Pakan Ternak Sumber Lignoselulosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pakan Ternak Sumber Lignoselulosa

Pakan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung perkembangan usaha peternakan di Indonesia. Pemanfaatan pakan menjadi salah satu solusi terbaik guna mengurangi biaya produksi. Disamping itu, pemanfaatan non konvensional maupun konvensional sebagai pakan akan dapat mengurangi dampak negatif dari produk utama itu sendiri. Pakan non konvensional memiliki kandungan nutrient yang cukup tinggi sebagai pakan alternatif, namun pemanfaatan pakan non konvensional sebagai pakan alternatif mempunyai berbagai keterbatasan salah satunya adalah tingkat kecernaan yang rendah akibat tingginya kandungan lignoselulosa yang mengakibatkan kandungan nutrien tidak dapat dimanfaatkan secara optimal Krause et al., 2003. Lignoselulosa merupakan komponen utama dinding sel tanaman yang sulit untuk didegradasi Howard et al., 2003. Lignoselulosa pada tanaman terdiri dari senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa yang saling berikatan Howard et al., 2003; Perez et al., 2002. Eceng gondok dan daun apu merupakan sumber bahan pakan non konvensional yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk, sungai bahkan di lahan pertanian dengan laju pertumbuhan yang sangat pesat. Mengingat laju pertumbuhannya yang sangat pesat, eceng gondok dan daun apu mempunyai potensi yang cukup tinggi sebagai sumber bahan pakan. Hasil penelitian Rianan dan Bidura 2002 melaporkan bahwa pemanfaatan eceng gondok yang terlalu tinggi akan menurunkan pertambahan bobot badan PBB ternak. Adanya kandungan serat kasar yang tinggi akan mengakibatkan tingkat kecernaan pakan menurun serta nutrien yang terkandung tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ternak. Hal ini disinyalir diakibatkan oleh kandungan serat kasar dari enceng gondok yang tinggi. Ahmed et al. 2012 melaporkan bahwa eceng gondok memiliki serat kasar yang tinggi dengan komposisi yakni 60 selulosa, 8 hemiselulosa dan 17 lignin. Hasil penelitian Radjiman et al. 1999 melaporkan bahwa kandungan nutrien eceng gondok yaitu protein kasar sebesar 13, lemak kasar 1, serat kasar 21,30 dan energi termetabolis 2.096,92 kkalkg. Hasil penelitian Sumaryono 2003 melaporkan bahwa daun apu yang bersumber dari sawah mengandung protein kasar sebesar 14,00; serat kasar 19,71; lemak kasar 1,54; abu 19,70 dan kandungan energi termetabolisnya 1444,47 kkalkg. Meskipun demikian berbagai penelitian telah menunjukkan pemanfaatan serat oleh ternak menjadi lebih optimal dan mampu meningkatkan kualitas karkas melalui penurunan kadar kolesterol darah, telur maupun daging melalui aplikasi teknologi biofermentasi. Bahan pakan non konvensional yang sering digunakan sebagai pakan ternak berasal dari limbah pertanian diantaranya adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, dan pucuk ubi kayu. Penggunaan hasil sampingan industri pertanian sebagai bahan pakan lokal yang murah dan mudah didapat merupakan strategi yang baik untuk menekan biaya pakan, namun bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian atau industri tidak dapat digunakan sebagai bahan pakan tunggal dalam ransum baik untuk ternak ruminansia atau non-ruminansia. Disamping itu, terdapat kendala dalam pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan yaitu kualitas yang rendah dengan kandungan serat kasar yang tinggi serta kandungan protein dan tingkat kecernaan yang rendah. Kendala pemanfaatan bahan pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dsebabkan oleh adanya kandungan berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat inhibitor. Disamping itu, bahan pakan non konvensional asal limbah juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbonenergi bagi mikroorganisme yang akan meningkatkan viabilitas dan efektivitas mikroba. Hal ini diakibatkan bahan-bahan tersebut dapat menyediakan kebutuhan nutrien bagi mikroba pendegradasi serat maupun probiotik dalam produk suplemen.

2.2. Lignoselulosa Sebagai Faktor Pembatas Pemanfaatan Pakan