Foto 8. Suasana ruang khazanah Sumber: Penulis
vitrin merupakan koleksi berukuran besar, seperti model rumah tradisional, alat pertanian dan pengolah hasil pertanian, serta perahu dan peralatan menangkap ikan.
Penempatan koleksi di dalam vitrin dimaksudkan agar terhindar dari sentuhan atau jangkauan pengunjung yang berisiko rusak, hilang, dan mengurangi debu.
3.5. Ruang Khazanah dan Penataannya
Ruang khazanah yang terletak di lantai 1 gedung
pameran tetap luasnya mencapai 165 m2 dengan satu
pintu untuk keluar dan masuk. Ruangan ini dilengkapi
penyejuk udara AC, kamera CCTV close circuit televison,
dan alarm. Selain kamera CCTV dan alarm, semua vitrin dilengkapi kunci berbentuk baut dan pintu berlapis
dua, tetapi kamera CCTV dan alarm kini tidak berfungsi lagi. Penerangan di ruang khazanah ini sepenuhnya menggunakan penerangan
buatan, yaitu menggunakan lampu fluorecent atau TL tubular lamp, lampu pijar, dan lampu spotlight. Lampu TL selain digunakan untuk penerangan ruangan, juga
untuk sebagian vitrin, dan lampu spotlight digunakan untuk memberikan penerangan
Bagan 8 . Ruang khazanah
Sumber: Museum Negeri Jambi
terfokus pada panel dan foto. Oleh karena ruangan tergantung cahaya buatan, apabila di antara lampu-lampu di dalam vitrin padam, vitrin menjadi gelap dan koleksi
beserta label tidak terlihat atau terbaca. Dinding ruangan khazanah dicat warna unggu berkombinasi langit-langit
warna putih, bingkai vitrin warna coklat tua, dan warna latar vitrin merah bata berbahan beludru. Warna latar vitrin yang demikian menyulitkan pengunjung untuk
memperhatikan detail koleksi apabila bahan koleksinya berwarna coklat, seperti koleksi naskah aksara incung berbahan tanduk kerbau dan bambu.
Penataan koleksi di ruang khazanah awalnya didasarkan atas kronologi sejarah yang berlangsung di Jambi, tetapi karena Museum Negeri Jambi tidak
memiliki koleksi yang lengkap, alur cerita melompat, artinya alur cerita tidak
Sumber: Museum Negeri Jambi
berdasarkan urutan waktu lagi. Kronologi sejarah di Jambi meliputi masa prasejarah, masa Kerajaan Melayu Kuno, masa pemerintahan Kesultanan Jambi, masa
pemerintahan kolonial Belanda, masa pendudukan Belanda, masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan. Berdasarkan kronologi sejarah tersebut koleksi yang
ditata terdiri dari koleksi arkeologika, etnografika, filologika, numismatikaheraldika, keramologika, historika, dan teknologika.
Tabel 4 Susunan Vitrin
No. Vitrin
Judul Jenis Koleksi
Bentuk Koleksi
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
16. Prasejarah
Melayu Kuno Melayu Kuno
Malayu Kuno Teknologi
Naskah Naskah
Perhiasan Perhiasan
Batik Mata uang
Senjata Kupon penukaran
Tombak Peralatan rumah tangga
Peralatan rumah tangga Arkeologika
Arkeologika Arkeologika
Arkeologika Teknologika
Filologika Filologika
Etnografika Etnografika
Etnografika Nimismatikaheraldika
Historika Numismatikaheraldika
Historika Keramologika
Keramologika Beliung batuan candi
Benda-benda perunggu Arca Prajnaparamita
Benda-benda emas Alat musik rumah tangga
Aksara incung Al-Quran
Pakaian perhiasan Pakaian
Batik Jambi Mata uang
Pistol, pedang, meriam Mata uang
Tombak Alat rumah tangga
Alat rumah tangga
Mengamati susunan vitrin pada denah dan tabel di atas nampak bahwa penataan koleksi didasarkan pada jenis koleksi, bukan alur cerita. Penataan koleksi
diawali dengan masa prasejarah yang diwakilkan hanya sebuah beliung batu vitrin 1
Foto 10. Arca Prajnaparamita Sumber: Penulis.
Foto Arca Prajnaparamita
dari Situs Muaro Jambi
Foto 9. Koleksi prasejarah dan sejarah Sumber: Penulis
dan 2. Oleh karena hanya terdapat 1 buah koleksi prasejarah, koleksi tersebut disatukan ke dalam vitrin masa Melayu Kuno. Padahal di storage masih terdapat 9
buah koleksi prasejarah lainnya, seperti replika
tengkorak dan tulang manusia purba, serta serpih bilah. Tidak
dimasukkannya koleksi-koleksi tersebut karena dianggap hanya
sedikit dan berukuran kecil, sedangkan vitrin yang tersedia
besar. Masa Melayu Kuno
dipaparkan melalui 2 buah vitrin vitrin 3 dan 4 yang satu di
antara vitrin tersebut berisi replika arca Prajnaparamita.
Penempatan replika arca Prajnaparamita ini ditujukan
sebagai arca pembanding dengan arca serupa yang ditemukan di
Koleksi prasejarah Beliung batu
Foto keris Si Ginjei
Candi Muaro Jambi. Pembandingnya bukan berupa arca, tetapi foto arca Prajnaparamita berukuran 20 R yang dilekatkan di panel luar vitrin.
Paparan masa Belanda diwakilkan melalui koleksi teknologika berupa akordeon, teropong, mesin jahit, dan gramofon vitrin 5. Paparan masa ini terputus
dengan kehadiran vitrin berisi koleksi filologika berupa naskah yang ditulis melalui media bambu, tanduk kerbau, dan Al-Quran bertulis tangan vitrin 6 dan 7. Pada
panel yang terletak di kiri vitrin naskah Al-Quran diletakkan foto keris Si Ginjei yang tidak ada kaitannya dengan isi dan judul vitrin sebelumnya Al-Qur’an. Menurut
Zainal wawancara tanggal 6 Januari 2010 penempatan foto keris Si Ginjei tersebut untuk mengisi ruang kosong di antara vitrin.
Foto 12. Penempatan foto keris Si Ginjei Sumber: Penulis
Foto 11. Koleksi masa kolonial Sumber: Penulis
Foto 13. Koleksi perhiasan Sumber: Penulis.
Foto 14. Vitrin numismatika Sumber: Penulis.
Selanjutnya vitrin koleksi perhiasan yang berisi koleksi etnografika
berupa perhiasan tubuh, perhiasan pakaian dan tekstil, seperti songket. Koleksi
perhiasan ini menempati 2 vitrin yang berdampingan vitrin 8 dan 9. Setelah
perhiasan dilanjutkan koleksi batik vitrin 10. Penempatan koleksi batik Jambi ini
merupakan pengulangan judul pameran, karena di lantai 2 ruang pameran tetap sudah dipamerkan koleksi batik.
Koleksi numismatika berupa mata uang dan coupon
penukaran yang pernah berlaku di Jambi ditempatkan pada vitrin
berikutnya vitrin 11 dan 13. Disayangkan dalam menata
koleksi numismatika dalam vitrin ini dicampur antara mata uang
masa Hindia-Belanda, mata uang masa pendudukan Jepang, dan masa kemerdekaan.
Foto 15. Penempatan vitrin numismatika Sumber: Penulis
Demikian pula penempatan koleksi numismatik
lainnya yang berupa coupon penukaran diselingi vitrin
senjata, seperti pistol, samurai, pedang, meriam, dan meriam
kecil lila vitrin 12. Walaupun sama-sama berupa vitrin dinding
atau vitrin tepi, tetapi bentuk kedua vitrin koleksi numismatika ini berbeda dengan vitrin lainnya. Penempatan
kedua vitrin yang nampak dipaksakan cukup mengganggu lalu lintas pengunjung karena peletakkannya tidak sejajar dengan vitrin dinding lainnya. Terganggunya
pengunjung juga dirasakan dengan diletakkannya alas pedestal guci di tengah ruangan. Alas tersebut cukup lebar, tidak sebanding dengan diameter guci yang
ditempatkan di atasnya. Koleksi lain seperti tombak dan keramik ditempat pada tiga buah vitrin
dinding di tengah ruangan. Koleksi tombak menempati 1 vitrin vitrin 14 dan 2 vitrin lainnya berisi keramik 15 dan 16. Keramik lain yang berukuran besar, seperti 3
buah guci ditempatkan di luar vitrin. Penempatan ketiga guci ini, baik di dalam vitrin maupun tidak, mengganggu karena ukurannya yang besar menutupi vitrin lainnya.
Dalam alur cerita storyline di atas nampak tidak ada urutan dan kesinambungan karena selain tidak ada koleksi yang sesuai kronologis sejarah Jambi,
juga penempatan koleksi didasarkan atas jenis koleksinya. Akibatnya terjadi lompatan alur cerita, yaitu dari masa Islam langsung masuk masa Pemerintahan
Kolonial Belanda. Seharusnya pada masa Islam inilah muncul KerajaanKesultanan Jambi yang diperkirakan tahun 1500, seiring perkembangan Islam di Nusantara.
3.6. Arti Penting Regalia Kesultanan Jambi