PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Ahmat Nurdin

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

Dwi Maisari

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung

Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

AHMAT NURDIN

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model peraihan konsep terhadap pemahaman konsep matematika siswa, dengan desain penelitan postest only control group design. Model peraihan konsep adalah model pembelajaran yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu penyajian data dan identifikasi konsep, pengujian pencapaian konsep, dan analisis setrategi berfikir. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 13 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIG dan VIIIK yang diambil secara purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diketahui rata-rata skor pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep lebih tinggi daripada rata-rata skor pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional. Dengan demikian, dapat disimpulkan model peraihan konsep berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 6

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 9

1. Model Peraihan Konsep ... 9

2. Pembelajaran Konvensional ... 14

3. Pemahaman Konsep ... 15

B. Kerangka Pikir ... ... 17

C. Anggapan Dasar ... 20


(6)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 22

B. Desain Penelitian ... ... 23

C. Prosedur Penelitian ... ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

1. Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... ... 34

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ... 36

B. Pembahasan ... ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 41

B. Saran ... ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan nasional khususnya pada bidang matematika meru-pakan langkah yang strategis dalam mewujudkan peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing, baik pada tingkat lokal maupun global. SDM pada suatu negara dikatakan meningkat jika setiap warganya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan mutu pendidikan nasional dapat diwujudkan dengan adanya penyempurnaan-penyempurnaan pada aspek pendidikan secara menyeluruh.

Salah satu aspek pendidikan yang disempurnakan adalah kurikulum. Sebagai contoh, kurikulum 1994 telah disempurnakan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004. Selang dua tahun kemudian, KBK disem-purnakan kembali menjadi kurikulum terbaru yaitu Kurikulum 2006 yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tidak lama lagi, kurikulum terbaru berbasis karakter akan diberlakukan pada pertengahan tahun 2013 mendatang. Selain kurikulum, penyempurnaan juga dilakukan pada tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran di sekolah, karena tujuan masing-masing mata pelajaran merupakan cerminan dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri.


(8)

Tujuan pembelajaran matematika menurut Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 diungkapkan salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut, jelas sudah bahwa siswa dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep matematika.

Pada kenyataannya, di Indonesia masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei studi internasional tentang prestasi matematika dan sains oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) pada tahun 2011, yaitu Indonesia berada di urutan ke 38 dari 45 negara. Hasil survei ini mempertegas bahwa posisi Indonesia relatif rendah dengan skor 386 dibandingkan dengan negara-negara lain yang berpartisipasi dalam TIMSS. Skor ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007, dimana pada saat itu Indonesia menempati peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Hasil yang dicapai siswa Indonesia tersebut masuk pada kategori rendah, jauh dari kategori mahir dimana pada kategori ini siswa dituntut untuk menguasai konsep dengan baik, dapat mengorganisasikan informasi, membuat perumuman, memecahkan masalah tidak rutin, mengambil dan mengajukan argumen pembenaran simpulan. Kategori


(9)

3 mahir inilah yang ingin dicapai dalam tujuan pembelajaran matematika di sekolah.

Pada umumnya, pembelajaran matematika di sekolah masih terpusat pada guru, sehingga posisi guru sangat dominan. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Mengajar hanya merupa-kan transfer pengetahuan dari guru ke siswa sehingga belajar matematika hanya dengan menghafal dan mengingat rumus (Andari, 2010: 3). Model pembelajaran seperti ini biasa disebut model konvensional. Salah satu alasan mengapa guru lebih suka memakai model pembelajaran konvensional dikarenakan guru kurang menguasai dan kurang dapat menerapkan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran konvensional dengan langkah-langkahnya di awali dengan guru memberikan informasi melalui metode ceramah yang diiringi dengan memberikan contoh soal, sedangkan siswa menyimak dan mencatat, kemudian siswa mengerjakan tugas dan latihan. Setelah siswa selesai mengerjakan tugas, kemudian guru membahas jawabannya dan di akhir pembelajaran guru memberi-kan pekerjaan rumah kepada siswa. Menurut Nurmalasari (2010: 2) pembelajaran seperti ini akan membuat siswa hanya belajar menghafal konsep, menerima pengetahuan sebagai informasi, dan tidak terbiasa menemukan sendiri pengetahuan atau informasi yang mereka butuhkan. Dengan demikian, kemampuan pemahaman konsep oleh siswa kurang dapat tercapai dengan baik jika pembelajaran matematika di sekolah hanya menggunakan model pembelajaran tersebut.


(10)

Dari uraian pada paragraf di atas, maka guru perlu memilih model pembelajaran yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, termasuk kemampuan pemahaman konsep matematika. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman konsep adalah model pembelajaran peraihan konsep. Model pembelajaran peraihan konsep merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa memperoleh dan menguatkan pemahaman konsep serta memperaktikkan berpikir kritis sehingga pembelajaran matematika akan menjadi lebih bermakna. Dengan kata lain, model pembelajaran peraihan konsep lebih memberikan peluang bagi setiap siswa untuk memperoleh konsep dibandingkan pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan oleh guru.

Dalam pembelajaran peraihan konsep, siswa dilibatkan untuk meraih konsep melalui tiga tahap pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dalam proses pembelajaran matematika. Fase pertama, guru perlu memperkenalkan bagaimana proses pembelajaran akan dilakukan. Selanjutnya, guru menyajikan data berupa contoh dan noncontoh terkait konsep yang hendak dicapai, kemudian siswa melakukan identifikasi konsep untuk memunculkan definisi konsep berdasarkan ciri-ciri pada contoh. Pada langkah ini, siswa mampu untuk memunculkan sendiri dugaan definisi tanpa diberikan secara langsung seperti yang selama ini terjadi. Fase kedua, guru melakukan pengujian pencapaian konsep yang diperoleh siswa dengan memberikan tambahan contoh dan noncontoh, kemudian menegaskan hipotesis, nama konsep, dan menyatakan kembali definisi konsep. Pada fase terakhir, peserta didik, baik secara individu ataupun berkelompok, mengungkap-kan pemikirannya dan mendiskusimengungkap-kan aneka pemikiran yang ada.


(11)

5 Dari uraian paragraf di atas, jelas bahwa pembelajaran peraihan konsep memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun sendiri struktur pengetahuannya. Ketika siswa mampu membangun sendiri struktur pengetahuan-nya berarti siswa mampu meraih konsep yang hendak dicapai. Dengan kata lain, pemahaman konsep matematika siswa dapat tercapai dengan baik jika menggunakan model peraihan konsep. Selain itu, pembelajaran peraiahn konsep telah menganut prinsip dasar dalam pembelajaran yaitu berpusat pada siswa. Rendahnya pemahaman konsep matematika dan pembelajaran yang masih ber-pusat pada guru juga terjadi di SMPN 13 Bandar Lampung dimana guru masih menjelaskan materi pelajaran sementara siswa hanya sebagai subjek yang mene-rima materi tersebut, kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum sepenuhnya mengikutsertakan siswa menjadi bagian dari proses pembelajaran. Di SMPN 13 Bandar Lampung, siswa dikatakan tuntas belajar matematika apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65. Berdasarkan data nilai ujian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, diperoleh presentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar hanya sebanyak 60%. Ini menunjukan bahwa pemahaman konsep matematika yang ditunjukan oleh hasil belajar matematika siswa belum optimal. Hal ini bisa saja dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sebelumnya kurang sesuai atau kurang efektif bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian dengan menggunakan model peraihan konsep pada siswa kelas VIII SMPN 13 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013.


(12)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan model peraihan konsep berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013?”.

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model peraihan konsep terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

D.Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :

1. Bagi Peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model peraihan konsep serta sebagai acuan/refrensi untuk peneliti lain (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

3. Bagi kepala sekolah, dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.


(13)

7 E.Ruang Lingkup

1. Pengaruh merupakan suatu daya atau tindakan yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Pembelajaran peraihan konsep dikatakan berpengaruh jika pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional.

2. Model peraihan konsep adalah suatu model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep. Pembelajaran ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu penyajian data dan identifikasi konsep, pengujian pencapaian konsep, dan analisis setrategi berfikir.

3. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang dalam pelaksanaanya guru menjelaskan materi secara langsung, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Kemudian guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, diakhir pembelajaran siswa diberi soal latihan dan pekerjaan rumah.

4. Pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa untuk menyatakan ulang suatu konsep yang diperoleh kedalam berbagai bentuk, sehingga siswa tidak hanya mengerti untuk dirinya sendiri tetapi juga dapat menjelaskan kepada orang lain dan mengaplikasikannya ke dalam masalah kehidupan sehari-hari. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah: a. menyatakan ulang suatu konsep;

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; c. memberi contoh dan noncontoh dari konsep;


(14)

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; e. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; f. mengaplikasikan konsep.


(15)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Model Peraihan Konsep

Model peraihan konsep disebut juga model perolehan konsep atau model pencapaian konsep. Model peraihan konsep mula-mula didesain oleh Joice dan Well (1972) yang didasarkan pada hasil riset Jerome Bruner dengan maksud bukan hanya untuk mengembangkan berpikir induktif, tetapi juga untuk menganalisis dan mengembangkan konsep. Bruner dalam Sanusi (2006: 75) berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur- struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Peserta didik harus menemukan keberaturan dengan cara me-manipulasi material yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya. Lebih jauh, Bruner juga mengungkapkan bahwa cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk sampai pada suatu kesimpulan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Vygotsky dalam Slavin (2005: 37) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau


(16)

menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuan mereka. Ide yang lebih penting lagi menurut Vygotsky adalah scaffolding. Scaffolding adalah memberi sejumlah bantuan kepada peserta didik selama tahap awal pembelajaran dan kemudian bantuan tersebut pelan-pelan dikurangi hingga anak dapat bekerja sendiri. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, membedakan contoh dan noncontoh atau apapun bantuan lainnya sehingga memungkinkan siswa tersebut tumbuh secara mandiri. Penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran peraihan konsep adalah pada analisis berpikir, yaitu mengungkapkan pikirannya dan berdiskusi antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa dalam menemukan konsep. Teori belajar Jerome Bruner dan Vygotsky inilah yang mendasari didesainnya model peraihan konsep.

Eggen dan Kauchak (2012: 218) menyatakan model peraihan konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu kosep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu.

Lebih jauh, Eggen dan Kauchak (2012: 218) juga menyebutkan bahwa pada pembelajaran peraihan konsep ini, guru menunjukkan contoh dan noncontoh dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara siswa membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud.


(17)

11 Selain itu, pembelajaran peraihan konsep juga berguna untuk memberikan pengalaman kepada siswa dengan metode ilmiah. Yang paling terutama adalah pengalaman menguji hipotesis sehingga ini akan menjadi kegiatan yang menarik bagi siswa.

Supriyono dalam Fariz (2008: 18) mengemukakan bahwa model peraihan konsep merupakan model pembelajaran yang melatih keterampilan dasar berpikir. Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Aktivitas berfikir yang terdapat didalam proses berpikir rasional meliputi proses mengingat, mengimajinasi, menggolongkan, dan menggeneral-isasi, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis, mengsintesis, serta me-reduksi dan menginduksi.

Sanusi (2006: 72) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pencapaian konsep adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pengajaran dengan menyajikan data berupa contoh dan noncontoh, kemudian guru meminta siswa untuk mengamati/memahami data yang disajikan oleh guru tersebut. Atas dasar ini, kemudian dibentuk abstraksi. Model pencapaian konsep adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan melatih pengujian hipotesis dan model ini memiliki keunggulan untuk memahami (mempelajari) suatu konsep dengan cara lebih efektif.


(18)

Kegunaan dari model ini adalah: (1) untuk membantu siswa didalam memahami konsep dengan memperhatikan objek, ide, dan kejadian-kejadian, (2) agar siswa lebih efektif didalam memperoleh konsep dengan cara memahami setrategi berfikir. Eggen dan Kauchak (2012: 219) menyatakan model peraihan konsep mempunyai tujuan untuk membantu siswa meraih beberapa tujuan pembelajaran, yaitu membangun dan mengembangkan pemahaman mereka terhadap konsep, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran peraihan konsep adalah model pembelajaran yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pengajaran dengan menyajikan data/contoh, kemudian guru meminta siswa untuk mengamati atau memahami data yang disajikan oleh guru tersebut sehingga siswa mampu meraih dan mengembangkan pemahaman mereka tentang konsep.

Naylor & Diem dalam Fariz (2008: 16) menguraikan langkah-langkah pembelajaran peraihan konsep sebagai berikut:

a. Menunjukkan serangkaian contoh dan bukan contoh dari konsep yang akan dipelajari secara berurutan;

b. Menyediakankesempatan kepada siswa untuk menguji contoh dan bukan contoh serta menduga aturan suatu konsep;

c. Menegaskan dan menjelaskan nama dan definisi atau rumusan suatu konsep; d. Menunjukkan contoh dan bukan contoh tambahan, kemudian meminta siswa

untuk mengklasifikasikannya;

e. Menguji pemahaman siswa tentang konsep berdasarkan contoh yang mereka buat sendiri;


(19)

13 Sanusi (2006: 73) menyebutkan bahwa sintak model peraihan konsep memiliki 3 fase kegiatan. Ketiga fase yang dimiliki oleh model peraihan konsep meliputi fase penyajian data dan identifikasi konsep, fase pengujian pencapaian konsep, dan fase penganalisisan strategi berfikir siswa. Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan peserta didik pada ketiga fase di atas adalah sebagai berikut:

1) Penyajian data dan identifikasi konsep,

a) Guru menyajikan contoh, baik contoh pisitif maupun contoh negatif (bukan contoh);

b) Peserta didik membandingkan ciri-ciri yang ada pada contoh positif dan contoh negatif;

c) Peserta didik membuat hipotesis dan mengujinya;

d) Peserta didik membuat definisi tentang konsep berdasarkan ciri-ciri utama/esensial pada contoh positif yang tidak dimiliki oleh contoh negatif. 2) Pengujian pencapaian konsep

a) Peserta didik mengidentifikasikan tambahan contoh pemberian guru yang tidak diberi label dengan menyatakan “ya” untuk contoh positif atau “bukan” untuk contoh negatif;

b) Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan menyatakan kembali definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri esensial.

3) Menganalisis strategi berfikir

a) Peserta didik mengungkapkan pemikirannya;


(20)

Menurut Sukamto (1996) kerangka operasional atau langkah-langkah pembelajaran peraihan konsep adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Peraihan Konsep MODEL PERAIHAN KONSEP

KEGIATAN MENGAJAR KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Menyajikan contoh konsep A. Memahami contoh konsep

B. Meminta dugaan B. Mengajukan dugaan

C. Meminta definisi C. Memberikan definisi D. Meminta contoh lain D. Mencari contoh lain E. Meminta nama konsep E. Memberikan nama konsep F. Meminta Contoh lain F. Mencari contoh lainnya G. Bertanya mengapa/bagaimana G. Ungkapkan pikiran H. Membimbing diskusi H. Diskusi aneka pikiran

2. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang bepusat pada guru. Jauhar (2011) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang hanya memusatkan pada model ceramah.

Menurut Hamalik (2001: 56) pembelajaran konvensional menitikberatkan pada pembelajaran klasikal, guru mengajarkan bahan yang sama dengan model yang sama dan penilaian yang sama kepada semua siswa serta menganggap semua siswa akan memperoleh hasil yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini paling sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah.


(21)

15 Dalam penelitian ini, model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran yang digunakan guru matematika di sekolah yang sedang diteliti. Pelaksanaan model pembelajaran ini yaitu guru menjelaskan materi, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Kemudian guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, diakhir pembelajaran siswa diberi soal latihan dan mengerjakan soal-soal tersebut serta pekerjaan rumah.

3. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hasan dkk (2007: 811) paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Menurut Sardiman (2008: 42) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Sanusi (2006: 71) menyebutkan bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan/mengklasifikasikan objek- objek atau kejadian-kejadian tertentu, apakah objek-objek atau kejadian-kejadian tersebut merupakan contoh atau noncontoh dari ide itu.

Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan utama dalam pembelajaran matematika. Dalam tujuan pembelajaran matematika siswa tidak hanya mengahafal materi-materi yang diajarkan guru tetapi juga pemahaman konsep dari materi matematika tersebut. Pemahaman konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau


(22)

mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama. Selain itu, siswa dikatakan paham jika ia mampu mengklasifikasikan objek-objek, apakah objek-objek tersebut merupakan contoh atau noncontoh dari konsep.

Kilpatrick dalam Handini (2008) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interpretasi data, dan mampu mengklasifikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bloom dalam Fariz (2008: 240) bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu meng-aplikasikannya.

Pemahaman konsep harus dimiliki oleh setiap siswa di dalam proses pembelajaran matematika, karena konsep-konsep dalam materi matematika saling berkaitan. Sehingga untuk mempelajari suatu materi, siswa dituntut untuk paham dengan konsep sebelumnya, supaya dapat memahami materi yang dipeljari dengan baik. Dengan pemahaman konsep yang baik, siswa dapat menyelesaikan masalah yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Bell dalam Kusumaningtyas (2011: 27)


(23)

17 bahwa siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan soal baru yang lebih bervariasi. Selain itu, siswa yang memahami suatu konsep akan dapat menyatakan suatu objek ke dalam berbagai bentuk dan situasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan siswa untuk menyatakan ulang suatu konsep yang diperoleh dalam pembelajaran matematika dalam berbagai bentuk sehingga siswa tidak hanya mengerti untuk dirinya sendiri tetapi juga dapat menjelaskan kepada orang lain serta mampu mengklasifikasikan suatu objek apakah merupakan contoh atau noncontoh konsep. Selain itu, siswa juga dapat menyatakan suatu konsep dalam berbagai bentuk representatif, dapat menyelesaikan soal-soal rutin dan non rutin dengan menggunakan prosedur tertentu, dan mengaplikasikan konsep yang dipelajari ke dalam masalah kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diperoleh dari tes pemahaman konsep, dengan indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah:

a. menyatakan ulang suatu konsep;

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; c. memberi contoh dan non-contoh dari konsep;

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; e. menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; f. mengaplikasikan konsep.

B. Kerangka Pikir

Tingkat keberhasilan kegiatan belajar matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar, tergantung dari bagaimana proses belajar itu terjadi dan kemampuan guru


(24)

dalam mengelola pembelajaran. Salah satu aspek dari hasil belajar matematika adalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam mewujudkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang baik adalah dengan memilih model pembelajaran yang memberi ruang kepada siswa untuk menemukan konsep dan berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam pembelajaran matematika.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih yaitu model peraihan konsep, suatu model pembelajaran yang menggunakan data/contoh untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Model pembelajaran ini memiliki tahap-tahap pelaksanaan yang terdiri dari tiga fase, yaitu: penyajian data dan identifikasi konsep, pengujian pencapaian konsep, dan analisis strategi berfikir. Guru mengawali pembelajaran dengan menyajikan data/contoh baik contoh positif maupun contoh negatif (noncontoh) untuk mengawali proses penciptaan hipotesis. Pemakaian noncontoh jelas berbeda dengan menggunakan contoh, pemakaian noncontoh dirancang untuk menyajikan adanya kemungkinan-kemungkinan hipotesis secara terbuka. Dengan menampil-kan contoh dan noncontoh, akan membantu siswa mengidentifikasi ciri-ciri penting yang dimiliki oleh suatu konsep. Selanjutnya, Peserta didik diminta untuk membandingkan ciri-ciri pada contoh dan noncontoh, membuat dan menguji hipotesis, kemudian membuat definisi tentang konsep atas ciri-ciri utama/esensial.

Usaha membandingkan contoh dan noncontoh merupakan kegiatan yang dapat melihat ciri-ciri yang ditemukan dalam contoh tetapi tidak ada pada sesuatu yang bukan contoh. Jika ciri-ciri itu disusun secara sistematis, maka siswa akan dapat


(25)

19 memproses data secara logis. Pada langkah ini, siswa mampu untuk mengklasifikasikan objek dan memunculkan sendiri satu dugaan atau beberapa dugaan konsep tanpa diberikan secara langsung seperti yang selama ini terjadi pada pembelajaran konvensional. Berikutnya, guru memberikan contoh dan noncontoh lainnya. Dengan pemberian contoh dan noncontoh tambahan, secara seksama siswa akan menghasilkan hipotesis ganda/tambahan dan secara bertahap akan menghilangkan hipotesis yang tak dapat dipertahankan.

Setelah siswa mampu memberikan dugaan atau beberapa dugaan yang dapat dipertahankan, guru meminta siswa untuk mengidentifikasikan secara tepat contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu dan kemudian membuat contoh dan noncontoh mereka sendiri untuk mendukung apakah dugaan siswa telah sesuai atau belum sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Setelah itu, guru dan siswa dapat membenarkan atau tidak hipotesis yang mereka tentukan sebagaimana mestinya. Cara seperti ini akan mendorong siswa untuk meraih konsep matematika yang sedang dipelajari dengan baik yang mungkin saja tidak didapatkan pada pembelajaran konvensional.

Pada akhir fase pembelajaran, siswa dituntut untuk mengungkapkan pemikirannya sehingga siswa aktif terlibat dalam pembelajaran, tidak seperti pada pembelajaran konvensional dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan sedikit diskusi sehingga terkesan membosankan. Selain itu, model peraihan konsep juga memberikan ruang kepada setiap siswa untuk mendiskusikan berbagai pemikiran yang ada sehingga pembelajaran semakin menarik. Tahap ini tentu memberikan nilai lebih yang tidak diperoleh pada pembelajaran konvensional, yaitu menghargai pendapat orang lain. Dengan pemberian latihan pada setiap konsep


(26)

yang telah dipelajari, siswa diharapkan mampu mengaplikasikan konsep yang telah diperolehnya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, model peraihan konsep menuntut siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika yang dipelajari sehingga pemahaman konsep matematika siswa lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang mengarahkan siswa untuk sekedar mengetahui algoritma suatu konsep tanpa tahu bagaimana konsep itu diperoleh.

C.Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam peneletian ini adalah:

1. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung selama ini memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain model peraihan konsep dan pembelajaran konvensional diabaikan.

D.Hipotesis

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

a. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah model peraihan konsep berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.


(27)

21 b. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional.


(28)

III.METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi dalam 11 (sebelas) kelas paralel. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum bahwa pendistribusian siswa pada setiap kelas adalah merata dan tidak terdapat kelas unggulan. Rata-rata nilai ujian semester ganjil kelas VIII di sekolah tersebut disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.1 Rata-Rata Nilai Siswa pada Masing-Masing Kelas

No Kelas Rata-Rata Nilai

1 VIII.A 60,2

2 VIII.B 55,1

3 VIII.C 54,8

4 VIII.D 56,9

5 VIII.E 53,7

6 VIII.F 62,0

7 VIII.G 59,2

8 VIII.H 54,9

9 VIII.I 61,9

10 VIII.J 63,2

11 VIII.K 59,3

Rata-Rata Nilai Populasi 58,3

(Sumber: Data Nilai Ujian Semester Ganjil SMP Negeri 13 Bandar Lampung) Untuk kepentingan penelitian ini, sampel diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu mengambil dua kelas dari sebelas kelas yang memiliki rata-rata


(29)

23 nilai hampir sama dengan rata-rata nilai pada populasi. Selanjutnya, berdasarkan rata-rata nilai tersebut, dipilih dua kelas yaitu kelas VIII G dan kelas VIII K. Dari dua kelas tersebut, kemudian diundi, terpilih kelas VIII K sebagai kelas kontrol dan kelas VIII G sebagai kelas eksperimen.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design yang merupakan bentuk desain penelitian eksperimen semu. Pada desain ini, kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran perolehan konsep, sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran, siswa pada kedua kelompok tersebut diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa.

Untuk memperjelas desain penelitian, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furchan (1982: 368) bahwa desain penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan

A1 X1 O

A2 X2 O

Keterangan:

A1 = kelompok eksperimen A2 = kelompok kontrol O = posttest

X1 = perlakuan (model pembelajaran peraihan konsep) X2 = perlakuan (model pembelajaran konvensional)


(30)

C.Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran untuk pembel-ajaran peraihan konsep dan pembelpembel-ajaran konvensional. Perangkat pembelajaran ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Panduan untuk Pengajar, kisi-kisi soal untuk mengukur pemahaman konsep, soal tes, dan kunci jawaban soal tes pemahaman konsep yang merujuk pada pedoman penskoran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu RPP dengan model pembelajaran peraihan konsep di kelas eksperimen dan RPP dengan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol.

3. Pengumpulan Data 4. Analisis Data

5. Penarikan Kesimpulan 6. Penyusunan Laporan

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui tes pemahaman konsep, baik untuk kelompok yang menggunakan model peraihan konsep maupun kelompok yang menggunakan model konvensional. Pemberian


(31)

25 tes ini bertujuan untuk memperoleh data skor pemahaman konsep sesudah diterapkannya model peraihan konsep dalam pembelajaran. Tes yang digunakan dalam bentuk uraian. Data yang telah diperoleh nantinya akan dianalisis untuk penarikan kesimpulan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang disusun dalam bentuk uraian berjumlah 5 soal berdasarkan indikator pemahaman konsep dan materi ajar yang sedang dipelajari siswa pada saat penelitian ini dilakukan, yaitu garis singgung lingkaran. Tes dilakukan satu kali, yaitu setelah dilakukan perlakuan. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematika. Setiap indikator mempunyai bobot skor maksimal dan bobot skor minimal. Ada yang diberi skor maksimal 4 dan ada pula yang diberi skor maksimal 2, sedangkan untuk skor minimalnya adalah 0.

Panduan pemberian skor menggunakan rubrik holistik. Menurut Bathesta (2007: 13) bahwa rubrik holistik adalah rubrik yang menilai proses secara keseluruhan untuk setiap indikator, tanpa adanya pembagian komponen secara terpisah. Rubrik tersebut kemudian dimodifikasi disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep. Pedoman pensekoran tes kemampuan pemahaman konsep disajikan dalam Tabel 3.3.


(32)

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

No Indikator Keterangan Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Dapat menyatakan ulang suatu konsep namun masih terdapat kesalahan.

1 c. Dapat menyatakan ulang suatu konsep

sesuai dengan definisi dan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek dengan benar .

2

2. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki namun masih melakukan kesalahan.

1

c. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat/ciri-ciri dan konsepnya tertentu yang dimiliki dengan tepat.

2

3. Memberi contoh dan non contoh

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Dapat memberikan contoh dan non contoh namun masih melakukan beberapa kesalahan.

1

c. Dapat memberi contoh dan non contoh dengan benar.

2 4. Menyatakan

konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Dapat menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika namun masih melakukan kesalahan.

1,2,3

c. Dapat menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar.


(33)

27 Lanjutan Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

5. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Mampu menggunakan, memanfatkan, dan memilih prosedur tertentu namun masih melakukan beberapa kesalahan.

1,2,3

c. Mampu menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur dengan benar.

4

6. Mengaplikasikan konsep

a. Tidak ada jawaban atau tidak ada ide matematika yang muncul sesuai dengan soal.

0

b. Mampu mengaplikasikan konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan.

1,2,3 c. Mampu mengaplikasikan konsep dengan

tepat.

4

Untuk menjamin bahwa instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan merupakan instrumen yang baik, maka penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat, dan melakukan uji coba instrumen. Agar diperoleh data yang akurat maka instrumen tes yang akan digunakan harus memiliki kriteria yang baik. Dengan demikian, maka perlu dilakukan uji validitas tes dan uji reliabilitas tes.

a. Validitas Tes

Validitas tes dalam penelitian ini didasarkan atas judgment dari guru matematika dimana penelitian ini dilakukan. Dengan asumsi bahwa kelompok guru matematika kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung mengetahui dengan


(34)

benar kurikulum SMP, maka penilaian terhadap kesesuaian butir tes dengan indikator pembelajaran dan indikator pemahaman konsep dilakukan oleh guru tersebut. Butir-butir tes dikategorikan valid apabila telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur berdasarkan penilaian guru mitra melalui daftar chek list. Hasil penilaian guru mitra terhadap instrumen tes dapat dilihat pada lampiran B.4 dan instrumen tes dinyatakan valid. Setelah instrumen tes dinyatakan valid, kemudian dilakukan uji coba soal di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yang sama, yaitu dilakukan pada siswa kelas VIII A. Selanjutnya, menganalisis hasilnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen tersebut.

b. Reliabilitas Tes

Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes digunakan model satu kali tes dengan teknik Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2003: 208) dengan kriteria suatu tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih dari 0,70.

             

2

2 11 1 1 t i n n r   dengan 2 2 2                  

N X N

Xi i

t

Keterangan : 11

r = nilai reliabilitas instrumen (tes)

n

= banyaknya butir soal (item)

2

i

 = jumlah varians dari tiap-tiap item tes = varians total

N = banyaknya data = jumlah semua data

= jumlah kuadrat semua data

Berdasarkan pendapat di atas, maka kriteria yang akan digunakan dalam penelitian ini harus memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70. Hasil perhitungan

2 t


(35)

29 reliabilitas tes pada uji coba yang dilakukan di kelas VIII A diperoleh

. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2.

F. Teknik Analisis Data

Analisis terhadap data penelitian dilakukan bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh dari posttest. Pemberian skor ditentukan oleh jawaban yang benar, sehingga diperoleh skor posttest. Data skor posttest kelompok eksperimen serta kelompok kontrol tersebut kemudian dianalisis secara statistik untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah data dari kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau sebaliknya. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273). Berikut langkah-langkah uji normalitas.

a) Hipotesis

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal b) Taraf Signifikansi


(36)

c) Statistik Uji

   k i i i i E E O x 1 2 2 Keterangan : 2

x = harga Chi-Kuadrat

i

O = frekuensi pengamatan

i

E = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika 1  3 2

 

x k

x dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa nilai Xhitung2 untuk kelompok eksperimen adalah 6,59 dan nilai Xhitung2 untuk kelompok kontrol adalah 2,65, sedangkan

2

tabel

X yaitu 7,81. Ini berarti Xhitung2 < Xtabel2 . Dengan demikian, pada taraf = 0,05 H0 diterima, yaitu kedua data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas secara lengkap terdapat pada lampiran C5 dan C6.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep dan data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah diperoleh memiliki varians yang homogen atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini


(37)

31 menggunakan uji F menurut Sudjana (2005: 249). Berikut langkah-langkah uji homogenitas.

a) Hipotesis

H0: σ12= σ22 : kedua kelompok populasi mempunyai varians homogen.

H1: σ12≠ σ22: kedua kelompok populasi mempunyai varians tidak homogen. b) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan c) Statistik Uji

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Rumus Uji F yaitu : d) Keputusan Uji

Tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut dalam rumus. Dengan α = 0,05. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai F hitung = 1,16 dan dengan taraf nyata α = 0,05 diperoleh F tabel = 1,88 sehingga Fhitung1,16Ftabel 1,88. Berdasarkan kriteria uji, hipotesis nol diterima yang artinya data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa memiliki varians yang sama. Hasil perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C7. Karena memiliki varians yang sama, maka dapat dilakukan uji kesamaan dua rata-rata.


(38)

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, kemudian dilaku-kan pengujian hipotesis. Berdasardilaku-kan dua uji tersebut, diketahui bahwa data pada setiap kelompok berdistribusi normal dan tidak terdapat perbedaan varians, maka analisis data yang digunakan adalah uji-t. Menurut Sudjana (2005: 239) berikut langkah-langkah uji-t.

1) Hipotesis Uji

H0 : µ1 ≤ µ2(Rata-rata skor kemampuanpemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional)

H1 : µ1 > µ2 (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model peraihan konsep lebih dari rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional)

2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan 3) Statistik Uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

= rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada kelas peraihan konsep = rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada kelas konvensional n1 = banyaknya subyek pada kelas peraihan konsep

n2 = banyaknya subyek pada kelas konvensional = varians kelompok peraihan konsep


(39)

33 = varians kelompok konvensional

= varians gabungan 4) Keputusan Uji

Terima H0 jika tt1, dimana t1didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2– 2) dan peluang (1 – ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Penerapan model peraihan konsep berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dalam penelitian ini juga diperoleh kesimpulan lain yaitu:

a. Pencapaian indikator pemahaman konsep terendah pada kelas peraihan konsep adalah mengaplikasikan konsep sedangkan pada kelas konvensional adalah menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

b. Pencapaian indikator pemahaman konsep tertinggi pada kedua model pem-belajaran adalah menyatakan ulang suatu konsep.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran peraihan konsep sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk tujuan pemahaman konsep matematika, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan


(41)

42 perencanaan bahan ajar yang matang, karena model ini merupakan model pembelajaran dengan pendekatan materi ajar. Selain itu, perlu pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

2. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika untuk kompe-tensi dasar garis singgung lingkaran. Bagi peneliti selanjutnya, jika hendak melakukan penilitian sebaiknya dilakukan terhadap kompetensi dasar yang lain.

3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematika, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melihat pengaruh model pembelajaran peraihan konsep terhadap kemampuan-kemampuan matematika lainnya.


(42)

43

DAFTAR PUSTAKA

Andari, Tri. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas V SD se-kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi pada FPMIPA IKIP PGRI Madiun: Tidak diterbitkan.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS. (online) (litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214, diakses pada 27 Desember 2012)

Bathesta, Yovi dan Lussy Dwiutami Wahyuni. 2007. Rubrik: Asesmen Alternatif untuk Menilai Peserta Didik secara Realtime dan Komprehensif. (Online), (http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TT1mIgo oCGoAAEerawc1/makalah_rubrik.pdf?key=lussysf:journal:639, diakses pa-da 6 Februari 2013)

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Eggen, Paul dan Kauchak donald P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Oleh: Satrio Wahono. Jakarta: Indeks.

Fariz, Waladin. 2008. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep pada Mata Pelajaran IPA di SD. Skripsi UM: Tidak diterbitkan.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Handini, T. 2008. Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle). (Skripsi UPI). (Online), (http://repository.upi.edu/skripsilist.php , diakses pada 5 Desember 2012)

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


(43)

44 Kurniawati, Ririn. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA

Melalui Model Pembelajaran MMP. Skripsi UPI: tidak diterbitkan.

Kusumaningtyas, Isti H. 2011. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika melalui Pendekatan Problem Posing dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Skripsi UNY: Tidak diterbitkan

Nurmalasari, R. 2010. Analisis Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Efek Tyndall Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Sanusi. 2006. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadrat di Kelas 1 MA/SMA. Madiun: Tidak diterbitkan.

Sardiman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.

Sukamto, (1996). Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar Bahan Ajar Pakerti untuk Dosen Muda. Jakarta: PAU Depdikbud.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.


(1)

32

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, kemudian dilaku-kan pengujian hipotesis. Berdasardilaku-kan dua uji tersebut, diketahui bahwa data pada setiap kelompok berdistribusi normal dan tidak terdapat perbedaan varians, maka analisis data yang digunakan adalah uji-t. Menurut Sudjana (2005: 239) berikut langkah-langkah uji-t.

1) Hipotesis Uji

H0 : µ1 ≤ µ2(Rata-rata skor kemampuanpemahaman konsep matematika siswa

pada pembelajaran dengan model peraihan konsep kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional)

H1 : µ1 > µ2 (Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

pada pembelajaran dengan model peraihan konsep lebih dari rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pembelajaran dengan model konvensional)

2) Taraf Signifikansi

Taraf signifikansi yang digunakan 3) Statistik Uji

2 1 2 1 1 1 n n s x x t    ;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan:

= rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada kelas peraihan konsep = rata-rata skor pemahaman konsep siswa pada kelas konvensional n1 = banyaknya subyek pada kelas peraihan konsep

n2 = banyaknya subyek pada kelas konvensional


(2)

33 = varians kelompok konvensional

= varians gabungan 4) Keputusan Uji

Terima H0 jika tt1, dimana t1didapat dari daftar distribusi t dengan dk =


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Penerapan model peraihan konsep berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dalam penelitian ini juga diperoleh kesimpulan lain yaitu:

a. Pencapaian indikator pemahaman konsep terendah pada kelas peraihan konsep adalah mengaplikasikan konsep sedangkan pada kelas konvensional adalah menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

b. Pencapaian indikator pemahaman konsep tertinggi pada kedua model pem-belajaran adalah menyatakan ulang suatu konsep.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran peraihan konsep sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk tujuan pemahaman konsep matematika, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan


(4)

42 perencanaan bahan ajar yang matang, karena model ini merupakan model pembelajaran dengan pendekatan materi ajar. Selain itu, perlu pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

2. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika untuk kompe-tensi dasar garis singgung lingkaran. Bagi peneliti selanjutnya, jika hendak melakukan penilitian sebaiknya dilakukan terhadap kompetensi dasar yang lain.

3. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang diukur hanya pada aspek kemampuan pemahaman konsep matematika, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melihat pengaruh model pembelajaran peraihan konsep terhadap kemampuan-kemampuan matematika lainnya.


(5)

43

DAFTAR PUSTAKA

Andari, Tri. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Kontekstual terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas V SD se-kecamatan Bangunrejo

Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi pada FPMIPA IKIP PGRI Madiun:

Tidak diterbitkan.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional TIMSS. (online) (litbang.kemdikbud.go.id/detail.php?id=214, diakses pada 27 Desember 2012)

Bathesta, Yovi dan Lussy Dwiutami Wahyuni. 2007. Rubrik: Asesmen Alternatif untuk Menilai Peserta Didik secara Realtime dan Komprehensif. (Online), (http://images.lussysf.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TT1mIgo oCGoAAEerawc1/makalah_rubrik.pdf?key=lussysf:journal:639, diakses pa-da 6 Februari 2013)

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Eggen, Paul dan Kauchak donald P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:

Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Diterjemahkan Oleh: Satrio Wahono. Jakarta: Indeks.

Fariz, Waladin. 2008. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep pada Mata Pelajaran IPA di SD. Skripsi UM: Tidak diterbitkan.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Handini, T. 2008. Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle). (Skripsi UPI). (Online), (http://repository.upi.edu/skripsilist.php , diakses pada 5 Desember 2012)

Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


(6)

44 Kurniawati, Ririn. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA

Melalui Model Pembelajaran MMP. Skripsi UPI: tidak diterbitkan.

Kusumaningtyas, Isti H. 2011. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika melalui Pendekatan Problem Posing dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Skripsi UNY: Tidak diterbitkan

Nurmalasari, R. 2010. Analisis Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Efek Tyndall Menggunakan Metode Discovery-Inquiry.

Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Sanusi. 2006. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadrat di Kelas 1 MA/SMA. Madiun: Tidak diterbitkan.

Sardiman, 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Diterjemahkan oleh: Narulita Yusron. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.

Sukamto, (1996). Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar Bahan Ajar Pakerti untuk Dosen Muda. Jakarta: PAU Depdikbud.

Tim Penyusun. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

FEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 49

PENERAPAN MODEL NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 16 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PERAIHAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 20 BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 58 183

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60