56
3.3 Kehidupan Sosial dan Budaya
Secara historis negeri Nolloth juga memiliki hubungan keterikatan adat yang erat dengan negeri adat Haruku-Samet. Yang mana ikatan adat ini dikenal dengan
sebutan
pela
. Budaya
pela
merupakan salah satu relasi antara dua atau lebih negeri adat, yang mengikatkan diri pada satu janji bahwa telah terbina hubungan
persaudaraan di antara mereka. Relasi atau hubungan pela ini juga dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi adat. Budaya pela ini telah berlangsung dari duluh anatara
negeri adat Nolloth dengan negeri adat Haruku-Samet, yang diawali dengan perjanjian antara nenek moyang kedua negeri tersebut, yang hingga kini masih dipegang bahkan
telah mendarah daging dari generasi ke generasi. Secara normatif perjanjian budaya pela ini secara tidak langsung telah menjadi hukum bagi kedua negeri adat ini.
3.4 Sistem Adat
Dalam perkembangan dunia yang telah semakin modern tidak mampu menutupi kenyataan bahwa di banyak tempat, ada masyarakat masih teguh
mempertahankan adat, tradisi atau kebiasaan yang telah terbentuk sebagai sistem adat dalam komunitas hidup bersosial dan berbudaya. Kenyataan ini pun dapat ditemukan
dalam sistem adat pada lingkungan komunitas di negeri Nolloth, yang secara khusus masih berpegang pada tradisi-tradisi leluhur yang diberlakukan secara turun-temurun
dalam bentuk adat. Maka wajar dikatakan bahwa komunitas Nolloth merupakan suatu bentuk persekutuan adat yaitu sebagai suatu kelompok sosial yang memiliki
keterkaitan bersama berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku turun
57 temurun. Di samping itu, di Nolloth masih terdapat struktur pemerintahan yang
didasarkan pada sistem adat yang masih mengakomodir berbagai fungsi dan peran dari lembaga-lembaga adat yang termanifestasikan dalam bentuk
“Badan Saniri Negeri” yang memiliki tanggung jawab dan kedaulatan penuh terhadap masyarakat negerinya
terutama menyangkut persoalan-persoalan yang berhubungan dengan adat. Untuk mengetahui dan menjelaskan tentang adat sebagai sesuatu sistem tata
aturan yang juga dianggap penting bagi warga Nolloth, maka diperoleh sejumlah informasi sebagai pemahaman orang-orang Nolloth tentang Adat. Adat adalah sesuatu
yang mengikat sebagai kebiasaan tata kehidupan yang diturunkan oleh para leluhur dan telah ada sejak dulu.
24
Di samping itu, adat sebagai kebiasaan tata kehidupan dihubungkan dengan pranata-pranata atau norma-norma yang berlaku turun-temurun
dianggap wajib untuk dilakukan sebagaimana yang sudah ditetapkan. Jadi dapat dikatakan bahwa adat merupakan norma-norma atau pranata-pranata, kebiasaan dan
hukum tradisional yang menuntun, menguasai, dan mengontrol kelakukan serta hubungan-hubungan antar individu dengan individu, individu dengan kelompok dan
kelompok dengan kelompok dalam masyarakat sebagai suatu persekutuan. Dalam pengertian ini adat merupakan suatu sistem yang diberlakukan dalam kehidupan
manusia sebagai anggota masyarakat suatu negeri. Oleh karena suatu sistem adat bersifat mengikat anggota masyarakatnya, maka sistem ini ditunjang oleh berbagai
sanksi ancaman atau tindakan pemaksaan. Sanksi-sanksi tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Sanksi-sanksi yang diberikan oleh
anggota dewan negeri atau
Badan Saniri Negeri
kepada anggota masyarakat yang
24
Wawancara dengan Bpk. J. Pasalbessy sebagai Tua Adat, 09 Agustus 2012.
58 melakukan pelanggaran, kesalahan, dan kelalaian
– biasanya pemberian sanksi-sanksi dilakukan berdasarkan laporan-laporan dan bukti-bukti yang jelas dan dapat dipercaya
yang diberikan oleh anggota masyarakat. 2. Sanksi-sanksi yang dipercayai berasal dari roh-roh para leluhur, karena anggota masyarakat melakukan pelanggaran,
kesalahan dan kelalaian dalam pemberlakuan kegiatan-kegiatan adat.
25
Dalam pemberian sanksi-sanksi yang pertama diperuntukkan kepada individu dan tidak mempunyai implikasi secara kolektifitas, sedangkan pembinaan sanksi-
sanksi yang kedua diperuntukkan bagi individu, namun memiliki implikasi terhadap kolektifitas masyarakat. Maksudnya, jika individu melakukan pelanggaran, kesalahan
dan kelalaian terhadap kegiatan-kegiatan adat, khususnya upacara-upacara adat, maka seluruh masyarakat negeri akan menerima akibat-akibat yang mengerikan seperti
panen yang gagal, merajalelanya wabah penyakit, kekeringan, dan lain-lain. Dalam hal ini sanksi-sanksi dari para leluhur dianggap memiliki pengaruh yang kuat dalam
eksistensi masyarakat, sebab sanksi-sanksi ini membawa akibat yang sangat mengerikan dalam masyarakat. Oleh karena itu, adat harus dilakukan secara baik dan
dengan benar menurut aturan-aturan yang sudah sejak dulu berlaku. Adat sebagai sebuah sistem memiliki perangkat pengawasan yang bertugas
mengawasi pelaksanaan adat ini. Perangkat pengawasan pelaksanaan adat adalah
Badan Saniri Negeri
yang dilambangkan Oleh Raja, Kepala Soa Adat Dan Tua-Tua Adat Yang Merupakan wakil yang diberikan tanggung jawab oleh para leluhur
tete nene moyang
yang telah menemukan dan mendirikannya negeri ini, serta menetapkan aturan-aturan yang dinamakan adat dan mewariskannya kepada keturunan mereka.
25
Ibid .
59 Selain itu, terdapat perangkat adat lain yang dipercayai secara langsung mengawasi
pelaksanaan adat, yakni yang datangnya dari para leluhur.
26
Perlu juga dijelaskan, bahwa adat sebagai suatu sistem bagi orang Nolloth memiliki bagian-bagian yang terwujud, misalnya dalam adat perkawinan, adat
kekeluargaan dan adat persekutuan negeri. Menyangkut
adat perkawinan
dibagi kedalam beberapa bentuk tuntutannya seperti: untuk orang tua hartanya adalah kain
tampa, atau bisa juga yang lain sesuai keputusan orang tua. Tetapi untuk negeri hartanya mesti kain berkat, kain putih, fles sopi, dan tempat sirih. Untuk jujaro-
mungare tuntutannya bisa barang kain berkat, kain putih, sopi, tempat sirih bisa juga uang. Harta-harta tuntutan ini harus dibawa dan diterima di baileo dengan adanya
upacara adat. Menyangkut
adat kekeluargaan
dibagi ke dalam dua bagian seperti hak milik dan pewarisan tanah. Adat persekutuan negeri dibagi dalam beberapa bagian,
antara lain: upacara pelantikan Raja dan staf pemerintahan negeri, upacara cuci negeri, upacara pembayaran kain berkat, pela
27
gandong dan sasi.
28
3.5 Peranan Lembaga Pemerintah, Lembaga Agama, dan Lembaga Adat