IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR ( Studi Pada Pelaksanaan Kebijakan Minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu)

(1)

MINAPOLITAN PROGRAM IMPLEMENTATION POLICIES IN SUPPORTING WELFARE SOCIETY AROUND

(Study on Policy Implementation Minapolitan in Districts Pagelaran District Pringsewu)

In order to improve the quality of policy implementation minapolitan, the government established a policy based on issues and problems that occur rural development, development Minapolitan an alternative solution for regional development (rural) in the District Pringsewu. The purpose of this study is to describe the implementation of the program minapolitan and the reasons and values into consideration actions taken by the government or policy actors in the program minapolitan in the District Pringsewu, and to describe the stages of the process of drafting and actors involved in policy implementation Minapolitan in Pringsewu district.

The results showed that the implementation of the program in the District Pringsewu Minapolitan Policy has been performing well based on the steps undertaken by each party/institutions that play a role and in accordance with the guidelines for the implementation of the program Minapolitan set by the Department of Animal Husbandry and Fisheries.

There are obstacles that hinder the process of policy implementation, namely internal factors; a) reduction in the number of farmers b) limitations venture capital c) high production costs d) the lack of facilities and infrastructure to support e) not have processing units f) there is no alternative to adding value g) the quality of human resources and technological support h) the poor quality of seeds i) access to financial institutions, there are also external constraints, namely a) are still common misconception among people about fish farmers b) there are still jealousy among the community of fish farmers with the other communities. c) there is less intense approach of local authorities with community fish farmers. From these results it can be recommended advice as follows: a) financial institutions should be encouraged to support the fisheries sector b) the need to increase infrastructure development c) needs to set a clear indicator to the institutions / agencies.


(2)

MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR

( Studi Pada Pelaksanaan Kebijakan Minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan kebijakan minapolitan, pemerintah menetapkan kebijakan berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan) di Kabupaten Pringsewu. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi program minapolitan serta alasan-alasan dan nilai-nilai yang menjadi pertimbangan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau aktor kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu, serta mendeskripsikan tahapan proses penyusunan dan aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program Kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu telah terlaksana dengan baik berdasarkan pada tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan dan sesuai dengan pedoman pelaksanaan Program Minapolitan yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan.

Terdapat kendala yang menghambat proses implementasi kebijakan yaitu faktor internal ; a) berkurangnya jumlah pembudidaya b) keterbatasan modal usaha c) tingginya biaya produksi d) kurangnya sarana dan prasarana pendukung e) belum memiliki unit pengolahan f) belum ada alternative peningkatan nilai tambah g) kualitas SDM dan dukungan teknologi h) rendahnya kualitas benih i) akses terhadap lembaga keuangan, terdapat juga kendala eksternal yaitu a) masih sering terjadi kesalahpahaman antar warga sekitar pembudidaya ikan b) masih terdapat kecemburuan antar masyarakat pembudidaya ikan dengan masyarakat yang lain. c) kurang ada pendekatan yang intens dari pemerintah daerah dengan masyarakat pembudidaya ikan. Dari hasil tersebut dapat direkomendasikan saran sebagai berikut : a) lembaga keuangan perlu didorong untuk mendukung sektor perikanan b) perlunya peningkatan pembangunan infrastruktur c) perlu ditetapkan indikator yang jelas kepada lembaga/instansi terkait.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Kendala-kendala yang mempengaruhi Implementasi.


(3)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu)

Oleh

GIDEON B DAMANIK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pringsewu)

Skripsi

Oleh

GIDEON B DAMANIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1. Kerangka Pikir ... 32 Bagan 2. Analisis Model interaksi, Miles dan Huberman ... 42


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Pringsewu per Kecamatan 2011 ... 2 Tabel 2 Daftar Informan... 38


(7)

(8)

(9)

MOTO

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab

Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa

kemenangan

(Alkitab-Yesaya 41 ayat 10)

Kesuksesan tidak pernah final, kegagalan tidak pernah fatal, tetapi

keberanian adalah yang utama

(Gideon B Damanik)

Kewajiban kita adalah melakukan hal yang benar. Selebihnya ada di

tangan Tuhan


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang pada tanggal 29 April 1991, merupakan putra dari pasangan Bapak Binsen Damanik dan ibu Marsa Purba. Penulis merupakan anak ke empat dari 5 bersaudara, dengan kakak Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik. dan adik Megaria Damanik

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak Tut Wuri Handayani Desa Sei Putih pada tahun 1997, kemudian dilanjutkan pada Sekolah Dasar Negeri 1 Kotangan Kecamatan Galang lulus pada tahun 2003, kemudian dilanjutkan di Sekolah Menengah Pertama YPAK (Yayasan Penddidikan Anak Karyawan) Sei Karang lulus pada tahun 2006, dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas RK Serdang Murni Lubuk Pakam dan di selesaikan pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(11)

(12)

Salam Sejahtera (Syalom)

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis ucapkan atas segala nikmat serta limpahan rahmat dan karunia-Nya hingga sampai saat ini penulis masih diberikan limpahan berkat kehidupan, bersamaan dengan itu, penulis bersyukur karena telah lancar dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN PROGRAM MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR” (Studi pada pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu). Skripsi ini disusun dengan maksud sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengutarakan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tersayang

yang tidak kenal lelah dalam mendo’akan dan memberi dukungan moril serta materil demi kasih sayang dan harapannya kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis selalu membuka kesempatan kepada pihak pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dengan harapan mendekati kesempurnaan dikemudian


(13)

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan sekaligus selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta arahannya kepada penulis dalam penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih banyak atas arahan dan dukungannya.

3. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.A.N., M.P.A., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

4. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos., M.A.P., selaku dosen pembimbing utama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk arahan, bimbingan, serta sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Meiliyana, S.IP, M.A selaku pembimbing kedua penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk dukungan, masukan dan arahannya selama proses bimbingan.

6. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si selaku dosen penguji dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk arahan, bimbingan, serta sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(14)

telah memberikan pelayanan dengan baik.

8. Segenap responden dalam penelitian ini yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupten Pringsewu dan semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta keramahan yang diberikan kepada penulis.

9. Binsen Damanik S.sos dan Marsa Erta Marisi Purba orang tuaku tersayang, semoga ini menjadi awal yang indah bagi penulis untuk dapat membahagiakan dan membuat bangga Bapak dan Ibu di kemudian hari. Semoga dengan keimanan untuk terus berikhtiar, kerja keras untuk terus berupaya memberikan yang terbaik., serta doa dan dukungan dari ayah dan ibu menjadikan penulis mendapatkan kesuksesan dalam rencana hidupnya demi memberikan manfaat yang terbaik bagi negara, agama, dan keluarga. Aamiin

10. Untuk semua kakakku Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik dan adikku Megaria Damanik yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan dorongan untuk terus semangat menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberikan berkat dan kebahagiaan untuk keluarga kita.

11. Keluarga Besar ADUSELON (Angkatan ke Dua Belas Sekelompok Mahasiswa Publik Administration) : Pandu, Bunga, Yogis, Ardi, Rahman, Desmon, Maya, Datas, Abil, Kiting, Indah, Erisa, Triadi, Tio, Anisa, Firdaus, Hadi, Samsu, Izal, Hepsa, Ridho, Geri, Wayan dll. Terimakasih telah menjadi sahabat seperjuangan


(15)

sukses sejahtera dan berguna bagi nusa-bangsa, dan keluarga. Aamiin.

12. Senior HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara) dan Alumni IKAGARA (Ikatan Alumni Mahasiswa Administrasi Negara), Khusus buat Abang dan Mbak 2009, 2008, 2007, 2006, 2005, 2004, 2003, 2002, 2001, 2000, dan 1999. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan dalam kehidupan berorganisasi.

13. Adik-adik HIMAGARA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara), Khusus buat ANTIMAPIA (Angkatan Tiga Belas Mahasiswa Public Administration), AMPERA (Angkatan Empat Belas Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara), ALAS MENARA (Angkatan Lima Belas Mahasiswa Imu Administrasi Negara). Terima kasih telah berkesan mewarnai dan melanjutkan roda kepengurusan HIMAGARA.

14. Beserta seluruh pihak yang terkait dan telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak bisa dituliskan satu per satu. Semoga kita sukses dengan apa yang kita cita-citakan. Serta siapapun yang nantinya membaca skripsi ini, semoga bermanfaat, boleh dibaca tapi jangan diambil dari ruang baca karena membuat skripsi ini tidak mudah. Terima Kasih.

Bandar lampung, 17 Desember 2015 Penulis,


(16)

PERSEMBAHAN

Salam Sejahtera

Kupersembahkan Karya sederhana ini untuk semua orang yang ku kasihi dan mengasihiku :

Kedua orang tua ku tersayang Ayahku Tercinta Binsen Damanik

Ibuku Tercinta Marsa Purba

Selalu menjadi sumber inspirasi di dalam kehidupanku selalu mendoakan dan mendukung segala aktifitasku hingga sekarang semua curahan kasih sayang yang kalian berikan tidak akan mampu

aku gantikan dengan apapun

Kakakku tersayang Sariahma Debora Damanik, Ruth Damayani Damanik, Nova Arisandy Damanik

Adikku tersayang Megaria Damanik Keluarga Besarku, sahabat, Himagara, Almamater dan seluruh dosen pengajar TERIMA KASIH UNTUK SEGALANYA


(17)

(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik ... 9

1. Pengertian Kebijakan Publik ... 9

2. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 12

B. Implementasi Kebijakan Publik ... 14

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ... 14

2. Model Implementasi Kebijakan Publik ... 16

3. Implementasi Kebijakan Publik Dalam Perspektif Merilee S. Grindle ... 19

C. Program Kebijakan Minapolitan ... 25

D. Kerangka Pikir ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 33

B. Lokasi Penelitian ... 34

C. Fokus Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 41


(19)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pringsewu ... 47

1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu ... 47

B. Profil Singkat Kecamatan Pagelaran ... 52

C. Gambaran Umum Tentang Program Minapolitan ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Program Kebijakan Minapolitan ... 57

1. Kepentingan kelompok sasaran... 57

2. Tipe Manfaat ... 61

3. Derajat Perubahan ... 66

4. Letak Pengambilan Keputusan ... 69

5. Pelaksana Program ... 73

6. Sumber daya yang efektif ... 78

II. Konteks Implementasi ... 82

1. Seberapa Besar Kekuasaan, Kepentingan, dan Strategi ... 82

2. Karakteristik lembaga ... 86

3. Tingkat Kepatuhan dan Responsivitas ... 88

B. Pembahasan ... 91

C. Kendala-kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kabupaten Pringsewu ... 103

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Pringsewu sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang dibentuk berdasarkan Surat Keterangan Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI) nomor 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih agraris, struktur perekonomian Kabupaten Pringsewu masih didominasi oleh sektor pertanian dengan komoditas yang utama adalah padi sawah dan padi ladang, padi organik, jagung dan juga komoditas sayur mayur serta ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan juga kacang hijau.

Kabupaten Pringsewu memiliki ketersediaan lahan yang luas dan subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan tanaman palawija seperti, tomat, cabe, sayur mayur dan tanaman palawija lainnya. Komoditas tanaman palawija ini, menjadi komoditas yang cukup handal yang pemasarannya tidak saja di Kabupaten Pringsewu dan Provinsi Lampung, tetapi telah merambah keluar Provinsi Lampung, seperti Jakarta dan Palembang.


(21)

Namun demikian sektor pertanian ini belum mampu sepenuhnya mensejahterakan masyarakat Kabupaten Pringsewu. Data statistik menunjukkan bahwa dari setiap kecamatan di Kabupaten Pringsewu masih banyak masyarakat miskin, fenomena ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel: 1

Jumlah Penduduk miskin Kabupaten Pringsewu per Kecamatan Tahun 2011

( Sumber : RPJM Minapolitan Kabupaten Pringsewu, Tahun 2011 )

Sektor utama mata pencaharian masyarakat Pringsewu dalam sektor pertanian tersebut terbukti belum dapat mengentaskan kemiskinan dan belum dapat mensejahterakan masyarakat Pringsewu karena di setiap kecamatan tingkat kemiskinan masih cukup tinggi dan jika di total sekitar 30.500 KK. Oleh karena itu ada sektor lain yang perlu dilirik untuk mensejahterakan kehidupan mereka.

Sementara itu untuk lapangan pekerjaan yang dominan lainnya selain sektor pertanian adalah perdagangan, industri dan jasa, hal ini dapat dilihat dari distribusi terhadap PDRB lapangan usaha yang terbesar masih didominasi sektor pertanian sebesar 34,16 persen.(www.radarlampung.co.id) diakses tanggal 15 Juni 2014)

NO Nama Kecamatan

Jumlah Keluarga

Miskin(KK) NO Nama Kecamatan

Jumlah Keluarga Miskin(KK)

1. Pardasuka 3.790 5. Gadingrejo 6.289

2. Ambarawa 2.388 6. Sukoharjo 2.918

3. Pagelaran 6.050 7. Banyumas 1.598


(22)

Saat ini pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu juga telah membuat kebijakan yang bertujuan untuk membantu mensejahterakan masyarakat Pringsewu serta menyediakan alternatif lapangan pekerjaan yaitu melalui kebijakan minapolitan. Pemerintah mengambil kebijakan Minapolitan karena potensi perikanan disana cukup potensial, selama ini masyarakat pringsewu khususnya kecamatan Pagelaran dan sekitarnya memang dikenal mempunyai mata pencaharian sebagai pembudidaya ikan air tawar. Hal ini ditunjang dengan data yang menunjukkan salah satu komoditas penting perikaan budidaya di Kabupaten Pringsewu adalah Ikan gurame, disamping komoditas lain seperti ikan lele, mas, nila, belut dan patin. Pada tahun 2011 pemanfaatan kolam untuk komoditas ikan Gurame adalah seluas 92,5 Ha dengan produksi sebesar 309,9 ton. Pemanfaatan kolam gurame tersebut menyebar di 4 (empat) kecamatan yakni, kecamatan Pagelaran, Pardasuka, Banyumas, dan Sukoharjo.(www.pringsewu.go.id) di akses 09 Juni 2014

Pengembangan komoditas ikan gurame di Kabupaten Pringsewu sangat menjanjikan hal ini disebabkan oleh karena selain kondisi daerah yang sangat mendukung juga disebabkan kegiatan budidaya ikan gurame memiliki nilai ekonomis yang tinggi disemua tahapan produksi. Hal ini tidak terlepas karena daerah pengembangan perikanan di Kabupaten Pringsewu di lintasi oleh sungai yang sangat membantu para pembudidaya untuk meningkatkan proses perawatan ikan tersebut.

Dalam proses mendorong percepatan pembangunan ekonomi perikanan pada wilayah potensial di Kabupaten Pringsewu, maka diperlukan suatu nilai atau konsep pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota.


(23)

Secara umum kegiatan ekonomi perikanan terutama di daerah pedesaan sulit berkembang karena keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu kualitas sumber daya manusia di pedesaan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia di daerah perkotaan.

Masih dalam sumber yang sama, dalam proses pengembangan pembangunan ekonomi perikanan, pemerintah Kabupaten Pringsewu mengembangkan konsep minapolitan yang diharapkan dapat membuat pembangunan sektor perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi.

Prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumber daya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral, pemerintahan ditingkat pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya kebijakan Program Minapolitan ini masih belum optimal, Menurut Purwanto (masyarakat asli Pringsewu) masih banyak masyarakat yang hidup dengan penuh kekurangan dan yang belum mengetahui kebijakan tersebut serta tidak perduli dalam proses pelaksanaanya. (wawancara pra riset, tanggal 10 Januari 2014) Masalah minapolitan di Kabupaten Pringsewu cukup menarik untuk di kembangkan, karena sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi wilayah yang cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Pringsewu. Pengembangan sektor ini dilakukan dengan mempertimbangkan keragaman karakteristik daerah dan pertimbangan lain sebagai berikut:


(24)

1. Perikanan sebagai sektor ekonomi wilayah memiliki keterkaitan dengan tingkatan pembangunan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier, sehingga memiliki peranan penting dalam pembangunan masing-masing sektor ekonomi tersebut.

2. Sektor perikanan memiliki keterkaitan antar sektor, sehingga dapat menjadi pendorong bagi perkembangan sektor ekonomi lainnya.

3. Sektor perikanan dapat meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi ini akan berdampak pada peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja, sehingga dapat meminimalisir laju pertumbuhan pengangguran.

4. Pengembangan usaha bidang perikanan merupakan pertimbangan strategis non ekonomi, yang berperan dalam pengembangan sektor ekonomi kerakyatan dan mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertanahan dan keamanan nasional. (www.Minapolitan.go.id), diakses 10 Juni 2014

Berdasarkan RPJM minapolitan di Kabupaten Pringsewu masih banyak terdapat masalah umum yang dihadapi oleh masyarakat Pringsewu dalam menjalankan kebijakan tersebut sehingga belum maksimal hasilnya, hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu : 1). Berkurangnya jumlah pembudidaya, 2) .Keterbatasan modal usaha, 3). Tingginya biaya produksi, 4). Kurangnya Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, 5). Belum memiliki unit produksi pengolahan, 6). Belum ada alternatif peningkatan nilai tambah (added value), 7). Kurangnya Kualitas SDM dan dukungan teknologi, 8). Rendahnya kualitas benih, 9).


(25)

Akses terhadap lembaga keuangan masih rendah. (Sumber : Profil dan RPJM Minapolitan Pagelaran Pringsewu Lampung Tahun 2011)

Dari berbagai masalah yang timbul dan kaitannya dengan kondisi serta teori dalam implementasi program minapolitan pada masyarakat Pringsewu, merupakan bukti bahwa dalam pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari permasalahan. Implementasi kebijakan merupakan hal yang krusial bagi kebijakan publik karena untuk mencapai keberhasilannya ada banyak variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks karena didalamnya terdapat faktor-faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan yang bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan.

Implementasi dapat berjalan dengan efektif apabila dalam pelaksanaannya sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan, mekanisme tersebut mencakup proses administratif, organisasi pelaksana, sampai pada pelaksanaan Program Minapolitan bagi masyarakat Pringsewu. Dalam mengkaji implementasi kebijakan dan mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan maka dapat diketahui bagaimana proses dari implementasi kebijakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang implementasi kebijakan minapolitan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat


(26)

serta sebagai upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan program minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan kebijakan program minapolitan tersebut?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a) Memaparkan implementasi kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

b) Memaparkan kendala-kendala yang terjadi dalam implementasi kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

2. Kegunaan Penelitian

a) Dilihat dari konteks pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan penambahan wawasan dalam ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai implementasi kebijakan publik.


(27)

b) Dilihat dari sudut pandang praktis, penelitian ini mampu menjadi acuan serta referensi bagi Pemerintah Kabupaten Pringsewu dan pihak terkait dalam menentukan langkah-langkah suatu kebijakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

c) Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan suatu ilmu multidisipliner karena melibatkan banyak disiplin ilmu seperti ilmu politik, sosial, ekonomi, dan psikologi. Studi kebijakan berkembang pada awal 1970-an terutama melalui tulisan Harold D. Laswell. Definisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemukakan oleh Harold Laswell dalam Winarno (2002:2) yang mendefinisikan kebijakan publik/public policy

sebagai “suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan praktik-praktik tertentu (aprojected of goals, values, and practices)”.

Senada dengan definisi ini, George C. Edwards III dan Ira Sharkansky dalam Winarno (2002:10) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “suatu tindakan pemerintah yang berupa program-program pemerintah untuk pencapaian sasaran atau tujuan”. Dari dua definisi di atas kita bisa melihat bahwa kebijakan publik memiliki


(29)

kata kunci“tujuan”, “nilai-nilai”, dan “praktik”, dan kebijakan publik selalu memiliki tujuan tertentu.

Menurut George C. Edwards III dan sharkansky dalam islamy (2003 : 18), bahwa“public policy is what governments say and do, or not do “ (kebijakan publik adalah apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak tidak oleh pemerintah). James Anderson dalam (Winarno, 2002 :16) kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang di tetapkan oleh seorang actor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini di anggap tepat karena memusatkan perhatian pada kegiatan yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada kegiatan yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.

Kemudian terdapat defenisi yang di kemukakan oleh Friedrich, dalam Winarno (2002 : 16), ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

Menurut Charles O. jones dalam Winarno (2002 : 14) istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktik sehari – hari namun digunakan untuk menggantikan


(30)

kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program , keputusan (decisions), standar , proposal dan grand design. Sedangkan menurut Nugroho (2003:6) kebijakan sering kali diartikan sebagai tujuan , program, undang-undang, ketentuan-ketentuan atau rancangan-rancangan besar.

Theodore Lowi Winarno (2002:22) mengungkapkan juga bahwa jenis kebijakan publik yang dibuat akan membawa dampak tertentu terhadap macam kegiatan politik. Dengan demikian, apabila kebijakan publik dimaksud untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya, akan dapat merangsang munculnya perlawanan dari pihak-pihak yang kepentinganya terancam oleh kebijakan publik tersebut.

Dari berbagai defenisi tentang kebijakan di atas, terlihatlah bahwa banyak dari para ahli yang mendefenisikan kebijakan melalui penekanan pada adanya tindakan. Tindakan tersebut memiliki nilai-nilai yang memiliki tujuan tertentu. Dan kemudian tindakan tindakan dan nilai-nilai tersebut digunakan oleh pemerintah (institusi publik) untuk memecahkan masalah publik dengan memanfaatkan seluruh sumber daya (manusia dan selain manusia) yang dimiliki.

Dengan demikian, maka menurut peneliti dapat diartikan bahwa kebijakan adalah serangkaian keputusan dan tindakan yang berisi nila-nilai, yang dipilih pemerintah (institusi publik) untuk dilakukan atau tidak dilakukan dalam rangka menyelesaikan persoalan persoalan publik untuk kepentingan sasaran kebijakan.


(31)

2. Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahap pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak nilai maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik tersebut dirumuskan oleh Dunn dalam Winarno (2002 : 28) :

a) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat dipilih dan diangkat menempatkan masalah dalam agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa maslah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

b) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah kebijakan tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan


(32)

masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesus antara direktur lembaga dan keputusan peradilan.

d) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidal diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan dari para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e) Tahap Penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah dibuat telah mampu memecahkan


(33)

masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

B. Implementasi Kebijakan Publik

1. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Hakekat implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Sebagaimana rumusan dari Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabartier mengemukakan bahwa implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-undang namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan itu mengidentifikasikan masalah-masalah yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksana, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap undang-undang atau peraturan yang bersangkutan. Grindle dalam wiyoto (2005 : 31) memformulasikan pengertian implementasi kebijakan (policy implementation) ; “sebagai upaya menciptakan keterkaitan yang memungkinkan tujuan kebijakan


(34)

publik dapat diwujudkan sebagai hasil dari aktivitas pemerintah. Hal ini mengingat kebijakan publik, pada umumnya hanya memuat pernyataan secara garis besar tentang tujuan/sasaran dan sarana-sarana pencapaiannya. Sehingga setiap kebijakan, perlu diterjemahkan ke dalam program atau rencana aksi tindak yang lebih spesifik, agar tujuan/sasaran yang tertuang dalam kebijakan tersebut dapat tercapai.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh Pressman dan Widalsky dalam Wiyoto (2005 : 32) yang menyatakan; “policy implementation as a process of interaction between setting of goal and the action geagred to acvhieving them, a set of activities directed toward putting a program into effect” ( implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai proses interaksi antara penentuan tujuan kebijakan dan tindakan-tindakan yang dilakukan demi tercapainya tujuan kebijakan itu sendiri. Serangkaian aktivitas yang ditujukan kearah mewujudkan sebuah program hingga dapat mencapai hasil tertentu).

Menurut Jones dalam Wiyoto (2005 : 32) menegaskan :“policy implementation is a process of getting additional resources so as to figure out what is to be done.” (implementasi kebijakan atau program merupakan sebuah proses untuk meningkatkan ketersediaan dukungan sumberdaya sehingga dapat terwujud apa yang harus dilaksanakan).

Dari beberapa pengertian diatas, terminologi implementasi kebijakan (policy implementation), mengandung makna utama yaitu sebagai sebuah proses yang terdiri atas serangkaian tindakan atau aktivitas spesifik yang dilakukan dalam rangka


(35)

mencapai tujuan/sasaran kebijakan itu sendiri, implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas dimana berbagai actor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerjasama untuk menghantarkan program tersebut kepada hasil yang ditetapkan.

2. Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam kebijakan publik telah banyak dikembangkan model-model atau teori yang digunakan untuk membahas implementasi kebijakan dalam (Nugroho, 2003 : 165). Model-model implementasi kebijakan tersebut diantaranya model implementasi Van Meter dan Van Horn, model implementasi Mazmanian dan Paul A. Sabatier Daniel, model implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn, Model implementasi Merilee S. Grindle dan model implementasi George C Edwards III.

Penggunaan model sangat berarti didalam melakukan analisis mengenai proses implementasi kebijakan publik. Menurut Nugroho (2003 : 70) semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin mendalam analisis yang dilakukan, maka semakin diperlukan teori atau model yang relatif lebih operasional yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel yang menjadi fokus analisis. Model-model tersebut relative abstrak dan ada yang relative operasional, dalam penggunaannya untuk penelitian akan tergantung kompleksitas permasalahan kebijakan yang dikaji.

Berbagai model implementasi kebijakan terdapat perbedaan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dari model-model implementasi yang dikemukakan oleh para ahli, model implementasi Van Meter dan Van Horn erupakan model yang


(36)

lebih menitikberatkan perhatiannya kepada bagaimana implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. (Nugroho. 2003 : 167). Kerangka yang dikemukakan tersebut menggunakan beberapa penjelasan parsial dan pada dasarnya kurang memadai dalam memberikan landasan bagi pemahaman yang lebih komperhensif mengenai proses implementasi.

Model implementasi Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier lebih menitikberatkan perhatian teori dan model implementasinya. Menurut pandangan mereka faktor-faktor lingkungan,social budaya, politik, ekonomi akan mempengaruhi setiap tahap implementasi yang pada akhirnya dapat menentukan berhasil atau gagalnya suatu kebijakan diimplementasikan.

Model implementasi Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn menjelaskan secara rinci bagaimana upaya pencapaian tujuan kebijakan dari aspek manejerial. Model ini mendasarkan kepada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktek manajemen yang sistematis tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pokok kebijakan publik, namun kelemahannya tidak secara tegas membedakan mana yang bersifat politis, strategis, dan teknis.

Model implementasi Merilee S. Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya yaitu setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan. Model implementasi ini tidak banyak berbeda dengan model dari mazmanian dan Sabatier, kecuali Grindle lebih menyederhanakannya.


(37)

Model implementasi menurut George C. Edwards III mengemukakan bahwa implementasi kebijakan sebagai tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Menurut George C. Edwards III, terdapat faktor-faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan yang bekerja secara simultan dan berinteraksi satu sama lain untuk membantu dan menghambat implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan publik lebih dipandang sebagai suatu proses administratif yang di dalamnya terdapat kecenderungan umum untuk mengambil focus lebih sempit pada karakteristik birokrasi pelaksana, Wiyoto (2005 : 41).

Berdasarkan hal yang telah tersebut di atas, maka model yang dipilih dan digunakan dalam penelititan ini adalah model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle, karena setelah kebijakan ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan dan setelah suatu kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi, maka tindakan implementasi belum tentu berlangsung lancar. Hal ini sangat tergantung pada implementability dari program tersebut,

Model implementasi kebijakan yang dikemukakan Merilee S. Grindle memandang implementasi sebagai proses administratif demikian juga halnya dengan implementasi program kebijakan minapolitan bagi masyarakat pringsewu pada khususnya yang merupakan kebijakan yang dalam pelaksanaannya merupakan proses yang bersifat administratif. Selain hal tersebut, peneliti ingin melihat isi kebijakan dan konteks implementasi dalam model implementasi Merilee S. Grindle dan dalam


(38)

implementasi program kebijakan Minapolitan bagi masyarakat di Pringsewu. Peneliti berharap model tersebut mampu membantu menjawab pertanyaan penelitian ini.

3. Implementasi Kebijakan Publik dalam Perspektif Merilee S. Grindle

Menurut Merilee S. Grindle, Implementasi kebijakan sesungguhnya tidaklah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan. Di sini Grindle telah meramalkan bahwa dalam setiap implementasi kebijakan pemerintah pasti dihadapkan pada banyak kendala, utamanya yang berasal dari lingkungan (konteks) di mana kebijakan itu akan diimplementasikan. Ide dasar Grindle ini adalah bahwa setelah suatu kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi, maka tindakan implementasi belum tentu berlangsung lancar. Hal ini sangat tergantung padaimplementabilitydari program tersebut.

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan konteks implementasi (context of implementation). Bahwa isi kebijakan terdiri dari kepentingan kelompok sasaran, tipe manfaat, derajat perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan sumber daya yang dilibatkan. Sementara konteks implementasi mengandung unsur kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa, serta kepatuhan dan daya tanggap. di sini kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda akan lebih sulit


(39)

diimplementasikan dibanding yang menyangkut sedikit kepentingan. Oleh karenanya tinggi-rendahnya intensitas keterlibatan berbagai pihak (politisi, pengusaha, masyarakat, kelompok sasaran dan sebagainya) dalam implementasi kebijakan akan berpengaruh terhadap efektifitas implementasi kebijakan. Adapun maksud dari dua variabel besar tersebut yaitu :

A. Isi Kebijakan :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, maksudnya dalam kebijakan ini banyak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu dari suatu kelompok atau group dari sasaran yang akan melaksanakan kebijakan tersebut.

Mengenai batasan atau pengertian kelompok kepentingan, Euegene J. Kolb dalam bukunya yang berjudulA Framework for Political ANALYSIS menyatakan sebagai berikut:”a collectivity of individuals who either formally organize or informally cooperate to protect or promote some common, similar, identical, or shared interest or goal.”

Sehubungan dengan perihal perbedaan tipe atau jenis kelompok kepentingan, maka Almond membedakannya menjadi empat macam tipe atau jenis sebagai berikut:

a). Kelompok Anomik, yang mengajukan kepentingan secara spontan dan berorientasi pada tindakan segera

b). Kelompok non-Assosional, yang terbentuk apabila terdapat kepentingan yang sama untuk diperjuangkan (kegiatan bersifat temporer)


(40)

c). Kelompok Instiusional, yakni suatu kelompok kepentingan yang muncul di dalam lembaga-lembaga politik dan pemerintahan yang fungsinya bukan mengartikulasikan kepentingan, seperti kelompok tertentu di dalam angkatan bersenjata, birokrasi dan partai politik.

d). Kelompok Assosional yang secara khusus berfungsi mengartikulasikan kepentingan kelompok

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group, maksudnya dalam suatu kebijakan harus memiliki tipe yang sesuai dengan keadaan sekitarnya agar kebijakan tersebut memiliki manfaat untuk target yang menjalankan kebijakan. Merilee S Grindle menyebutkan dampak / manfaat dari kebijakan mempunyai beberapa dimensi, yaitu; a) Pengaruhnya pada persoalan masyarakat yang berhubungan dan melibatkan masyarakat. Lebih jauh lagi, kebijakan dapat mempunyai akibat yang diharapkan atau yang tidak diharapkan, atau bahkan keduanya.

b) Kebijakan dapat mempunyai dampak pada situasi dan kelompok lain; atau dapat disebut juga dengan eksternalitas atauspillover effect.

c) Kebijakan dapat mempunyai pengaruh dimasa mendatang seperti pengaruhnya pada kondisi yang ada saat ini.

d) Kebijakan dapat mempunyai dampak yang tidak langsung atau yang merupakan pengalaman dari suatu komunitas atau beberapa anggota diantaranya.


(41)

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan, maksudnya dalam sebuah kebijakan harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat dirasakan oleh group perubahan setelah menjalankan sebuah kebijakan.

Demikian pula yang diungkapkan oleh Soekanto, bahwa setiap masyarakat pasti pernah mengalami perubahan, ini disebabkan tidak adanya masyarakat yang hidup secara terisolasi mutlak

4. Letak pengambilan keputusan, maksudnya dalam sebuah kebijakan segala bentuk keputusan sudah diatur sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Konsep Rasional Komprehensif merupakan teori yang biasa digunakan dan diterima oleh banyak kalangan yang mempunyai beberapa unsur:

a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)

b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.

c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.

d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.

e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan alternatif lain.


(42)

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, maksudnya dalam menjalankan sebuah kebijakan publik haruslah menjelaskan target secara detail agar dapat terlaksana dengan baik dan dipahami dengan baik.

ProgramLogic modelsdijalankan dengan 3 pemikiran dasar yaitu:

a). Penggolongan dan pembagian tugas kerja

b). Menguraikan sebab dan akibat dari adanya suatu hubungan

c). Membedakan antara program yang telah digariskan dengan apa yang terjadi di lingkungannya.

6. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan, maksudnya dalam pelaksanaan suatu kebijakan harus menggunakan sumber daya yang sesuai kebutuhan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

B. Konteks Implementasi :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maksudnya dalam pelaksaan kebijakan publik tidak pernah terlepas dari campur tangan pihak-pihak yang berkuasa maka suatu kebijakan dapat berjalan dengan baik bila ada kerjasama yang baik antara kebijakan dan pihak yang berkuasa.


(43)

Kekuasaan dilihat Laswell dan Kaplan sebagai hubungan (relationship) antara dua atau lebih kesatuan. Jadi kekuasaan dianggap mempunyai sifat relasional. Terdapat perbedaan istilah yaitu scope of power dan domain of power. Ruang lingkup kekuasaan (scope of power) menunjukkan pada kegiatan, tingkah laku, serta sikap dan keputusan-keputusan yang menjadi objek dari kekuasaan.

Pencapaian sasaran yang direncanakan (the planed objection)

a.Sarana-sarana yang tersedia/pendukung untuk sarana pendukung pelaksanaannya

(the means available for its realization)

b.Rencana pencapaian (program) yang didasarkan pada sarana yang tersedia(the plan according to wich the said means are used for its attainment)

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa, maksudnya bagaimana sikap dan respon yang diperlihatkan dari para penguasa terhadap suatu kebijakan yang akan dilaksanakan.

Karakteristik pelayanan publik menurut Lembaga Adminstrasi Negara (2003) adalah sebagai berikut: a. memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya b. memiliki kelompok kepentingan yang luas, termasuk kelompok sasaran yang ingin dicapai c. memiliki tujuan social d. dituntut untuk akuntabel kepada publik e. memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu kelugasan dan f. seringkali menjadi sasaran isu politik.


(44)

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran, maksudnya seberapa besar respon kelompok sasaran yang melaksanakan suatu kebijakan untuk terus menjalankan kebijakan tersebut sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Responsivitas merupakan kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan pengguna jasa.

C. Program Kebijakan Minapolitan

Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.

Secara lebih luas, pengembangan kawasan minapolitan diharapkan dapat mendukung terjadinya sistem kota-kota yang terintegrasi. Hal ini ditunjukkan dengan


(45)

keterkaitan antar kota dalam bentuk pergerakan barang, modal dan manusia. Melalui dukungan sistem infrastruktur transportasi yang memadai, keterkaitan antar kawasan minapolitan dan pasar dapat dilaksanakan. Dengan demikian, perkembangan kota yang serasi, seimbang, dan terintegrasi dapat terwujud.

Kawasan minapolitan (berdasarkan turunan dari kawasan agropolitan) adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dari hierarki keruangan satuan sistem pemukiman dan sistem minabisis. Minapolitan/agropolitan menurut Friedman dan Douglass (1985) adalah aktivitas pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah pedesaan denga jumlah penduduk antara 50.000 jiwa sampai dengan 150.000 jiwa.

Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (perdesaan). Kawasan minapolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat minapolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk kawasan minapolitan. Disamping itu, kawasan minapolitan ini juga dicirikan dengan kawasan perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis dipusat minapolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangun perikanan (minabisnis) diwilayah sekitarnya.


(46)

Tahun ini pemerintah menganggarkan Rp. 4 Triliun untuk konsepan minapolitan, melihat anggaran yang tidak terlalu “besar” untuk sebuah mega proyek seperti ini maka sangat dibutuhkan sumber pendanaan di luar APBN. Tidak memungkiri bahwa para investor sudah lama melirik minapolitan sebagai salah satu tempat menanamkan modal yang cukup menjanjikan. Dan lagi-lagi kami mengingatkan bahwa jangan sampai pemerintah melakukan kesalahan fatal dalam perjanjian-perjanjian pendanaan, karena bisa jadi tujuan utamanya tidak tercapai yaitu mensejahterakan rakyat dan yang paling penting jangan sampai terjadi “kebocoran” pendanaan dalam jumlah besar alias jangan sampai terjadi tindak pidana korupsi.

Setiap kebijakan publik diputuskan dan dibuat dengan tujuan-tujuan tertentu yang spesifik. Kebijakan-kebijakan dibuat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan publik yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan publik yang diputuskan atau dibuat oleh pemerintah harus bermanfaat untuk kelompok-kelompok sasaran yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut.

Beberapa tujuan yang dapat dicapai yaitu Menghasilkan Rencana Detail Kawasan Minapolitan yang merupakan kajian menyeluruh terhadap semua aspek utama pembangunan kelautan dan perikanan dengan data-data dasar yang meliputi:

a. Sumber daya alam di kawasan dan sekitarnya.

b. Keberadaan unit produksi, pengolahan, dan/atau pemasaran di dalam kawasan.

c. Sumber daya manusia dan kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan pengembangan kawasan.


(47)

d. Sarana dan prasarana pendukung pengembangan kawasan.

e. Menghasilkan proyeksi arah, skenario dan tahapan pengembangan kawasan minapolitan dalam jangka menengah (5 tahun).

Dan dengan ditetapkannya kawasan minapolitan tersebut baik pendapatan kota ataupun pendapatan daerah akan meningkat, serta akan menyebabkan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga masyarakat setempat yang berada di kawasan tersebut akan dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang dimana dulunya mereka tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, sehingga ini akan berdampak pada ekonomi masyarakat setempat, dengan kata lain masyarakat yang berada di kawasan tersebut akan sejahtera. Namun hal yang secara umum yang terjadi di kalangan masayarakat tingkatan pendidikan masih menjadi hal yang paling utama menjadi hambatan.

Adapun yang menjadi sasaran dalam pelaksanaan program keijakan minapolitan ini yaitu ; 1.Masyarakat setempat 2. Pendapatan ekonomi 3. Lapangan pekerjaan yang menjamin 4. Peningkatan pendapatan baik kota maupun daerah 5. Pengembangan kerja sama dengan swadaya-swadaya masyarakat 6. Pengembangan sistem ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah 7. Pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan di daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi local 8. Usaha perikanan dan kelautan 9. Terjaminnya armada-armada penangkapan 10. Pengembangan kawasan 11. Pusat perikanan.

Pelaksanaan program kebijakan minapolitan bagi masyarakat Kabupaten Pringsewu pada khususnya adalah :


(48)

1. Bupati Pringsewu yaitu sebagai pembina program pengembangan minapolitan Kabupaten Pringsewu.

2. Kepala Bappeda Kabupaten Pringsewu sebagai ketua program pengembangan minapolitan Kabupaten Pringsewu.

3. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu yang bertugas menyiapkan dan menentukan lokasi yang tepat untuk melaksanakan kebijakan program minapolitan tersebut.

4. Masyarakat sekitar yang berfungsi melaksanakan dan menjalankan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah tersebut.

D. Kerangka Pikir

Kawasan Minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Konsep Minapolitan didasarkan pada 3 azas, yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), dan penguatan daerah dengan prinsip: daerah kuat – bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan.


(49)

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perlukan kebijakan untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi perikanan pada wilayah potensial di Kabupaten Pringsewu, maka diperlukan suatu nilai atau konsep pendekatan dan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh layaknya sebuah kota. Secara umum kegiatan ekonomi perikanan terutama di daerah pedesaan sulit berkembang karena keterbatasan sarana, prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu kualitas sumber daya manusia di pedesaan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia di daerah perkotaan.

Melalui model rasional komprehensif yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle dalam rumusan implementasi kebijakan publik yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Isi Kebijakan :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.

4. Letak pengambilan keputusan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan


(50)

b. Konteks Implementasi :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Langkah-langkah tersebut dapat dinilai rasional dalam memilih alat yang

efektif untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dan juga komprehensif dalam mempertimbangkan setiap faktor yang relevan dengan setiap pilihan. Dengan menggunakan 2 metode tersebut,implementasi kebijakan dilihat melalui aspek-aspek pertimbangan dan proses pelaksanaan kebijakan. Kemudian metode ini akan disesuaikan dengan RTRW Kabupaten Pringsewu sehingga nantinya kebijakan yang diputuskan dapat dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan kembali untuk ke depannya. Selanjutnya dengan adanya kesimpulan dalam penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan acuan bagi pembuat keputusan dalam menjalankan kebijakan. Secara skematis pada kerangka pemikiran berikut ini ;


(51)

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

Realitas masalah :

1. Berkurangnya jumlah pembudidaya 2. Keterbatasan modal usaha 3. Tingginya biaya produksi

4. Kurangnya Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung

5. Belum memiliki unit produksi pengolahan

6. Belum ada alternatif peningkatan nilai tambah (added value)

7. Kurangnya Kualitas SDM dan dukungan teknologi 8. Rendahnya kualitas benih

9. Akses terhadap lembaga keuangan masih rendah

Rumusan masalah :

1. Bagaimana implementasi kebijakan program minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat?

2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi

dalam menerapkan kebijakan program

minapolitan tersebut?

Konsep Teori:

1.Aspek isi kebijakan

2.Konteks Implementasi

Fokus Penelitian

a. Isi Kebijakan :

1. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

2. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

3. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan. 4. Letak pengambilan keputusan.

5. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan 6. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan. b. Konteks Implementasi :

1. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

2. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

3. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Tujuan Penelitian :

a).Mendeskripsikan implementasi kebijakan dalam program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

b).Mendeskripsikan kendala-kendala yang terjadi dalam implementasi kebijakan Minapolitan di Kabupaten Pringsewu


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati Bogdan dan Taylor dalam Maleong (2005 : 4) . Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2005:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk mentafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berkenaan dengan proses implementasi suatu kebijakan, sehingga metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebab data-data yang akan dikumpulkan di lapangan nantinya adalah data-data yang bersifat kualitatif yang berbentuk kata-kata dan bahasa, prilaku, kalimat pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan


(53)

menggunakan berbagai metode alamiah, Moleong (2005:6). Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan (deskripsi) fenomena social yang diteliti. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2005:4) mendefenisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Penelitian kualitatif berusaha untuk mengungkapkan fenomena secara menyeluruh dan sesuai dengan konteksnya (holistik-kontekstual), mendalam (in depth) melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Metode deskriptif berusaha untuk menjelaskan apakah kebijakan dilaksanakan sesuai dengan pedoman teknis/pelaksanaan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini yang menjadi sasaran pendekatan penelitian ini adalah implementasi kebijakan program minapolitan di Kabupaten Pringsewu.

B. Lokasi Penelitian

Dalam penentuan lokasi penelitian, Moleong (2005:128) menyatakan cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lokasi penelitian ialah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Sementara itu, keterbatasan geografis dan praktis seperti biaya, waktu, tenaga, perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penenlitian. Lokasi yang diambil dalam penenlitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yaitu di Kabupaten Pringsewu. peneliti memilih lokasi di Kabupaten Pringsewu karena rasa ingin tahu dan meneliti fungsi program minapolitan yang


(54)

sebenarnya. Selain itu terdapat kompleksitas permasalahan dan faktor-faktor yang mewarnai implementasi Program Kebijakan Minapolitan pada masyarakat Pringsewu dan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Pringsewu. Daya tarik dari lokasi ini dikarenakan daerah pringsewu tidak memiliki daerah kelautan akan tetapi pemenrintah Kabupaten Pringsewu mencoba mengembangkan perikanan di daerah tersebut.

C. Fokus Penelitian

Masalah dalam penelitian kualitatif pada sesuatu fokus. Adapun maksud dalam merumuskan masalah penelitian ini dengan jalan memanfaatkan fokus yaitu pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi ; kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau kriteria masuk-keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan, Moleong (2005: 93–94). Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Program Kebijakan Minapolitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyrakat, menurut teori Merilee S Grindle ada 2 garis besar : A. Isi Kebijakan :

a. Kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan.

b. Tipe manfaat yang diterima oleh target group.

c. Derajat perubahan yang diharapkan dari sebuah kebijakan.


(55)

e. Pelaksana program telah disebutkan dengan rinci, dan

f. Sumber daya yang efektif dalam sebuah kebijakan.

B. Konteks Implementasi :

a. Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

b. Karakteristik lembaga dan rejim yang sedang berkuasa.

c. Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan minapolitan tersebut.

a. Faktor Internal, berdasarkan masalah-masalah yang ada di dalam intansi terkait. b. Faktor Eksternal, berdasarkan hubungan komunikasi antar masyarakat.

D. Sumber Data 1. Data Primer

Menurut Moleong (2005:157) menyatakan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh melalui wawancara tatap muka antara peneliti dengan informan. Ketika peneliti memasuki lokasi penelitian terlebih dahulu mencari dan menentukan


(56)

informan secara sengaja yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, (Sugiyono; 2005:54). Yaitu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan di Kecamatan Pagelaran apa sudah sesuai dengan sistem yang sudah ditetapkan.

2. Data Sekunder

Menurut Moleong (2005:157) data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian terdahulu. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari catatan-catatan, arsip-arsip dan dokumen-dokumen lain tentang pelaksanaan program kebijakan minapolitan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2005:72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu : wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik


(57)

pengumpulan data apabila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan tertulis.

Selanjutnya wawancara semi terstruktur yang dapat dikategorikan sebagai wawancara mendalam (indepth interview), dimana dalam pelaksanaannya tidak terikat seperti pada wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah menggali informasi dan menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi secara lebih terbuka karena peneliti mengarahkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan panduan wawancara yang kemudian berkembang selama proses wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengambilan data. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara harus menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis. Wawancara dilakukan kepada narasumber dari masing-masing instansi terkait, dengan tema atau topik mengenai implementasi kebijakan dan kesejahteraan masyarakat. Teknik ini digunakan untuk menjaring data-data primer yang berkaitan dengan fokus penelitian. Menurut Umar dalam Budi dan Basrowi (2006:138) Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu maupun kelompok seperti hasil wawancara. Adapun informan yang di wawancarai dalam penelitian ini adalah :


(58)

Tabel. 2

Daftar Nama Informan

NO Informan Peran

1. Khariul Pala Kepala Bidang Bina Usaha Perikanan di Kabupaten Pringsewu 2. Bahrudin Sekretaris Kecamatan Pagelaran

3. Mahrom Warga/masyarakat yang terlibat dalam pelaksaan kebijakan minapolitan tersebut.

4 Tugiman Warga/masyarakat yang terlibat dalam pelaksaan kebijakan minapolitan tersebut

2. Observasi

Menurut Moleong (2005:86) Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian prilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ dengan tujuan empiris. Proses pengumpulan data dalam observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan melalui panca indera sehingga sehinnga peneliti memperoleh keyakinan atas data yang didapat melalui kenyataan yang ada.

Observasi digunakan untuk menyakinkan peneliti terhadap data-data primer yang berupa peristiwa atau situasi social tertentu, tempat atau gambar yang mendukung pada lokasi penelitian. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung di lokasi penelitian yaitu pada dinas terkait dan daerah minapolitan yaitu kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu


(59)

NO Topik Objek Observasi

1. Sosialisasi Perikanan Penyuluhan dengan pembudidaya ikan di Kecamatan Pringsewu

2. Bantuan Alat Berat Pembangunan sarana dan prasarana di Kecamatan Pagelaran

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, laporan, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumentasi lainnya, Moleong (2005:38). Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis yang relevan dengan penelitian. Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif.

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian. Dokumen ini berupa data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Dokumen tersebut berupa draf, notulensi, data statistik, surat kabar, website, dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Adapun dokumen yang digunakan adalah RPJM Kabupaten Pringsewu Tahun 2011, website dan Master Plan Program Minapolitan di Kabupaten Pringsewu.


(60)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Analisis data kualitatif, Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005:91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Kemudian dalam penelitian kualitatif, tahapan-tahapan analisis data antara lain :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh selama berada dalam proses penelitian jumlahnya cukup banyak dan data yang diperoleh masih bersifat “kasar”, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data tersebut direduksi, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Laporan atau data di lapangan dituangkan dalam uraian atau yang lengkap dan terinci. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dan menyeleksi data sesuai dengan aspek-aspek pelaksanaan implementasi Program Kebijakan Minapolitan di kabupaten Pringsewu dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya.


(61)

2. Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan untuk memudahkan peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat (narasi). Foto dan gambar sejenisnya, akan tetapi yang lebih banyak digunakan adalah teks naratif.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Yaitu secara terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi yang kemudian dituangkan ke dalam kesimpulan yang tentatif. Berikut ini adalah gambar dari analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005:92). Gambar tersebut akan memberikan gambaran bahwa dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan bersamaan dengan pengambilan data, proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sampai data yang ditemukan sudah jenuh.


(62)

Bagian. 1 Analisis Model interaksi, Miles dan Huberman

Sumber : Sugiyono (2005:92)

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, dalam sugiyono (2005:121) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif uji keabsahan data meliputi yaitu :

1. Derajat Kepercayaan(Credibility)

Penetapan kriteria ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada

PENGUMPULAN DATA

REDUKSIDATA SAJIAN DATA


(63)

kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa kredibilitas atau derajat kepercayaan antara lain :

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Maleong (2005:330) mengatakan triangulasi data berarti menggunakan data dari sumber, metode, dan teori. Peneliti menggunakan teknik keabsahan data triangulasi, karena triangulasi adalah cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi , peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkan dengan berbagai sumber. Untuk memeriksa keabsahan data peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber yaitu dengan melakukan wawancara lebih dari satu pihak informan yang berasal dari pihak pelaksana/ lembaga yang berbeda namun masing-masing pihak memiliki peran/tugas yang berbeda pula dalam implementasi Program Kebijakan Minapolitan pada kabupaten Pringsewu dan sasaran program yaitu masyarakat kabupaten pringsewu khususnya kecamatan Pagelaran. Selain triangulasi dengan berbagai sumber informan, peneliti juga melakukan pendalaman dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan dokumentasi.


(64)

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Untuk meningkatkan kepercayaan dalam penelitian ini , peneliti juga mendapatkan hasil foto pada lokasi penelitian pada saat proses pelaksanaan.

2. Keteralihan(Transferability)

Nilai transfer berkenaan dengan pernyataan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporan harus memberikan uraian rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca dapat mengerti terhadap hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya mengapmpalikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Untuk melakukan keteralihan, peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama.

3. Ketergantungan(Dependability)

Ketergantungan merupakan substitusi rehabilitas dalam penelitian nonkualitatif. Rehabilitasi merupakan syarat bagi validitas. Dalam kualitatif, uji ketergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan , tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability


(65)

-nya. Kalau proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui, mengecek serta memastikan hasil penelitian ini benar atau salah, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing, secara bertahap, mengenai konsep-konsep yang dihasilkan di lapangan. Setelah hasil penelitian dianggap benar, diadakan seminar hasil penelitian dengan mengundang teman sejawat, pembimbing dan dosen pembahas.

4. Kepastian(Confirmability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan. Sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji kepastian

(confirmability)berarti menguji hasil penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan hasil penelitian yang disepakati oleh banyak orang maka hasil penelitian tidak lagi subjektif tetapi sudah objektif.


(66)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Profil Kabupaten Pringsewu

1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 48 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu di Provinsi Lampung tanggal 26 November 2008. Secara geografis, Kabupaten Pringsewu dengan ibu kota Pringsewu terletak diantara 104045’25” – 10508’42” Bujur Timur (BT) dan 508’10” – 5034’27” Lintang Selatan (LS), dan terletak sekitar 35 km dari Bandar Lampung ibu kota Provinsi Lampung.

Secara administratif, wilayah ini berbatasan langsung dengan tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Tanggamus. Hasil kajian yang tertera dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten


(1)

2. Manfaat yang diterima oleh masyarakat pembudidaya ikan secara khusus telah terlaksana dengan baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan dan sudah dapat dirasakan dampaknya, baik itu adanya bantuan perbaikan jalan, bantuan alat berat dan yang paling dirasakan adanya peningkatan pendapatan dari sebelumnya,.

3. Derajat perubahan dalam masyarakat telah terlaksana dengan baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan, dan dalam pola pikir dari masing-masing individu untuk tetap konsisten menjalankan program dari pemerintah dan hal itu juga berdampak positif dalam hal finansial masing-masing keluarga pembudidaya ikan.

4. Letak pengambilan keputusan dalam program minapolitan telah terlaksana dengan baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan, karena masalah yang dihadapi masyarakat kurang lebih bisa sedikit teratasi oleh adanya pegambilan keputusan tersebut dan tanpa melibatkan banyak instansi dalam pelaksanaannya.

5. Pelaksanaan kebijakan program minapolitan telah terlaksana dengan cukup baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan serta para agen pelaksana program kebijakan juga sudah menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan semestinya, akantetapi masalah jadwal pelaksanaan penyuluhan program


(2)

109

minapolitan yang masih sering dialami oleh masyarakat karena masih tidak ada jadwal yang jelas yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap pelaksaan penyuluhan tersebut.

6. Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) di Kecamatan Pagelaran sudah cukup memadai, karena penentuan sasaran sumber daya baik manusia maupun alam sesuai, dan dilakukan karena melihat potensi yang cukup besar dari pembudidaya ikan khususnya di Kecamatan Pagelaran, walaupun masih terdapat beberapa masalah seperti pengetahuan dan gangguan alam dan hal tersebut menjadi tugas dari pemerintah untuk membantu masyarakat.

7. Indikator mengenai kekuasaan, kelompok kepentingan dan strategi dalam pelaksanaan program minapolitan di Kecamatan Pagelaran berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan sudah berjalan sesuai dengan semestinya. Apabila kekuatan politik merasa berkepentingan terhadap suatu program, mereka akan menyusun strategi guna memenangkan persaingan yang terjadi dalam implementasi, sehingga output suatu program akan dapat berjalan baik.

8. Karakteristik lembaga yang menjalankan program minapolitan di Kecamatan Pagelaran telah terlaksana dengan baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan serta sudah bisa dikatakan baik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, hal ini dapat dilihat dari pihak-pihak yang berfungsi


(3)

untuk monitoring kegiatan tersebut yaitu kelompok pembudidaya ikan (KOPDAKAN).

9. Tingkat kepatuhan dan responsivitas para pelaksana program minapolitan telah terlaksana dengan baik berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaksanakan oleh masing-masing pihak/lembaga yang berperan, akantetapi pemerintah daerah masih kurang optimal karena masih terpaku oleh kebijakan dari pusat yaitu masalah pemberian dana untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat. ditambah lagi ketersediaan jumlah tenaga penyuluh perikanan yang ada dibawah koordinasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Pringsewu relatif belum memadai.

10. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kebijakan minapolitan di Kabupaten Pringsewu, meliputi kendala internal : 1) Berkurangnya jumlah pembudidaya 2) Keterbatasan modal usaha 3) Tingginya biaya produksi 4) Kurangnya sarana dan prasarana pendukung 5) Belum memiliki unit pengolahan 6) Belum ada alternative peningkatan nilai tambah 7) Kualitas SDM dan dukungan teknologi 8) Rendahnya kualitas benih 9) Akses terhadap lembaga keuangan. Kendala eksternal : 1) Masih sering terjadi kesalahpahaman antar warga sekitar pembudidaya ikan 2) Masih terdapat kecemburuan antar masyarakat pembudidaya ikan dengan masyarakat yang lain 3) Kurang ada pendekatan yang intens dari pemerintah daerah dengan masyarakat pembudidaya ikan.


(4)

111

B. Saran

1. Lembaga keuangan perlu didorong untuk mendukung kegiatan sektor perikanan. Dukungan dalam sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya perlu diwujudkan dengan dibukanya akses seluas-luasnya bagi pelaku usaha bidang perikanan dengan system khusus yang disesuaikan dengan kondisi usaha perikanan di daerah ini.

2. Perlunya peningkatan kualitas pembangunan infrastruktur di kawasan minapolitan dalam mendukung pengembangan minapolitan. Penyediaan akses jalan menuju kawasan dan peningkatan kualitas jalan dalam kawasan penting untuk kelancaran kegiatan produksi. Saluran drainase dan sistem jaringan listrik serta factor pendukung lainnya juga harus ditingkatkan dan berfungsi secara optimal untuk mendukung pengembangan dan kelancarab kegiatan peningkatan produksi.

3. Perlunya ditetapkan indikator kinerja yang jelas kepada para lembaga/instansi yang berhubungan dengan pelaksanaan program minapolitan di Kabupaten Pringsewu, yang diharapkan menjadi dasar bagi para pelayan masyarakat agar lebih aktif dalam peningkatan kualitas pelayanan untuk meningkatkan perikanan yang ada di Kabupaten Pringsewu, dan diharapkan juga agar semua kegiatan yang diadakan tidak harus berpatokan dengan dana yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun pusat.


(5)

Armen, Zulham. 2010. Minapolitan dari konsep menuju implementasi. Penerbit Balai besar riset sosial ekonomi Kelautan dan Perikanan: Jakarta.

Islamy,M. Irfan.2003. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Nugroho, Riant D. 2003.Kebijakan Publik. PT Gramedia : Jakarta. Sugiyono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung.

Tangkilisan,Hessel Nogi S. 2003. Implementasi Kebijakan Publik Transformasi Pikiran George Edwards). Lukman Offet : Jakarta.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Penerbit Media Pressindo : Yogyakarta.

Wiyoto, Budi.2005. Mengembangkan Riset Strategik Implementasi Kebijakan Publik Perspektif Good Governance.Penerbit Bucetid Malang: Malang

Dokumen dan Peraturan Perundang-undangan

Dokumen Master Plan Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Pringsewu.

Dokumen Profil dan RPJM Minapolitan Pagelaran Pringsewu Lampung.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor : Kep.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan.

Keputusan Direktur Jendral Perikanan Budidaya Nomor Kep.10/DJPB/2010 tentang Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan Budidaya (Minapolitan).

Skripsi “ IMPLEMENTASI PROGRAM SETIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2007” oleh RINI MEIKA DEWI NPM : 0416041036; Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Lampung.


(6)

Konsep dan Website

http://www.bandarlampungnews.co.id, diakses tanggal 01 Mei 2014. http://www.Pringsewu.go.id, diakses tanggal 5 Mei 2014.

http://www.Minapolitan.go.id, diakses tanggal 09 Juni 2014. http://www.radarlampung.co.id, diakses tanggal 15 Juni 2014.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

10 170 125

Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Studi Pada Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

27 286 98

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KESEJAHTERAAN RAKYAT (JALIN KESRA) UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN (RTSM) DI KABUPATEN NGANJUK

0 22 33

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Penelitian pada Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) di Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan)

4 37 33

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA PUJIHARJO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU ABSTRAK

0 31 77

Kesesuaian Perkembangan Kawasan Minapolitan Berdasarkan Kriteria Minapolitan Berkelanjutan di Kabupaten Klaten.

1 1 1

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PARIWISATA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi pada Masyarakat Sekitar Objek Wisata Alam Air Terjun Jumog di Desa Berjo Kabupaten Karanganyar).

0 0 18

Keputusan Bupati No. 301 Tahun 2015 Tentang Penetapan Kecamatan Sebagai Lokasi Minapolitan Pada Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Kabupaten Bojonegoro

0 0 3

ANALISIS PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUKUMBA (Studi Kasus: Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba)

0 0 143