Pengelola Koleksi KONDISI FAKTUAL DAN ANALISIS MUSEUM NEGERI JAMBI

menyebarluaskan informasi koleksi ke masyarakat, sedangkan peran administratif mendukung kegiatan teknis, seperti menyiapkan sarana dan prasarana museum, mengurus kepegawaian staf museum, menyalurkan gaji staf museum, dan lain-lain. Struktur organisasi ini disusun sesuai visi dan misi museum, yaitu mewujudkan Museum Negeri Jambi sebagai cermin budaya dan sejarah Jambi, pusat pendidikan non formal, pengkajian benda-benda budaya, sejarah dan alam, serta tempat rekreasi edukatif kultural 1 . Oleh karena tesis ini menekankan pada koleksi, penulis hanya menguraikan peran staf pengelola koleksi Museum Negeri Jambi yang berdasarkan latar belakang pendidikan dan koleksi yang dikelolanya.

3.3. Pengelola Koleksi

Museum Negeri Jambi memiliki 2.923 buah koleksi yang dikelola oleh 4 orang staf dan 1 orang kepala seksi. Kelima pengelola koleksi ini memiliki beragam pendidikan, seperti digambarkan pada tabel 2 di bawah ini: 1 Uraian visi dan misi Museum Negeri Jambi lihat pada Gambaran Umum di halaman 34. Tabel 3. Pengelola Koleksi No. Nama Pendidikan Koleksi yang dikelola Pelatihan Permuseuman 1. 2. 3. 4. 5. Dafril Nelfi Nurlaini Jusuf Martun Surya Darmawati Suharto S-1 Sejarah S-1 Sejarah S-2 Museologi SMEA SMA Persamaan Kepala Seksi Keramologika Filologika Biologika Arkeologika Historika Geologika Etnografika Seni Rupa Teknologika Numismatika heraldika Tipe dasar Tipe khusus Tipe dasar Tipe khusus Sistem Informasi Koleksi Museum - Tipe dasar Tipe dasar Menilik tabel di atas, ternyata hanya 3 orang yang memiliki standar pendidikan untuk sebuah museum, yaitu Minimal D3 atau S1. Mereka adalah Dafril Nelfi, Nurlaini, dan Jusuf Martun. Dua lainnya Surya Darmawati dan Suharto tidak memenuhi standar pendidikan, yaitu berpendidikan SMEA dan SMA Persamaan dengan pelatihan permuseuman tipe dasar. Luthfi Asiarto 2008: 29 berpendapat bahwa standar pendidikan untuk pengelola koleksi sebuah museum minimal D3 atau S1 di bidang keilmuan yang sesuai dengan jenis koleksi yang dikelolanya, dan telah mengikuti pelatihan minimal tipe dasar ilmu permuseuman. Pendidikan minimal D3 Sumber: Museum Negeri Jambi atau S1 di bidang keilmuan ini penting karena berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan rasional. Selain itu, pengelola koleksi tidak mampu menggali lebih dalam aspek sosial budaya dari sumber-sumber tertulis yang banyak menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Belanda. Bahasa Belanda kerap digunakan dalam catatan berbagai peristiwa di Indonesia, termasuk koleksi museum, untuk kepentingan ilmiah dan politik, seperti dalam Daghregister, Tijdschrift Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Notulen Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, dan lain-lain. Rendahnya sumber daya manusia SDM berdampak pada ketidakmampuannya pengelola koleksi memaparkan kehidupan sosial budaya masyarakat di satu masa tertentu. Contoh, label dalam vitrin berisi koleksi tombak di ruang khazanah hanya menyebutkan nama koleksi, bahan pembuatan, dan asal koleksi. Seharusnya pengelola koleksi mengaitkan fungsi ketiga tombak tersebut dalam sistem sosial masyarakatnya melalui analisis bentuk, bahan, hiasan, dan ragam hias. Melalui analisis bentuk, bahan, hiasan, ragam hias, juga adanya sumber tulisan dapat diketahui bahwa tombak tersebut digunakan oleh bangsa Awin dan Penagan 2 untuk melindungi raja dari serangan arah depan maupun belakang. 2 Awin dan Penagan adalah 2 dari 12 bangsa keturunan Sultan Jambi yang mengabdi pada sultan dengan tanggungjawab menjaga hukum dan ketertiban, serta bertindak sebagai pengawal sultan. Sepuluh bangsa lainnya adalah VII dan IX Koto, Muaro Sebo, Petajin, Jebus, Air Hitam, Miji, Pinokawan, Mestong, Seradadu, dan Kebalin Petri, 1923. 17; Scholten, 2008: 54-55. Tentang kedudukan dan peranan masing-masing bangsa tersebut diuraikan lebih lanjut oleh Abdullah 1995: 9. Sumber: Museum Negeri Jambi

3.4. Ruang Pameran