, bayi tabung, euthanasia,
status pria hamil. Sedemikian banyak sesungguhnya yang terjadi dalam masyarakat yang perlu dibungkus dengan baju hukum tetapi tidak semua di atur
oleh hukum. Ini ibarat fenomena gunung es, yang secara realitas hal-hal yang penulis kemukakan adalah permukaan saja yang senyatanya lebih banyak dari
contoh di atas. Hal-hal yang diatur oleh hukum dikemudian hari sudah merupakan pilihan kebijakan publik dari pemerintah dengan beberapa pertimbangan.
Kalaupun misalnya persoalan-persoalan di atas masuk dalam perkara di pengadilan maka yang dijadikan dasar adalah aturan yang bersifat umum, masih
mencari-macari peraturan bahkan sudah kadaluwarsa, tidak spesifik pada kasus tersebut.
Paradima pertama ini dalam interaksi perubahan sosial terhadap perubahan hukum paling banyak terjadi. Hal ini membuktikan bahwa hukum mempunyai
peranan apabila masyarakat membutuhkan pengaturannya. Jadi sifatnya menunggu. Setelah suatu peristiwa menimbulkan sengketa, konflik, bahkan
korban yang berjatuhan maka kemudian difikirkan, apakah diperlukan pengaturannya secara formal dalam peraturan perundang-undangan. Kondisi ini
menampilkan posisi hukum sangat tergantung sebagai variabel yang dependent terhadap
perubahan sosial
yang terjadi.
2. Hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat atau setidak- tidaknya dapat memacu perubahan-perubahan yang berlangsung dalam
masyarakat. Ciri-ciri yang terdapat dalam paradigma kedua ini adalah :
a Law as a tool of social engineering. b Law as a tool of direct social change.
c Berorientasi ke masa depan forward look-ing. d Ius Constituendum
e Hukum berperan aktif.
f Tidak hanya sekedar menciptakan ketertiban tetapi menciptakan dan mendorong terjadinya perubahan dan perkembangan tersebut.
Essensi dari paradigma ini adalah penciptaan hukum digunakan untuk menghadapi persoalan hukum yang akan datang atau diperkirakan bakal muncul.
Paradigma kedua ini disebut sebagai Paradigma Hukum Antisipasi Masa Depan. Persoalan hukum yang akan datang dihadapi dengan merencanakan atau
mempersiapkan secara matang misalnya dari segi perangkat perundang- undangan. Hal ini banyak kita jumpai perundang-undangan yang telah diratifikasi
di bidang hukum internasional misalnya peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
Berkaitan dengan paradigma ini, terdapat juga peraturan perundang- undangan yang digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial tetapi
menghadapi polemik yang kontroversial dalam masyarakat oleh karena sanksi penjara dan denda yang sangat tinggi seperti UULLAJR Undang-undang Lalu
Lintas Angkutan Jalan Raya. Akibatnya pemerintah menunda pemberlakuan UU ini. Kedua paradigma di atas pada akhirnya akan berujung pada keinginan untuk
membuat produk hukum berupa peraturan perundang-undangan. Namun di sisi lain nilai positif yang kita ambil adalah :
a. Aspek pengkajian hukumDidahului dengan observasi lapangan dan dianalisis berdasarkan nilai kebutuhan riil masyarakat. Hasil riset dapat dijadikan parameter
untuk menentukan produk hukum yang dikeluarkan. Studi komparatif sangat dimungkinkan mengingat produk hukum yang akan dibuat telah belajar di tempat
lain. b. Aspek pendidikan hukum. Kedua paradigma tersebut menjadi wadah penting
bagi proses pembelajaran dalam pendidikan hukum. Orientasi pendidikan hukum sangat berhubungan dengan pola peningkatan intelektual hukum dengan
menelaah kasus-kasus yang terjadi dalam masyarakat yang nantinya dapat diambil konsep-konsep dasar pengembangan pendidikan hukum. Di bawah ini diuraikan
ragaan interaksi perubahan sosial dan perubahan hukum sebagai skematis yang sederhana dari uraian di atas sebagai berikut :
Rumusan Masalah
Pada rumusan masalah yang terjadi, norma –norma hukum yang terdapat dari masing-masing kebudayaan yang saling berhadapan tentunya memiliki fungsi
untuk mempertahankan kebudayaan itu sendiri yang nantinya berpengaruh kepada kondisi sosial masyarakat. Pengaruh yang didapatkan dari fungsi yang
berhadapan tersebut tidaklah selalu dapat diterima atau dapat dikatakan terdapat
suatu penyimpangan yang disebabkan adanya akulturasi budaya. Adakalanya akulturasi memberikan dampak kepada pribadi-pribadi untuk sejauh mana
menaati fungsi hukum yang ada. Dari uraian singkat diatas timbulah beberapa permasalahan-permasalahan sebagi berikut:
1. Bagaimana peran hukum bagi suatu kondisi sosial masyarakat ? 2. Bagaimana hubungan perubahan-perubahan sosial dengan hukum ?
Tujuan Penulisan :
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini ialah :
1. Tujuan umum, untuk mengetahui pemahaman tentanghubungan perubahan sosial dengan hukum .
2. Tujuan khusus,untuk mengetahui peran hukum didalam kondisi sosial masyarakat.
Manfaat Penulisan :
Manfaat teoritis yaitu pembaca dapat mengetahui bagaimana hubungan perubahan sosial dengan hukum .
Manfaat praktis yaitu dapat menggambarkan suatu praktek mengenai peranan hukum dalam perubahn-perubahan sosial.
BAB II PEMBAHASAN