Kegiatan Inti 70 menit Langkah-langkah Pembelajaran

mental bangsa Indonesia disiapkan untuk menuju bangsa yang merdeka. Jepang memandang bahwa PUTERA lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia maka pada bulan April 1944, PUTERA oleh Jepang dibubarkan. b. Memanfaatkan Barisan Pelopor Syuisyintai Setelah PUTERA dibubarkan maka dibentuklah Jawa Hokokai Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa. Salah satu bagian Jawa Hokokai adalah Syuisyintai Barisan Pelopor yang dipimpin Ir. Soekarno dengan pemimpin Harian atau Kepala Sekretariatnya adalah Sudiro. Beberapa tokoh nasionalis lainnya sebagai anggota pengurus antara lain Chaerul Saleh, Asmara Hadi, Sukardjo Wiryopranoto, Oto Iskandardinata dan lain-lain. Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya. c. Memanfaatkan Chuo Sangi In Badan Penasihat Pusat Badan ini dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Jenderal Hideki Tojo Perdana Menteri Jepang. Ketuanya Ir. Soekarno, anggotanya berjumlah 23 orang Jepang dan 20 orang Indonesia. Tugas badan ini adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia. Oleh para pemimpin Indonesia melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan.

2. Perjuangan Melalui Organisasi Islam Majelis Islam A’la Indonesia MIAI

Majelis Islam A’la Indonesia MIAI merupakan perkumpulan dari organisasi- organisasi Islam yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya pada masa pemerintah Hindia Belanda. Pemrakarsa berdirinya organisasi ini adalah K.H. Mas Mansur, K.H. Wahab Hasbullah, Wondoamiseno, dan lain- lain. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia organisasi ini tetap diperbolehkan berdiri. Hal ini merupakan pendekatan Jepang terhadap golongan nasionalis Islam agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada masa penyerbuan balatentara Jepang ke Indonesia, organisasi MIAI melakukan kegiatan-kegiatan terutama dalam bidang agama, meskipun pada tahun-tahun terakhir menjelang jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang, perhatiannya ke bidang politik cukup besar. Hal ini dapt dilihat dari programnya yang berupaya mempersatukan organisasi-